Anda di halaman 1dari 12

Bangunan Peka Nyeri

Berbagai bangunan peka nyeri terdapat dipunggung bawah. Bangunan


tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus (bagian fibrosa dari
diskus intervertebalis), ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua
bangunan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus
(mekanikal, ternal, kimiawi). Reseptor tersebut sebenarnya berfungsi sebagai prteksi.
Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi dan substansia lainnya. Uang menyebabkan
timbulnya persepsi nyeri. Hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah
pergerakan untuk memungkinkan perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu
mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot
yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus
menyebabkan munculnya titik picu (trigger points), yang merupakan salah satu
kondisi nyeri.
Berbagai stmulasi seperti mekanikal, termal maupun kemikal dapat
mengaktivasi/ mensensitisasi nosiseptor. Aktivasi nosiseptor langsung menyebabkan
nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang timbul akibat aktivasi
nosiseptor ini dinamakan nyeri nosiseptif. Bentuk nyeri lain yang sering timbul pada
NPB yaitu nyeri neuropatik (1)
Mekanisme Nyeri
Secara Patofisiologik nyeri dapat dibagi menjadi 3 macam , yaitu :
1. Nyeri fisiologik
Nyeri sederhana, dimana stimuli berjalan singkat dan tidak menimbulkan
kerusakan jaringan
2. Nyeri inflamasi
Stimulasi kuat atau berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan atau inflamasi
jaringan
3. Nyeri neuropatik
Stimuli yang langsung mengenai sistem saraf
Nyeri fisiologik dan inflamasi sering disebut sebagai nyeri nosiseptif. Ketiga bentuk
nyeri tersebut sering tumpang tindih.
Keterangan lengkap mengenai jenis nyeri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Nyeri fisiologik
Tipe nyeri ini umumnya tidak memerlukan terapi khusus karena durasi nyeri
singkat
2. Nyeri inflamasi
Pada tipe ini, stimuli menyebabkan inflamasi jaringan, oleh karena itu disebut
nyeri inflamasi. Berbeda dengan fisiologik, di mana tidak ada kerusakan
sedangkan pada nyeri inflamasi terjadi inflamasi jaringan. Inflamasi
menyebabkan perubahan berbagai komponen nosiseptif. Jaringan yang
mengalami inflamasi mengeluarkan berbagai mediator inflamsai (MI) seperti
prostagladin, bradikinin dan sebagainya. MI dapat mengaktivasi atau
mensensitisasi nasiseptor secara langsung mampun tidak langsung
Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri dan sensitisasi nosiseptor menyebabkan
hiperalgesia. Hiperalgesia adalah respon berlebihan terhadap stimulus yang secara
normal menimbulkan nyeri (2)
Terdapat 2 jenis hiperalgesia yaitu hiperalgesia primer (hiperalgesia di daerah
lesi) dan hiperalgesia sekunder (hiperalgesia di sekitar lesi di jaringan yang sehat).
Hiperalgesia primer dapat dibangkitkan dengan stimulasi termal maupun mekanikal
dan hiperalgesia sekunder hanya dapat dibangkitkan dengan stimulasi mekanikal.
Terjadinya hiperalgesia sekunder disebabkan adanya kemampuan neuron di kornu
dorsalis medula spinalis memodulasi transmisi impuls neuronal. Proses modulasi ini
terjadi oleh karena impuls yang terus menerus menstimulasi medula spinalis yang
berasal dari daerah lesi sehingga neuron di kornu dorsalis menjadi lebih sensitif
(sensitif sentral).
Proses sensitisasi sentral ini sangat penting diketahui, khususnya pada pasien
dengan NPB. Seperti diketahui, peran faktor psikologik sangat kuat terutama dalam
proses perubahan nyeri akut menjadi nyeri kronik. Oleh karena itu, banyak ahli
sepakat untuk menyatakan, pencegahan sesitisasi sentral merupakan tindakan yang
sangat bijaksana. Hal tersebut berarti pemberian analgetik yang efektif sesegara
mungkin
Nyeri otot sangat berperan dalam terjadinya unspecific low back pain . seperti
diketahui berbagai nosiseptor terdapat di membran jaringan lunak (soft tissue) yang
sangat peka terhadap mediator inflamasi (Newham & Mills, 1999; Byers & Bonica,
2001). Peka jaringan somatik dalam banyak terdapat dalam otot dan dilepaskan bila
ada lesi otot. Impuls dari otot sebagian dibawa oleh serabut tanpa mielin yang
umumnya mempunyai tetrodotoxin resistence (TTXr)-Na channel (saluran ion
natriium yang resisten terhadap tetrodotoksin). Oleh karena obat spesifik memblok
reseptor ersebut, mungkin sangat berguna untuk penderita LBP dengan nyeri somatik
dalam.
