Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PADA PASIEN HALUSINASI DI RUANG MERPATI


RSJ CISARUA

Disusun Oleh:
Idal Lestari P17320120508
Putri Ayu Amalia P17320120518
Retno Dwi Lestari P17320120519
Yolanda Alfurqonia I.P P17320120523

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2021
A. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sensori: Menggambar
B. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan keadaan sejahtera yang merupakan bagian
utuh dari kualitas hidup seseorang. Orang yang sehat jiwa adalah mereka yang
sehat mentalnya. Sifat-sifat orang yang sehat jiwa yaitu mampu menerima
dirinya secara utuh, memiliki emosi yang stabil, memiliki hubungan sosial yang
baik, mampu bertanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungannya, serta
mempunyai harapan yang sesuai dengan potensinya. Sedangkan orang yang
tidak sehat jiwa mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental.
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
signifikan setiap tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah. Berdasarkan data dari WHO dalamYoseph 2013 ada sekitar 450
juta orang di dunia mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan, setidaknya
ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan masalah
gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia suadah menjadi masalah
yang sangat serius. Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim dalam
Mubarta 2011 prevalensi masalah kesehatan jiwa di idonesia sebesar 6,55%.
Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara lain.
Data dari 33 RSJ yang ada di Indonesia menyebutkan hingga saat ini
jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Jumlah penderita
gangguan jiwa di Jawa Barat naik sekitar 63%. Data Riskesdas 2013
menyebutkan pasien gangguan jiwa ringan hingga berat di jawa barat mencapai
465.975 orang naik signifikan dari tahun 2012 sebesar 296.943 orang,
Konferensi Nasional psikiatrik Komunitas ke-3 mengungkapkan fakta penting,
ternyata jumlah penderita gangguan jiwa di jawa barat naik sekitar 63%.
Penyebab terbesar gangguan jiwa di jawa barat adalah tingginya angka
pengangguran dan meningkatnya tuntutan ekonomi, selain itu faktor lain yang
menyebabkan terjadinya peningkatan masalah gangguan jiwa adalah adanya
pengobatan yang tidak teratur, fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau
oleh masyarakat, stresor sosial dan kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga
tentang pentingnya kontrol ulang dan minum obat secara teratur. Menurut data
Riskesdas 201 ada dua jenis penyakit psikologi yang dialami oleh masyarakat
yaitu yang ringan dan sedang seperti stress, cemas, gangguan susah tidur
(Insomnia), sedangkan yang berat meliputi skizofrenia, depresi sampai pada
penyakit psikologis dengan dorongan bunuh diri (Riskesdas, 2013).
Tiga gejala gangguan jiwa yaitu gejala positif (delusi/waham, halusinasi,
pikiran paranoid, gejala negatif (motivasi rendah/ low motivation, menarik diri
dari masyarakat/ social withdrawal), dan gejala kognitif (mengalami problema
dengan perhatian dan ingatan, tidak dapat berkonsentrasi, miskin
perbendaharaan kata dan proses pikir yang lambat) (Hawari, 2001).
Penatalaksanaan keperawatan dengan klien gangguan jiwa adalah pemberian
terapi modalitas yang salah satunya adalah terapi aktivitas kelompok (TAK).
Program terapi aktivitas kelompok(TAK) adalah salah satu asuhan keperawatan
gangguan jiwa yang tidak hanya difokuskan pada aspek psikologis, sosial dan
fisik, tetapi juga fokus pada kognitif. Beberapa terapi modalitas yang bisa
diterapkan yaitu salah satunya terapi aktivitas kelompok(TAK) Stimulasi
Persepsi halusinasi.
Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu
diikuti dengan gangguan persepsi sensori, baik pada klien dengan waham,
halusinasi, maupun isolasi sosial. Terapi Aktivitas Kelompok yang dapat
diberikan adalah dengan menggambar dimana klien akan diberi kesempatan
untuk mengungkapkan persepsi mereka terhadap apa yang mereka gambarkan.
Dari beberapa kasus yang terdapat di RSJ Cisarua, khususnya ruang mepati
maka terdapat banyak klien yang mengalami gangguan jiwa halusinasi, perilaku
kekerasan, dan waham sehingga diperlukan terapi ini.
C. Tujuan
1. Tujuan umum

