BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan
tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau
bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI mengikuti saya”) dan tetap
dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. waham
sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada skizofrenia. semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi
dan waham tidak sistematis.
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang
ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang
menonjol, atau waham aneh yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham, sering
berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik,
atau eretomania.
Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem
waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya. Diagnosis mungkin sulit karena
pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela.
mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik
dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena
keinginan mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering
mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini
merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian
paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas setiap sindrom menunggu
penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide – ide paranoid dan cemburu sering
terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang
menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium
ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur karena sakit (dan sensorisnya terganggu).
Saat ini, kebermaknaan keadaan keluarga seperti ini sebagai etiologi belum pasti. mekanisme
pertahanan spesifik yang digunakan oleh pasien biasanya penyangkalan, proyeksi, dan regresi.
1.2 Tujuan
Pembuatan makalah bertujuan agar mahasiswa keperawatan mengerti mengenai waham dan juga
cara membuat asuhan keperawatan sebagai panduan dalam melakukan praktik klinik
keperawatan jiwa di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)
2.2 Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta benda, keluarga
maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress bagi mereka yang
mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan waham.
(Budi Anna Keliat, 2006: 147)
2.3 Tanda dan Gejala
a) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan
dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
b) Klien tampak tidak mempunyai orang lain
c) Curiga
d) Bermusuhan
e) Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
f) Takut, sangat waspada
g) Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
h) Ekspresi wajah tegang
i) Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)
2.4 Jenis Waham
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
a) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus yang
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen
kesehatan lho!” atau, “Saya punya tambang emas.”
b) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka
iri dengan kesuksesan saya.”
c) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga,
saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.”
d) Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya
sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda
kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya,
sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memerhatikan, dan mendokumentasikan
semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang diberikan oleh pasien tentang
wahamnya. Berikut merupakan beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai
panduan untuk mengkaji pasien waham: (Budi Anna Keliat, 153)
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwaia berada di luar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien merasa bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan
dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakn
bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?
Berikut ini format dokumentasi pengkajian dari diagnosis keparawatan waham:
Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
1. Proses Pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial
[ ] Flight of ideas [ ] Bloking
[ ] Kehilangan asosiasi [ ] Pengulangan Bicara
2. Isi Pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait
Perilaku Kekerasan
A Pasien
1 Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian waham dan proses
terjadinya waham
2 Menyebutkan cara merawat pasien waham
3 Mempraktikkan cara merawat pasien waham
4 Membuat jadwal aktivitas dan minum obat
pasien di rumah (perencanaan pulang)
Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Waham
Nama Pasien : ................
Ruangan : ................
Nama perawat : ................
Petunjuk
a. Berilah tanda cheklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP yang dilakukan, menggunakan instrumen evaluasi penampilan klinik
perawat MPKP
c. Masukkan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris nilai SP.
No Kemampuan Tanggal
A Pasien
SP1 Pasien
1 Membantu orientasi realita
2 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3 Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP1 Pasien
SP2 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3 Melatih kemampuan yang dimiliki
Nilai SP2 Pasien
SP3 Pasien
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP3 Pasien
B Keluarga
SP1 Keluarga
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
No. Kemampuan Tanggal
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
Nilai SP1 Keluarga
SP2 Keluarga
1 Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
pasien waham
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung pada pasien waham
Nilai SP2 Keluarga
SP3 Keluarga
1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum obat (perencanaan
pulang)
2 Menjelaskan tindak lanjut pasien setelah pulang
Nilai SP3 Keluarga
Total nilai: SP Pasien + SP Keluarga
Rata-rata
Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan
klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham
dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan,
tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
Tanda dan Gejala :
Penyebab
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai
keinginan.
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya. ( Budi Anna Keliat, 1999)
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Data subjektif :
Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain,
lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/
realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Rasional : Hubungan saling
percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu,
tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan
klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. Rasional : Dengan mengetahui
kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan
yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.
Tindakan :
Tindakan :
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas. Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka
pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar. Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur
dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping
obat.
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6. Klien dapat dukungan dari keluarga. Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam
merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga
dirinya.