Kepekaan nosiseptor yang terdapat dalam otot terhadap mekanik akan meningkat
setelah injeksi BK, sebab BK akan memacu pelepasan 5-hydroxitriptamine? (5HT)
atau prostagladine E2 (PGE2). Penggunaan otot yang berlebihan selama bekerja berat
(overuse) dapat menimbulakn iskemia atau inflamasi jaringan lunak sehingga terjadi
peningkatan kadar BK, 5TH dan PGE2 yang mensensitisasi nosiseptor otot. Dengan
dengan demikian dapat terjadi hiperalgesia mekanikal atau mungkin alodinia oleh
karena stimuli mekanik yang non-noksius seperti mengangkat barang rinagn atau
mempertahankan posisi berdiri, sudah dapat menimbulkan nyeri. Perubahan yang
terjadi pada jaringan lunaksecara perlahan-lahan (kronik) dapat menyebabkan
sensitisasi nosiseptor dan menimbulkan nyerin bila sedikit terangsang, misalnya
aktivitas kehidupan sehari-hari yang menggunakan otot punggung bawah. Sensitisasi
nosiseptor di perifer dapat menyebabkan impuls yang membanjiri neuron di kornu
dorsalis tersebut. Sensitisasi sentral ini sebagai penyebab utama hiperlagesia sekunder
dan penyebaran nyeri. Neurotransmiter yang berperan untuk terjadinya sesitisasi
sentral ialah SP dan glutamat
Timbulnya Nyeri Spontan
Terjadinya aktivitas spontan di neuron kornu dorsalis yang mengakibatkanb nyeri
spontan tampaknya ditentukan oleh konsentrasi nitric oxide (NO) di kornu dorsalis.
Konsentrasi NO yang menurun dapat menyebabkan nyeri spontan. Dari percobaan
pada binatang, penurunan konsentrasi NO terjadi sejalan dengan terjadinya lesi otot.
Hal ini yang menyebabkan terjadinya nyeri punggung bawah kronik. Mekanisme
mengapa terjadi nyeri kronik ini belum jelas diketahui. Salah satu hipotesis
mengatakan bahwa kematian sel inhibisi sebagai penyebab timbulnya nyeri spontan
pada nyeri punggung bawah kronik
Nyeri Neuropatik
Sebagian pasien dengan lesi sistem saraf pusat maupun tepi, disamping menderita
gejala negatif yang berupa paresis atau paralisis, hipestesi atau anestesi, juga
menderita gejala positif berupa nyeri. Tipe nyeri dengan lesi saraf ini dinamakan
nyeri neuroptik. Nyweri neuropatik yang sering ditemukan pada pasien NPB berupa
penekanan atau jeratan radiks saraf oleh hernia nukleus pulposus (HNP),
penyempitan kanalis spinalis, pembengkakan artikulasio atau jaringan sekitarnya,
fraktur mikro (misalnya pada penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan
sebagainya.
Iritasi pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Kemungkinan pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya akan nosiseptor
dari nervi nervorum, yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan disepanjang
distribusi serabut saraf tersebut. Nyeri bertambah bila ada peregangan serabut saraf,
misalnya karena pergerakan dan sebagainya. Kemungkinan kedua, penekanan sampai
mengenai serabut saraf, maka ada kemungkinan terjadi gangguan nkeseimbangan
neuron sensorik melalui perubahan molekuler. Perubahan molekuler tersebut dapat
menyebabkan aktivitas sistem saraf aferen (SSA) menjadi abnormal dengan
timbulnya aktivitas ektopik (aktivitas yang terjadi diluar nosiseptor), akumulasi
saluran ion natrium( SI-NA) dan saluran ion lainnya didaerah lesi. Penumpukan SI-
NA maupun saluran ion baru didaerah lesi menyebabkan timbulnya mechano-hot-
spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal maupun termal (hiperalgesia
mekanikal dan termal).m hal ini menjadi dasar pemeriksaan Lasseque. Di saamping
saluran ion tersebut di atas, juga ditemukan adanya pembentukan reseptor adrenergik
baru yang sangat peka terhadap katekolamin. Timbulnya reseptor adrenergik
menyebabkan stres psikologis yang mampu memperberat nyeri.
Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik yang sponyan seprti
parestesia, disestesia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya, yang membedakan
dengan nyeri inflamasi maupun yang dibangkitkan seperti hiperalgesia dan alodinia.
Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri neuropatik juga disebabkan oleh
adanya fenomena wind-up, LTP dan perubahan fenotip AB. Yang berbeda adalah
proses inhibisi. Pada nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat sedangkan pada nyeri
neuropatik, inhibisi menurun. Penurunan inhibisi pada nyeri neuropatikterutama
disebabkan penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan peningkatan
cholecyst (CCK) yang menghambat kerja reseptor opoid. Inilah dasar pemberian
antidepresan trisiklik (amitriptilin) maupun tramadol pada nyeri neuropatik (3)