Adapun tujuan dari terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori adalah
klien bisa merubah perilakunya dari yang maladaptif menjadi adaptif.
2. Tujuan khusus 
a. Klien dapat mengekspresikan perasaan melalaui gambar
b. Klien dapat memberi makna gambar
D. Aktivitas Dan Indikasi (Karakteristik/kriteria dan proses selesai)
1. Aktivitas
Mengekprsikan perasaan melalui menggambar
2. Indikasi
Klien yang mengalami halusinasi, waham, dan harga diri rendah serta
telah kooperatif.
E. Pengorganisasian
1. Tim Terapis
a. Leader : Retno Dwi Lestari
Tugas : Memimpin jalannya terapi stimulasi sensori
1) Menyusun rencana aktivitas kelompok
2) Memberikan penjelasan tentang peraturan
3) Mengatasi masalah dalam terapi stimulasi sensori
4) Menyampaikan tujuan kontrak waktu dan peraturan.
b. Observer : Putri Ayu Amalia
Tugas :
1) Mengamati dan mencatat proses terapi stimulasi sensori
2) Mengidentifikasi isu penting dalam proses terapi stimulasi sensori
3) Mengidentifikasi strategi kritis yang digunakan untuk terapi stimulasi
sensori
4) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesi berikutnya
5) Menyampaikan hasil observasi selama proses terapi stimulasi sensori
c. Fasilitator : Ida Lestari, Yolanda Alfurqonia I.P
Tugas:
1) Mengutuhkan kehadiran pasien dalam kelompok terapi stimulasi
persepsi
2) Memfasilitasi dan membantu dalam proses terapi stimulasi persepsi
3) Menyediakan alat yang dibutuhkan dalam proses terapi stimulasi
persepsi
d. Pasien
1) Ny. E
2) Ny. W
3) Ny. N
4) Ny. N.M
cadangan:
5) Ny.
6) Ny.
7) Ny.
2. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Jumat, 24 September 2021
Jam : 10.00-selesai
Durasi : 30 menit
Tempat : Ruang Merpati
3. Alat dan Media
a. Tape recorder
b. Kertas HVS
c. Pena/pensil
d. Lembar observasi
4. Metode
- Diskusi kelompok
- Ceramah
5. Setting Tempat

Keterangan :
L : Leader
F : Fasilitator
O : Observer
K : Klien
6. Tata Tertib
- Peserta bersedia mengikuti TAK
- Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
- Berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi
- Peserta tidak boleh makan. Minum, atau merokok selama TAK
- Peserta tidak meninggalkan tempat sampai acara selesai
- Peserta yang mengacaukan jalannya TAK akan diberi peringatan
sebanyak 3 kali, jika tetap mengacau akan dikeluarkan dari TAK
- Meminta izin ketika mau ke toilet
7. Program Antisipasi
- Bila ada peserta yang tidak bisa hadir, diganti oleh cadangan yang telah
disiapkan
- Bila ada peserta yang tidak menaati tata terbib, diperingatkan dan jika
tidak bias diperingatkan, dikeluarjan dari dari kegiatan setelah dilakukan
penawaran terlebih dahulu
- Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator
F. Proses Pelaksanaan
Tahap Kegiatan

1. Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai


dengan indikasi : halusinasi, waham, HDR serta
kooperatif
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
c. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah
disepakati
2. Orientasi a. Salam terapeutik
Salam terapis pada klien : selamat pagi,
bagaimana kabarnya hari ini?
b. Evaluasi /validasi
Leader menanyakan perasaan klien saat ini pada
peserta
c. Kontrak : (Topik, waktu, tempat)
 Terapis menyampaikan tujuan kegiatan, yaitu
cara untuk mengontrol halusinasi
 Terapis menyampaikan kontrak waktu kegiatan
dimulai jam 10.00, menanyakan lama kegiatan
selama 30 menit.
 Terapis menyampaikan kontrak tempat diruang
merpati
 Terapis menjelaskan aturan main
- Peserta bersedia mengikuti TAK
- Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan
dimulai
- Berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi
- Peserta tidak boleh makan, minum, atau
merokok selama TAK
- Peserta tidak meninggalkan tempat sampai
acara selesai
- Peserta yang mengacaukan jalannya TAK
akan diberi peringatan sebanyak 3 kali, jika
tetap mengacau akan dikeluarkan dari TAK
- Meminta izin ketika mau ke toilet
d. Doa
3. Tahap kerja a. Terapis mengajak klien untuk saling
memperkenalkan diri (nama lengkap dan nama
panggilan) dimulai dari terapis berurutan searah
jarum jam.
b. Setiap kali klien selesai memperkenalkan diri,
terapis mengajak semua klien untuk secara
kompak bertepuk tangan.
c. Terapis dan klien memakai papan nama
d. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan
dilaksanakan yaitu menggambar dan cerita hasil
gambar kepada klien lain
e. Terapis membagikan kertas dan pensil, satu
pasang untuk setiap klien.
f. Terapis meminta klien menggambar apa saja
sesuai dengan perasaan hatinya
g. Sementara klien mulai menggambar, terapis
berkeliling dan memberi penguatan kepada klien
untuk meneruskan menggambar, jangan mencela
klien, selama menggambar terapis jug
mmutarkan musik
h. Setelah selesai semua menggambar, terapis
meminta masing-masing klien untuk
menceritakan gambar yang telah dibuatnya. Yang
harus di ceritakan adalah gambar apa dan apa
makna gambar tersebut menurut klien
i. Kegiatan dilakukan sampai semua klien mendapat
giliran
j. Setiap kali klien selesai meneritakan gambarnya,
terapis mengajak klien lain bertepuk tangan.
k. Terminasi a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan
mengeksreskan perasaannya melalui gambar
2) Membuat jadwal membaca
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati materi TAK berikutnya
2. Menyepakati kontrak aktu dan tempat
G. Evaluasi dan Dokumentasi
No Aspek Yang Dinilai Nama Peserta TAK
1 Mengikuti kegitan sampai akhir
2 Menggambar sampai selasai
3 Menceritakan jenis gambar
4 Menceritakan makna gambar
Note:
Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas kelompok.
Jakarta: EGC. Proposal TAK Halusinasi 
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Lilik. 2011. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purwaningsih dan Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Mitra
Cendeka.
Wijayaningsih. 2015. Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai