Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian
Waham adalah keyakinan yang salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah
tentang realita eksternal dan dipertahankan dengan kuat. Waham merupakan gangguan
dimana penderitanya memiliki rasa realita yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat
membedakan yang nyata dan yang tidak nyata (Victoryna, 2020).
Gangguan proses pikir waham merupakan suatu keyakinan yang sangat mustahil dan
dipegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan walaupun semua orang
tidak percaya dengan keyakinannya (Bell, 2019).
B. Etiologi
Ada dua factor yang menyebabkan terjadinya waham menurut Keliat dalam buku stuart
(2013) yaitu :
1. Faktor predisposisi Meliputi perkembangan social kultural, psikologis, genetic, biokimia,
jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka individu
mengalami stress dan kecemasan. Berbagai factor masyarakat dapat membuat seseorang
merasa terisolasi dan kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal.
Stress yang berlebihan dapat menganggu metabolism dalam tubuh sehingga membuat
tidak mampu dalam proses stimulus internal dan eksternal.
2. Faktor presipitasi Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya
waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama diajak bicara,
objek yang ada dilingkungannya dan suasana sepi (isolasi). Suasana ini dapat
meningkatkan stress dan kecemasan.
C. Psikofisiologi atau psikoneurologi
Stuart (2013) menyebutkan patofisiologi waham sebagai berikut :
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien secara fisik maupun
psikis, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status social dan ekonomi
sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah.
Hal iu terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki
finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai
kebutuhan.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and eksternal)
Pada tahap ini, pasien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa yang
ia katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal.
4. Fase dukungan social (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Oleh karena, mulai terjadi kerusakan control diri dan tidak berfungsinya
norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien
lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi social (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah pada
pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatic masa
lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan
orang lain.
D. Klasifikasi
Stuart (2013) menyebutkan beberapa klasifikasi waham adalah sebagai berikut :
1. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan, contoh : “Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya
harus terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga”.
2. Waham kebesaran Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “saya ini titisan Bung
Karno, punya banyak perusahaan, punya rumah dberbagai negara dan bisa
menyembuhkan berbagai macam penyakit”.
3. Waham curiga Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup saya,
suster akan meracuni hidup saya”.
4. Waham somatik Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan, contoh : “sumsum tulang saya kosong, saya
pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk,
tubuh saya menghilang”
5. Waham nihilistic Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia atau sudah meninggal,
diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan, contoh : “saya sudah menghilang
dari dunia ini, semua yang ada disini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di
dunia”.
E. Tanda dan Gejala
Stuart (2013) menyatakan tanda dan gejala dari waham adalah sebagai berikut :
1. Kogintif
a. Tidak mampu membedakan kenyataan dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinanannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragur-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Hygiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
F. Konsep Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.
b. Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
c. Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan
pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan polaasuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai
dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya dan kepuasanklien sebagai laki- laki/perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktvitas motori
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Proses pikir.
Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncat-loncat dari satu topik
ketopik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan (flight ofideas) kadang-kadang klien mengulang pembicaraan yang sama
(persevere).
Masalah keperawatan: Gangguan Proses Pikir.
h. Isi Pikir
Contoh isi pikir klien saat diwawancara :
1) Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan pacarnya
orang kaya dan bos batu bara
Masalah keperawatan : waham kebesaran.
2) Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver.
Masalah keperawatan : waham somatik.
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
j. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
k. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki
klien disimpulkan dalam masalah.
l. Aspek medic
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Darmiyanti, 2012) masalah keperawatan yang sering muncul pada klien waham
adalah :
a. Waham
b. Gangguan komunikasi verbal
c. Harga diri rendah kronis
3. Rencana Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan diagnosa
keperawatan waham dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Luaran : Status Orientasi (L.09090) :
a. Produktivitas meningkat
b. Verbalisasi waham menurun
c. Perilaku waham menurun
d. Khawatir menurun
e. Curiga menurun
f. Sikap bermusuhan menurun
g. Tegang menurun
h. Menarik diri menurun
i. Perilaku sesuai realita cukup membaik
j. Isi pikir sesuai realita cukup membaik
k. Pembicaraan cukup membaik
l. Konsentrasi cukup membaik
m. Pola tidur cukup membaik
n. Kemampuan mengambil keputusan cukup membaik
o. Proses pikir cukup membaik
p. Perawatan diri cukup membaik
Intervensi :
Manajemen Waham (I.09295)
Observasi :
- Monitor waham yang isinya membahayakan diri sendir, orang lain dan lingkungan
- Monitor efek terapeutik dan efek samping obat.
Terapeutik :
- Bina hubungan interpersonal saling percaya
- Tunjukkan sikap tidak menghakimi secara konsisten
- Diskusikan waham dengan berfokus pada perasaan yang mendasari waham ("Anda
terlihat seperti sedang merasa ketakutan” )
- Hindari perdebatan tentang keyakinan yang keliru, nyatakan keraguan sesuai fakta
- Hindari memperkuat gagasan waham
- Sediakan lingkungan aman dan nyaman
- Berikan aktivitas reakreasi dan pengalihan sesuai kebutuhan
- Lakukan intervensi pengontrolan perilaku waham (mis. limit setting, pembatasan
wilayah, pengekangan fisik, atau sekuisi).
Edukasi :
- Anjurkan mengungkapkan dan memvalidasi waham (uji realitas) dengan orang
yang dipercaya (pemberi asuhan/keluarga)
- Anjurkan melakukan rutinitas harian secara konsisten
- Latih manajemen stres
- Jelaskan tentang waham serta penyakit terkait (mis. delirium, skizofrenia, atau
depresi), cara
- Mengatasi dan obat yang diberikan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Orientasi Realita (I.09297)
Observasi
- Monitor perubahan orientasi
- Monitor perubahan kognitif dan perilaku Terapeutik
Terapeutik
- Perkenalkan nama saat memulai interaksi
- Orientasikan orang, tempat, dan waktu
- Hadirkan realita (mis. beri penjelasan alternatif hindari perdebatan)
- Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
- Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis. kunjungan, pemandangan, suara,
pencahayaan,bau, dan sentuhan)
- Gunakan simbol dalam mengorientasikan lingkungan (mis. tanda, gambar, warna)
- Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
- Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup, sesuai kebutuhan
- Fasilitasi akses informasi (mis, televisi, surat kabar, radio), jika perlu
Edukasi
- Anjurkan perawatan diri secara mandiri
- Anjurkan penggunaan alat bantu (mis. kacamata, alat bantu dengar, gigi palsu)
- Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi realita
DAFTAR PUSTAKA

Bell, V., Raihani, N., & Wilkinson, S. 2019. De-Rationalising Delusions. 1–34.
Darmiyanti, A. 2012. Analisa Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi Ii Pada Tn. A Dengan
Gangguan Proses Pikir: Waham Studi Kasus di Ruang 23 Psikiatri RSUD Saiful Anwar
Malang (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Stuart, G. W. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Victoryna, F., Wardani, I. Y., & Fauziah, F. (2020). Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Jiwa Ners untuk Menurunkan Intensitas Waham Pasien Skizofrenia.
JurnalKeperawatan Jiwa, 8(1), 45-52.

Anda mungkin juga menyukai