Anda di halaman 1dari 97

ASKEP JIWA WAHAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan
tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau
bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI mengikuti saya”) dan tetap
dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. waham
sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada skizofrenia. semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi
dan waham tidak sistematis.
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang
ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang
menonjol, atau waham aneh yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham, sering
berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik,
atau eretomania.
Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem
waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya. Diagnosis mungkin sulit karena
pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela.
mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik
dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena
keinginan mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering
mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini
merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian
paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas setiap sindrom menunggu
penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide – ide paranoid dan cemburu sering
terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang
menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium
ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur karena sakit (dan sensorisnya terganggu).
Saat ini, kebermaknaan keadaan keluarga seperti ini sebagai etiologi belum pasti. mekanisme
pertahanan spesifik yang digunakan oleh pasien biasanya penyangkalan, proyeksi, dan regresi.

1.2 Tujuan
Pembuatan makalah bertujuan agar mahasiswa keperawatan mengerti mengenai waham dan juga
cara membuat asuhan keperawatan sebagai panduan dalam melakukan praktik klinik
keperawatan jiwa di rumah sakit.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)
2.2 Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta benda, keluarga
maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress bagi mereka yang
mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan waham.
(Budi Anna Keliat, 2006: 147)
2.3 Tanda dan Gejala
a) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan
dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
b) Klien tampak tidak mempunyai orang lain
c) Curiga
d) Bermusuhan
e) Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
f) Takut, sangat waspada
g) Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
h) Ekspresi wajah tegang
i) Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)
2.4 Jenis Waham
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
a) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus yang
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen
kesehatan lho!” atau, “Saya punya tambang emas.”
b) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka
iri dengan kesuksesan saya.”
c) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga,
saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.”
d) Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya
sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda
kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya,
sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.

BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memerhatikan, dan mendokumentasikan
semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang diberikan oleh pasien tentang
wahamnya. Berikut merupakan beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai
panduan untuk mengkaji pasien waham: (Budi Anna Keliat, 153)
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwaia berada di luar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien merasa bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan
dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakn
bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?
Berikut ini format dokumentasi pengkajian dari diagnosis keparawatan waham:
Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
1. Proses Pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial
[ ] Flight of ideas [ ] Bloking
[ ] Kehilangan asosiasi [ ] Pengulangan Bicara
2. Isi Pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait

[ ] Hipokondria [ ] Pikiran magis


3. Proses Pikir

[ ] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga


[ ] Nihilistik [ ] Sisip Pikir [ ] Siar Pikir [ ] Kontrol Pikir
3.2 Diagnosis Keperawatan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Proses Pikir: Waham


Gangguan konsep diri : Kehilangan, harga diri rendah
Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif maupun objektif ditemukan pada pasien,
diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah gangguan proses pikir: Waham (Budi
Anna Keliat, 2006).
3.3 Tindakan Keperawatan
Selanjutnya, setelah diagnosis ditegakkan, perawat melakukan tindakan keperawatan bukan
hanya kepada pasien, tetapi juga pada keluarga. Tindakan tersebut meliputi:
3.3.1 Tindakan Keperawatan pada Pasien
A. Tujuan Tindakan Keperawatan pada Pasien:
1. Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap
2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
B. Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien waham perawat harus membina hubungan saling percaya
terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.
Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya, yaitu:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Membantu orientasi realitas
a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b. Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c. Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari
d. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan atau
menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.
e. Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas
3) Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut dan marah.
4) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
5) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
8) Melatih minum onat yang benar
SP1 Pasien: Membina hubungan saling percaya; Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraltikkan pemenuhuan kebutuhan yang tidak
terpenuhi.
Contoh Komunikasi:
Orientasi
”Selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas di ruang Melati. Saya dinas
dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti, saya akan merawat anda hari ini. Nama anda siapa, senang
dipanggil apa?”
”Boleh kita berbincang-bincang tantang apa yang B rasakan sekarang?”
”Berapa lama B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
”Di mana enaknya kita berbincang-bincang, B?”
Kerja
”Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk
memercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi putus B?”
”Tampaknya B gelisah sekali, bisa B ceritakan apa yang B rasakan?”
”O... jadi B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur
diri B sendiri?”
”Siapa menurut B yang sering mengatur-atur diri B?”
”Jadi, ibu yang terlalu mengatur-atur ya B, juga kakak dan adik B yang lain?”
”Kalu B sendiri, inginnya seperti apa?”
”Bagus, B sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri!”
”Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut B!”
”Wah bagus sekali! Jadi setiap harinya B ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan selalu
dirumah terus ya?”
Terminasi
”Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus!”
”Bagaimana kalau jadwal ini coba B lakukan, setuju?”
”Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kalu kita bercakap-cakap tantang kemampuan yang pernah B miliki?”
”Mau dimana kita bercakap-cakap?”
”Bagaimana kalau di sini lagi?”

SP2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktikkannya


Contoh Komunikasi:
Orientasi
”Selamat pagi B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
”Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi B?”
”Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
”Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B tersebut?”
”Berapa lama B mau kita berbicang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
Kerja
”Apa saja hobi B? Saya catat ya B, terus apa lagi?”
”Wah, rupanya B pandai main bola voli ya, tidak semua orang bisa bermain bola voli seperti itu
lho B.”
”Dapatkah B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main voli, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada B, diman?”
”Dapatkah B peragakan kepada saya bagaimana bermain voli yang baik itu?”
”Wah, baik sekali permainannya.”
”Coba kita buat jadwal untuk kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu B mau bermain
bola voli?”
”Apa yang B harapkan dari kemampuan bermain voli ini?”
”Ada tidak hobi B yang lain selain voli?”
Terminasi
”Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan B?”
”Setelah ini, coba B lakukan latihan voli sesuai dengan jadwal yang telah kita buat ya!”
”Besok kita ketemu lagi ya B? Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan
saja ya?”
”Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?”
SP3 Pasien: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
Contoh Komunikasi:
Orientasi
”Selamat pagi B! Bagaimana B sudah coba latihan volinya? Bagus sekali!”
”Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang B minum?”
”Dimana kita mau berbicara?”
”Berapa lama B mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja
”B, berapa macam obat yang diminum? Jam berapa saja obat diminum?”
”B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya ada tiga
macam, yang berwarna orange namanya CPZ gunanya untuk menenangkan, yang berwarna putih
ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang warna merah jambu ini namanya HLP gunanya
agar pikiran tenang. Semua ini diminum 3 kali seahri jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.
Jika nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk membantu mengatasinya B bisa
banyak minum dan mengisap-isap es batu. Sebelum minum obat ini, B mengecek dulu label di
kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!”
”Obat-oabt ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam
waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat yang
harus diminum sebelum membicarakannya dengan dokter.”
Terminasi
”Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B minum?”
”Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
”Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan B. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan
minta sendiri obatnya pada suster.”
”Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya B!”
”B, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan. Bagaimana
kalau seperti biasa, jam 10 pagi dan ditempat yang sama? Sampai besok!”
3.3.2 Tindakan Keperawatan pada Keluarga
A. Tujuan tindakan keperawatan pada keluarga:
1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
B. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah
b. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang:
1. Cara merawat pasien waham dirumah
2. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
3. Lingkungan yang tepat untuk pasien
4. Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
5. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
d. Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien waham
e. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
SP1 Keluarga: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi masalah;
menjelaskan proses terjadinya masalah; dan membantu pasien untuk patuh minum obat.
Contoh Komunikasi:
Orientasi
”Selamat pagi Pak, Bu, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas di ruang ini. Saya
yang merawat B selama ini. Nama Bapak dan Ibu siapa, senangya dipanggil apa?”
”Bagaimana kalau kita sekarang kita membicarakan tentan masalah B dan cara merawat B
dirumah?”
”Dimana kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau kita diruang wawancara?”
”Berapa lama waktu Bapak dan Ibu?”
”Bagaimana kalau 30 Menit?”
Kerja
”Pak, Bu, apa masalah yang anda rasakan dalam merawat B? Tindakan apa saja yang sudah
dilakukan di rumah?”
”Dalam mengahadapi sikap anak Bapak dan Ibu yang selalu mengaku sebagai nabi, tetapi
nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu, akan saya
jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak Bapak dan Ibu berkata bahwa ia
seorang nabi, Bapak/Ibu dengan mengatakan pertama, ”Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang
nabi, tetapi sulit bagi Bapak/Ibu mempercayainya karena setahu Bapak/Ibu semua nabi sudah
meninggal”, kedua, Bapak dan Ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang
baik, dan ketiga hala-hala ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi
dengan B. Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B kebutuhan yang diinginkan B, misalnya
dengan mengatakan, ”bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
pada Bapak/Ibu! B kan punya kemampuan...(kemampuan yang pernah dimiliki oleh anak).”
”Keempat, katakan, ”Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” jika B mau mencoba, berikan
pujian!”
”Pak, Bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya ada
tiga macam, yang berwarna orange namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya
THP gunanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikirannya
tenang semuanya harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, 1 siang, dan jam 7
malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B
kambuh kembali.” (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada pasien).
”B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika B minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian!”
Terminasi
”Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B
dirumah?”
”Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
”Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali ke sini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi.”
”Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat ini ya Pak,
Bu.”
SP2 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien
Orientasi
”Selamat pagi Pak, Bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang bertemu lagi.”
”Bagaimana Pak, Bu, ada pertanyaan tentang cara merawat B yang kita bicarakan dua hari yang
lalu?”
”Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya Pak, Bu? Kita akan coba disini dulu,
setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
”Berapa lama Bapak dan Ibu punya waktu?”
Kerja
”Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku sebagai nabi, coba Bapak dan Ibu praktikkan
cara bicara yang benar jika B sedang dalam keadaan yang seperti ini.”
”Bagus, betul begitu caranya!”
”Sekarang coba praktikkan cara memberi pujian pada kemampuan yang dimiliki B. Bagus!”
”Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai
jadwal?”
”Bagus sekali, ternyata Bapak dan Ibu sudah mengerti cara merawat B.”
”Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”(Ulangi lagi semua cara
diatas langsung kepada pasien)
Terminasi
”Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
”Setelah ini, coba Bapak dan Ibu lakukanapa yang sudah dilatih tadi setiap kali Bapak dan Ibu
membesuk B.”
”Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali lagi kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat B sampai Bapak dan Ibu lancar melakukannya.”
”Pukul berapa Bapak dan Ibu kemari?”
”Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat ini ya Pak, Bu.”
SP3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi
“Selamat pagi Pak, Bu, karena B sudah boleh pulang maka kita bicarakan jadwal B selam
dirumah.”
”Bagaiman Pak, Bu, selama Bapak dan Ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat B?”
”Nah sekarang bagaimana jika kita bicarakan jadwal di rumah? Mari Bapak dan Ibu duduk
disini!”
”Berapa lama Bapak dan Ibu punya waktu? Baik, 30 menit saja sebelum Bapak/Ibu
menyelesaikan administrasi di depan.”
Kerja
”Pak, Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan
dirumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), T (tidak melaksanakan).”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak Bapak
dan Ibu dirumah. Jika, misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus-menerus dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat, atau memperlihatkan perilakju membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi suster E di Puskesmas Permata Indah, puskesmas
terdekat dari rumah Ibu dan Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya (0321) 456789.”
”Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah.”
Terminasi
”Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan? Bagaimana perasaan Bapak/Ibu? Sudah siap melanjutkan
dirumah?”
”Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk suster E di PKM Permata Indah. Jika ada
apa/apa boleh juga menghubungi kami. Silahkan menyelesaikan administrasi di kantor depan.”
3.3.3 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK yang dapat dilakukan untuk pasien waham meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)TAK orientasi realitas
1. Sesi 1: Pengenalan orang
2. Sesi 2: Pengenalan tempat
3. Sesi 3: Pengenalan waktu
b) TAK sosialisasi
1. Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri
2. Sesi 2: Kemampuan berkenalan
3. Sesi 3: Kemampuan berbicara
4. Sesi 4: Kemampuan berbicara topik tertentu
5. Sesi 5: Kemampuan berbicara masalah pribadi
6. Sesi 6: Kemampuan bekerjasama
7. Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi
3.4 Evaluasi Keperawatan
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan
pasien waham dan keluarganya. Serta kemampuan perawat dalam merawat pasien waham.
Dibawah ini merupakan format untuk evaluasi kemampuan pasien waham dan keluarganya serta
kemampuan perawat dalam merawat pasien waham.

Evaluasi Kemampuan Pasien Waham dan Keluarganya


Nama Pasien : ................
Ruangan : ................
Nama perawat : ................
Petunjuk:
Berilah tanda cheklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi
No Kemampuan Tanggal

A Pasien
1 Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan

2 Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan yang


tidak terpenuhi

3 Mempraktikkan cara memenuhi kebutuhan


yang tidak terpenuhi

4 Menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki

5 Mempraktikkan kemampuan positif yang


dimiliki

6 Menyebutkan jenis, jadwal, dan waktu minum


obat

7 Melakukan jadwal aktivitas dan minum obat


sehari-hari

B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian waham dan proses
terjadinya waham
2 Menyebutkan cara merawat pasien waham
3 Mempraktikkan cara merawat pasien waham
4 Membuat jadwal aktivitas dan minum obat
pasien di rumah (perencanaan pulang)
Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Waham
Nama Pasien : ................
Ruangan : ................
Nama perawat : ................
Petunjuk
a. Berilah tanda cheklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP yang dilakukan, menggunakan instrumen evaluasi penampilan klinik
perawat MPKP
c. Masukkan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris nilai SP.
No Kemampuan Tanggal
A Pasien
SP1 Pasien
1 Membantu orientasi realita
2 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3 Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP1 Pasien
SP2 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3 Melatih kemampuan yang dimiliki
Nilai SP2 Pasien
SP3 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP3 Pasien
B Keluarga
SP1 Keluarga
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
No. Kemampuan Tanggal
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
Nilai SP1 Keluarga
SP2 Keluarga
1 Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
pasien waham
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung pada pasien waham
Nilai SP2 Keluarga
SP3 Keluarga
1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum obat (perencanaan
pulang)
2 Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah pulang
Nilai SP3 Keluarga
Total nilai: SP Pasien + SP Keluarga
Rata-rata

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PROSES PIKIR ( WAHAM )

Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan
klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham
dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan,
tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
Tanda dan Gejala :

1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,


keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
6. Takut, sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)

Penyebab

Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai
keinginan.

Tanda dan Gejala :

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya. ( Budi Anna Keliat, 1999)

Akibat dari Waham

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham

Data subjektif :

 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,


keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Data objektif :

 Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain,
lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/
realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.

Tujuan umum :

 Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Rasional : Hubungan saling
percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya.

Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu,
tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan
klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. Rasional : Dengan mengetahui
kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan
yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.

Tindakan :

 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.


 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Rasional : Dengan


mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk
memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman
dan aman.

Tindakan :

 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.


 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah
sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas. Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka
pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada.

Tindakan :

 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar. Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur
dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping
obat.

Tindakan :
 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6. Klien dapat dukungan dari keluarga. Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam
merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan:

 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan umum :

 Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga
dirinya.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan
topik pembicaraan)
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian
yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan


 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.


 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Evaluasi

1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5. Klien menggunakan obat sesuai program

Daftar Pustaka

1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
6. LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM
7.
8.
9. A. Definisi WAHAM
10. · Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
11. · Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
12. · Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan
intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut
dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.
B. Proses Terjadinya Waham
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta
benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan
stress bagi mereka yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat
memicu masalah gangguan jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)
Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat
yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
13. C. Faktor Prediposisi WAHAM
14. 1. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
2. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
3. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III
5. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

15. D. Faktor Presipitasi WAHAM


16. 1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
17. 2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
18. 3. Adanya gejala pemicu
19.
20. Rentang respon neurobiologi :
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM
21.
22. E. Manifestasi Klinis WAHAM
23. a) Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
24. Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian
bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
25. b) Fungsi persepsi
26. Depersonalisasi dan halusinasi
27. c) Fungsi emosi
28. Afek tumpul à kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen
29. d) Fungsi motorik
30. Imfulsif à gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik à gerakan yang
diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
31. e) Fungsi sosial : kesepian
32. Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
33. f) Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

34. F. Klasifikasi Waham


35. Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
36. a) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya
tambang emas.”
37. b) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
38. c) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.”
39. d) Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
40. e) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
41. f) Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
42. g) Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang
dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang
tersebut
43. h) Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya.
44.
45. Kategori Waham :
46. 1. Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi
walaupun hanya secara teoritis.
47. 2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak
mungkin
48.
49. G. Penatalaksanaan WAHAM
50. 1. Psikofarmakologi
51. 2. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
52. 3. penarikan diri high potensial
53. 4. ECT tipe katatonik
54. 5. Psikoterapi
55. 6. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
56.
57. H. Pohon Masalah WAHAM
58.

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM


59.
60. I. Asuhan Keperawatan WAHAM
61. 1. Data yang Perlu Dikaji
62. a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
63. 1). Data subjektif
64. Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri.
65. 2). Data objektif
66. Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai,
ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.
67. b. Kerusakan komunikasi : verbal
68. 1). Data subjektif
69. Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
70. 2). Data objektif
71. Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
72. c. Perubahan isi pikir : waham (..)
73. 1). Data subjektif :
74. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
75. Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :
76. a) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
77. b) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
78. c) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh
dan tidak nyata?
79. d) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
80. e) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
81. f) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?
82. g) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
83. 2). Data objektif :
84. Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
85.
86. d. Gangguan harga diri rendah
87. 1). Data subjektif
88. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
89. 2). Data objektif
90. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
91.
92. J. Masalah Keperawatan WAHAM yang Mungkin Muncul
93. a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
94. b. Kerusakan komunikasi : verbal
95. c. Perubahan isi pikir : waham

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM


96.
97.
98. K. Rencana Keperawatan WAHAM
99. Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan waham
100. 1. Tujuan umum :
101. Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
102. 2. Tujuan khusus :
103. a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
104. · Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang
jelas topik, waktu, tempat).
105. · Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi
menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,
tidak membicarakan isi waham klien.
106. · Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
107. · Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
108. b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
109. Tindakan :
110. · Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
111. · Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu
dan saat ini yang realistis.
112. · Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
113. · Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat
penting.
114. c) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
115. Tindakan :
116. · Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
117. · Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)
118. · Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
119. · Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
120. · Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
121. d) Klien dapat berhubungan dengan realitas
122. Tindakan :
123. · Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu).
124. · Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
125. · Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
126. e) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
127. Tindakan :
128. · Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat
129. · Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien,
obat, dosis, cara dan waktu).
130. · Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan
131. · Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
132. f) Klien dapat dukungan dari keluarga
133. Tindakan :
134. · Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang:
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
135. · Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
136.
137. Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan waham
138. 1. Tujuan Umum:
139. Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
140. 2. Tujuan Khusus:
141. a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
142. Tindakan:
143. · Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
144. · Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
145. · Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
146. · Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
147. b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
148. Tindakan:
149. · Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
150. · Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
151. · Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
152. c) Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.
153. Tindakan :
154. · Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
155. · Observasi tanda perilaku kekerasan.
156. · Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami
klien.
157. d) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
158. Tindakan:
159. · Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
160. · Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
161. · Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?”
162. e) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
163. Tindakan:
164. · Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
165. · Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
166. · Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
167. f) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
168. Tindakan :
169. · Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
170. · Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
171. · Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
172. · Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan
untuk diberi kesabaran.
173. g) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
174. · Bantu memilih cara yang paling tepat.
175. · Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
176. · Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
177. · Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
simulasi.
178. · Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
179. h) Klien mendapat dukungan dari keluarga.
180. Tindakan :
181. · Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
182. · Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
183. i) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
184. · Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping)
185. · Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu).
186. · Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
187.
188. Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( …….. )
berhubungan dengan harga diri rendah
189. 1. Tujuan umum :
190. Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
191. 2. Tujuan khusus :
192. a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
193. Tindakan :
194. · Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang
jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
195. · Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
196. · Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
197. · Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
198. b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
199. · Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
200. · Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
201. · Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
202. c) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
203. Tindakan :
204. · Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
205. · Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
206. d) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
207. Tindakan :
208. · Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
209. · Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
210. · Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
211.
212. e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
213. Tindakan :
214. · Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
215. · Beri pujian atas keberhasilan klien
216. · Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
217. f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang adA
218. Tindakan :
219. · Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
220. · Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
221. · Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
222. · Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
223.
224.
225. DAFTAR PUSTAKA
226.
227. · Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah
Jiwa.
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia
228. · Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr.
Amino Gondoutomo. 2003
229. · Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2000
230. · Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa .
Jakarta : Salemba Medika
231. · Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

A. Konsep Dasar Waham

1. Pengertian
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan
klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998).
Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang
intelektual dan budaya (Rawlins, 1993).
Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau
melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif tentang
kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan
dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari
berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a. Keinginan yang tertekan.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.

2. Faktor Predisposisi dan Prespitasi


Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham (Stuart adn Sundeen,
1995.dikutip oleh Keliat, B.A.1998) adalah:
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSp. yang menimbulkan.
1) Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
b. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan.
Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan
stress yang menumpuk.
Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar
belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua,
tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna
ataupun tidak berdaya.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa
RSJP Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu:
a. Waham dengan perawatan minimal
1) Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.
2) Bersosialisasi dengan orang lain.
3) Mau makan dan minum.
4) Ekspresi wajah tenang.
b. Waham dengan perawatan parsial
1) Iritable.
2) Cenderung menghindari orang lain.
3) Mendominasi pembicaraan.
4) Bicara kasar.
c. Waham dengan perawatan total
1) Melukai diri dan orang lain.
2) Menolak makan / minum obat karena takut diracuni.
3) Gerakan tidak terkontrol.
4) Ekspresi tegang.
5) Iritable.
6) Mandominasi pembicaraan.
7) Bicara kasar.
8) Menghindar dari orang lain.
9) Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.
10) Perilaku bazar.

4. Jenis-Jenis Waham
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita
percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya.
Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan
orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak
senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu
ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain
(senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.

5. Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat
menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada
gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh
dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis.
Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat
ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di
lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar
menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti:
terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga,
terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien
dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham


1. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan
secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan
masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan
diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data
primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan,
catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya
meliputi:
a. Identifikasi klien
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama
klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah
Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu
pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang
terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan
dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan
dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap
dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti
dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam
perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan
merapikan pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien
disimpulkan dalam masalah.

j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah
laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai
suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gabie,
dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh Carpernito,
1983)

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah:
a. Gangguan proses pikir; waham.
b. Kerusakan komunikasi verbal.
c. Resiko menciderai orang lain.
d. Gangguan interaksi sosial: menarik diri.
e. Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
f. Tidak efektifnya koping individu.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham....
• Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
• Tujuan khusus
• Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya
Tindakan:
• Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
• Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima
keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,
tidak membicarakan isi waham klien.
• Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan menemani klien dan klien
berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
• Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
• Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional :
dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk
mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya
Tindakan:
• Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
• Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
• Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan
dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
• Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien
bahwa klien sangat penting.
• Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Rasional :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan
lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman
Tindakan:
• Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
• Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit
(rasa sakit, cemas, marah).
• Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
• Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga
(buat jadwal jika mungkin).
• Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
• Klien dapat berhubungan dengan realitas.
Rasional :
menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang
dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada
Tindakan:
• Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
• Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
• Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

• Klien dapat menggunakan obat dengan benar


Rasional :
Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan
efek samping obat
Tindakan:
• Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat.
• Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan
waktu).
• Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
• Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

• Klien dapat dukungan dari keluarga.


Rasional :
dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan
klien
Tindakan:
• Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan follow up obat.
• Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah
• Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga dirinya.
• Tujuan khusus :
• Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
• Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
• Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
• Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
• Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri
• Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
• Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
• Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang
realistis
• Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
• Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
• Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
• Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
• Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
• Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
• Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
• Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
• Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
• Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
• Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Daftar pustaka
Stuart. GW dan Sundeen.—Buku Saku Keperawatan Jiwa.—edisi 3.—Jakarta : EGC, 1998.
Maramis, WF. –Ilmu Kedokteran Jiwa.—Surabaya : Airlangga University Press, 1995.
Direktorat Kesehatan Jiwa.—Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Standar
Asuhan Keperawatan pada Kasus di RSJ dan di RSKO.—Jakarta : Depkes RI, 1998.
Pusdiknakes.—Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Penyakit Jiwa.— Edisi I.—
Jakarta
Depkes, 1994.
Mulyani.Yeni . .— Materi kuliah keperawatan jiwa . .— progsus pkm rantau, 2009

ASKEP Waham

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN

STRATEGI TINDAKAN KEPERAWATAN

Perubahan proses pikir : waham

A. Pengertian

a. Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan segera kukuh di pertahankan walau pun
tidak di yakini oleh orang lain yang bertentangan dengan realita normal (Stuart dan sundeen,1998)
b. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi di pertahankan dan tidak
dapat di ubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol(Depkes RI,2000)
c. Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan
yang tidak konsisten dengan tingkat intetelektual dan latar belakang budaya, ketidak mampuan
merespon stimulus internal dan eksretnal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (keliat
1999)
B. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir : waham adalah sebagai berikut :
a. Menolak makan
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
C. Rentang respon

 Pikiran logis

 Persepsi akurat

 Emosi konsisten
dengan pengalaman

 Perilaku sesuai

 Hubungan sosial
harmonis

 Kadang proses pikir terganggu


 Ilusi

 Emosi berlebihan

 Berprilaku yang tidak biasa

 Menarik diri

 Gangguan isi pikir halusinasi

 Perubahan proses emosi

 Prilaku tidak teroganisasi

 Isolasi sosial

Respon adatif
Respon mal adatif
Gambar 1.1 . rentang respon perubahan proses pikir waham sumber : keliat (1999)

D. Faktor presdisposisi

 Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat
meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan
nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif
 Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya waham
 Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan ansietas dan berakhir
dengan pengingkaran terhadap kenyataan
 Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau perubahan pada
sel kortikal dan lindik
 Faktor genetik

E. Faktor presipitasi

 Faktor sosial budaya


Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di asingkan dari
kelompok.
 Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab waham pada
seseorang
 Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenagkan.
F. Macam – macam waham

 Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan,
contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap hari “, atau klien
mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan mahkluk nya
 Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda
dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........”
“ saya punya tambang emas !”
 Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai diri nya, di
ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka semua
iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.
 Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang penyakit, di ucapkan
berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan .
Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di lakukan pemeriksaa
laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya.
 Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai denga kenyataan
Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
G. Status metal

Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat eksentrik dan aneh.tidak jarang
bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain.klien biasa cerdik ketika di lakukan pemeriksaan
sehingga dapat memanipulasi data selain itu perasaan hati nya konsisten dengan isi waham.

H. Sensori dan kognisi

Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang, tempat, dan
waktu. Daya ingat atau kognisi lain biasa nya akurat. Pengendaliaan implus pada klien waham perlu di
perhatikan bila terlihat ada nya rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau mealuka kekerasan pada
orang lain.

Gangguan proses pikir : waham biasa nya di awali dengan ada nya riwayat penyakit berupa kerusakan
pada bagian kortkes dan lindik otak. Bisa di karena kan terjatuh atau di dapat ketika lahir. Hal ini
mendukung terjadi nya perubuhan emosional seseoramg yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan
menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham
kebesaran akan timbul sebagai manivestasi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
nya. Bila respon lingkungan kurang mendukung terhadap prilaku nya di mungkinkan aka timbul resiko
prilaku kekerasan pada orang lain.

I. Pohon Masalah

effect resiko tinggi perilaku kekerasan

core problem perubahan sensori waham


causa isolasi sosial : menarik diri

harga diri rendah kronis

J. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi perilaku kekerasan

2. Perubahan proses pikir : Waham

3. Isolasi sosial

4. Harga diri rendah

K. Data Yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji

Perubahan proses pikir : waham Subjectif :

 Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang


paling hebat
 Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus

Objectif :

 Klien terus berbicara tentang kemampuan yang


dimilikinya
 Pembicaraan klien cenderung berulang – ulang
 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
L. Diagnosis Keperawatan

Perubahan proses pikir : waham kebesaran

M. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Tindakan keperawatan pada klien

a. Tujuan

 Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap


 Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
 Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar
b. Tindakan

 Bina hubungan saling percaya


Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara harus membina hubungan saling
percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut :
 Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan berinteraksi
 Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
 Tindakan mendukung atau membantah waham klien
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
 Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi karena dapat menimbulkan
kecemasan, rasa takut, dan marah
 Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan, atau
menyangkal sampai klien berhenti membicarakannya.
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
 Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat lalu dan saat ini
 Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya
 Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan,
rasa takut, dan marah
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien
 Berbicara dalam konteks realita
 Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya, berikan pujian yang sesuai
 Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaa, dosis, obat, jenis, dan efek samping obat
yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
 Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat tanpa konsultasi
2. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga Klien

a. Tujuan

 Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien


 Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi oleh wahamnya
 Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara optimal
b. Tindakan keperawatan

 Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien


 Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah, follow up, dan keteraturan
pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk klien

 Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

 Masalah : perubahan proses pikir : waham kebesaran


 Pertemuan : Ke – 1 (Pertama)

A. Proses keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan ia memiliki Toserba, sibuk bisnis, dan ingin mendirikan partai. Klien selalu mengulang-
ulang kemampuan yang dimilikinya. Klien terlihat mondar – mandir dan tidak peduli dengan lingkungan
sekitarnya.
2. Disagnosis keperawatan
Perubahan proses pikir : waham kebesaran
3. Tujuaan Khusus / SP 1
 Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut :
 Ekspresi wajah bersahabat
 Menunjukkan rasa senang
 Bersedia berjabat tangan
 Bersedia menyebutkan nama
 Ada kontak mata
 Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
 Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
 Klien mampu berorientasi kepada realitas secara bertahap
4. Tindakan keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
 Sapa klien dengan rama baik verbal maupun nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Berikan perhatian kepada klien khususnya pada kebutuhan dasar klien
 Masukkan dalam jadwal harian klien
 Identifikasi kebutuhan klien
 Bicara pada konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham klien)
 Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya
 Masukkan dalam jadwal harian klien
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
 Salam terapeutik
“assalamualaikum pak....bertemu lagi dengan saya, masih kenal tidak dengan saya ? nama saya....bisa
dianggil....saja. bapak ingat ?seperti kemarin, hari ini saya bertugas disini dari 07.00 – 12.00 siang nanti”
 Evaluasi / Validasi
“ bagaimana perasaan bapak hari ini ? tidurnya semalam nyenyak tidak ? sekarang bapak ada keluhan
tidak ? bagaimana giginya ? sudah sembuh ?”
 Kontrak
“ baiklah, sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol yah pak ? bagaimana kalau hari ini kita
bercakap – cakap tentang bidang yang bapak sukai ? dimana kita duduk ? berapa lama ? bagaimana
kalau 10 menit ?”
2. Kerja
“ bidang apakah yang bapak sukai ? kemarin bapak sempat mengatakan memiliki toserba, apakah
bapak suka dengan bisnis ? mengapa bapak menyukainya ? bagaimana dengan politik ? apakah bapak
juga menyukainya ? karena beberapa hari yang lalu bapak juga mengatakan kepada saya ingin
membuat partai politik biru, benar pak ? mana yang lebih bapak sukai bisnis atau politik ? mengapa
bapak lebih menyukai itu ? karena sekaarang bapak sedang berada disini, apakah menurut bapak,
bapak bisa menjalankan bidang yang bapak nikmati tersebut ? bagaimana caranya ? apakah bisa kita
masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari – hari ?”
3. Terminasi
 Evaluasi subjectif
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap ?“
 Evaluasi Objectif
“ jadi bidang apa yang bapak sukai ?”
 Rencana tindak lanjut
“ setelah kita tahu bidang yang bapak sukai, bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau
kemampuan lain yang bapak miliki ?”
 Kontrak yang akan datang
 Topik : “ bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan yang bapak miliki.
Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, bapak setuju ?”
 Waktu : “ kira – kira kita besok bertemu jam berapa ? bagaimana kalau jam 10 saja ? sampai ketemu
besok ya.”
 Tempat : “ bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrol ?”
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA NY “F” DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM KEBESARAN

PENGKAJIAN

I. IDENTITAS KLIEN
 Nama : Ny ‘’F’”

 Umur : 43 tahun

 Alamat : jombang

 Pekerjaan : IRT

 Jenis kelamin : perempuan

 No. RM : 066839

 Tanggal dirawat : 26-01-2013

 Tanggal pengakjian: 4-2-2013

II. Alasan Masuk Ruamah Sakit


 Berdasarkan pengkajian (menurut klien)
Klien mengatakan waktu ceramah dimesjid dibawah ke RSJ karena dikira gila
 Menurut status
Marah –marah dan ngomel-ngomel
III. Riwayat penyakit sekarang dan faktor prisipitasi
Pasien kambuh 5 hari yang lalu dan parah 3 hari ini,marah-marah,ngomel-ngomel,keluyuran,membuang
baju suaminya,melempari rumah tetangga.
DX: Resiko menciderai diri,orang lain,dan lingkungan
IV. Faktor predisposisi
1. Riwayat Penyakit Lalu
 Pasien sudah menunjukan gejala sakit jiwa sejak tahun 2004,kemudian dibawah ke ketorsono,rawat
jalan dan menunjukan perubahan,tetapi tidak rutin minum obat
 Tahun 2005 dibawah ke RSJ karena 2 bulan terakhir kambuh,gejala ditunjukan teriak sendiri,melihat
tuyul,marah-marah karena bertengkar dengan mertuanya,
 Tahun 2006 Mrs yang ke-2 karena 4 bulan tidak kontrol,10 hari sebelumnya kambuh dengan gejala dan
suami,dan suka membuang barang (kalung).
 Pada tahun 2013 (tahaun ini) 5 hari sebelumnya pasien kambuh dan parah 3 hari terakhir,gejalanya
marah-marah,ngomel,keluyuran, dan membuang baju suaminya.
2. Pengobatan sebelumya
Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena pasien sendiri yang membawa obat dan tidak
minum,kontrol tidak rutin.
Dx: regimen terapeutik inefektif
3. Riwayat trauma
Klien pernah mengalami trauma fisik yaitu memukul anaknya dan suaminya,klien sebagai pelakunya.
Dx : resiko Perilaku kekerasan
4. Pengelaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
 Klien mengatakan pernah dijambret tasnya oleh 2 orang jambret sepulang dari mesjid.
 Kematian ayahnya
 Bertengkar dengan ibunya
Klien mengatakan setiap mengalami kejadian yang tidak mengenakkan perasaannya sedih,dan akhirnya
marah-marah pada anak dan suaminya.
Dx :

 Respon pasca trauma


 Koping individu inefektif.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa
V. Status Mental.
1. Penampilan : pasien tampak rapi,bersih,memakai pakian sesuain jadwal.
2. Kesadaran :
Kesadaran klien berubah secara:
Limitas i: pasien tidak bisa membedakan kaenyataan dibuktikan dengan pasien menyatakan dirinya ahli
da’hwa dan tidak mengalami gangguan jiwa.
Relasi :
Pasien mengatakan tidak pernah berkumpul dengan teman yang lain karena waktunya banyak untuk
mendekatkan diri dengan Allah dengan cara ber muzadah.
Dx : perubahan proses pikir

3. Disorientasi
 Waktu : klien mengatakan lupa tanggal berapa hari ini,tapi klen bisah menyebutkan hari dan jam.
 Tempat : klien mengatakan sekarang berada di RSJ, tempat orang gila katanya.
 Orang : klien mengatakan tidak kenal dengan teman sekamarnya,tetapi klien bisah membedakan perawat
dan pasien lain,bisah membedakan laki-laki dan perempuan.
Dx : -

4. Pembicaraan
Pasien bicara cepat,nada bicara cepat,pasien sering mengulang pembicaraan,mengatakan tentang
kehebatan dirinya,pembicraan awal terarah sesuai pertanyaan,lama kelamaan nglantur klien lebih
sering menunduk ketika bicara.
Dx : kerusakan kominikasi verbal

5. Aktivitas Motorik/Psikomotor
Klien tampak lebih sering tidur dan jarang beraktivitas dengan teman atau orang lain,karena tidak punya
waktu untuk berkenalan, klien mengatakan lebih baik mendekatkan diri pada Allah, pasien lebih sering
menyendiri dan beraktivitas dengan motivasi klien tidak pernah membantu aktifitas di RSJ.
Dx : Devisit aktivitas

6. Afek dan Emosi


Emosi klien sering berubah-ubah kadang wajar kadang menyendiri (diam)
Masalah : labil

7. Persepsi – sensori
 Tidak ada halusinasi
 Tidak ada ilusi
 Tidak ada depersonalisai
 Tidak ada realisasi
 Tidak ada gangguan somatusensorik
Dx : -
8. Proses pikir
a. Arus pikir
Pembicaraan klien berulang-ulang (perseverasi), klien mengatakan secara berulang-ulang bahwa dirinya
adlah pemecah rekor dan juara,sering diminta orang berdakwa di masjid dan pengajian
Dx : perubahan proses pikir

b. Isi pikir
Klien mengatakan ingin cepat keluar dan mengajar dipondokon ingin mengajari anak-
anakberdakwah,klien mengatakan dirinya adalah pemecah rekor,tidak ada orang yang menandingi
kehebatanya,suaminya adalah seorang dokter dan kepala puskesmas.
Dx : perubahan proses pikir : waham kebesaran

c. Bentuk pikir
Bentuk pikir klien non realistis,pembicaraan klien tidak sesuai dengan kenyataan.
Dx : perubahan proses pikir

9. Interaksi selama wawancara


Klien kooperatif,mau bercakap-cakap,mau tersenyium,pembicaraan klien selalu mempertahankan
pendapatnya,kalau dirinya orang hebat,saat berbicara klien sering menunduk.
Dx : kerusakan interaksi sosial
10. Memori
 Jangak panjang : klien mampu mengingat anaknya
 Jangka menengah : klien mampu mengingat 1 bulan yang lalu masih dirumah dan menyapu,memasak
untuk anak dan suaminya.
 Jangka pendek : klien mampu mengingat hari ini bangun pagi,sholat,mandi dan makan.
Dx : -

11. Tingkat konsentasi dan berhitung


Saat ditanya “jika ibu belanja habis 5000,untuk beli tempe dan uang ibu 10.000 maka kembalinya berap?
“klien menjawab Rp.5000
Dx : -

12. Kemampuan penilaian


Saat ditanya tidur dulu sebelum minum obat atau minum obat dulu sebelum tidur, klien menjawab
minum obat dulu sebelum tidur,karena mematuhi peraturan perawat..
Dx : -
13. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita : klien mengatakan dia tidak sakit jiwa tetapi orang-orang
mengaggap gila padahal dia pemecah rekor.
Dx : perubahan proses pikir

VI. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal 5-2-2013
1. Keadaan umum : cukup

2. Tanda vital :

TD : 120/70mmHg

N : 90x/menit

S : 36,5c

RR : 20x/menit

3. Antropometri : TB : 150 cm, BB : 54 kg

4. Tidak ada keluhan fisik : klien mengatakan tidak merasakan sakit apapun

5. Pemeriksaan fisik:

a. Kepala :
 Inspeksi : bersih,rambut pendek,warna hitam,sedikit kerukan,tidak rontok
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mata :
Inspeksi : konjungtiva merah muda,sklera putih,penglihatan normal,tidak kabur,tidak ada peradangan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, penciuman normal, tidak ada peradangan, tidak ada polip (bersih)
Palpasi : tidak terasa krepitasi, tidak ada nyeri tekan
d. Mulut :
Inspeksi : bersih, tidak ada karies gigi, mukosa bibir lembab, tidak ada luka, tidak ada pembesaran
tonsil.
e. Telinga
Inspeksi : simetris, bersih, pendengaran tidak terganggu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada luka, JVD tidak ada, tidak kaku kuduk
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Dada
Inspeksi : normal chest, tidak ada retraksi intercosta
auskultasi :

- - RH (-) - - WZ (-)
- - - -
- - - -
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk buncit, tidak terdapat lesi
Auskultsasi : bising usus 10 x / menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
i. Genetalia:
 Bersih
 Tidak ada hemoroid
 Tidak ada gangguan pola eliminasi
j. Ekstrimitas

 kekuatan otot 5 5
5 5
 Rentang gerak maksimal
 Tidak ada luka
k. Integumen
 kulit bersih
 lembab
 tidak ada lesi
Dx:-

VII. VII PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL


1. Genogram
Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Garis pernikahan

: Garis keturunan

: Tinggal bersama

: Pasien/Klien
Penjelasan

 Pasien tinggal bersama ibu, suami, dan ketiga anaknya


 Hubungan klien dan ibunya kurang baik sering bertengkar masalah tanah dan jemuran
 Orang yang terdekat dengan klien adalah anak pertamanya.
Dx: Koping keluarga inefektif

2. Konsep Diri

a. Citra tubuh
Klien mengatakan sangat menyukai semua bagian dari tubuhnya karena ini adalah pemberian Allah
kepadanya.
b. Identitas Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dia adalah seorang ibu rumah tangga yang baik, selain itu dia juga
seorang pemecah rekor dimasjid dan dia bangga sudah juara sejak dini, klien mengatakan suaminya
dokter.
c. Peran
Dirumah klien mengatakan dia adalah seorang ibu rumah tangga yang baik, ia juga sebagai pendakwa.
Saat di RSJ klien dipaksa jadi pasien gila.
d. Ideal diri
Klien mengatakan bahwa harapannya masyrakat bisa membaca alquran, dan dia bisa mengajar
dipondokan sebagai guru dakwah.
e. Harga diri
Klien mengatakan dirinya sangat dihormati oleh masyarakat karena dia adalah seorang pemecah rekor
di masjid, tetapi sekarang ia harus tinggal di RSJ, kumpul dengan orang sakit jiwa, klien mengatakan
malu.
Dx : Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti atau terdekat

klien mengatakan orang yang terdekat dengannya adalah anak-anaknya jika ada masalah ceritanya
langsung keanaknya.

b. Peran serta kegiatan kelompok

klien mengatakan sebelum disini dia mengikuti kelompok pengajian di daerahnya, dia berperan sebagai
penceramah, di RSJ klien sering menyendiri.

c. Hambatan dan hubungan dengan orang lain

klien mengatakan saat ini waktunya kurang, malah tidak ada waktu untuk berkomunikasi dengan teman
karena waktunya lebih banyak untuk bertakwa dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Dx : Isolasi sosial

4. Spritual

a. Nilai dan keyakinan

klien mengatakan beragama islam dan harus mendekatkan diri pada Tuhan karena Allah yang
memberikan segalanya, dan klien mengatakan takut pada Tuhan.

b. Kegiatan ibadah

klien mengatakan saat dirumah waktunya beribadah pada Allah lebih banyak dan rajin beribadah,
tetapi saat disini jarang karena malu nanti mengganggu yang lain dan dianggap gila, saat ini klien sering
menyendiri, diam dengan alasan mendekatkan diri pada Tuhan dengan ”Muzadah” .

Dx : Distress spiritual

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan sendiri dengan bimbingan perawat, makan 3x1 hari, 1 porsi tidak dihabiskan.
2. BAK /BAK
Klien dapat BAB/BAK secara mandiri
3. Mandi
Klien mandi harus dimotivasi perawat terlebih dahulu
4. Berpakaian atau berhias
Klien dapat berpakaian atau berhias sendiri, menggunakan pakaian yang sesuai seragam pada hari itu
dan ganti baju 1 x sehari
5. Istirahat dan tidur
 Tidur siang 13.00 – 15.30
 Tidur malam 18.00 – 05.00
 Aktivitas sebelum tidur : duduk – duduk, nonton tv.
 Klien tidak mengalami gangguan tidur
6. Penggunaan obat
Klien minum obat dengan bantuan minimal perawat memberikan bimmbingan dan motivasi pada klien
untuk minum obat. Klien juga mengeluh pusing setiap habis minum obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
 Perawatan lanjutan :
 Sistem pendukung
8. Aktivitas dalam rumah
 Klien mengatakan dapat menyiapakn makanan dirumah
 Klien klien mengatakan dapat menjaga kerapian dan kebersihan rumah
 Klien mengatakan dapat mencuci pakaian sendiri
 Klien mengatakan yang mengatur keuangan dirumah adalah dirinya
9. Aktivitas diluar rumah
 Klien dapat belanja ke pasar sendiri
 Klien dapat menggunakan transportasi
IX. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan kalau punya masalah mendekatkan diri pada Allah,tetapi ketika kehilangan sesuatu
seperti dijambret klien marah-marah dan memukul,
Dx : koping individu inefektif.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien mengatakan tidak ada waktu bergaul dengan yang lain, karena pasien lebih senang sendiri dan
mendekatkan diri dengan Tuhan dengan cara muzadah.
Dx: kerusakan interaksi sosial
XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
klien mengatakanorang gila itu ya orang yang mengalami penyakit gangguan jiwa, saya tidak sakit jiwa
tapi dibawa kesini.
Dx: -
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosa medis: F.25.0 (skizoafektif)
2. Terapi medik:
 Haloperidol 5 mg 1-0-1
 Clopramazine 100 mg 0-1-1
 Defakene 2 x 1 sdm
 B.komplek 1-0-1

ANALISA DATA

Nama : Ny F

Usia : 43 tahun

No RM : 066839

NO TANGGAL DATA FOKUS MASALAH

1 05-02-2013 DS: Peubahan proses pikir:


waham kebesaran.
 Klien mangatakan bahwa dirinya adalah pemecah
rekor, sering juara sejak di MI, suaminya adalah
seorang dokter kepala puskesmas.
 Klien mengatakan tidak ada yang bisa menandinginya
berdakwah karenadia orang yang paling hebat.
DO:

 Klien terus membicarakan kehebatannya


 Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
 Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
2 05-02-2013 DS: Isolasi social

 Klien mengatakan waktunya tidak ada untuk


berkomunikasih dengan teman karena lebih banyak
diam untuk mendekatkan diri dengan Allah
DO:

 Klien lebih sering menyediri


 Aktivitas klien menurun
 Klien kurang komunikasih verbal dengan yang lain
3 05-02-2013 DS: Harga diri rendah

 Klien mengatakan dirinya adalah seorang pemecah


rekor yang hebat, tetapi sekarang harus tinggal
bersama dengan orang gila disini klien merasa malu.
DO:

 Klien lebih sering menyediri


 Klien tidak mau bergaul dengan orang lain
 Saat bicara klien sering menunduk
 Aktivitas klien menurun

4 05-02-2013 DS: Defisit aktivitas

 Klien mengatakan tidak ada waktu membantu


aktifitas sehari-hari di RSJ.
 Klien mengatakan tidak ada waktu untuk bergaul
dengan teman yang lain karena waktunya lebih
banyak untuk Allah
DO:

 Klien jarang membantu kegiatan di RSJ meskipun


dimotivasi oleh perawat.
 Klien lebih sering tidur dan menyediri
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

2. Isolasi social

3. Harga diri rendah

4. Perubahan proses pikir: waham kebesaran

5. Kerusakan komunikasi verbal

6. Defisit aktivitas

7. Koping individu inefektif

8. Koping keluarga inefektif

9. Respon pasca trauma

XV. PRIORITAS MASALAH

1. Perubahan proses pikir: waham kebesaran.

POHON MASALAH
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Ny “F”
No.RM : 066839

Umur : 43 tahun

DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI

Perubahan TUM: Setelah 1 kali interaksi1. Bina hubungan saling percaya.  Dengan
Proses Fikir : klien menunjujukankan2. Ciptakan lingkungan yang tenang, hubung
Waham Pasien secara tanda-tanda percaya buat kontrak yang jelas( topik, pasien
bertahap mampu waktu, tempat ).
Kebesaran kepada perawat dan be
berhubungan dengan 3. Jangan membantah dan dengan
realitas  Mau menerima kehadiran mendukung waham klien ( tidak
perawat disampingnnya membicarakan isi waham klien).
 Mengatakan mau4. Observasi apakah waham klien
TUK 1 : menerima bantuan menganggu aktivitas sehari- hari
perawat. dan perawatan diri.
Pasien 
dapat Tidak menunjukan tanda-
membina hubungan tanda curiga
saling percaya.  Mengizinkan duduk di
samping.
TUK 2 : Setelah 1 kali interaksi1. Beri pujian pada penampilan dan  Untuk m
klien menunjukan: kemamuan pasien yang realistis. diri pas
Pasien dapat 2. Diskusika dengan pasien sendiri
mengidentifikasi  Klien menceritakan ide- kemampuan yang dimiliki pada
kemampuan yang di ide dan perasaan yang waktu lalu dan saat ini yang
miliki. muncul secara berulang realistis.
dalam pikirannya. 3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (
kaitkan dengan aktivitas sehari-hari
) dan anjurkan untuk melakukanya.
4. Jika pasien selalu berbicara tentang
waham nya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada
(perawat perlu memperhatikan
kebutuhan pasien)

TUK 3 : Setelah 2 kali interaksi 


1. Observasi kebutuhan pasien sehari- Untuk m
klien: hari. kebutu
Pasien dapat 2. Dikusikan kebutuhan pasien yang belum
mengidentifikasi  Dapat menyebutkan tidak terpenuhi selama di rumah
kebutuhan yang tidak kejadian-kejadian sesuai maupun di rumah sakit.
dapat terpenuhi. dengan urutan waktu 3. Hubungan kebutuhan yang tidk
serta kebutuhan dasar terpenuhi dengan timbulnya
yang tidak terpenuhi waham.
seperti 4. Tingkatkan aktivitas yang dapat
 Dapat menyebutkan memenuhi kebutuhan pasien,
hubungan antara kejadian memerlukan waktu dan tenaga.
traumatis atau kebutuhan5. Atur situasi agar klien tidak
tidak terpenuhi dengan mempunyai waktu dengan
wahamnya. wahamnya.

TUK 4 : Setelah dilakukan 2 kali 1. Berbicara dengan pasien dalam  Dengan


interaksi klien dapat konteks realitas (realitas diri, orang dengan
Pasien berhubungan menyebutkan perbedaan lain waktu dan tempat). menyat
dengan realitas pengalaman nyata dengan 2. Sertakan pasien dalam TAK sesuai d
pengalaman wahamnya. orientasi realita.
3. Beri pujian pada setiap kegiatan
positif yang dilakukan pasien.

TUK 5 : Setelah 1 kali interaksi 1. Diskusi dengan keluarga tentang  Dukung


keluarga dapat gejala waham, cara merawat keluarg
Pasien mendapat menjelaskan: lingkuangan keluarga, follow up pasien
dukungan keluarga dan obat. tidak m
 tentang pengertian 2. Anjurkan pasien melaksanakan
waham dengan bantuan perawat.
 tanda dan gejala waham
 cara merawat klien
waham
TUK 6 : Setelah 1 kali interaksi 1. Dikusikan dengan pasien dan  Untuk m
klien menyebutkan: keluarga tentang obat, dosis, pasien
Pasien dapat frekuensi, efeksamping obat, dan  Dan me
menggunakan obat  Manfaat minum obat akibat dari penghentian obat. putus o
dengan benar  Kerugian tidak minum 2. Dikusikan perubahan perasaan
obat pasien setelah minum obat.
 Nama, warna, dosis, efek3. Berikan obat dengan prinsip 5
samping, efek terapi. benar dan observasi setelah minum
 Klien mendemonstrasikan obat.
penggunaan obat dengan
benar.
 Menyebutkan akibat
berhenti minum obat
tanpa berkonsultasi pada
dokter.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : Perbahan Proses Pikir Waham kebesaran

Pertemuan : Ke 1 (pertama)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi
Klien mengatakan dirinya adalah seorang pemecah rekor dan berulang- ulang mengatakanya. Klien lebih
sering sendiri dan tidak mau bergaul dengan pasien lain. Pasien senang tidur dan menyendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Proses Pikir : Waham kebesaran

3. Tujuan Khusus : SP 1
a) Kliean dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien mampu berorientasi dengan realita.
c) Klien mmampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya.
b) Membantu orientasi realita.
c) Mengidentifikasi kebutuhan sehari-hari klien yang belum terpenuhi.

B. Strategi komunikasi dan pelaksanaan

1. Orientasi
 Salam terapeutik
“Selamat Pagi…? Masih ingat saya Gloria betsy, atau ibu panggil saya betsy, hari ini saya bertugas mulai
hari ini mulai jam 7 pagi sampai jam 1 siang bu. Ibu faqihatur biasanya di panggil siapa?”

 Evaluasi/Validasi
“Bagaimana parasaan ibu hari ini? Semalam tidurnya nyenyak? Tadi ibu sudah makan dan minum obat
kan?”

 Kontrak
“Baiklah sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan ngobrol-ngobrol ya bu? Bagaimana kalau kita ngobrol
tentang kegiatan dan kebutuhan sehari-hari ibu? Kita ngobrolnya selama 10 menit ya bu?”
2. Kerja
“ kemarin ibu bilang ibu seorag ibu rumah tangga, kalau di rumah biasanya ibu melakukan apa saja bu?
Kebutuhan- kebutuhan yang biasanya ibu penuhi di rumah yang belun bisa di lakukan disini apa? Kenapa
tidak di lakukan bu, di sini ibu bisa melakukan dan memenuhi kebutuhan ibu tertebut! Nanti saya akan
membantu ibu memenuhinya! Hari ini ibu terlihat lebih ceria dari pada kemarin. Warna baju yang ibu
pakai hari ini apa ya? Wah cocok sekali dengan warna kulit ibu. Tapi baju yang ibu kenakan kenapa sama
dengan orang- orang yang di sana bu? Memang ibu berada dimana sekarang?”

3. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana Bu. Perasaan ibu setelah bercakap-cakap denga saya?”

b) Evaluasi Obyektif
“ Jadi ibu di RSJ ini sebagai apa tadi bu? Jadi ibu bisa memenuhi kebutuhan ibu di sini juga”

c) Rencana Tindak Lanjut


“kalau begitu stelah makan siang nanti ibu bantu nyapu ya bu?”

d) Kontrak Yang Akan Datang


 Topik
“Bu, bagaimana kalau kita besok ngobol-ngobrol lagi tentang potensi atau bakat yang ibu miliki?”

 Waktu
“Kita ngobrol- ngobrolnya jam berapa bu? Jam 11 siang bagaimana?”

 Tempat
“Bagaimana kalau di tempat biasa kita ngobrolnya bu?”
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : Perubahan Proses Pikir : Waham Kebesaran

Pertemuan : Ke II (kedua)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi:
klien mengatakan dirinya adalah pemecah rekor tapi sekarang berada di rsj sebagai pasien gila katanya.
klien mengatakan senang mengaji dan menyapu saat dirumah. klien mengatakan mulai besok akan ikut
menyapu dengan yang lainnya. ekspresi wajah bersahabat, kontak mata ada, klien mau berbincang-
bincang, klien kooperatif, klien mau membuat jadwal kegiatan

2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses pikir : Waham kebesaran

3. Tujuan Khusus (SP II)


a) Klien mampu memnuhi kebutuhan sehari-hari.
b) Klien mengerti kemampuan yang di miliki.
c) Klien mampu melakukan kemampuan yang dimiliki.

4. Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
b) Mendiskusikan tentang kemampuan yang dimiliki.
c) Melatih kemampuan yang dimiliki.

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan

1. Orientasi
 Salam Terapeutik
“Selamat siang bu…, ketemu saya lagi ya bu? Masih ingat saya?, gimana ibu hari ini ada yang di keluh
kan? Semalam tidurnya nyenyak bu? Makanya enak? Di habiskan tidak?

 Evaluasi/Validasi
“Perasan ibu hari ini bagaimana?”

 Kontrak
“ Baiklah bu… sesuai dengan jadwal kita kemarin, hari ini kita akan`ngobrol ngobrol lagi ya bu..?
bagaimana kalau kita membicarakan tentang hal yang ibu sukai selain mengaji? Berapa lama ibu? 10
menit ya?

2. Kerja
“ Ibu kemarin kita kan sudah membuat jadwal harian, kemarin ibu suka menyapu rumah katanya? Sudah
kita masukan jadwal harian bu? Coba saya lihat? Wah ibu pandai sekali ya? Sekarang selain mengaji ibu
suka apa yang ibu lakukan di rumah? Jadi selaiin meyapu rumah ibu, ibupandai dalam hal apa lagi? Kalau
begitu bagaimana kalau kita sekarang berlatih dan ibu tunjukan kepada saya? Perasaan ibu bagaimana
setelah melakukanya? Kalau begitu bakat ibu yang satu ini bisa kita masukan ke jadwal kegiatan harian
ibu juga ya bu?

3. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan iu setelah bercakap-cakap?”

b) Evaluasi Obyektif
“ Jadi bidang apa yang harus ibu sukai?”

c) Rencana Tindak Lanjut


“kalau begitu nanti sre setelah mandi ibu bisa mulai mengaji ya bu?”

d) Kotrak Yang Akan Datang


 Topik
“Bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi ibu dan cara minum obat yang benar”

 Waktu
“Kira- Kira kita bertemu jam berapa besok ibu? Jam 11 siang ya?”

 Tempat
“kita ngobrol di tempat biasanya saja ya bu?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : Perubahan proses pikir : waham kebesaran

Pertemuan : III (ketiga)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi

Klien mengatakan saya masih ingat mbak betsy ya, tadi pagi saya sudah menyapu mbak, saya senang
sekali. Klien mengatakan saya senang dan pandai mengaji karena setelah melakukannya membuat hati
saya dingin. Klien mengatakan mau mengaji setiap hari kalau boleh dan tidak mengganggu pasien lain
dan mau memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. Kontak mata ada, pandangan focus, pasien
mau tersenyum dan berjabat tangan, ekspresi wajah bersahabat, pembicaraan terarah, pasien tidak
bingung, pasien dapat melalukan kegiatan sehari-hari

2. Diagnosa Keperawatan

Perubahan proses pikir: Waham kebesaran

3. Tujuan Khusus (SP III)

1) Klien dapat melakukan jadwal kegiatan harian dengan baik


2) Klien mengetahui tenntang penggunaan obat secara teratur
3) Klien mau memasukkan minum obat teratur kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3) Menganjurkan memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi

 Salam terapeutik
“Selamat siang bu, bu ketemu saya lagi? Masih ingat saya? Iya, saya Gloria Betsy Alfatina, Ibu bisa
panggil saya Betsy ya? Saya bertugas hari ini jam 07.00 sampai jam 13.00, tapi nanti sore saya kembali
lagi”
 Evaluasi/Validasi
“Hari ini bagaimana perasaannya bu, semalam tidurnya enak, makannya gimana hari ini mau makan
tidak? Mau kan ya? Obatnya juga sudah diminum?”
 Kontrak
“baiklah sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol-ngobrol lagi ya bu? Bagaimana kalau saya beri
tahu ibu tentang manfaat minum obat, ibu mau? Selama 10 menit ya bu?”
2. Kerja

“Tadi obatnya sudah diminum apa belum, bu? Kalau sudah ibu tau tidak manfaat dari minum obat
tadi?perasaan ibu bagaimana setelah minum obat? Wah, kalau begitu obatnya harus diminum setiap
hari ya bu! Karena obat-obatan itu untuk membantu pemulihan ibu, biar ibunya cepat sembuh, kalau
tidak diminum bakalan lama disininya, katanya ingin cepat pulangkan? Jadi obatnya tadi ada 2 jenis ya
bu 1 sirup. Sirupnya diminum pagi dan sore, siangnya tidak. Pilnya diminum pagi, siang, dan sore. Kalau
setelah minum obat ibu gliyeng-glieyeng dipakai istirahat saja ya? Minum obat ini biar ibunyan cepat
sembuh lo bu,kalau ibu berhenti minum obatnya nanti ibu gak sembuh-sembuh jadi tambah lama
disininya. Kalau begitu biar tidak lupa minum obatnya kita masukkan dijadwal kegiatan harian
bagaimana? Ibu saya juga mau lihat ibu sudah melakukan sesuai jadwal hari ini?”

3. Terminasi

 Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bu sekarang setelah kita berbincang-bincang?”
 Evaluasi objektif
“Jadi manfaat minum obat tadi apa?”
 Rencana tindak lanjut
“karena ibu sudah tau manfaat dari minum obat teratur mulai nanti siang jangan lupa obatnya diminum
ya bu?”
 Kontrak yang akan datang
1. Topik
“bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi, dan saya akan lihat kegiatan apa saja yang sudah ibu
lakukan?”
2. Waktu
“Besok kita ketemu lagi jam 11.00 ya bu, bagaimana?”
3. Tempat
“Bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrol?”
IMPLEMENTASI
NAMA : NY F

USIA : 43 TAHUN

NO.RM : 066839

Tanggal Diagnosa Tindakan Evaluasi


6-2-2013 Perubahan SP I : pasien S:
proses pikir:1. Melakukan BHSP  Klien mengatakan dirinya adalah
waham “selamat pagi,bu saya perawat pemecah rekor tapi sekarang
kebesaran Betsy masih ingat dengan saya?” berada di RSJ sebagai pasien gila
“Bagaimana perasaan ibu hari katanya.
ini?”  Klien mengatakan sudah biasa
“sesuai janji kemarin kita akan menyapu saat dirumah
ngobrol-ngobrol ya bu?”  Klien mengatakan mulai besok
“kita ngobrolnya selama 10 menit akan ikut menyapu dengan yang
disini bagaimana?” lainnya.
O
2. Membantu orientasi realita
“Menurut ibu, sekarang ibu dan  Ekspresi wajah bersahabat
saya sedang berada dimana, bu?” Kontak mata ada
“baju yang ibu kenakan bagus  Klien mau berbincang-bincang

sekali, tapi kok sama dengan yang Klien kooperatif
lain kenapa ya bu?”  Klien mau membuat jadwal
kegiatan
3. Mengidentifikasi kebutuhan A
sehari-hari klien
 Klien dapat melakukan BHSP
“Ibu biasanya kalau di umah
sukanya apa bu?”  Klien dapat memenuhi
“kalau disini bisa dilakukan juga?” kebutuhan sehari-hari
“Nanti saya akan membantu ibu,  Klien mampu berorientasi pada
bagaimana kalau kita buat jadwal realita
kegiatan harian supaya ibu bisa P:
melakukannyasetiap hari, nanti
(pasien)
setiap hari saya akan liaht dan
mengeceknya, bagaimana bu, ibu  Menerapkan atau memasukkan
mau?” ke dalam jadwal kegiatan dan
menjalankan jadwal kegiatan
yang sudah dibuat
(perawat):

Melanjutkan SP II

 Mengevaluasi jadwal harian


 Berdiskusi tentang kemampuan
yang dimiliki
 Melatih kemampuan yang
dimiliki

IMPLEMENTASI

NAMA : NY F

USIA : 43 TAHUN

NO.RM : 066839

TANGGAL DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI

08-02- Perubahan SP II: S:


2013 proses pikir:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan klen  Klien mengatakan saya
waham
kebesaran “bu, kemarin kan kita sudah masih ingat mbak betsy ya,
membuat jadwal kegiatan tadi pagi saya sudah
bagaimana kalau saya lihat dan saya menyapu mbak, saya
cek hari ini?” senang sekali.
 Klien mengatakan saya
2. Berdiskusi kemampuan yang di
miliki klien senang dan pandai mengaji
“kemarin ibu bilang, ibu senang karena setelah
menyapu dirumah tadi pagi juga melakukannya membuat
sudah dilakukan bukan? Selain itu hati saya dingin.
saat dirumah ibu pandai dalam hal  Klien mengatakan mau
apa lagi?” mengaji setiap hari kalau
boleh dan tidak
3. Melatih kemampuan yang dimiliki mengganggu pasien lain dan
klien mau memasukkan kedalam
“wah katanya ibu pandai mengaji jadwal kegiatan harian.
ternyata,bagaimana kalau sekarang O:
kita berlatih dan ibu tunjukan
kepada saya bakat ibu ini?”  Kontak mata ada
“ternyata ibu benar-benar pandai  Pandangan fokus
mengaji ya?”  Pasien mau tersenyum dan
“pasti akan lebih baik lagi kalau berjabat tangan
setiap hari ibu melakukannya,  Ekspresi wajah bersahabat
bagaimana kalau kita masukkan  Pembicaraan terarah
kedalam jadwal harian juga bu?”  Pasien tidak bingung
 Pasien dapat melalukan
kegiatan sehari-hari
A:

 Klien mampu melakukan


jadwal kegiatan dan mampu
memenuhi kebutuhannya.
 Klien mampu berdiskusi
tentang kemampuan yang
dimiliki
 Klien dapat melatih
kemampuan yang di miliki.
P:

(perawat)

 Melanjutkan ke SP 3
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukan kedalam
jadwal kegiatan.
(pasien)

 Klien berlatih aktivitas


sesuai dengan jadwal
kegiatan harian yang sudah
dibuat.

IMPLEMENTASI

NAMA : NY F

USIA : 43 TAHUN

NO.RM : 066839

TANGGAL DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI

09-02- Perubahan SP III: S:


2013 proses pikir:
waham 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan  Klien mengatakan saya sudah
pasien melalukakan yang di tulis
kebesaran
“ibu bagaimana jadwal dijadwal mbak.
kegiatannya kemarin sudah  Klien mengatakan iya mbak
dilakukan semua,boleh saya tadi saya sudah minum obat
lihat?” biar cepat sembuh
“wah bagus sekali ternyata ibu katanya,obatnya pil saja tadi
sangat rajinya?” mbak yang sirup untuk nanti
sore.
2. Memberikan pendidikan  Klien mengatakan kalau gak
kesehatan tentang penggunaan minum obat nanti gak cepat
obat secara teratur sembuh,jadi gak bisa pulang.
“ibu tadi sudah minumnya kan?  Klien mengatakan iya mbak
Jadi obatnya ada 2 jenis ya bu dijadwalakan aja biar saya
yang satu sirup dan satunya tidak lupa.
pil,tapil pilnya ada 3 macam lo O:
bu”
“kalau sirupnya dimimun pagi dan Klien kooperatif
sore saja,sedang pilnya pagi siang Klien mau berbincang dan
dan sore” bercakap-cakap.
“minumnya harus teratur lo ya bu, Ekspresi wajah bersahabat
kalau setelah minum obat ibunya Klien dapat menjawab
pusing atau nggliyeng dipakai pentingnya minum obat
isitarahat atau tidur saja ya bu teratur
karena itu efek obatnya”  Klien dapat membedakan
“minumobat ini biar ibu cepat jenis obat dan kapan
sembuh, kalau ibu gak mau meminumnya.
minum obat atau berhenti minum
obat nanti ibu gak cepat
sembuhnya jadi lama disininya.” A:

 Klien mampu melakukan


3. Mengajurkan memasukan
kegiatan hariannya dengan
kedalam jadwal kegiatan secara
baik
teratur
 Klien mengetahui tentang
“jangan lupa diminum yang
penggunaan obat secara
teratur lo ya bu,biar ibu cepat
teratur
sembuh dan cepat pulang”
 Klien mampu memasukkan
“bagaimana kalau kita masukkan
minum obat teratur kedalam
kedalam jadwal kegiatan harian
jadwal kegiatan hariannya.
ibu,biar tidak lupa dan minumnya
teratur’
P:

(perawat)

 Menyiapkan dan melakukan


SP keluarga jika ada
kunjungan keluarga klien
 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien

(pasien)

 Klien berlatih aktivitas sesuai


jadwal kegiatan hariannya.
 Pasien minum obat secara
teratur.
ASKEP WAHAM

ASKEP WAHAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya
distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu mengerjakan
pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau
delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu
dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau
kesalahannya atau tidak benar secara umum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan delusi/waham?
2. Apa saja jenis-jenis waham?
3. Bagaimana terjadinya waham?
4. Bagaimanakah ASKEP pada pasien dengan waham/delusi?

1.3 Tujuan
Dengan makalah ini, diharapkan mampu untuk:
1. Mengetahui pengertian dari delusi/waham
2. Mengetahui jenis-jenis waham
3. Mengetahui proses terjadinya waham
4. Mengetahui askep pada pasien dengan waham/delusi
BAB II
ASKEP WAHAM
A. Konsep Dasar Waham
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol
dunia )atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI mengikuti saya) dan
tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya .Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
skizophrenia.Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham
tidak sistematis .
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak dapat digoyahkan
atau diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain 1987)serta keyakinan tersebut
diucapkan berulang -ulang.
2. Jenis-Jenis Waham
Jenis-jenis waham antara lain,
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang
kaya.

b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita
percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap
sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara
dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal
yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of
reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu
dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai
hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau
kekuatan.
3. Proses terjadinya waham (delusi)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :
1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya menyalahkan orang
lain
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan mekanisme
pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan
sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta.
Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak
dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah
dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan
fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. (kalpan dan Sadock
1997)
2.4 Klasifikasi Waham
1. Waham Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
2. Waham Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau
kekuasaan.
3. Waham Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserang penyakit
atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
4. Waham Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengancam dirinya.
5. Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau sudah
meninggal dunia.
6. Waham Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.
7. Waham Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahal dia
tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.
8. Waham Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
2.5 Tanda-tanda dan Gejala
1. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan

2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
6. Peran Serta Keluarga
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga terhadap klien dengan waham :
1. Bina hubungan salng percaya keluarga dengan klien
 Sikap keluarga yang bersahabat, penuh perhatian, hangat dan lembut
 Berikan penghargaan terhadap perilaku positif yang dimiliki/dilakukan
 Berikan umpan balik yang tidak menghakimi dan tidak menyalahkan
2. Kontak sering tapi singkat
3. Tingkatkan hubungan klien dengan lingkungan sosial secara bertahap, seperti
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan diri klien, orang lain dan lingkungan
4. Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kinginanya, ajak
klien untuk melakukan kegiatan sehari-hari dirumah seperti : menyapu, mengepel dan
membersihkan tempat tidur.
5. Hindarkan berdebat tentang waham
6. Jika ketakutan katakan “ Anda aman disini, saya akan bantu anda mempelajari sesuatu
yang membuat anda takut “.
7. Berikan obat sesuai dengan peratuaran
8. Jangan lupa kontrol.
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Waham (Delusi)
1. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk
menentukan masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan
diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data
primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim
kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk
mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara
dan pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji:
a. Faktor predisposisi
- Genetik : diturunkan
- Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik
- Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.
- Virus : paparan virus influinsa pada trimester III
- Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
b. Faktor presipitasi
- Proses pengolahan informasi yang berlebihan
- Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
- Adanya gejala pemicu
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:
a. Identifikasi klien
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama
klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk


Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan
yang dicapai.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari
klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan
individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan
klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap
dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti
dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan
berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian
(Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip
oleh Carpernito, 1983).
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian adalah:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

3.Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.
Tujuan umum :
* Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan


interaksinya.
Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan
klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran
jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan
perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.
Tindakan :
 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut
sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah
sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari
pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :
 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan
waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6. Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses
penyembuhan klien.
Tindakan:
 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

 Strategi Pelaksanaan untuk Pasien Waham


1. SP I Pasien
a. Membantu orientasi realita
b. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
c. Melatih pasien memenuhi kebutuhannya
d. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Contoh komunikasi yang dapat di praktekkan pada pasien:
ORIENTASI:

“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama
abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”
KERJA:

“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
 Strategi Pelaksanaan untuk Keluarga Pasien Waham
1. SP I Keluarga
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasian waham.
Contoh komunikasi yang dapat di terapkan pada keluarga klien
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang
melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat B
di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA
“Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah
dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-
ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan
proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak
bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya
karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya:
“Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B
khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang
putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter
karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan
penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika
dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

4. Evaluasi

1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5. Klien menggunakan obat sesuai program
DAFTAR PUSTAKA

1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis Mosby
Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
6. http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
waham.html

Anda mungkin juga menyukai