Anda di halaman 1dari 76

ASKEP WAHAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis
yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan
dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak
mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian,
kesakitan, dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham
atau delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh,
kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

1.2  Rumusan Masalah


1.      Apa yang dimaksud dengan delusi/waham?
2.      Apa saja jenis-jenis waham?
3.      Bagaimana terjadinya waham?
4.      Bagaimanakah ASKEP pada pasien dengan waham/delusi?

1.3  Tujuan
Dengan makalah ini, diharapkan mampu untuk:
1.      Mengetahui pengertian dari delusi/waham
2.      Mengetahui jenis-jenis waham
3.      Mengetahui proses terjadinya waham
4.      Mengetahui askep pada pasien dengan waham/delusi
BAB II
ASKEP WAHAM
A. Konsep Dasar Waham
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta
dan keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat
mengontrol dunia )atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI
mengikuti saya) dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya .Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham yang spesifik sering ditemukan pada skizophrenia.Semakin akut psikosis
semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis .
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak dapat
digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain 1987)serta
keyakinan tersebut diucapkan berulang -ulang.
2. Jenis-Jenis Waham
Jenis-jenis waham antara lain,
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali,
orang kaya.

b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar.
Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang
yang bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap
sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan
antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau
menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan,
kita kenal “Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan
perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian
dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau
kekuatan.
3. Proses terjadinya waham (delusi)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :
1.      Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2.      Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3.      Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4.      Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5.      Kegagalan yang sering dialami
6.      Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7.      Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya menyalahkan
orang lain
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi,
digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan
cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirian yang
kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang
tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas
telah dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan
suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka.
(kalpan dan Sadock 1997)
2.4  Klasifikasi Waham
1.      Waham Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
2.      Waham Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya
atau kekuasaan.
3.      Waham Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserang
penyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
4.      Waham Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengancam dirinya.
5.      Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau
sudah meninggal dunia.
6.      Waham Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.
7.      Waham Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahal
dia tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.
8.      Waham Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan dari
luar.
2.5 Tanda-tanda dan Gejala
1. Kognitif :
a.       Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b.      Individu sangat percaya pada keyakinannya
c.       Sulit berfikir realita
d.      Tidak mampu mengambil keputusan

2. Afektif
a.       Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b.      Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a.       Hipersensitif
b.      Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c.       Depresi
d.      Ragu-ragu
e.       Mengancam secara verbal
f.       Aktifitas tidak tepat
g.      Streotif
h.      Impulsive
i.        Curiga
4. Fisik
a.       Higiene kurang
b.      Muka pucat
c.       Sering menguap
d.      BB menurun
6. Peran Serta Keluarga
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga terhadap klien dengan waham :
1. Bina hubungan salng percaya keluarga dengan klien
  Sikap keluarga yang bersahabat, penuh perhatian, hangat dan lembut
  Berikan penghargaan terhadap perilaku positif yang dimiliki/dilakukan
  Berikan umpan balik yang tidak menghakimi dan tidak menyalahkan
2. Kontak sering tapi singkat
3. Tingkatkan hubungan klien dengan lingkungan sosial secara bertahap, seperti
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan diri klien, orang lain dan
lingkungan
4. Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kinginanya,
ajak klien untuk melakukan kegiatan sehari-hari dirumah seperti : menyapu, mengepel
dan membersihkan tempat tidur.
5. Hindarkan berdebat tentang waham
6. Jika ketakutan katakan “ Anda aman disini, saya akan bantu anda mempelajari
sesuatu yang membuat anda takut “.
7. Berikan obat sesuai dengan peratuaran
8. Jangan lupa kontrol.
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Waham (Delusi)
1. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan
untuk menentukan masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri
dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan
perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data
yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman
terdekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil
pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan
observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji:
a. Faktor predisposisi
- Genetik : diturunkan
- Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik
- Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.
- Virus : paparan virus influinsa pada trimester III
- Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
b. Faktor presipitasi
- Proses pengolahan informasi yang berlebihan
- Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
- Adanya gejala pemicu
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:
a. Identifikasi klien
1)      Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk


Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan:
1)      Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
dari klien.
2)      Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3)      Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan.
Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1)      Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2)      Konsep diri
a)      Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
b)      Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c)      Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d)     Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e)      Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain
terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai
wujud harga diri rendah.
3)      Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
4)      Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1)      Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2)      Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
3)      Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4)      Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5)      Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi
lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon
dikutip oleh Carpernito, 1983).
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian adalah:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

3.Intervensi Keperawatan
1.      Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan
waham.
Tujuan umum :
* Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan


interaksinya.
Tindakan :
    Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu,
tempat).
    Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi
waham klien.
    Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
    Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan


memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari
pada hanya memikirkannya.
Tindakan :
         Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
         Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.
         Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
         Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut
sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
         Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
         Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di
rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
         Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
         Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu
dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
         Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar
dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang
ada.
Tindakan :
         Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
         Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
         Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :
         Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
         Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).
         Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
         Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6. Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu
proses penyembuhan klien.
Tindakan:
         Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
         Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

  Strategi Pelaksanaan untuk Pasien Waham


1.      SP I Pasien
a.       Membantu orientasi realita
b.      Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
c.       Melatih pasien memenuhi kebutuhannya
d.      Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Contoh komunikasi yang dapat di praktekkan pada pasien:
ORIENTASI:

“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di
ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini.
Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”
KERJA:

“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan kalau di rumah terus ya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana
kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
  Strategi Pelaksanaan untuk Keluarga Pasien Waham
1.      SP I Keluarga
a.       Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b.      Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
c.       Menjelaskan cara-cara merawat pasian waham.
Contoh komunikasi yang dapat di terapkan pada keluarga klien
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di
ruang melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa,
senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara
merawat B di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA
“Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah
dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-
ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan
proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali
anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan
pertama:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk
mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang
baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan
B”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B,
misalnya: “Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang
pernahdimiliki oleh anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan
pujian) “Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya
HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan
keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B sudah
mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat
B di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita
tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

4. Evaluasi

1.      Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2.      Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3.      Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4.      Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5.      Klien menggunakan obat sesuai program
DAFTAR PUSTAKA

1.      Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
2.      Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3.      Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4.      Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5.      Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
6.      http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan-waham.html

Diposting oleh Firman Ismail di 22.59


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
ASKEP JIWA – WAHAM
LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

1.  Masalah Utama :

Perubahan isi pikir : waham

2. Proses terjadinya masalah

a. Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien (1).

Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang


diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang
lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah
tersinggung (2).

b. Penyebab

Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah.
Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.(3)

c. Akibat

Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai
dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata
yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya
adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

3. a. Pohon masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan


Kerusakan komunikasi verbal
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
 

b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan :

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan


2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi pikir : waham
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

2.Data yang perlu dikaji :

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

1). Data subjektif

Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien
suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau
marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri

2). Data objektif

Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi
marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.

1. Kerusakan komunikasi : verbal

1). Data subjektif

klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik

2). Data objektif

Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak
mata kurang

c.  Perubahan isi piker : waham ( ………….)

1). Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,


kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.

2). Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan /
realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung

d.  Gangguan harga diri rendah


1).  Data subjektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

2).  Data objektif

klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan,
ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

4. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham


2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan  berhubungan dengan waham
3. Perubahan isi  pikir : waham(……………..)berhubungan dengan harga diri
rendah.

5. Rencana Keperawatan

Diagnosa 1

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham

1. Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal


2. Tujuan khusus :
3. 1.         Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

Rasional : hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan


interaksinya

Tindakan :

1.1.     Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu,
tempat).

1.2.     Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima
keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima, katakan
perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,  tidak membicarakan isi
waham klien.

1.3.     Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat
akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

1.4.     Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri

1. 2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


Rasional :  dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari
pada hanya memikirkannya

Tindakan :

2.1.  Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

2.2.  Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini
yang realistis.

2.3.  Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat
ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan perawatan diri).

2.4.  Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham
tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

1. 3.    Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Rasional : dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan kien tersebut
sehungga klien merasa nyaman dan aman

Tindakan :

3.1.  Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

3.2.  Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di
rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

3.3.  Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

3.4.  Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

3.5.  Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

1. 4.    Klien dapat berhubungan dengan realitas

Rasional : menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar
dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang
ada

Tindakan :

4.1.  Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).

4.2.  Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.


4.3.  Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

1. 5.    Klien dapat menggunakan obat dengan benar

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat

Tindakan :

5.1.  Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek   
samping minum obat.

5.2.  Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,   
dosis, cara dan waktu).

5.3.  Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

5.4.  Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

1. 6.    Klien dapat dukungan dari keluarga

Rasional : dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu
proses penyembuhan klien

Tindakan :

6.1.  Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala  waham,
cara merawat klien, lingkungan keluarga dan  follow up obat.

6.2.  Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
2. Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
3. Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung: RSJP.2000
4. Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman
untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
5. …………..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang.
20 – 22 Novembr 2004. unpublished

Semarang,  23 Mei 2005

Pembimbing                                                       Mahasiswa


 

    Rohani Aziz, SK.p                                     Sugiharti Kumala Dwi PW

G6B 205 038

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

WAHAM KEBESARAN  PADA KLIEN Sdr. SW

DI R.X RSJ DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

I.         IDENTITAS PASIEN

Inisial                          : Sdr. SW


Umur                           : 29 Tahun

Alamat                                    : Pati

Pendidikan                  : SMA

Tanggal pengkajian     : 18 Mei  2005

1. II.      ALASAN MASUK

Klien dibawa ke rumah sakit karena bicara kacau, mengamuk dengan cara melempar
barang-barang, mengancam keluarganya.

Masalah : resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

1. III.   FAKTOR PREDISPOSISI

Klien  pernah dirawat di rumah sakit, ini adalah untuk yang 3x. Selama proses
penyembuhan di rumah, tidak ada yang mengontrol pengobatannya. Klien minum obat
sendiri, karena oleh keluarga dianggap sudah sembuh.

Dalam keluarga secara genogram tidak ada yang menderita gangguan jiwa seperti
pasien. Setelah lulus sekolah SMA pasien menjadi melanjutkan ke UNTAG tetapi hanya
1 semester saja, kemudian mencoba mencari pekerjaan tidak dapat-dapat. Pernah
bekerja menjadi juru karcis pada salah satu stadion tapi terus keluar.

Dalam keluarga klien mengatakan benci terhadap kakaknya G karena merasa cemburu
bila klien berbicara dengan  istri kakaknya.

Masalah :

 Tidak efektifnya penatalaksanaan regimen terapeutik dan Koping, keluarga


inefektif ; ketidakmampuan
 Harga diri rendah

 
IV.   FISIK

Tanda-tanda vital        : T : 120 / 70 mmHg                RR       : 18 x/ menit

N : 78 x / menit                     S          : 37 o C

BB :49  Kg                            TB       :  153 cm

PEMERIKSAAN FISIK :

Kepala             : rambut  hitam, kotor tetapi tidak ada ketombe, kering
Mata                : ada serumen di sudut mata, konjungtiva tidak anemis, sclera putih

Telinga            : bersih, tidak mengalami penurunan pendengaran

Hidung            : bersih, tidak ada masalah dengan peghiduan

Mulut dan gigi: gigi kekuningan, tanggal 5 gigi klien mengatakan tetap gososk gigi
sehari 2 kali pagi dan sore

Dada               :  retraksi dada kuat, simetris, tidak ada keluhan nyeri dada

Abdomen        : tidak ditemukan asites, ataupun adanya massa

Ekstremitas Atas & bawah    : kulit kering, bersisik, kuku tangan dan kaki bersih

Tangan kanan bertato : “Nabi Mohammad”, tangan kiri : “Donya Kiamat”

Keluhan fisik yang dirasakan pasien adalah badan lemas dan kadang pusing.
V.      PSIKOSOSIAL

1. Genogram

28

Keterangan :

: Klien                                        : laki-laki     

: Meninggal                                : wanita

: Tinggal Serumah                                                       

Komunikasi dalam keluarga tidak mengalami hambatan. Klien tinggal satu rumah
dengan ibu kandungnya, ayah sudah meninggal. Hambatan dalam komunikasi keluarga
hanya pada hubungan dengan kakak kandung no 1 (Mas G), dimana klien merasa
komunikasinya kurang harmonis karena klien selalu merasa dimarah oleh sang kakak,
sang kakak merasa cemburu jika Sdr. SW datang kerumahnya dan menemui istrinya.

1. Konsep diri
1. Citra tubuh

Kien mengatakan bahwa keseluruhan bagian tubuhnya dari kepala sampai dengan kaki
disenangi. Tidak ada yang tidak disenangi.
1. Ideal diri

Saat ini yang menjadi keinginan pasien bisa sembuh trus di jemput pulang dan bisa
bekerja, lalu bisa menikah dan punya anak. Pasien sebelum masuk RSJ tidak
mempunyai pekerjaan, di rumah hanya duduk-duduk saja..

1. Peran

Tugas klien sebelum sakit, selama dirumah tidak banyak, biasanya memberi makan
ayam dan burung, menyapu dll jarang dilakukan. Klien senang dengan peran yang
diterima di rumahnya. Di masyarakat, klien tidak pernah menjadi pengurus Karang
taruna, tetapi aktif ikut dengan teman-teman pemuda kalau ada acara olah raga :
sepakbola.

1. Identitas diri

Sebelum dirawat di RSJ, klien tidak bekerja, hanya duduk-duduk saja, merasa terganggu
dengan predikat pengangguran.Di rumah klien senang bisa berkumpul bersama dengan
teman-teman karang taruna Yang dikeluhkan klien saat ini adalah merasa tidak enak
sama tetangga, dicap sebagai laki-laki pengangguran

1. Harga diri

Pasien merasa kalau dirinya menjadi anak yang baik, teman-teman main juga banyak.
Tetapi karena belum bekerja dan cuma dirumah saja sang kakak sering marah-marah
sering marah pada klien. Disamping itu sang kakak melarang klien kerumahnya apalagi
disaat sang kakak tidak di rumah. Klien mengatakan sang kakak merasa cemburu kalau
klien ke rumah dan menemui istrinya. Padahal klien Cuma ingin menonton TV saja, dan
ketemu dengan keponakan. Klien juga mengatakan dia masuk rumah sakit ini juga
karena dianggap sakit oleh sang kakak jadi dimasukkan ke RSJ

Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Hubungan Sosial

Pasien mengatakan kalau dirinya senang dengan kumpul-kumpul bersama karang taruna
tetapi hanya sebatas bermain sepakbola, teman-teman dan lingkungan masih mau
menerima dia.

4. Spiritual

Agama pasien adalah Islam tetapi klien tidak menjalankan sholat. Alasan karena Tuhan
sudah datang dan membisikkan padanya bahwa dia adalah Nabi Muhammad. Jadi tidak
sholat Tuhan tidak bakalan marah.