Tujuan khusus :
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan
topik pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Tindakan :
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian
yang realistis
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Tindakan :
Tindakan :
Evaluasi
Daftar Pustaka
1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
6. LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM
7.
8.
9. A. Definisi WAHAM
10. · Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
11. · Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
12. · Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan
intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut
dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.
B. Proses Terjadinya Waham
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta
benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan
stress bagi mereka yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat
memicu masalah gangguan jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)
Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat
yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
13. C. Faktor Prediposisi WAHAM
14. 1. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
2. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
3. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III
5. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
1. Pengertian
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan
klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998).
Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang
intelektual dan budaya (Rawlins, 1993).
Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau
melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif tentang
kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan
dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari
berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a. Keinginan yang tertekan.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.
4. Jenis-Jenis Waham
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita
percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya.
Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan
orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak
senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu
ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain
(senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.
5. Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat
menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada
gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh
dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis.
Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat
ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di
lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar
menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti:
terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga,
terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien
dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah
laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai
suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gabie,
dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh Carpernito,
1983)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah:
a. Gangguan proses pikir; waham.
b. Kerusakan komunikasi verbal.
c. Resiko menciderai orang lain.
d. Gangguan interaksi sosial: menarik diri.
e. Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
f. Tidak efektifnya koping individu.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham....
• Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
• Tujuan khusus
• Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya
Tindakan:
• Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
• Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima
keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,
tidak membicarakan isi waham klien.
• Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan menemani klien dan klien
berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
• Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
• Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional :
dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk
mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya
Tindakan:
• Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
• Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
• Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan
dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
• Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien
bahwa klien sangat penting.
• Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Rasional :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan
lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman
Tindakan:
• Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
• Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit
(rasa sakit, cemas, marah).
• Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
• Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga
(buat jadwal jika mungkin).
• Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
• Klien dapat berhubungan dengan realitas.
Rasional :
menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang
dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada
Tindakan:
• Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
• Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
• Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah
• Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga dirinya.
• Tujuan khusus :
• Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
• Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
• Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
• Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
• Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri
• Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
• Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
• Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang
realistis
• Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
• Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
• Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
• Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
• Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
• Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
• Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
• Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
• Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
• Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
• Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
Daftar pustaka
Stuart. GW dan Sundeen.—Buku Saku Keperawatan Jiwa.—edisi 3.—Jakarta : EGC, 1998.
Maramis, WF. –Ilmu Kedokteran Jiwa.—Surabaya : Airlangga University Press, 1995.
Direktorat Kesehatan Jiwa.—Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Standar
Asuhan Keperawatan pada Kasus di RSJ dan di RSKO.—Jakarta : Depkes RI, 1998.
Pusdiknakes.—Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Penyakit Jiwa.— Edisi I.—
Jakarta
Depkes, 1994.
Mulyani.Yeni . .— Materi kuliah keperawatan jiwa . .— progsus pkm rantau, 2009
ASKEP Waham
LAPORAN PENDAHULUAN
DAN
A. Pengertian
a. Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan segera kukuh di pertahankan walau pun
tidak di yakini oleh orang lain yang bertentangan dengan realita normal (Stuart dan sundeen,1998)
b. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi di pertahankan dan tidak
dapat di ubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol(Depkes RI,2000)
c. Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan
yang tidak konsisten dengan tingkat intetelektual dan latar belakang budaya, ketidak mampuan
merespon stimulus internal dan eksretnal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (keliat
1999)
B. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir : waham adalah sebagai berikut :
a. Menolak makan
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
c. Ekspresi wajah sedih / gembira / ketakutan
d. Gerakan tidak terkontrol
e. Mudah tersinggung
f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
h. Menghindar dari orang lain
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
C. Rentang respon
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten
dengan pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan sosial
harmonis
Emosi berlebihan
Menarik diri
Isolasi sosial
Respon adatif
Respon mal adatif
Gambar 1.1 . rentang respon perubahan proses pikir waham sumber : keliat (1999)
D. Faktor presdisposisi
Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat
meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan
nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif
Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya waham
Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan ansietas dan berakhir
dengan pengingkaran terhadap kenyataan
Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau perubahan pada
sel kortikal dan lindik
Faktor genetik
E. Faktor presipitasi
Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan,
contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap hari “, atau klien
mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan mahkluk nya
Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda
dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........”
