Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RINGKASAN MATERI TENTANG

HIPOGLIKEMIA

DISUSUN OLEH
KAROLINA TAMO INYA
20196100045

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBHUAWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
A. Defenisi
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa)
yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-11-
mg/dl (Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal yang dapat terjadi karena ketidak
seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang
digunakan.Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa
pusing, lemas,gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat danterkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).

B. Etiologi
a. Dosis pemberian insulin yang kurang tepat
b. kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan
c. konsumsi alkohol
d. peningkatan konsumsi karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia,2011).

C. Patofisiologi
Dalam penyakit diabetes, hipoglikemia terjadi akibat dari kelebihan insulin relative
maupun absolute dan dapat mengganggu pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada
pasien diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar
metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia dapat terkait dengan sistem saraf
pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011)
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu otak
tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya dapat menyimpan cadagan glukosa (dalam bentuk
glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak normal sangat
tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa dapat
menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga menjadi menurunan suplai glukosa ke otak.
Karena terjadi penurunan suplai glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai
oksigen ke otak, yang akan menimbulkan pusing, bingung, dan lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi glukosa
darah akan memicu respon tubuh, seperti penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring
dengan turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin
sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan
timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa
darah di bawah batas normal (Setyohadi, 2011).
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan
pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin
memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi
glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon
konstraregulasi akan melepas. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi oleh sel α pankreas
berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol
dan hormon pertumbuhan juga berperan meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan
glukosa. Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian
hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati. Glukagon mula-mula meningkatkan
glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi akan
menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010). Penurunan kadar glukosa
darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan perifer, sehingga epineprin juga
merangsang lipolisis di jaringan lemak serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan
berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah (Setyohadi, 2011)

D. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala hipoglikemia merupakan akibat dari aktivitas sistem saraf otonom dan
neuroglikopenia. Pada pasien usia lanjut dan pasien yang mengalami hipoglikemia berulang,
dapat mengalami respon sistem saraf otonom berkurang sehingga pasien yang mengalami
hipoglikemia tidak menyadari bahwa kadar gula darahnya rendah (hypoglycemia unawareness).
Kejadian ini dapat memperberat kejadian hipoglikemia karena pasien terlambat untuk
mengkonsumsi glukosa untuk meningkatkan kadar gula darahnya.
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas, gelisah,
sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti: bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku,
lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus
bahaya

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami hipoglikemia
antara lain (Black dan Hawks, 2021)
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral)
dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl. Biasanya pada penderita hipoglikemia akan terjadi
penurunan kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan AGD
Bisanya masih dalam batas normal namun dapat terjadi asidosis respiratorik sedang.
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang
sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan.
HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4 - 6%.
Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
4. Pemeriksaan Elektrolit
Biasanya tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Pemeriksaan darah lengkap
Leukosit, terjadi peningkatan jika terdapat infeksi pada pasien

F. Penatalaksanaan
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan dari
hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat seperti minuman
yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi
(2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20- 30
gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara
lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan, kejang, atau
perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air
pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa,
sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah pengobatan
pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa,
yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas
profesional, glucagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau intramuskular (IM)
injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat mencegah keterlambatan
dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara darurat.

G. Diagnose keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Hiperglikemia
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fiologis

H. Intervensi keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Hiperglikemia
Manajemen hipoglikemia (SIKI: 1.03115)
Tindakan:
Observasi:
- Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah rendah
- Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
- Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
Terapeutik:
- Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
- Berikan glucagon, jika perlu
- Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
- Pertahanakan kepatenan jalan napas
- Pertahankan akses IV, jika perlu
- Hubungi layanan medis darurat, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
- Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah
- Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan olahraga
- Ajarkan pengolalaan hipoglikemia
- Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian dekstrose
- Kolaborasi pemberian glucagon
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fiologis
Manajemen nyeri ( SIKI: 1.08238)
Tindakan
Observasi:
- Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi. Kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperkecil nyeri
Terapeutik:
- Berikan teknik farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai