Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

DISUSUN OLEH

MARIANA RAMBU EDELVIS KANDI

2019610078

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2023
A. DEFENISI

Waham adalah suatu sistem kepercayaan yang tidak dapat divalidasi atau
dipertemukan dengan informasi yang nyata atau realitas. (Judith Haber, M.S.Schudy,
B.F Siddan, Comprehensive psychiatric nursing, 1982 ).

Waham atau delusi adalah suatu keyakinan atau pikiran dan dipertahan betul
oleh individu meskipun tidak berdasarkan logika sehat dan meskipun terbukti
kebalikannya yang benar, dan juga meskipun terbukti mengganggu kehidupannya
dalam menyesuaikan dengan lingkungannya (Dr.Nusyirwan yusuf,DSJ,1997)

B. ETIOLOGI

Menurut doengoes,M.E ( tahun 1987, hal 205 ) mengemukakan bahwa etiologi


waham dapat dijelaskan melalui 3 teori, yaitu ;

a. Teori Psikodinamika

Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang


menyebabkan kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa percaya
dengan orang lain, sehingga individu selalu hati-hati dalam mengucapkan
gangguan harga diri, kehilangan kontrol, takut / cemas, sikap curiga terhadap
orang lain dan sikap umum yang digunakan yaitu proyeksi.

b. Teori dinamika keluarga

Beberapa teori percaya bahwa orang yang paranoid mempunyai orang


tua yang berkarakter keras, banyak permintaan dan yang ingin segalanya
sempurna, sering marah, mengutamakan kepertingan pribadi, mencurigai
individu, sehingga pengalaman yang didapat dari dulunya akan mempengaruhi
kepribadian seseorang.

c. Teori Biologi

Muncul karena adanya berapa kekuatan atau pengaruh dari beberapa


penyakit individu yang keluarganya mempunyai gejala penyakit yang sama,
contohnya : pada anak kemabar, jika salah satu terkena skizofrenia, maka 58
% kemungkinan akan terkena pada anak yang satunya.
 Faktor Predisposisi

a. Klien

1) Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranoid, skizofrenia,


keracunan zat tertentu pada otak dan gangguan pada pendengaran.

2) Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak tuntas, misalnya
rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam mengungkapkan
perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang berkepanjangan.

b. Lingkungan yang tidak terapeutik

Sering diancam, tidak dihargai atas jerih payah, kehilangan pekerjaan, support
sistem yang kurang, tidak mempunyai teman dekat, atau tidak mempunyai
orang dipercaya.

c. Interaksi

1) Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku,


tidak toleran terhadap klien.

2) Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi dan isi pikir.

3) Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat memfokuskan


pikiran dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran terhadap suatu
permasalahan

 Faktor Presipitasi

1) Internal

Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna secara berulang,


ketakutan karena adanya penyakit fisik.

2) Eksternal

Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang penting dengan orang lain ,
adanya kritikan dari orang lain.
C. TANDA DAN GEJALA

a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,


kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan

b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain

c. Curiga

d. Bermusuhan

e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

f. Takut, sangat waspada

g. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

h. Ekspresi wajah tegang

i. Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)

D. RENTANG RESPON

Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon sehingga


perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptif. Perilaku yang
berhubungan dengan respon biologis maladaptif :

a. Delusi

1) waham meruypakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional )

2) berwujud sipat kemegahan diri

3) pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan

4) gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil

b. Halusinasi

1) pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang bersangkutan


2) perasaan ada sesuatu tanpa adanya reangsangan sensorik, misalnya
penglihatan

3) rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya merupakan imajinasi

4) mengalami dunia seperti dalam mimpi

c. Kerusakan proses emosi

1) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat

2) keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan

3) marah, amuk, depresi, tidak berespon

d. Perilaku yang tidak terorganisir

1) tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan / lingkungan yang tidak


teratur

2) kehilangan kendali terhadap impuls

e. Isolasi sosial

1) menarik diri secara sosial

2) menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok

E. JENIS WAHAM

Ada beberapa jenis waham menurut W.F.Maramis :

1) Waham Kejadian

Klien percaya bahwa ada orang lain atau komplotan yang sedang mengganggu
bahkan sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang diancam oleh
orang lain.

2) Waham kebesaran

Klien merasa bahwa ia punya kekuatan, pendidikan, kepandaian atau


kekerasan yang luar biasa, diantaranya bahwa dia ratu adil, dapat membaca
pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.
3) Waham Keagamaan

Klien terlalu mengagungkan agama, misalnya : dia mengaku sebagai nabi.

4) Waham Somatik

Klien merasa bahwa bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan
berulang kali mengatakannya, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

5) Waham Curiga

Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan
kenyataan.

6) Waham Nihilistik

Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia / meninggal,
diucapkan berulang kali teetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

F. MEKANISME KOPING

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang
menakutkan dengan respon neorobiologist yang maladaptive meleputi : regresi
berhubungan dengan masalah proses informasi dengan upaya untuk mengatasi
ansietas, proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi, menarik diri,
pada keluarga : mengingkari.

G. FASE-FASE

Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :

1) Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)

Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik


secara fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi
pada orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu
terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak
memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin
memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.

2) Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)

Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan


kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan
menderita, malu, dan tidak berharga.

3) Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)

Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan,
dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi
pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya,
sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat
karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan pasien tidak merugikan orang lain.

4) Fase dukungan lingkungan (environment support)

Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien


dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan
pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan
tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5) Fase nyaman (comforting)

Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta


menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6) Fase peningkatan (improving)

Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi,


keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering
berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

H. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar
biasa. Klien mengatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekolompok
orang. Klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya,
menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa
curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara
memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, dan gelisah

Menurut Direja, (2011) tanda dan gejala pada kliendengan waham adalah :
terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian atau merawat diri, ekspresi wajah sedih
dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain,
mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiataan keagamaan secara
berlebihan.
I. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, orang lain dan

Lingkungan

Perubahan proses pikir : waham

Harga diri rendah

J. PENATALAKSANAAN

1. Farmakologi

2. pasien hiperaktif,/agitasi anti psikotik low potensial

3. penarikan diri high potensial

4. ECT tipe katatonik

5. Psikoterapi

6. perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi sipportif


DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis Mosby
Year Book, 1995

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai