BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipoglikemi
paling
sering
ditemukan
pada
penderita
diabetes
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
Bagaimana
asuhan
Hipoglikemia?
keperawatan
kritis
pada
klien
dengan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipoglikemia, glukosa darah kurang dari 50 mg/100mg karena glukosa
digunakan secara abnormal. (Bosmick, 1997).
Menurut Sherwin dan Felig dalam Bakta & Suastika, 1999, hipoglikemi
adalah :
1. Pada laki-laki dan wanita dewasa setelah puasa satu malam, kadar glukosa
plasma di bawah 60 mg/dL/
2. Pada laki-laki setelah puasa 72 jam, kadar glukosa plasma di bawah 55
mg/dL.
3. Pada wanita setelah puasa 72 jam, kadar glukosa plasma di bawah 45 mg/dL.
4. Pada laki-laki dan wanita setelah diberikan 75-100 gram glukosa, glukosa
plasma terendah di bawah 50 mg/dL.
Hipoglikemia (kadar gula darah rendah secara abnormal) terjadi jika gula
darah turun dibawah 50-60 mg/dL (Baughman & Hackley, 2000). Hipoglikemia
adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan
komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral (Beradero et al,
2009).
Hipoglikemia murni True hypoglicemy adalah gejala hipoglikemia apabila
gula darah < 60 mg/dl (Dr Soetomo ,1998). Definisi kimiawi dari hipoglokemia
adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada
tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997). Hipoglikemia
adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg
%,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.
(Wiyono ,1999). Dapat disimpulkan bahwa hipoglikemia adalah suatu keadaan
dimana kadar gula darah secara abnormal rendah.
2.2 Etiologi
Pada dasarnya ada dua penyebab gejala klinik akibat hipoglikemi, yaitu
aktivasi sistem saraf autonomic dan neuroglikopenia (Bakta & Suastika, 1999).
Hipoglikemia dapat disebabkan karena terlalu banyak insulin atau preparat
hipoglikemik oral. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat. Biasanya sering terjadi
sebelum makan, terutama jika menunda makan atau jika tidak makan makanan
kecil. Hipoglikemia tengah malam dapat terjadi karena memuncaknya NPH
malam hari atau insulin Lente, terutama pada pasien yang tidak makan makanan
kecil sebelum tidur (Baughman & Hackley, 2000).
Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi
hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena
melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan
hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan
lebih berat. Gejala hipoglikemik dan manifestasi dapat dibagi menjadi yang
diproduksi oleh hormon counterregulatory ( epinefrin / adrenalin dan glukagon)
dipicu oleh glukosa jatuh, dan efek neuroglycopenic dihasilkan oleh gula
otak berkurang,
Penyebab hipoglikemia pada pasien yang sedang menerima pengobatan
insulin eksigen atau hipoglikemik oral antara lain (Beradero et al, 2009):
a. Regimen insulin yang tidak fisiologis
b. Overdosis insulin atau sulfonylurea
c. Tidak makan
d. Tidak mengkonsumsi makanan yang telah direncanakan
e. Gerak badan tanpa kompensasi makanan
f. penyakit ginjal stadium akhir
Sedangkan penyebab pada pasien non-diabetes adalah, penyakit hati stadium
akhir dan konsumsi alcohol
Faktor Predisposisi :
Faktor predisposisi (Arif Masjoer, 2001) terjadi hipoglikemia pada pasien
yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonilurea:
1.
b.
c.
d.
e.
h. Gastroparesis diabetik
2.
gemetar dan rasa lapar. Sedangkan gejla hipoglikemia neuroglikopeni adalah sakit
kepala, konfusi, parastesis sirkumoral, merasa lelah, berbicara tidak jelas,
diplopia, emosi labil, kejang dan koma (Beredero et al, 2009).
Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu
gejala adrenergic dan gejala sistem saraf pusat. Gejala hipoglikemia dapat terjadi
secara mendadak dan tidak diperkirakan dan bergam dari orang ke orang. Pasien
yang mempunyai kadar glukosa dalam batas hiperglikemik (200 mg/dL atau
lebih) dapat merasa hipoglikemik. Gejala adrenergic terjadi jika glukosa darh
turun sampai 120 mg/dL atau kurang. Penurunan respons hormonal (adregenik)
dapat terjadi pada pasien yang mempunyai diabetes selam bertahun-tahun
(Baughman & Hackley, 2000).
