Anda di halaman 1dari 6

Allodynia Dan Hiperalgesia

1. Penyebab Allodynia dan Hiperalgesia


Allodynia memiliki gejala utama berupa nyeri dari rangsangan yang tidak menyakitkan.
Gejalanya bervariasi dari yang ringan hingga berat. Seperti sensasi terbakar, sakit atau seperti
diremas. Penyebab pasti dari allodynia tidak diketahui. Allodynia dapat terjadi karena
peningkatan responsif atau kerusakan nociceptor. Kondisi medis seperti migraine, neuralgia
postherpetic, fibromyalgia dan diabetes diduga dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami
allodynia.

Hiperalgesia

2. Nosiseptor (Reseptor Nyeri)


Nosiseptor adalah reseptor ujung saraf bebas yang ada di kulit, otot, persendian, viseral
dan vaskular. Nosiseptor-nosiseptor ini bertanggung jawab terhadap kehadiran stimulus noksius
yang berasal dari kimia, suhu (panas, dingin), atau perubahan mekanikal. Pada jaringan normal,
nosiseptor tidak aktif sampai adanya stimulus yang memiliki energi yang cukup untuk
melampaui ambang batas stimulus (resting). Nosiseptor mencegah perambatan sinyal acak
(skrining fungsi) ke SSP untuk interpretasi nyeri.
Saraf nosiseptor bersinap di dorsal horn dari spinal cord dengan lokal interneuron dan
saraf projeksi yang membawa informasi nosiseptif ke pusat yang lebih tinggi pada batang otak
dan thalamus. Tipe nosiseptor spesifik bereaksi pada tipe stimulus yang berbeda. Nosiseptor C
tertentu dan nosiseptor A-delta bereaksi hanya pada stimulus panas atau dingin, dimana yang
lainnya bereaksi pada stimulus yang banyak (kimia, panas, dingin). Beberapa reseptor A-beta
mempunyai aktivitas nociceptor-like. Serat –serat sensorik mekanoreseptor bisa diikutkan untuk
transmisi sinyal yang akan menginterpretasi nyeri ketika daerah sekitar terjadi inflamasi dan
produkproduknya. Allodynia mekanikal (nyeri atau sensasi terbakar karena sentuhan ringan)
dihasilkan mekanoreseptor A-beta

3. Patofisiologi Nyeri
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi maupun
rendah seperti perenggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan
merilis K+ dan protein intraseluler. Peningkatan kadar K+ ekstraseluler akan menyebabkan
depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan menginfiltrasi
mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan / inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri
dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangasng nosiseptor
sehingga rangsangan berbahaya (hyperalgesia) dan tidak berbahaya (allodynia) dapat
menyebabkan nyeri.
Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan
serotonin akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka
akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H+ yang
selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E 2 memiliki efek
vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal,
tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang
maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP),
yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi,
mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan migrain. Perangsangan nosiseptor inilah yang
menyebabkan nyeri. (Silbernagl & Lang, 2000)

Gambar Mekanisme Nyeri Perifer


Mediator inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin, growth factor, dan sitokin. Zat-zat
ini dapat meningkatkan kepekaan serta stimulasi nociceptor, sehingga menurunkan ambang
rangsang dan stimulasi ektopik
Stimulasi ektopik dapat menimbulkan nyeri spontan dan mungkin berasal dari dorsal root
ganglion, atau bagian lain sepanjang saraf yang terluka. Proses dimana serabut saraf terluka
saling berdekatan menjadi mudah terstimulasi sebagai akibat dari non-sinaptik "cross talk"
dikenal sebagai transmisi ephaptic. Allodynia mengacu pada rasa sakit yang dihasilkan oleh
stimulus biasanya tidak menyakitkan, dan mungkin hasil dari ambang rangsangan menurun.
Allodynia dapat diklasifikasikan sebagai mekanik (nyeri dalam menanggapi sentuhan ringan)
atau termal, dan dapat dengan mudah dideteksi pada pemeriksaan fisik. Contohnya adalah pasien
dengan neuropati diabetes yang kakinya sensitif apabila memakai kaus kaki.
Hiperalgesia mengacu pada persepsi nyeri berlebihan sebagai akibat dari serat nyeri
perifer yang rusak, dan dapat dikategorikan sebagai primer atau sekunder. Hiperalgesia primer
terjadi pada jaringan yang terluka akibat sensitisasi nosiseptor perifer (misalnya, nyeri setelah
terluka), sedangkan hiperalgesia sekunder terlihat di jaringan rusak yang berdekatan karena
sensitisasi dalam SSP dan dapat dinilai dengan benda tajam. Hal ini mungkin disebabkan oleh
transmisi ephaptic atau perluasan area reseptif saraf yang cedera (atau keduanya). Contoh klinis
hiperalgesia adalah kasus amputasi yang tidak menggunakan protesa. Baik allodynia maupun
hiperalgesia adalah bentuk stimulus yang bergantung pada nyeri. Meskipun nyeri neuropatik
spontan sering lebih tetapi jarang menimbulkan keluhan nyeri secara klinis.

3a. Sensitisasi Perifer


Sensitisasi Perifer Cidera atau inflamasi jaringan akan menyebabkan munculnya
perubahan lingkungan kimiawi pada akhir nosiseptor. Sel yang rusak akan melepaskan
komponen intraselulernya seperti adenosine trifosfat, ion K+ , pH menurun, sel inflamasi akan
menghasilkan sitokin, chemokine dan growth factor. Beberapa komponen diatas akan langsung
merangsang nosiseptor (nociceptor activators) dan komponen lainnya akan menyebabkan
nosiseptor menjadi lebih hipersensitif terhadap rangsangan berikutnya (nociceptor sensitizers).
Komponen sensitisasi, misalnya prostaglandin E2 akan mereduksi ambang aktivasi nosiseptor
dan meningkatkan kepekaan ujung saraf dengan cara berikatan pada reseptor spesifik di
nosiseptor. Berbagai komponen yang menyebabkan sensitisasi akan muncul secara bersamaan,
penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak akan menghilangkan
sensitisasi perifer. Sensitisasi perifer akan menurunkan ambang rangsang dan berperan dalam
meningkatkan sensitifitas nyeri di tempat cedera atau inflamasi.

Gambar Mekanisme Sensitisasi Perifer dan Sentral

3b. Sensitisasi Sentral


Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor di sentral juga
dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan perifer bertanggung jawab terhadap
munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cidera. Sensitisasi sentral memfasilitasi dan
memperkuat transfer sipnatik dari nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. Pada awalnya proses ini
dipacu oleh input nosiseptor ke medulla spinalis (activity dependent), kemudian terjadi
perubahan molekuler neuron (transcription dependent). Sensitisasi sentral dan perifer merupakan
contoh plastisitas sistem saraf, dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon perubahan input
(kerusakan jaringan). Dalam beberapa detik setelah kerusakan jaringan yang hebat akan terjadi
aliran sensoris yang masif kedalam medulla spinalis, ini akan menyebabkan jaringan saraf
didalam medulla spinalis menjadi hiperresponsif. Reaksi ini akan menyebabkan munculnya
rangsangan nyeri akibat stimulus non noksius dan pada daerah yang jauh dari jaringan cedera
juga akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri.
Gambar Skema Teori

3. Pengobatan
Pada allodynia proliferasi saluran natrium heterotopik, seperti Nav1.3, Nav1.7, dan
Nav1.8, dapat menurunkan ambang rangsang dan memprovokasi stimulasi ektopik, yang
mengakibatkan rasa sakit spontan. Dalam perkembangannya, penyebaran saluran natrium dapat
memicu pusat sensitisasi menjadi allodynia. Beberapa obat, seperti carbamazepine, bertindak
melalui blokade saluran natrium. Namun, karena tidak satupun dari obat ini selektif untuk
subtipe saluran yang terlibat dalam proses nyeri, maka obat tersebut memiliki efek terapi rendah
dan banyak efek samping.
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi rasa sakit. Obat pregabalin digunakan untuk
mengobati nyeri saraf karena kondisi seperti cedera tulang belakang, diabetes dan fibromyalgia.
Obat nyeri topikal yang mengandung lidokain dalam sediaan krim dan salep. Obat-obatan non
steroid over the counter

Pengobatan hiperalgesia

Anda mungkin juga menyukai