“ saya punya tambang emas !”
Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai diri nya, di
ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka semua
iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.
Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang penyakit, di ucapkan
berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan .
Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di lakukan pemeriksaa
laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya.
Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai denga kenyataan
Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
G. Status metal
Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat eksentrik dan aneh.tidak jarang
bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain.klien biasa cerdik ketika di lakukan pemeriksaan
sehingga dapat memanipulasi data selain itu perasaan hati nya konsisten dengan isi waham.
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang, tempat, dan
waktu. Daya ingat atau kognisi lain biasa nya akurat. Pengendaliaan implus pada klien waham perlu di
perhatikan bila terlihat ada nya rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau mealuka kekerasan pada
orang lain.
Gangguan proses pikir : waham biasa nya di awali dengan ada nya riwayat penyakit berupa kerusakan
pada bagian kortkes dan lindik otak. Bisa di karena kan terjatuh atau di dapat ketika lahir. Hal ini
mendukung terjadi nya perubuhan emosional seseoramg yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan
menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham
kebesaran akan timbul sebagai manivestasi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
nya. Bila respon lingkungan kurang mendukung terhadap prilaku nya di mungkinkan aka timbul resiko
prilaku kekerasan pada orang lain.
I. Pohon Masalah
3. Isolasi sosial
Objectif :
a. Tujuan
a. Tujuan
A. Proses keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan ia memiliki Toserba, sibuk bisnis, dan ingin mendirikan partai. Klien selalu mengulang-
ulang kemampuan yang dimilikinya. Klien terlihat mondar – mandir dan tidak peduli dengan lingkungan
sekitarnya.
2. Disagnosis keperawatan
Perubahan proses pikir : waham kebesaran
3. Tujuaan Khusus / SP 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut :
Ekspresi wajah bersahabat
Menunjukkan rasa senang
Bersedia berjabat tangan
Bersedia menyebutkan nama
Ada kontak mata
Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
Klien mampu berorientasi kepada realitas secara bertahap
4. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
Sapa klien dengan rama baik verbal maupun nonverbal
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Berikan perhatian kepada klien khususnya pada kebutuhan dasar klien
Masukkan dalam jadwal harian klien
Identifikasi kebutuhan klien
Bicara pada konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham klien)
Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya
Masukkan dalam jadwal harian klien
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
Salam terapeutik
“assalamualaikum pak....bertemu lagi dengan saya, masih kenal tidak dengan saya ? nama saya....bisa
dianggil....saja. bapak ingat ?seperti kemarin, hari ini saya bertugas disini dari 07.00 – 12.00 siang nanti”
Evaluasi / Validasi
“ bagaimana perasaan bapak hari ini ? tidurnya semalam nyenyak tidak ? sekarang bapak ada keluhan
tidak ? bagaimana giginya ? sudah sembuh ?”
Kontrak
“ baiklah, sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol yah pak ? bagaimana kalau hari ini kita
bercakap – cakap tentang bidang yang bapak sukai ? dimana kita duduk ? berapa lama ? bagaimana
kalau 10 menit ?”
2. Kerja
“ bidang apakah yang bapak sukai ? kemarin bapak sempat mengatakan memiliki toserba, apakah
bapak suka dengan bisnis ? mengapa bapak menyukainya ? bagaimana dengan politik ? apakah bapak
juga menyukainya ? karena beberapa hari yang lalu bapak juga mengatakan kepada saya ingin
membuat partai politik biru, benar pak ? mana yang lebih bapak sukai bisnis atau politik ? mengapa
bapak lebih menyukai itu ? karena sekaarang bapak sedang berada disini, apakah menurut bapak,
bapak bisa menjalankan bidang yang bapak nikmati tersebut ? bagaimana caranya ? apakah bisa kita
masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari – hari ?”
3. Terminasi
Evaluasi subjectif
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap ?“
Evaluasi Objectif
“ jadi bidang apa yang bapak sukai ?”
Rencana tindak lanjut
“ setelah kita tahu bidang yang bapak sukai, bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau
kemampuan lain yang bapak miliki ?”
Kontrak yang akan datang
Topik : “ bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan yang bapak miliki.
Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, bapak setuju ?”
Waktu : “ kira – kira kita besok bertemu jam berapa ? bagaimana kalau jam 10 saja ? sampai ketemu
besok ya.”
Tempat : “ bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrol ?”
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA NY “F” DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM KEBESARAN
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny ‘’F’”
Umur : 43 tahun
Alamat : jombang
Pekerjaan : IRT
No. RM : 066839
3. Disorientasi
Waktu : klien mengatakan lupa tanggal berapa hari ini,tapi klen bisah menyebutkan hari dan jam.
Tempat : klien mengatakan sekarang berada di RSJ, tempat orang gila katanya.
Orang : klien mengatakan tidak kenal dengan teman sekamarnya,tetapi klien bisah membedakan perawat
dan pasien lain,bisah membedakan laki-laki dan perempuan.
Dx : -
4. Pembicaraan
Pasien bicara cepat,nada bicara cepat,pasien sering mengulang pembicaraan,mengatakan tentang
kehebatan dirinya,pembicraan awal terarah sesuai pertanyaan,lama kelamaan nglantur klien lebih
sering menunduk ketika bicara.
Dx : kerusakan kominikasi verbal
5. Aktivitas Motorik/Psikomotor
Klien tampak lebih sering tidur dan jarang beraktivitas dengan teman atau orang lain,karena tidak punya
waktu untuk berkenalan, klien mengatakan lebih baik mendekatkan diri pada Allah, pasien lebih sering
menyendiri dan beraktivitas dengan motivasi klien tidak pernah membantu aktifitas di RSJ.
Dx : Devisit aktivitas
7. Persepsi – sensori
Tidak ada halusinasi
Tidak ada ilusi
Tidak ada depersonalisai
Tidak ada realisasi
Tidak ada gangguan somatusensorik
Dx : -
8. Proses pikir
a. Arus pikir
Pembicaraan klien berulang-ulang (perseverasi), klien mengatakan secara berulang-ulang bahwa dirinya
adlah pemecah rekor dan juara,sering diminta orang berdakwa di masjid dan pengajian
Dx : perubahan proses pikir
b. Isi pikir
Klien mengatakan ingin cepat keluar dan mengajar dipondokon ingin mengajari anak-
anakberdakwah,klien mengatakan dirinya adalah pemecah rekor,tidak ada orang yang menandingi
kehebatanya,suaminya adalah seorang dokter dan kepala puskesmas.
Dx : perubahan proses pikir : waham kebesaran
c. Bentuk pikir
Bentuk pikir klien non realistis,pembicaraan klien tidak sesuai dengan kenyataan.
Dx : perubahan proses pikir
2. Tanda vital :
TD : 120/70mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5c
RR : 20x/menit
4. Tidak ada keluhan fisik : klien mengatakan tidak merasakan sakit apapun
5. Pemeriksaan fisik:
a. Kepala :
Inspeksi : bersih,rambut pendek,warna hitam,sedikit kerukan,tidak rontok
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mata :
Inspeksi : konjungtiva merah muda,sklera putih,penglihatan normal,tidak kabur,tidak ada peradangan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, penciuman normal, tidak ada peradangan, tidak ada polip (bersih)
Palpasi : tidak terasa krepitasi, tidak ada nyeri tekan
d. Mulut :
Inspeksi : bersih, tidak ada karies gigi, mukosa bibir lembab, tidak ada luka, tidak ada pembesaran
tonsil.
e. Telinga
Inspeksi : simetris, bersih, pendengaran tidak terganggu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada luka, JVD tidak ada, tidak kaku kuduk
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Dada
Inspeksi : normal chest, tidak ada retraksi intercosta
auskultasi :
- - RH (-) - - WZ (-)
- - - -
- - - -
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk buncit, tidak terdapat lesi
Auskultsasi : bising usus 10 x / menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
i. Genetalia:
Bersih
Tidak ada hemoroid
Tidak ada gangguan pola eliminasi
j. Ekstrimitas
kekuatan otot 5 5
5 5
Rentang gerak maksimal
Tidak ada luka
k. Integumen
kulit bersih
lembab
tidak ada lesi
Dx:-
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Tinggal bersama
: Pasien/Klien
Penjelasan
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan sangat menyukai semua bagian dari tubuhnya karena ini adalah pemberian Allah
kepadanya.
b. Identitas Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dia adalah seorang ibu rumah tangga yang baik, selain itu dia juga
seorang pemecah rekor dimasjid dan dia bangga sudah juara sejak dini, klien mengatakan suaminya
dokter.
c. Peran
Dirumah klien mengatakan dia adalah seorang ibu rumah tangga yang baik, ia juga sebagai pendakwa.
Saat di RSJ klien dipaksa jadi pasien gila.
d. Ideal diri
Klien mengatakan bahwa harapannya masyrakat bisa membaca alquran, dan dia bisa mengajar
dipondokan sebagai guru dakwah.
e. Harga diri
Klien mengatakan dirinya sangat dihormati oleh masyarakat karena dia adalah seorang pemecah rekor
di masjid, tetapi sekarang ia harus tinggal di RSJ, kumpul dengan orang sakit jiwa, klien mengatakan
malu.
Dx : Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti atau terdekat
klien mengatakan orang yang terdekat dengannya adalah anak-anaknya jika ada masalah ceritanya
langsung keanaknya.
klien mengatakan sebelum disini dia mengikuti kelompok pengajian di daerahnya, dia berperan sebagai
penceramah, di RSJ klien sering menyendiri.
klien mengatakan saat ini waktunya kurang, malah tidak ada waktu untuk berkomunikasi dengan teman
karena waktunya lebih banyak untuk bertakwa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Dx : Isolasi sosial
4. Spritual
klien mengatakan beragama islam dan harus mendekatkan diri pada Tuhan karena Allah yang
memberikan segalanya, dan klien mengatakan takut pada Tuhan.
b. Kegiatan ibadah
klien mengatakan saat dirumah waktunya beribadah pada Allah lebih banyak dan rajin beribadah,
tetapi saat disini jarang karena malu nanti mengganggu yang lain dan dianggap gila, saat ini klien sering
menyendiri, diam dengan alasan mendekatkan diri pada Tuhan dengan ”Muzadah” .
Dx : Distress spiritual
ANALISA DATA
Nama : Ny F
Usia : 43 tahun
No RM : 066839
2. Isolasi social
6. Defisit aktivitas
POHON MASALAH
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Ny “F”
No.RM : 066839
Umur : 43 tahun
Perubahan TUM: Setelah 1 kali interaksi1. Bina hubungan saling percaya. Dengan
Proses Fikir : klien menunjujukankan2. Ciptakan lingkungan yang tenang, hubung
Waham Pasien secara tanda-tanda percaya buat kontrak yang jelas( topik, pasien
bertahap mampu waktu, tempat ).
Kebesaran kepada perawat dan be
berhubungan dengan 3. Jangan membantah dan dengan
realitas Mau menerima kehadiran mendukung waham klien ( tidak
perawat disampingnnya membicarakan isi waham klien).
Mengatakan mau4. Observasi apakah waham klien
TUK 1 : menerima bantuan menganggu aktivitas sehari- hari
perawat. dan perawatan diri.
Pasien
dapat Tidak menunjukan tanda-
membina hubungan tanda curiga
saling percaya. Mengizinkan duduk di
samping.
TUK 2 : Setelah 1 kali interaksi1. Beri pujian pada penampilan dan Untuk m
klien menunjukan: kemamuan pasien yang realistis. diri pas
Pasien dapat 2. Diskusika dengan pasien sendiri
mengidentifikasi Klien menceritakan ide- kemampuan yang dimiliki pada
kemampuan yang di ide dan perasaan yang waktu lalu dan saat ini yang
miliki. muncul secara berulang realistis.
dalam pikirannya. 3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (
kaitkan dengan aktivitas sehari-hari
) dan anjurkan untuk melakukanya.
4. Jika pasien selalu berbicara tentang
waham nya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada
(perawat perlu memperhatikan
kebutuhan pasien)
Pertemuan : Ke 1 (pertama)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan dirinya adalah seorang pemecah rekor dan berulang- ulang mengatakanya. Klien lebih
sering sendiri dan tidak mau bergaul dengan pasien lain. Pasien senang tidur dan menyendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Proses Pikir : Waham kebesaran
3. Tujuan Khusus : SP 1
a) Kliean dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien mampu berorientasi dengan realita.
c) Klien mmampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya.
b) Membantu orientasi realita.
c) Mengidentifikasi kebutuhan sehari-hari klien yang belum terpenuhi.
1. Orientasi
Salam terapeutik
“Selamat Pagi…? Masih ingat saya Gloria betsy, atau ibu panggil saya betsy, hari ini saya bertugas mulai
hari ini mulai jam 7 pagi sampai jam 1 siang bu. Ibu faqihatur biasanya di panggil siapa?”
Evaluasi/Validasi
“Bagaimana parasaan ibu hari ini? Semalam tidurnya nyenyak? Tadi ibu sudah makan dan minum obat
kan?”
Kontrak
“Baiklah sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan ngobrol-ngobrol ya bu? Bagaimana kalau kita ngobrol
tentang kegiatan dan kebutuhan sehari-hari ibu? Kita ngobrolnya selama 10 menit ya bu?”
2. Kerja
“ kemarin ibu bilang ibu seorag ibu rumah tangga, kalau di rumah biasanya ibu melakukan apa saja bu?
Kebutuhan- kebutuhan yang biasanya ibu penuhi di rumah yang belun bisa di lakukan disini apa? Kenapa
tidak di lakukan bu, di sini ibu bisa melakukan dan memenuhi kebutuhan ibu tertebut! Nanti saya akan
membantu ibu memenuhinya! Hari ini ibu terlihat lebih ceria dari pada kemarin. Warna baju yang ibu
pakai hari ini apa ya? Wah cocok sekali dengan warna kulit ibu. Tapi baju yang ibu kenakan kenapa sama
dengan orang- orang yang di sana bu? Memang ibu berada dimana sekarang?”
3. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana Bu. Perasaan ibu setelah bercakap-cakap denga saya?”
b) Evaluasi Obyektif
“ Jadi ibu di RSJ ini sebagai apa tadi bu? Jadi ibu bisa memenuhi kebutuhan ibu di sini juga”
Waktu
“Kita ngobrol- ngobrolnya jam berapa bu? Jam 11 siang bagaimana?”
Tempat
“Bagaimana kalau di tempat biasa kita ngobrolnya bu?”
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan : Ke II (kedua)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi:
klien mengatakan dirinya adalah pemecah rekor tapi sekarang berada di rsj sebagai pasien gila katanya.
klien mengatakan senang mengaji dan menyapu saat dirumah. klien mengatakan mulai besok akan ikut
menyapu dengan yang lainnya. ekspresi wajah bersahabat, kontak mata ada, klien mau berbincang-
bincang, klien kooperatif, klien mau membuat jadwal kegiatan
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses pikir : Waham kebesaran
4. Tindakan Keperawatan
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
b) Mendiskusikan tentang kemampuan yang dimiliki.
c) Melatih kemampuan yang dimiliki.
1. Orientasi
Salam Terapeutik
“Selamat siang bu…, ketemu saya lagi ya bu? Masih ingat saya?, gimana ibu hari ini ada yang di keluh
kan? Semalam tidurnya nyenyak bu? Makanya enak? Di habiskan tidak?
Evaluasi/Validasi
“Perasan ibu hari ini bagaimana?”
Kontrak
“ Baiklah bu… sesuai dengan jadwal kita kemarin, hari ini kita akan`ngobrol ngobrol lagi ya bu..?
bagaimana kalau kita membicarakan tentang hal yang ibu sukai selain mengaji? Berapa lama ibu? 10
menit ya?
2. Kerja
“ Ibu kemarin kita kan sudah membuat jadwal harian, kemarin ibu suka menyapu rumah katanya? Sudah
kita masukan jadwal harian bu? Coba saya lihat? Wah ibu pandai sekali ya? Sekarang selain mengaji ibu
suka apa yang ibu lakukan di rumah? Jadi selaiin meyapu rumah ibu, ibupandai dalam hal apa lagi? Kalau
begitu bagaimana kalau kita sekarang berlatih dan ibu tunjukan kepada saya? Perasaan ibu bagaimana
setelah melakukanya? Kalau begitu bakat ibu yang satu ini bisa kita masukan ke jadwal kegiatan harian
ibu juga ya bu?
3. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan iu setelah bercakap-cakap?”
b) Evaluasi Obyektif
“ Jadi bidang apa yang harus ibu sukai?”
Waktu
“Kira- Kira kita bertemu jam berapa besok ibu? Jam 11 siang ya?”
Tempat
“kita ngobrol di tempat biasanya saja ya bu?”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan saya masih ingat mbak betsy ya, tadi pagi saya sudah menyapu mbak, saya senang
sekali. Klien mengatakan saya senang dan pandai mengaji karena setelah melakukannya membuat hati
saya dingin. Klien mengatakan mau mengaji setiap hari kalau boleh dan tidak mengganggu pasien lain
dan mau memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian. Kontak mata ada, pandangan focus, pasien
mau tersenyum dan berjabat tangan, ekspresi wajah bersahabat, pembicaraan terarah, pasien tidak
bingung, pasien dapat melalukan kegiatan sehari-hari
2. Diagnosa Keperawatan
Salam terapeutik
“Selamat siang bu, bu ketemu saya lagi? Masih ingat saya? Iya, saya Gloria Betsy Alfatina, Ibu bisa
panggil saya Betsy ya? Saya bertugas hari ini jam 07.00 sampai jam 13.00, tapi nanti sore saya kembali
lagi”
Evaluasi/Validasi
“Hari ini bagaimana perasaannya bu, semalam tidurnya enak, makannya gimana hari ini mau makan
tidak? Mau kan ya? Obatnya juga sudah diminum?”
Kontrak
“baiklah sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol-ngobrol lagi ya bu? Bagaimana kalau saya beri
tahu ibu tentang manfaat minum obat, ibu mau? Selama 10 menit ya bu?”
2. Kerja
“Tadi obatnya sudah diminum apa belum, bu? Kalau sudah ibu tau tidak manfaat dari minum obat
tadi?perasaan ibu bagaimana setelah minum obat? Wah, kalau begitu obatnya harus diminum setiap
hari ya bu! Karena obat-obatan itu untuk membantu pemulihan ibu, biar ibunya cepat sembuh, kalau
tidak diminum bakalan lama disininya, katanya ingin cepat pulangkan? Jadi obatnya tadi ada 2 jenis ya
bu 1 sirup. Sirupnya diminum pagi dan sore, siangnya tidak. Pilnya diminum pagi, siang, dan sore. Kalau
setelah minum obat ibu gliyeng-glieyeng dipakai istirahat saja ya? Minum obat ini biar ibunyan cepat
sembuh lo bu,kalau ibu berhenti minum obatnya nanti ibu gak sembuh-sembuh jadi tambah lama
disininya. Kalau begitu biar tidak lupa minum obatnya kita masukkan dijadwal kegiatan harian
bagaimana? Ibu saya juga mau lihat ibu sudah melakukan sesuai jadwal hari ini?”
3. Terminasi
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bu sekarang setelah kita berbincang-bincang?”
Evaluasi objektif
“Jadi manfaat minum obat tadi apa?”
Rencana tindak lanjut
“karena ibu sudah tau manfaat dari minum obat teratur mulai nanti siang jangan lupa obatnya diminum
ya bu?”
Kontrak yang akan datang
1. Topik
“bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi, dan saya akan lihat kegiatan apa saja yang sudah ibu
lakukan?”
2. Waktu
“Besok kita ketemu lagi jam 11.00 ya bu, bagaimana?”
3. Tempat
“Bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrol?”
IMPLEMENTASI
NAMA : NY F
USIA : 43 TAHUN
NO.RM : 066839
Melanjutkan SP II
IMPLEMENTASI
NAMA : NY F
USIA : 43 TAHUN
NO.RM : 066839
(perawat)
Melanjutkan ke SP 3
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukan kedalam
jadwal kegiatan.
(pasien)
IMPLEMENTASI
NAMA : NY F
USIA : 43 TAHUN
NO.RM : 066839
(perawat)
(pasien)
ASKEP WAHAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya
distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu mengerjakan
pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau
delusi. Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu
dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau
kesalahannya atau tidak benar secara umum.
1.3 Tujuan
Dengan makalah ini, diharapkan mampu untuk:
1. Mengetahui pengertian dari delusi/waham
2. Mengetahui jenis-jenis waham
3. Mengetahui proses terjadinya waham
4. Mengetahui askep pada pasien dengan waham/delusi
BAB II
ASKEP WAHAM
A. Konsep Dasar Waham
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol
dunia )atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI mengikuti saya) dan
tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya .Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
skizophrenia.Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham
tidak sistematis .
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikan dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak dapat digoyahkan
atau diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain 1987)serta keyakinan tersebut
diucapkan berulang -ulang.
2. Jenis-Jenis Waham
Jenis-jenis waham antara lain,
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang
kaya.
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita
percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap
sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara
dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal
yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of
reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu
dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai
hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau
kekuatan.
3. Proses terjadinya waham (delusi)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :
1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya menyalahkan orang
lain
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan mekanisme
pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan
sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta.
Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak
dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah
dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan
fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. (kalpan dan Sadock
1997)
2.4 Klasifikasi Waham
1. Waham Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
2. Waham Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau
kekuasaan.
3. Waham Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserang penyakit
atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
4. Waham Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengancam dirinya.
5. Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau sudah
meninggal dunia.
6. Waham Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.
7. Waham Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahal dia
tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.
8. Waham Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
2.5 Tanda-tanda dan Gejala
1. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
6. Peran Serta Keluarga
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga terhadap klien dengan waham :
1. Bina hubungan salng percaya keluarga dengan klien
Sikap keluarga yang bersahabat, penuh perhatian, hangat dan lembut
Berikan penghargaan terhadap perilaku positif yang dimiliki/dilakukan
Berikan umpan balik yang tidak menghakimi dan tidak menyalahkan
2. Kontak sering tapi singkat
3. Tingkatkan hubungan klien dengan lingkungan sosial secara bertahap, seperti
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan diri klien, orang lain dan lingkungan
4. Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kinginanya, ajak
klien untuk melakukan kegiatan sehari-hari dirumah seperti : menyapu, mengepel dan
membersihkan tempat tidur.
5. Hindarkan berdebat tentang waham
6. Jika ketakutan katakan “ Anda aman disini, saya akan bantu anda mempelajari sesuatu
yang membuat anda takut “.
7. Berikan obat sesuai dengan peratuaran
8. Jangan lupa kontrol.
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Waham (Delusi)
1. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk
menentukan masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan
diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data
primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim
kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk
mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara
dan pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji:
a. Faktor predisposisi
- Genetik : diturunkan
- Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik
- Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.
- Virus : paparan virus influinsa pada trimester III
- Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
b. Faktor presipitasi
- Proses pengolahan informasi yang berlebihan
- Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
- Adanya gejala pemicu
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:
a. Identifikasi klien
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama
klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian
(Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip
oleh Carpernito, 1983).
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian adalah:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3.Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.
Tujuan umum :
* Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :
Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan
perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.
Tindakan :
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada.
Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut
sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah
sakit (rasa sakit, cemas, marah).
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (buat jadwal jika mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari
pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan
waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses
penyembuhan klien.
Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama
abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”
KERJA:
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
Strategi Pelaksanaan untuk Keluarga Pasien Waham
1. SP I Keluarga
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasian waham.
Contoh komunikasi yang dapat di terapkan pada keluarga klien
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang
melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat B
di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
“Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah
dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-
ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan
proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak
bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya
karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya:
“Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B
khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang
putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter
karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan
penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika
dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
4. Evaluasi
1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis Mosby
Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
6. http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
waham.html