1. Manifestasi adrenergik
a. Kegoyahan, kegelisahan
b. Berdebar-debar , tachycardia
c. Berkeringat , rasa hangat (meskipun kelenjar keringat memiliki
reseptor
muscarinic,
sehingga
"manifestasi
adrenergik"
sepenuhnya akurat)
d. Muka pucat , dingin
e. Dilated murid (mydriasis)
f. Perasaan mati rasa " kesemutan "(paresthesia)
2. Manifestasi Neuroglycopenic
a. Abnormal pemikiran, penilaian terganggu
b. Spesifik dysphoria, kecemasan , kemurungan, depresi, menangis
c. Negativisme, lekas marah, agresif, combativeness, marah
d. Kepribadian berubah, lability emosional
e. Kelelahan , kelemahan, apatis, kelesuan , melamun, tidur
f. Kebingungan, amnesia , pusing, delirium
g. Penglihatan kabur, penglihatan ganda
h. Otomatis perilaku, juga dikenal sebagai otomatisme
i. Kesulitan berbicara, bicara cadel
tidak
semua
manifestasi
di
atas
terjadi
dalam
setiap
kasus hipoglikemia. Tidak ada urutan yang konsisten untuk munculnya gejala,
jika gejala bahkan terjadi. manifestasi tertentu juga dapat bervariasi menurut
umur, dengan tingkat keparahan hipoglikemia dan kecepatan penurunan. Pada
anak- anak muda, muntah kadang-kadang dapat menyertai hipoglikemia pagi
dengan ketosis . Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa, berat hipoglikemia
bisa menyerupai mania, penyakit mental, intoksikasi obat, atau mabuk. Pada
orang tua, hipoglikemia dapat menghasilkan fokus stroke seperti efek-atau sulit
menentukan malaise. Gejala satu orang mungkin mirip dari episode ke episode,
tetapi tidak selalu begitu dan mungkin dipengaruhi oleh kecepatan di mana kadar
glukosa yang ditinggalkan, serta kejadian sebelumnya.
Adapun gejala-gejala yang lainnya antara lain :
a. HIpoglikemia ringan
Sistem saraf simpatis di rangsang, menyebabkan berkeringat, tremor,
takikardia, palpitasi, gelisan dan lapar
b. Hipoglikemia sedang
Meyebabkan kerusakan fungsi sistem saraf pusat, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi, sakit kepala, kepala terasa ringan, mudah lupa, rasa kesemutan
pada bibir dan lidah, bicara tidak jelas, perubahan emosional, mudah marah,
penglihatan ganda dan mengantuk.
c. Hipoglikemia berat
Sistem saraf pusat mengalami kerusakan lebih jauh, pasien memerluka
bantuan dengan pengobatan lain, perilaku disorientasi, kejang, kesulitan
bangun dari tidur atau hilang kesadaran (Baughman & Hackley, 2000)
2.4 Patofifisiologi
Hipoglikemia memberikan peringatan sehigga timbul keadaan kesadaran
akan hipoglikemia yang diduga disebabkan oleh respons fisiologis terhadapa
hipoglikemia oleh adrenalin (epinefrin), noradrenalin (norepinefrin) dan sistem
saraf simpatis seperti tremor, berkeringat, kecemasan, palpitasi, dan menggigil.
Jika kadar glukosa plasma turun sampai di bawah 3-4 mmol/L, timbu gejala
neuroglikopenik yang di akibatkan oleh defisiensi glukosa dalam otak sehingga
timbul perasaan lelah, pening, mengantuk, sulit berbicara, tidak mampu
berkonsentrasi dan bingung, kadang-kadangan agresif (Rubenstein et al, 2007).
Hipoglikemia pada penderita diabetes bisa disebabkan oleh konsumsi
makanan yang tidak cukup, olahraga dan insulin yang terlalu banyak. Nyeri
kepala di pagi hari merupakan satu-satunuaa indikasi adanya hipoglikemia
noktural (Rubenstein et al, 2007). Penurunan kadara glukosa darah yamg cepat
akan merangsang sistem simpatis untuk memproduksi adrenalin yang
menyebabkan diaphoresis, kulit dingin, takikardi dan gemetar (Carpenito, 2009).
Patogenesis (Arif Masjoer, 2001), pada waktu makan cukup tersedia
sumber energi yang diserap dari usus. Kelebihan energi disimpan sebagai
makromolekul dan dinamakan fase anabotik. 60% dari glukosa yang di serap usus
dengan pengaruh insulin akan di simpan di hati sebagai glikogen, sebagian dari
sisanya akan disimpan di jaringan lemak dan otot sebagai glikogen juga. Sebagian
lagi dari glukosa akan mengalami metabolisme anaerob maupun aerob untuk
energi seluruh jaringan tubuh terutama otak sekitar 70% pemakaian glukosa
berlangsung di otak tidak dapat menggunakan asam lemak bebas sebagai sumber
energi.
Hipoglikemia akan menggangu fungsi otak karena suplai makanan ke otak
berkurang. Beberapa menit saja tidak mendapatkan makanan, otak bisa
mengalami kerusakan. Alcohol bisa menyebabkan hipoglikemia. Selain
menghambat kemampuan hati untuk melepaskan glukosa, alcohol juga
menghambat kerja hormone yang menaikkan kadar glukosa darah serta
meningkatka efek insulin (Tandra, 2008).
10
Oksigen dan glukosa adalah sumber energi bagi otak. Jika jumlah glukosa
yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak.
Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika
gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa
darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron
menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma (Parretta, 2005 ).
Keluhan dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung pada berapa
banyak kadar glukosa darh turun. Keluhan akibat otak yang tidak mendapatkan
cukup kalori sehingga menggangu fungsi intelektual, antara lain sakit kepala,
kurang brekonsentrasi, mata kabur, capek, bingung, kejang atau koma. Keluhan
akibat efek samping hormone lain (adrenalin) yang berusaha untuk menaikkan
kadar glukosa darah yaitu pucat, berkeringat, nadi cepat, berdebar, cemas serta
rasa lapar (Tandra, 2008).
11
2.5 WOC
alkohol
Di
metabolisme
di hati
Menghambat
kemampuan
hati melepas
glukosa
Glikogenesis
&glukoneogen
olisis
Penyakit hepar
(hepatitis,
sirosis, Ca)
Penyakit ginjal
(gagal ginjal)
Fungsi hati
terganggu
Gangguan
inaktivasi
insulin
<<fungsi
sintesis di hati
Tumor
pankreas
Menghasilkan
insulin >>
Pada pasien
DM
>> insulin
>> aktifitas
<< asupan
makanann
>> insulin
KGD
HIPOGLIKEMIA
kematian
Kerusakan jaringan
otak
Terlambat
mendapat
penanganan
MK :
Resti
Aspirasi
Kesadaran
merurunkoma
saraf simpatik
terangsang
<< asupan
glukosa ke
otak
Sel otak tidak
memperoleh
sumber energi
Gangguan fungsi
otak
Vasodilatasi
pembuluh
darah
kranial
Sakit kepala
MK :
Nyeri
Merangsang kelenjar
adrenal
Produksi hormone
adrenalin/epinefrin
Merangsang hati
melepaskan glukosa
12
13
e. Jangan anjurkan makan makanan penutup tinggi kalori, tinggi lemak untuk
mengatasi hipoglikemia. Kandungan tinggi lemak dapat melambatkan
penyerapan glukosa (Baughman & Hackley, 2000).
Untuk pasien yang sadar, pengobatan terdiri atas karbohidrat kerja cepat
15 g (3 tablet glukosa atau 120cc jus buah tanpa gula atau 3 permen). Setelah 15
menit, glukosa darah harus diperiksa kembali. Apabila glukosa darah tetap 60
mgdl atau kurang, pengobatan dapat di ulang. Apabila pasien tidak sadar,
pengobatan oral tidak diberikan sama sekali. Pasien diberi satu ampul 50%
dekstrosa IV bolus. Dalam satu menit biasanya pasien sudah mnejadi sadar
(Beradero et al, 2009).
Penatalaksanaan hipoglikemia berat:
a. Glucagon 1 mg subkutan atau intramuscular untuk pasien yang tidak mampu
menelan atau menolak pengobatan. Mungkin membutuhkan waktu 20 menit
untuk memulihkan kesadaran. Berikan gula sederhana disertai makan kecil
jika sudah sadar.
b. Diberikan dekstrosa 50% dalam air 25-50 ml melalui intravena untuk pasien
yang tidak sadar atau tidak mampu untuk menelan dalam lingkungan rumah
sakit (Baughman & Hackley, 2000).
Glucagon dapat menyebabkan glikogenesis dalam hati dengn adanya
simpanan glikogen yang adekuat. Pada klien yang keadaannya kritis akibat koma
selama beberapa waktu, simpanan glikogen mungkin telah digunakan dan
pemberian glukosa IV adalah satu-satunya tindakan yang efektif (Carpenito,
2009).
2.8 Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah episode selanjutnya
hipoglikemia tergantung pada penyebabnya. Risiko episode lebih lanjut dari
hipoglikemia diabetes sering dapat (tetapi tidak selalu) akan berkurang dengan
menurunkan dosis insulin atau obat lain, atau dengan perhatian yang lebih cermat
untuk menyeimbangkan gula darah pada jam yang tidak biasa, tingkat yang lebih
tinggi dari latihan, atau konsumsi alkohol.
14
bawaan
pengangkatan bagian terlalu aktif pankreas adalah kuratif dengan resiko minimal
ketika hiperinsulinisme adalah fokal atau karena tumor jinak memproduksi insulin
pankreas.Ketika hiperinsulinisme bawaan longgar dan tahan terhadap obat,
pancreatectomy nyaris total mungkin pengobatan terakhir, namun dalam kondisi
ini kurang konsisten efektif dan penuh dengan komplikasi lebih.
Hipoglikemia karena kekurangan hormon seperti hypopituitarism atau
kekurangan adrenal biasanya berhenti ketika hormon yang tepat diganti.
Hipoglikemia karena sindrom dumping dan kondisi pasca-bedah lainnya yang
terbaik ditangani dengan mengubah diet. Termasuk lemak dan protein dengan
karbohidrat dapat memperlambat pencernaan dan mengurangi sekresi insulin
awal. Beberapa bentuk ini menanggapi pengobatan dengan inhibitor glukosidase ,
yang memperlambat pati pencernaan.
Hipoglikemia reaktif dengan kadar glukosa menunjukkan rendah paling
sering gangguan ditebak yang bisa dihindari dengan mengkonsumsi lemak dan
protein dengan karbohidrat, dengan menambahkan camilan pagi atau sore hari,
dan mengurangi konsumsi alkohol.
Sindrom Idiopathic postprandial tanpa kadar glukosa menunjukkan
rendah pada saat gejala bisa lebih dari tantangan manajemen. Banyak orang
menemukan perbaikan dengan mengubah pola makan (porsi kecil, menghindari
gula berlebihan, makanan campuran daripada karbohidrat sendiri), mengurangi
asupan perangsang seperti kafein , atau dengan membuat perubahan gaya hidup
untuk mengurangi stres.
15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan penurunan konsentrasi.
3. Riwayat penyakit saat ini
Berisi tentang kapan terjadinya hipoglikemia, apa yang dirasakan klien dan
apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit yag diderita seperti diabetes mellitus, hepatitis, sirosis
hepatis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan
hipoglikemia. Kaji riwayat penggunaan obat, konsumsi alcohol, aktivitas
fisik yang dilakukan dan asupan makanan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan hipoglikemia seperti
diabetes mellitus, hepatitis
6. Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang di alami pasien mengenai
kondisinya.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik berdasarkan prinsip ABCD
a. A (airway)
16
16
17
Tujuan
Kriteria Hasil
No.
1.
Intervensi
Rasional
Tempatkan pasien pada posisi Posisi semi fowler pada pasien
semi fowler atau posisi kepala dengan
penurunan
lenih tinggi
mengurangi
dapat
kesadaran
resiko
terjadinya aspirasi
Pantau tingkat kesadaran, reflek Sebagai indikator perkembangan
2.
batuk,
refleks
muntah
kemampuan menelan
Hindari pemberian cairan atau Pemberian cairan atau makanan
3.
Laporkan
segera
aspirasi
terjadi Untuk mendapatkan penanganan
Kriteria Hasil : resiko cidera berkurang atau hilang, pasien dan anggota
keluarga
atau
pemberi
asuhan
mengembangkan
strategi
untuk
mempertahankan keamanan
No.
intervensi
1. Menciptakan lingkungan
rasional
yang Untuk meminimalkan terjadinya
aman
cidera
2. Berikan penghalang sisi tempat Untuk meminimalkan terjadinya
tidur, berikan ketinggian tempat cidera
tidur yang rendah dan lakukan
pemantauan pada malam hari
3. Menghindarkan lingkungan yang Untuk meminimalkan terjadinya
berbahaya
(misalnya cidera
18
memindahkan
perabotan
yang
faktor-faktor
meningkatkan
meningkatkan
kewaspadaan
yang Untuk meningkatkan kesadaran
terhadap cidera
pemberi asuhan
6. Bantu pasien dalam ambulasi Memfaasilitasi ambulasi pasien
sesuai dengan kebutuhan
3) Resiko
ketidakefektifan
bersihan
injuri.
jalan nafas
berhubungan
dengan
penumpukan sputum
Tujuan
Intervensi
Rasional
Kaji adanya sumbatan jalan napas adanya sumbatan mempengaruhi
(lidah jatuh ke belakang, sputum) proses respirasi
sehubungan dengan penurunan
2.
kesadaran
Berikan posisi semi fowler
dada
serta
paru
ventilasi
basiler,
memberikan
pengeluaran
3.
Mobilisasi
ekspansi
4.
kemampuan penuh
Auskultasi bunyi napas,
bunyi tambahan.
19
5.
sekret
Untuk mencairkan sekresi
6.
adekuat
Kolaborasi pemberian oksigen
Untuk
7.
pemenuhan
membrane
kebutuhan
mukosa
mengindikasikan
8.
dapat
terjadinya
hipoksia
Monitor frekuensi dan kedalaman Untuk mengevaluasi
adanya
bernafas
disstres pernafasan
4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
berlebih.
Tujuan
Intervensi
Rasional
Selimuti pasien dengan kain tipis Untuk mencegah
dan hindari suhu yang terlalu terkumpulnya
yang panas
2.
Anjurkan
ekstremitas
pasien
vasodilatasi,
darah
dan
di
berkurangnya
kondisi individu
Kolaborasi untuk
cairan
4.
tambahan
IV penggunaan
parenteral
dapat
sesuai keperluan
memperbaiki kekurangan cairan
Pantau masukan dan haluaran, Memberikan
informasi
catat warna, karakter urin. Hitung keadekuatan volume cairan dan
5.
keseimbangan cairan
kebutuhan caira
Monitoring perubahan tanda vital Peningkatan suhu meningkatkan
seperti peningkatan suhu badan, laju metabolic dan kehilangan
20
cairan
melalui
Takikardi
6.
evaporasi.
menunjukkan
status
cairan
atau
perbaikan
ketidakseimbangan
5) Nyeri berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah intracranial
Tujuan
Intervensi
Anjurkan
Rasional
untuk Menurunkan
pasien
stimulasi
tenang
Observasi
adanya
yang
yag
dapat
posisi
tubuh,
gelisah,
jantung
Berikan kompres hangat pada meningkatkan
4.
kepala
Gunakan
sentuhan
relaksasi
terapeutik, Memberikan
pengendali
mengubah
sirkulasi
pasien
nyeri
dan
sejumlah
dan
mekanisme
atau
sensasi
nyeri
pemeberian Analgesik
Kolaborasikan
berguna
untuk
analgesic
mengurangi nyeri
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan
Intervensi
Identifikasi
dan
Rasional
minimalkan Membantu
meningkatkan
21
faktor-faktor
yag
dapat efektivitas
aktivitas
Berikan lingkungan yang tenang Lingkungan yang nyaman dan
dan nyaman.
3.
Ajarkan
penghematan
aktivitas
istirahat pasien.
metode Klien dapat beraktivitas secara
(lebih
energy
baik
aktivitas)
Berikan bantuan sesuai kebutuhan Memberikan
kebutuhan
bantuan
akan
sesuai
mendorong
aktivitas
Monitor respon kardiorespirasi Untuk
mengetahui
respons
dispnea,
diaforesis, aktivitas
22
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipoglikemi adalah :
1. Pada laki-laki dan wanita dewasa setelah puasa satu malam, kadar glukosa
plasma di bawah 60 mg/dL/
2. Pada laki-laki setelah puasa 72 jam, kadar glukosa plasma di bawah 55
mg/dL.
3. Pada wanita setelah puasa 72 jam, kadar glukosa plasma di bawah 45 mg/dL.
4. Pada laki-laki dan wanita setelah diberikan 75-100 gram glukosa, glukosa
plasma terendah di bawah 50 mg/dL.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah secara
abnormal rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Untuk menjaga
agar kadar gula selalu normal,perhatikan pola makan ,olah raga ringan secara
teratur untuk membantu pembakaran glukosa menjadi nergi dan merangsang
produksi insulin,hindarkan stress atau gangguan emosional lainnya dan
disiplin minum obat sesuai anjuran dokter.
4.2 Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan asuhan keperawatan dalam
keadaan darurat secara cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur
tetap/protokol yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan , sangat
tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang di
perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made & I ketut suastika. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Baughman, Diane C & JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah. Buku
Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Beradero, et al. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
24
Bosmick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Carpenito, L. J. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis ed. 9.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Neal, M. J. 2006. At a Glance farmakologi Medis ed.5. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Parretta, Larraine. 2005. Makanan Untuk Otak. Jakarta:Erlangga.
Rubenstein, et al. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Jakarta : Penerbit Erlangga
Tandra, Hans. 2008. Segala Sesuatu yang Ahrus Anda Ketahui tentang Diabetes.
Jakarta:Gramedia.
Taylor, C.M. 2011. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan ed. 10.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf ed. 4. Jakarta:Gramedia.
Suparman. 1988. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Universitas Indonesia.
Waspadji S. 2000. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding simposium:
penatalaksanaan kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2000. hal.83-4.
24