Masalah :

 Halusinasi dengar
 Waham keagamaan

1. VI.   STATUS MENTAL


1. Aktivitas motorik

Tidak menunjukan adanya gelisah ataupun lesu.

1. Interaksi selama wawancara

Selama proses wawancara klien kooperatif, kontak mata baik dengan perawat dan
pasien lain. Tidak bermusuhan. Tetapi kadang cenderung defensive dalam hal
wahamnya karena klien selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
bahwa dirinya adalah Nabi Muhammad.

1. Memori

Klien masih mampu mengingat memori baik jangka panjang dan memori jangka
pendeknya dengan baik.

1. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Klien mampu  berkonsentrasi dengan baik ketika menjawab pertanyaan dari perawat
dan mampu melalakukan penghitungan angka-angka dengan baik.

1. Kemampuan Penilaian

Klien tidak mengalami gangguan penilaian baik yang ringan ataupun yang bermakna.
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana tanpa harus di bantu orang lain.

1. Persepsi

Klien dahulu selama di rumah sering mendengar suara-suara yang asalnya dari Tuhan
yang mengatakan dialah sang wahyu sang Nabi Muhammad itu. Klien juga mengatakan
pernah Tuhan datang menemui dirinya. Orang lain tidak akan mampu melihat Tuhan.

Masalah : halusinasi dengar dan lihat

1. Alam perasaan

Pasien tidak merasa sedih ataupun, putus asa. Klien hanya merasa kenapa keluarganya
belum datang ke Rumah Sakit untuk menjemputnya. Padahal klien merasa tidak sakit.

1. Proses Pikir

Dalam wawancara klien tidak mengalami gangguan dalam pembicaraan, tidak berbelit-
belit dan sampai pada tujuan.

1. Isi pikir
Klien menganggap dirinya Nadi Muhamad. Klien mengatakan sering dahulu mendengar
suara dan bertemu dengan Tuhan dan Tuhan mengatakan bahwa dia adalah Nabi
Muhammad itu. Kuburan Nabi Muhammad di Mekkah itu bohong..

Masalah keperawatan : Proses pikir, perubahan: waham keagamaan

1. Tingkat kesadaran

Pasien terlihat biasa saja, tidak menunjukkan adanya bingung dll. Klien masih mampu
berorientasi terhadap waktu tempat, tanggal dl, klien hanya menunggu tidak sabar
kenapa saudaranya belum datang menjemputnya.

1. Daya tilik diri

Pasien mengingkari penyakit yang diderita dan merasa tidak sakit. Klien mengatakan
kalau Tuhan datang dan membisikkan padanya bahwa dia adalah Nabi Muhammad
kenapa di bilang sakit oleh kakaknya dan keluarganya.

1. VII.     KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

Klien makan sehari 3 kali dengan menu yang disediakan di RSJ. Mengganti pakaian
kalau ada instruksi untuk mengganti.

1. Kehidupan sehari-hari

Klien mampu melakukan BAB dan BAK sendiri. Klien juga mampu membersihkan diri
setelah BAB atau BAK, mampu mengganti pakaian sendiri tetapi menunggu ada kata
“ganti baju Pak T”, Klien bisa mandi sendiri sehari 2X, tetapi jarang gosok gigi. Klien
mampu mengenakan pakaian sendiri, dalam berpakaian sesuai dengan yang harus
dipakai. Klien mampu merapikan diri dengan menyisir rambut tetapi klien jarang
mencuci rambut memakai sampo.

1. Nutrisi

Klien makan sehari 3 kali dengan menu yang disediakan di RSJ dan selalu dihabiskan.
Klien suka dengan minuman susu. Berat badan stabil, kadang naik kadang turun tetapi
tidak terlalu berlebihan. BB sekarang 49 kg

1. Istirahat dan tidur

Klien bisa tidur, dalam sehari tidur 5-6 jam, siang hari klien bisa tidur walaupun tidak
sering. Persiapan klien sebelum tidak ada biasanya ngantuk langsung ke tempat tidur,
melamun sebentar dan tidur kemudian. Sedangkan aktivitas setelah bangun tidur adalah
klien pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.

1. Penggunaan Obat
Klien selama di RSJ diberi obat sehari 2 x yaitu bersamaan makan pagi dan makan
malam. Reaksi obat yang dirasakan tidak ada

1. Pemeliharaan Kesehatan

Dari keluarga tidak mendapatkan informasi. Klien mengatakan biasanya kalau yang
membawa kontrol adalah ibunya (merupakan sistem pendukung klien yang paling
dekat) Jika ada keluhan biasanya ibunya juga membawa ke puskesmas terdekat.

1. Kegiatan didalam rumah

Klien menyatakan nanti kalau sampai dirumah akan membantu ibunya untuk bekerja
seperti menyapu rumah,  mencuci baju Klien juga berjanji akan selalu membicarakan
permasalahan dengan keluarga.

1. Kegiatan diluar rumah

Hanya kegiatan bermain sepakbola dengan karang taruna yang biasa diikuti klien
/masyarakat.

1. VIII.  MEKANISME KOPING

Sebelum  masuk RSJ kien jika marah maka dia akan mengamuk dengan cara melempar
barang-barang. Tetapi setelah di RSJ mengamuk itu sudah tidak dirasakan lagi.

Masalah : resti mencederai diri, orang ain dan lingkungan

1. IX.        MASALAH PSIKOSOSIAL

Pasien mempunyai merasa tidak mempunyai masalah dengan keluarganya termasuk


dengan lingkungan masyarakat sekitar didaerahnya. Tetapi ketika dengan Kakaknya G,
klien merasa dibohongi dan sering dimarah-marah.

1. X.           PENGETAHUAN

Pasien mengatakan pernah sekolah selesai SMU di UNTAG fakultas hokum tetapi
hanya sampai semester 1 saja. Klien merasa bahwa selama sekolah tidak pernah juara
dan tidak bodo-bodo amat.

1. XI.        ASPEK MEDIK

Diagnosa medik: Skizofrenia Paranoid

Terapi medik   :  (dari tanggal 7 Mei 2005 s/d 21 Mei 2005)

Chlorpromazine      2 X 100 mg


Trihexylphenidil    2  X 2  mgHaloperidol            2 X 5 mg

7 Mei 2005            Injeksi Diasepam 1 ampul

Pemeriksaan lab          : tgl 9 Meil 2005

Glukosa
WbC : 6.8 K/ ul : 99 mg / 100 ml
Sewaktu
Lym : 21 %/L Urea : 32,1mg / 100 ml
: 1.88 mg / 100
RBC : 5.62 m / ul Creatinin
ml
LED 1 jam : 4 mm / jam Cholesterol : 165 mg / 100 ml
LED 2 jam : 8 mm / jam Trigliserid : 196 mg / 100 ml
Protein : 6,70 mg/ 100
SGOT : 16 Unit / L
Total ml
HB 17.4 gr/dl SGPT : 13 Unit / L
Hct 51,1 g% Uric acid 3,.8520 mg
MCV 30,8 fl MCHC 33,99/dl
MCH 29.2 pg MCHC 33.2 g/dl

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Halusinasi : dengar dan visual
4. Proses pikir, perubahan : waham keagamaan

1. XIII.       POHON MASALAH

Halusinasi                    Resiko mencederai diri, orang lain

dan lingkungan

Tidak efektifnya

penatalaksanaan

regiment terapeutik

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


 

Tidak efektifnya koping keluarga

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

1. XIV.       ANALISA DATA

N
DATA MASALAH
O
S:

 Klien dibawa ke rumah sakit karena mengamuk,


bicara kacau dengan cara melempar barang-barang
dan mengancam keluarganya Resiko mencederai diri,
1  Merasa dibohongi oleh kakaknya dan seingnya orang lain dan
marah lingkungan
 Dicurigai oleh kakaknya karena merasa cemburu

O:–
S:

 Klien mengatakan: Tuhan sudah datang  dan


membisikkan padanya bahwa dia adalah Nabi
Muhammad SAW.
 Klien mengatakan bertemu dengan Tuhan dan
dialah Sang Nabi Muhammad Gangguan proses pikir :
2
 Aku ini  Nabi Muhammad waham keagamaan

O:

 Tangan kanannya bertato: “Nabi Muhammad”


 Tangan kanan bertato: “Donya kiamat”

3 S:

 Selama dirumah sering  mendengar suara yang


asalnya dari Tuhan, yang mengatakan bahwa dialah
sang wahyu sang Nabi Muhammad
 Klien mengatakan Tuhan datang dan menemui
dirinya
 Orang lain tidak akan mampu melihat Tuhan

O:

 Tangan kanannya bertato: “Nabi Muhammad”


 Tangan kanan bertato: “Donya kiamat”
 Selalu berusaha mempertahankan pendapatnya
bahwa dialah Nabi Muhammad

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PROSES


PIKIR : WAHAM

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

1. Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian


realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh
faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,
kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan
aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).

2. Tanda dan Gejala :

 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang


agama, kebesaran,
 kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan
 Klien tampak tidak mempunyai orang lain
 Curiga
 Bermusuhan
 Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
 Takut, sangat waspada
 Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
 Ekspresi wajah tegang
 Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)

3. Macam – macam waham yaitu :

 Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan


supranatural atau alat supranatural

 Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian


tubuh
 Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan
luar biasa
 Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional
dan tidak percaya dengan orang lain

 Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar

 Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk


dalam pikirannya

 Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran


orang lain

4. RENTANG RESPON WAHAM

Respon Adaptif <----------------------------------------> Respon


Maladaptif
Pikiran Logis                         Distorsi Pikiran                          
Gangguan Pikiran
1. Persepsi Kuat                1. Ilusi                                  1. Sulit
Berespon
2. Emosi Konsisten            2. Reaksi Emosi                      2. Emosi
Dengan Pengalaman              Berlebihan                          3. Perilaku
kacau
3. Perilaku Sesuai
4. Berhubungan Sesuai

5. Penyebab

Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu


Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.

Tanda dan Gejala :

 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan


tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan
diri sendiri)
 Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri
kehidupannya. ( Budi Anna Keliat, 1999)
6. POHON MASALAH

Resiko ----- Resiko Perilaku Kekerasan


                           ^

CP ---------- Perubahan proses pikir: waham


                           ^
Etiologi ---- Gangguan konsep diri: harga diri rendah

7. Akibat dari Waham

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai


diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
Memperlihatkan permusuhan
Mendekati orang lain dengan ancaman
Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
Mempunyai rencana untuk melukai

8. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham


Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan/ realitas, ekspresi wajah
klien tegang, mudah tersinggung.
Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan waham.
Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri
rendah.

Intervensi Keperawatan :
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berubungan dengan waham.
Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksinya.
Tindakan :

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan


diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).

Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan


perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda"
disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung
disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham
klien.

Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi :


katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat
yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan
klien sendirian.

Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan


perawatan diri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka
akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang
bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.
Tindakan :

Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu


lalu dan saat ini yang realistis.

Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk


melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).

Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai


kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.
3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi
perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih
memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa
nyaman dan aman.
Tindakan :

Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di


rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya


waham.

Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan


memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk


menggunakan wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas.
Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa
realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga
klien dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :

Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,


tempat dan waktu).

Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi


realitas.

Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.


Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek
samping obat.
Tindakan :

Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi,


efek dan efek samping minum obat.

Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama


pasien, obat, dosis, cara dan waktu).

Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang


dirasakan.

Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.


6. Klien dapat dukungan dari keluarga.
Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien
akan mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan:

Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga


tentang : gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga
dan follow up obat.

Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga


2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan
harga diri rendah
Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan
meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 
Tindakan :

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,


jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang


berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan


kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,


utamakan memberi pujian yang realistis

Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah


pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki

Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan 

Tindakan :

Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

Beri pujian atas keberhasilan klien

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat


klien.

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.


Evaluasi

Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham

Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dengan


keyakinannya (waham) saat ini

Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham

Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien

Klien menggunakan obat sesuai program

Daftar Pustaka
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5
thed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD
Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2000
Diposting oleh iLo sLayers di 12.35
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: ASKEP JIWA
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Waham

Waham

Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien.

Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang


diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang kali
secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang
lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik,
sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah
tersinggun.

Proses terjadinya masalah

1. Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah.
Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

2. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai
dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-
kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang
ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Data yang perlu dikaji :

1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan


o Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-
barang dan tidak mampu mengendalikan diri
o Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar
barang-barang.
2. Kerusakan komunikasi : verbal
o Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
o Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata kurang

3. Perubahan isi pikir : waham ( ………….)


o Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
o Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak
tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung

4. Gangguan harga diri rendah


o Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri
o Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

Diagnosa Keperawatan

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham

Intervensi

Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal

Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
o Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak
yang jelas topik, waktu, tempat).
o Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
o Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
o Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
o Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
o Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis.
o Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan
perawatan diri).
o Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
o Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
o Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
o Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
o Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
o Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
o Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu).
o Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
o Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
o Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat.
o Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara dan waktu).
o Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
o Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
o Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
o Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

ADS

Artikel yang berkaitan

Askep - Asuhan Keperawatan Waham


Askep Jiwa

Label: Askep - Asuhan Keperawatan Waham, Askep Jiwa


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA DENGAN WAHAM

Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi dalam kehidupan manusia, baik itu
kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini merupakan
stresor yag menyebabkan stres pada mereka yang mengalaminya. Bila stress ini
berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan pasien dapat mengalami waham.

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
   

Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu :

Mengkaji data yang terkait masalah


1.    

waham
Menetapkan diagnosa keperawatan pada
2.    

pasien dengan waham


Melakukan tindakan keperawatan kepada
3.    

pasien dengan waham


Melakukan tindakan keperawatan kepada
4.    

keluarga pasien dengan waham


Mengevaluasi kemampuan pasien dan
5.    

keluarga dalam menangani masalah waham


Mendokumentasikan hasil asuhan
6.    

keperawatan pasien dengan waham


B. PENGKAJIAN
1. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus
namun tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Tanda dan Gejala waham adalah :

Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap perilaku
berikut ini:

a. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan

berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya

punya tambang emas”

b. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mecederai dirinya,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup

saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”

c.       Waham agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan

Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian

putih setiap hari”

d.      Waham somatik

Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan


berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak


ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan

bahwa ia terserang kanker.

e.       Waham nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan berulangkali tetapi


tidak sesuai kenyataan.

Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan untuk
mengkaji pasien dengan waham :

Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi yang
diberikan oleh pasien tentang wahamnya.

Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal,
menolak, atau menerima keyakinan pasien.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan:
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

D. TINDAKAN KEPERAWATAN

1.      Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan

1)            Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap

2)            Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar

3)            Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

4)            Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

b.Tindakan

1)            Bina hubungan saling percaya

Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina hubungan saling
percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya adalah:

a). Mengucapkan salam terapeutik

b). Berjabat tangan

c). Menjelaskan tujuan interaksi

d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu

pasien.

2)            Bantu orientasi realita

a)      Tidak mendukung atau membantah waham pasien

b)      Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman

c)      Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

d)     Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan
atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya

e)      Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
3)      Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut dan marah.

4)      Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien

5)      Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki

6)      Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki

7)      Berdiskusi tentang obat yang diminum

8)      Melatih minum obat yang benar

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara
memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI:

“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat Puskesmas ...., saya merawat
abang dengan melakukan kunjungan rutin ke mari. Nama abang siapa, senangnya dipanggil
apa?”

“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”

“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”

KERJA:

“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”

“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang

bang B rasakan?”

“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?”

“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”


“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”

“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”

“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”

“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”

“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”

”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”

“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”

“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”

”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”

SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI

“Selamatpagi bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”

“Apakahbang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?”

“Bagaimanakalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

“Dimanaenaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?”

“Berapalama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentanghal


tersebut?”

KERJA

“Apasaja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”

“Wah..,rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volleyseperti
itu lho B”(atau yang lainsesuai yang diucapkan pasien).

“Bisabang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapayang dulu
mengajarkannya kepada bang B, dimana?”

“Bisabang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”

“Wah..baiksekali permainannya”

“Cobakita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali sehari/seminggubang B
mau bermain volley?”

“Apayang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”

“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yanglain selain bermain volley?”

TERMINASI

“Bagaimanaperasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan


kemampuanabang?”

“Setelahini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual yang telah kitabuat
ya?”

“Besok kita ketemu lagi ya bang?”

“Bagaimanakalau nanti sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya setuju?”


“Nantikita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum, setuju?”

“Bagaimanakalau sekarang bang B teruskan kemampuan bermain volley tersebut…….”

 
SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI

“Selamatpagi bang B.”

“Bagaimanabang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali”

“Sesuaidengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kitamembicarakan
tentang obat yang bang B minum?”

“Dimanakita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?”

“Berapalama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

KERJA

“Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jamberapa saja obat diminum?”

“ BangB perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”

“Obatnya ada tiga macam bang, yangwarnanya oranye namanya CPZ gunanyaagar tenang,
yang putih ini namanyaTHP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran jadi teratur.Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut bangB terasa kering, untuk membantumengatasinya
abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”.

“Sebelum minum obat ini bang B dan ibumengecek dulu label di kotak obat apakah benar
nama B tertulis disitu,berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum.Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”

“Obat-obat ini harus diminum secarateratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agartidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak menghentikan sendiri obat
yangharus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter”.

TERMINASI

“Bagaimanaperasaan bang B setelah kita bercakap-cakap

tentang obat yang bang B minum?. Apa sajanama obatnya? Jam berapa minum obat?”

“Mari kita masukkan pada jadual kegiatanabang. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnyapada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarindilanjutkan ya Bang!”

“bang, besok kita ketemu lagi untukmelihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau sepertibiasa, jam 10 dan di sini?”

“Sampai besok.”

 
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga

a. Tujuan :

1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien

2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang

dipenuhi oleh wahamnya.

3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara

optimal

b.Tindakan :

1)      Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.

2)      Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien

3)      Diskusikan dengan keluarga tentang:

a) Cara merawat pasien waham dirumah

b) Follow up dan keteraturan pengobatan

c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.

4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping,
akibat penghentian obat)

5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera

6) Latih cara merawat

7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga


SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi masalah menjelaskan
proses terjadinya masalah; dan obat pasien.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di
puskesmas .... Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?”

“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat
B di rumah?”

“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang ruang tamu ini?”

“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA

“Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah
dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-
ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan
proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali
anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan
pertama:

‘Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk
mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”

“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”

“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”

“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B,


misalnya: “Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada
bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh
anak)

“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan
dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan
penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika
dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B
di rumah?”

“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali.”

“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”

“Jam berapa bapak dan ibu bisa ?”

“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI

“Selamatpagi pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemulagi”

“Bagaimanapak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua
hariyang lalu?”

“Sekarangkita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”

“Kitaakan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”

“Berapalama bapak dan ibu punya waktu?”

KERJA

“Sekarang anggap saya B yang sedangmengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu
praktekkan cara bicara yangbenar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”

“Bagus, betul begitu caranya”

“Sekarang coba praktekkan cara memberikanpujian kepada kemampuan yang dimiliki B.


Bagus.”

“Sekarang coba cara memotivasi B minumobat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai
jadual?”

“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibusudah mengerti cara merawat B”

“Bagaimana kalau sekarang kitamencobanya langsung kepada B?”

(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)

TERMINASI

“Bagaimanaperasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”

“Setelahini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kalibapak dan
ibu membesuk B”

“Baiklah bagaimana kalau dua harilagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba lagi caramerawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”

“Jamberapa bapak dan ibu bisa kemari?”


“Baiksaya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

 
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan pasien
ORIENTASI

“Selamatpagi pak, bu, karena kunjungan sayasudah mau berakhir, bagaimana kalau kita
berbincang tentang perawatanlanjutan untuk B?”

“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakanjadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di sini”

“Berapalama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum
Bpk/Ibumenyelesaikan administrasi di depan.”

KERJA

“Pak/Bu, ini jadwal B yang sudah dibuat.Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semu? Jangan lupamemperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di rumah, dan
jangan lupamemberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakan).”

“Hal-halyang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan olehanak ibu
dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagaiseorang nabi terus menerus
dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolakminum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster Edi Puskesmas Indra
Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ininomor telepon puskesmasnya: (0651)
321xxx.

Selanjutnyasuster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah”

TERMINASI

“Apayang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siapmelanjutkan


di rumah?”

“Ini jadwal kegiatan hariannya. Inirujukan untuk Sr E di PKM Inderapuri. Kalau ada apa-
apaBpk/Ibu boleh jugamenghubungi kami. Sampai jumpa!”

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


E. EVALUASI
1. Kemampuan pasien dan keluarga

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA

DENGAN MASALAH WAHAM

Nama pasien : .................

Nama perawat : ...................

Petunjuk pengisian:

1.      Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.

2.      Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian

Tgl Tgl Tgl Tgl

No Kemampuan

A Pasien

1 Berkomunikasi sesuai dengan


kenyataan

2 Menyebutkan cara memenuhi


kebutuhan yang tidak terpenuhi

3 Mempraktekkan cara memenuhi


kebutuhan yang tidak terpenuhi

4 Menyebutkan kemampuan positif


yang dimiliki

5 Mempraktekkan kemampuan
positif yang dimiliki
6 Menyebutkan jenis, jadual, dan
waktu minum obat

7 Melakukan jadwal aktivitas dan


minum obat sehari-hari

B Keluarga

1 Menyebutkan pengertian waham


dan proses terjadinya waham

2 Menyebutkan cara merawat


pasien dengan waham

3 Mempraktekkan cara merawat


pasien dengan waham

4 Membuat jadual aktivitas dan


minum obat klien di rumah
2.Kemampuan perawat

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN WAHAM

Petunjuk pengisian:

Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja (No
04.01.01).

Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

No Kemampuan

A Pasien

SP I p

1 Membantu orientasi realita

2 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

3 Membantu pasien memenuhi kebutuhannya

4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan


harian

Nilai SP I p

SP II p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki

3 Melatih kemampuan yang dimiliki

Nilai SP II p

SP III p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan


harian

Nilai SP III p

B Keluarga

SP I k

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam


merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan


jenis waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham

Nilai SP I k

SP II k

1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien


dengan waham

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung


kepada pasien waham

Nilai SP II k

SP III k

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah


termasuk minum obat

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Nilai SP III k

Total nilai: SP p + SP k

Rata-rata

Nama pasien : .................

Nama perawat : ...................


 
F. MENDOKUMENTASIKAN ASUHAN
KEPERAWATAN

1. Berikut adalah pedoman pengkajian dari diagnosa keperawatan waham. Format

pengkajian lengkap dapat dilihat di modul 7

Latihan

Dokumentasikanpengkajian dan diagnosa keperawatan pasien waham menggunakan format


yangtersedia

Proses pikir

[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial

[ ] Flight of ideas [ ] Blocking

[ ] Kehilangan assosiasi [ ] Pengulangan bicara

Isi pikir

[ ] Obsesi [ ] Fobia

[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait

[ ] Hipokondria [ ] Pikiran magis

Waham

[ ] Agama [ ] Somatic [ ] Kebesaran [ ] Curiga

[ ] Nihilistik [ ] Sisippikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir


 

WAHAM

Nama                           : TN. F

Umur                           : 30 tahun

Jenis kelamin               : laki-laki

Ruangan                      : kutilang

Tanggal masuk            : 15/03/2013

STRATEGI PELAKSANAAN  (SP1)

Interaksi Ke : I (Pertama)
Tanggal Pertemuan : 02-04-2013

A. Kondisi Klien
Data   :

         Klien Mengatakan  teman  tomy Suharto.

         Klien mengatakan sekarang dia berada di penjara.

         Klien mengatakan iya pernah dipenjara bersamaa tomy sueharto

         klien Berbicara tidak realistis,

         curiga +

          klien memiliki panu +

         Klien berpenampilan kurang rapi

         Kuku panjang


         Kumis panjang

B. Diagnosa Keperawatan : Perubahan proses piker : waham

C. Tujuan

         Halusinasi : Klien Dapat Membina Hubungan Saling Percaya Dengan Orang Lain Dan Mengenali
Masalah Yang Sedang Terjadi.
         DPD ; mengenalkan tata cara perawatan diri sehingga perawatan diri dapat diidentifikasi.
D. Tindakan Keperawatan :

         Waham ;

  Identifikasi tanda dan gejala waham

  Membantu orientasi realita : nama, waktu, orang , tempat.

  Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

  Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

  Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

         DPD :

  Identifikas masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, , makan /minum BAK/BAB

  Jelaskan Pentingnya Kebersihan Diri

  latihan menjaga kebersihan diri : Mandi, Sikat Gigi, Cuci Rambut, Dan Potong Kuku

  Masukan Jadwal Harian Untuk Latihan Mandi, Sikat Gigi, Cuci Rambut, Dan Potong Kuku

E. Strategi Komunikasi

 Fase Orientasi :
Salam Terapeutik:
Selamat pagi,pak.  perkenalkan nama saya Anduwi b.k , saya bisa dipanggil duwi, saya perawat
disini yang akan membantu bapak selama dirawat di sini. Nah sekarang saya yang bertanya ya
pak? nama Bapak siapa?…., , saya boleh panggil apa?

.
Evaluasi/validasi :
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bapak terlihat segar,mungin kita bisa berbincang-bincang
mengenai masalah yang bapak alami saat ini? Baiklah semoga setelah bertemu dengan saya
masalah bapak akan teratasi. Begitu ya pak?

Kontrak:
bapak peran saya disini adalah membantu bapak memfasilitasi bapak, tugas saya membantu
menyelesaikan permasalahan yang bapak alami, bapak bisa ceritakan semua permasalahan
bapak kepada saya tentang apa yang bapak alami selamai ini, saya akan merahasiakan
semuanya dari orang lain bapak tidak perlu khawatir, saya tidak akan menceritakan kepada
siapapun kecuali demi kesembuhan bapak dan keperluan pengobatan bapak. Bagaimana pak?
Apakah bapak setuju? Baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincangnya di sini saja? Berapa
lama bapak mempunyai waktu dengan saya? Bagaimana kalau 20 menit, ?

2. Fase Kerja :
Nah, tadi saya sudah menyebutkan nama saya, coba ulangi siapa nama saya? Lupa? Masih
sebentar kok sudah lupa? Saya ulangi lagi nama saya Anduwi, bapak bisa memanggil saya Duwi
ya pak? Bapak feri , alamat rumah bapak dimana? Ohhh,, dan tanggal lahir bapak kapan? Oh
bagus, jadi usia bapak berapa ya sekarang? Wah bgus kalo begitu.  Bapak,  Baiklah semoga
bapak bisa mengenal saya, begitu pula sebaliknya sehingga bapak bisa merasa nyaman
bercerita kepada saya.

 coba sekarang bapak  ceritakan pada saya apa yang bapak alami? Bapak sekarang tauh bapak
ada dimana?  Penjara, kenapa bapak bias masuk penjara. Oooo jadi bapak korban salah
tangkap polisi akibat bapak berada dirumah tomy Suharto.memang bapak ada hubungan apa
dengan tomy sueharto. Ohh jadi  bapak teman sa    ja dengan tomy sueharto dan ibunya
merupakan sodara dari ibu bapak.wah,,, saya jadi bingung, sebnarnya bapak itu teman atau
sodara tomy sueharto? Kalo boleh saya jelaskan bapak bukan keluarga cendana. Dan peru
bapak ketahui ini  bukan penjara pak. Namun ini adalah rumah sakit jiwa? Kenapa bapak dapat
masuk sini? Tidak, tahu? Pasti bapak tahu kenapa masuk rumah sakit jiwa? Bapak dulu masuk
rumah sakit jiwa Karena bapak sering marah-marah tanpa sebab. Bapak kenapa bias marah-
marah tanpa sebab dan membanting benda dirumah? Lupa,, masa bapak lupa, pasti bapak
tau?  Oooo karena ada yang bilang bahwa barang-barang dirumah adalah barang curian ? sapa
yang bilang pak? Tetangga. Tetangga atau bisikan  pak. Oohhh,,,,, jdi tetangga.
Bapak coba sekarang sebutkan bapak di rumah tinggal dengan siapa? siapa orang yang paling
dekat dengan anda di rumah? Ibu dengan adik anda yang bernama deny. Apakah anada saying
pada mereka. Lalu bagaiman dengan ayah anda ? ooo, ayah anda adalah ayah tiri. Tadi anda
dibesuk oleh ibu dan adik bapak. Bagaiman perasannya? Senanglah ya dibesuk/jenguk. Kalau
tadi itu di rumah, bagaimana kalo di sini/di RSJ. Sapa teman yang paling dekat dengan anda.
Ohh,, sudah pulang temannya.  Apakah bapak sering berbicara dengan teman-teman yang
lainnya? Ohhh bagus itu, apa yang bapak bicarakan kepada teman-teman bapk?

Pak, hari ini sudah mandi berapa kali? Apakah waktu bapak memakai sabun dan menggosok
gigi. Bapak sudah menggosok gigi, tapi kenapa gigi bapak masih kotor.? Dan bila mandi bapak
sering tidak bersih tu,,, karena bapak panuan. Nah bapak, Sudah BAB ? sehari serapa kali pak?
Ohh bagaimana dengan BAKnya?  Bagaiman Oh y, coba saya boleh liat kukunya. Wah kuku dan
kumis bapak sudah panjang, kapan terakir bapak bersihkan. Ohh sudah seminggu yang lalu.
Wah sudah lama juga ya pak. Mulai besok kita bersihkan dan bapak bias kan bersihkan
sendirikan? Terus ganti baju sehari berapa kali? Kapan saja itu?  Baik bapak kita buat  jatwal
harian agar bapak bias merawat diri bapak ya? Agar bapak lebih terlihat,,, lebih ganteng?
Selain itu kalo badan bapak rajin mandi, menggosok gigi, memotong kumis, kuku, dan menjaga
kebersihan diri bapak. Bapak akan keliatan lebih rapi dan badan bapak tidak mudah terkena
penyakit.

3. Fase Terminasi :
Evaluasi Subyektif :
Baiklah, saya rasa bapak sudah mulai terbuka dan merasa nyaman dengan kehadiran saya,
sekarang bagaimana perasaan bapak setelah bertemu dan bercerita dengan saya? Bagus, rasa
berharap bapak lebih bisa mengungkapkan perasaan bapak dan lebih terbuka dengan harapan
agar masalah bapak dapat teratasi.

Evaluasi Obyektif :
Nah, sekarang coba sebutkan lagi siapa nama saya? Bagus sekali. Mulai sekarang kalau ketemu
saya jangan lupa panggil saya dengan? Bagus.
         Tindak Lanjut :
Baiklah, saya rasa pertemuan kita cukup sekian, kita sudah cukup saling mengenal saat ini,
Saya berharap setiap bapak bertemu dengan saya dan saat memerlukan bantuan saya, bapak
mau memanggil saya supaya selama bapak di sini dapat bekerjasama dengan saya serta bapak
mampu sembuh kembali.
Kontrak yang akan datang :
Sekarang 20 menitnya sudah habis, berarti pertemuan kita disini juga sudah selesai. Besok
pukul 15.00 , saya akan datang kembali menemui bapak untuk mendiskusikan masalah yang
sedang bapak hadapi sekarang, nanti dimana kita bisa bertemu kembali? Baiklah nanti kita
bertemu lagi disini ya pak?

 STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


Tindakan Keperawatan
Interaksi Ke: II (Kedua)
Tanggal Pertemuan: 03-04-2013

A.    Kondisi Klien


         Klien masih  mengatakan mengatakan teman  tomy Sueharto

         Klien mengatakan kakinya pegal karena ada yang memindahkan penyakit ke dirinya

         Klien mengatakan kakinya seperti terlilit ular

         Klien mengatakan dirinya kurus akaibat kakaknya mengambil dirinya , sehingga badan
kakaknya gemuk

         Klien masih mengatakan iya berada dipenjara

         Klien masih Berbicara tidak realistis.

         Klien kurang rapi dan memiliki panu

         Kuku panjang

         Kumis panjang

         Makan berantakan


B.     Diagnosa Keperawatan : Perubahan proses piker : waham dan DPD

C.      Tujuan :
Halusinasi : Pasien dapat mengenal dan menjelaskan tentang waham yang merupakan salah
satu bentuk dari perubahan proses piker
DPD : Kelien Dapat Berpenampilan Rapi Dan Menjaga Kebersihan Diri Klien.

D.     Tindakan Keperawatan:


         WAHAM ;
  Penjelasan mengenai waham dan realita

  Evaluasi Kegiatan Pemenuhan Kebutuhan Pasien Dan Berikan Pujian

  Diskusikan kemampuan yang dimiliki

         DPD :
  jelaskan cara dan alat untuk berdandan

  evaluasi kegiatan kebersihan diri

E.     Strategi Komunikasi


         Fase Orientasi:
Salam Terapeutik:
Selamat pagi  Pak . Bagaimana apakah Bapak sudah siap? Saat ini saya datang lagi untuk
menemui bapak sesuai dengan janji saya kemarin. Sekarang sudah pukul 15.00. Bagaimana Pak
apakah dapat kita mulai?

Evaluasi:
Bagaimana perasaan bapak saat ini? Bapak, apakah masih ingat nama saya? Bagus, seratus
untuk bapak. Oh iya. Bagaimana, pak perasaan hari ini?.

Kontrak:
baik, pak sesuai kontrak kita kemarin. Kita bakal ngobrol-ngobrol lagi nih. Pak feri, punya
waktu berapa menit? Baiklah kalau begitu. 20 menit ya pak. Tempatnya disini saja ya pak
(tempat makan).

 Fase Kerja:

Bapak, bolehkah saya bertanya? Apakah yang bapak rasakan saat ini? Bapak menderita pegal-
pegal knapa bisa pegal-pegal? Mungkin bapak pegal-pegal karena kelelahan atau sakit atau
pun karena efek samping obat bukan karena di guna-guna atau disantet atau ada yang
memindahkan penyakit Kediri bapak. Bapak, selain pegal-pegal apa yang bapak rasakan. Tidak
ada. Saya mau bertanya lagi bapak sekarang ada di mana? Di penjara. Kok, dipenjara pak, kan
saya sudah jelaskan kemaren bapak di RSJ. Bapak juga mengenal tomy Suharto. Kerabat
bapak? Bukan pak, tomy sueharto itu bukan kerabat bapak. Dan iya itu merupakan keluarga
cendana yaitu keluarga mantan presiden.

Baik bapak saya mau jelaskan mengenai penyakit bapak. Bapak, terkena penyakit waham?
Bapak tau arti penyakit waham. Bukan penyakit orang mati pak? Baik saya akan jelaskan.
Bapak, Sekarang Bapak mengalami suatu gangguan proses pikir yang dinamakan waham.
Waham adalah gangguan proses pikir terhadap realita yang meyakini sesuatu yang salah. Jadi
bapak, harus bias membedakan mana yang nyata dan mana yang bukan nyata. Bapak teralu
berhayal teralu tinggi.

Coba sekarang bapak bedakan mana realita dan bukan? Misalnya , apakah tomy sueharto yang
bapak pikirkan adalah memang nyata atau Cuma pikiran bapak saja. Ok, bgus. Dan coba bapak
sekarang jelaskan kembali mengenai waham. Bukan itu pak, wahm bukan penyakit orang mati?
Waham yaitu ketidak mampuan seseorang untuk membedakan isi kehidupan yang
sebenarnya.  Jadi bapak harus ingat itu ya pak. Dan bapak harus dapat membedakannya y.

Nah, sekarang saya mau Tanya. Bapak bias main gitar? Atau bapak punya hobi? Wah jadi
bapak tidak memiliki hobi dong. Nah sekarang saya mau Tanya ? apa bakat bapa yang bapak
miliki? Ya seperti, bapak bias membuat sesuatu? Waahhhh ,,,, agak susah dong kalo bapak gak
punya bakat dan kita mau mengembangkan bakat namun, bapak tidak memiliki bakat. Baik kita
cari bersama-sama bakat bapak sesuai waktu yang berjalan.

Ohhh,, ya bagaimana hari ini saya mau liat kebersihan tubuh bapak. Baik saya liat Kuku, kumis
dan panu bapak. Bapak kok belum dipotong? Ooo, bgitu . ok kalo begitu besok kita bersihkan
bersama-sama. Bapak tau tidak, apa nama alat potonganan kuku? Iya benar. Untuk cukur
kumis? Iyak pinter. Kalo untuk panu bapak, bagaimana cara mengobatinya. Iya benar dengan
pakai obat. Namun selai pakai obat, bapak juga harus mandi yang bersih pake sabun dan
badannya ketika mandi digosok-gosok biar bersih. Ganti baju juga ya pak.

Kemarin saya sudah jelaskan pentingnya kebersihan diri coba sekarang bapak jelaskan kembali
apa yang terjadi bila bapak rajin membersihkan diri? Ya, seratus buat bapak.

         Fase Terminasi:


Evaluasi Subyektif:
Baiklah saya rasa bapak sudah mulai mengenal tentang realita atau kenyataan yang
ada.Bagaimana perasaan bapak setelah pertemuan kita kali ini? Ok, kalau begitu apakah nanti
bapak mau bertemu saya lagi untuk membahas masalah bapak?

Evaluasi Obyektif:
Sekarang coba sebutkan apa yang dimaksud dengan waham? Benar sekali, apakah bapak
sudah paham tentang yang bapak alami sekarang? Baiklah kalau bapak ada masalah dan mau
bapak ceritakan bapak dapat menemui saya.

Tindak Lanjut:
Saya rasa bapak sudah banyak memahami isi pembicaraan kita kali ini. Saya berharapa agar
setiap masalah yang bapak hadapi selalu mendiskusikannya dengan saya. Agar masalah bapak
dapat segera teratasi

Kontrak yang akan datang:


baik pak, waktu kita sudah selesai? Dan waktu kita juga sudah selesai. dan, sesuai dengan
perjanjian kita tadi yaitu 20 menit. Bagaimana pak kapan kita bisa ketemu lagi? Baiklah kalu
besok  Jam 10.00. kita ketemu lagi dan di tempat ini saja ya pak. Nanti kita akan membahas
masalah waham dan realita. Baiklah sekian pertemuan kita kali ini tapi ingat pesan saya pak ya!
Selalu mendiskusikan masalah yang bapak hadapi. Terima kasih atas waktunya. 

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


Tindakan Keperawatan
Interaksi Ke: III (Ketiga)
Tanggal Pertemuan: 04-04-2013

A. Kondisi Klien
         klien masih mengatakan teman tomy Suharto
         klien masih mengatakan badanya di lili ular pada bagian kaki
         klien tampak percaya terhadp perawat

B.     Diagnosa Keperawatan


Perubahan proses pikir

C.     Tujuan :
Pasien dapat membedakan antara pikiran waham dengan realita

D.    Tindakan Keperawatan:

Halusinasi ; evaluasi membedakan antara pikiran waham dengan realita, Memberikan


pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
DPD : evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan, jelaskan cara dan alat dandan

E.      Strategi Komunikasi


1. Fase Orientasi:
Salam Terapeutik:
Selamat Sore Pak . Bagaimana kabar Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya seamalam pak?
Sekarang saya menapati janji saya yang kemarin yaitu akan mengajak bapak berdiskusi
masalah waham dan realita serta memberikan pendidikan mengenai obat. Bagaimana Apakah
bapak sudah siap? Bagus. Kita ngobrol dimana pak? Di  meja makan sini saja ya pak..

Evaluasi:
Bagaimana perasaan bapak saat ini? Bapak, apakah masih ingat nama saya? Bagus, Bapak
masih hafal nama saya. Oh iya. Pak  apakah sudah sarapan pagi? Dengan lauk dan sayur apa
pak? Wah enak sekali ya pak? Ngomong-ngomong bapak apakah masih ingat apa yang disebut
waham itu? Baiklah saya akan menjelaskannya kembali.

Kontrak:
Pak , kali ini bapak punya waktu berapa menit? Baiklah kalau begitu. 20 menit ya pak. Disini
saja ya bapak?

Fase Kerja:
Bapak, apakah yang bapak rasakan beberapa hari  ini? Oh begitu ya? Nah, kemarin saya sudah
jelaskan kepada bapak mengenai waham? Coba bapak sekarang  ulang  sekarang saya jelaskan
kembali apa yang disebut waham itu. Salah pak, baik saya ulani lagi ya pak.Waham adalah
suatu pemikiran yang salah terhadap realita yang ada. Misalnya seperti menganggap diri
adalah seorang yang sangat ditakuti oleh bayak orang yang pada kenyataannya tidak begitu.
Pak apakah bapak masih ingat siapa nama bapak sebenarnya? Wah seratus pak.bapak sudah
ingat ari dari waham kan.
Coba sekarang saya mau Tanya. Bapak dapat obat berapa kali sehari? 2 kali, kapan saja itu
pak? Oh pagi siang dan sore. Berapa jenis pak. 3, apa saja pak warnanya. Kuning genteng itu
namanya CPZ, Putih namanya THP, dan ping itu namanya HPL.
Nah saya mau jelaskan kepada bapak bahwa minum obat ada aturanya yaitu 6 B ((Jelaskan 6
benar : benar jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat) dan 1 E
( Menjelaskan Dari Evek Samping Obat). Nah,, bapak sekarang kan sudah mengerti nama
obatnya. Kalo bapak tidak minum onat secara tidak teratur menurut bapak apa yang akan
terjadi? Iya benar sekali, kalo bapak tidak minum obat secara tidak teratur maka bapak akan
tidak  sembuh-sembuh.
Nah sekarang saya mau liat kuku dan kumis bapak. Nah kan belum dibersihkan. Mari kita
bersihkan dengan potongan kuku  dan cukuran kumis (jelaskan setiap fungsinya). Bapak bias
bersihkan kuku dan kumisnya sendirian. Bagus kalo bias membersihkan sendirian. Saya
dampngi ya pak. (setelah dibersihkan). Nah sekarang sudah dibersihkan keliatan lebih rapi kan.
Coba liat giginya, nah bagus giginya bersih dan tidak ada kotoranya lagi. Coba liat panunya ,
sudah diberi obat belum pak. Belum, ini ada obat panu, bapak berikan sesudah mandi sehari 3
kali ya pak. Kalo tidak bias mengoleskanya ke tubuh, minta bantuan ke teman-teman bapak.
Bapak punya teman kan? Nah sekarang sudah membersihkan kuku, kumis dan mengobati panu
bapak. Bapak terlihat lebih rapi kan.

3. Fase Terminasi:
Evaluasi Subyektif:
Ok, saya rasa bapak sudah sedikit mengenal tentang waham dan realita dan bapak sudah
mengenal siapakah bapak sebenarnya. Dan bapak juga sekarang terlihat lebih rapi.

Evaluasi Obyektif:
Sekarang coba sebutkan apa yang dimaksud dengan waham? Benar sekali, apakah bapak
sudah paham tentang yang bapak alami sekarang?  Bagai mana dengan minum obat apa
aturanya ? yak benar sekali pak? Baiklah kalau bapak ada masalah dengan penjelasan saya tadi
bapak dapat menemui saya.

Tindak Lanjut:
Baiklah pak saya rasa bapak sudah mampu membedakan antara waham dengan realita nah,
saya ingatkan lagi kalau bapak ada masalah tolong paka menemui saya.

Kontrak yang akan datang:


Bapak saya rasa ngobrol kita kali ini sudah cukup karena sudah 20 menit. Besok sore saya akan
menemui bapak kembali sebelum makan sore jam 15.00 ya pak? Nanti kita akan membahas
cara menghilangkan waham ya pak? Bagaimana apakah bapak setuju? Baiklah. Terimakasih
atas waktu yang telah bapak luangkan.
Related Posts - Strategi Pelaksanaan Waham (SP)

di 08.23

Anda mungkin juga menyukai