Arti Klinis
Bersadarkan mekanisme nyeri terjadi pada penderita NPB, hampir semua modalitas
yang ada dapat digunakan untk terapi nyeri, yaitu terapi farmaka rehabilitas medikan
maupun terapi secara psikologik
Rehabilitas terapi farmaka tergantung pada berat ringannya nyeri dan mekanisme
yang mendasari nyeri. Analgetik biasa maupun obat anti inflamasi non-steroid
(OAINS), seperti yang dapat digunkakan untuk semua nyeri inflamasi maupun nyeri
neuropatik di mana terdapat proses inflamasi. Spasme otot sering terlihat pada
penderita NPB dapat diberikan relakan otot. Pasien nyeri neuropatik dapat diberikan
antara lain antidepresan, antikovulsan.
Mengingat hampir 90% NPB terjadi karena underuse, maka anjuran latihan (xercise)
sangat bermanfaat sebagai pencegahan, sedangkan rehabilitas atau fisioterapi dapat
digunakan sebagai terapi. Faktor psikologik perlu dipertimbangkan karena faktor ini
menonjol dalam kejadian nyeri, sehingga berbagai intervensi psikologik mungkin
sangat bermanfaat.
Tindakan operasi sangat tergantung dari etilogi dan prognosis
Pemahaman mekanisme nyeri pada penderita NPB sangat bermanfaat dalam
pemilihan terapi yang efisien. Sebagian besar penderita NPB tidak spesifik, yang
mungkin sangat dipengaruhi oleh gaya hidup.

1. Mense S. Pathophysiology of Low Back Pain and the Transition to Chronic


State. Schmerz, 2001; 15; 413-417
2. Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS. Konsensus Nasional Nyeri Neuropatik,
Kelompok Studi Nyeri, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia 2000
3. Meliala L, Purba JS, Suryamiharja A., Anggraini H ; Nyeri, Patofiologi dan
Pelaksanaannya, 2000
NYERI RUJUKAN PADA PUNGGUNG BAWAH

I. Pendahuluan
Berdasarkan penyebabnya , nyeri punggung bawah (pinggang) dapat dibagi
menjadi (1):
- Nyeri punggung bawah spondilogenik
- Nyeri punggung bawah neurogenik
- Nyeri punggung bawah viserogenik
- Nyeri punggung bawah vaskulogenik
- Nyeri punggung bawah psikogenik
Meskipun penyebab yang terbanyak adalah spondilogenik dan neurogenik,
namun nyeri punggung bawah viserogenik sering juga dijumpai dan perlu
dipahami agar jangn sampai penderita demikian terlewatkan oleh kita. Nyeri
punggung bawah viserogenik dapat disebabkan oleh kelainan organ viseral
abdomen atau pelvis, yang dapat mengenai oragan dari traktus digestivus, traktus
urinarius atau traktus genitalis. Yang terakhir ini utamanya didapati pada wanita.
Kelainan viseral dapat memberikan rasa nyeri pada punggung bawah berdasarkan
mekanisme refered pain. Dalam tulisan dibawah akan diuraikan lebih dulu
tentang mekanisme refered pain, baru kemudian berbagai penyakit viseral yang
berkaitan dengan nyeri punggung bawah.
II. Karakteristik nyeri viseral
Nyeri akibat kelainan viseral mempunyai tanda terrtentu yang umum, seperti
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik umum dari nyeri akibat kelainan viseral
 Sulit terokalisasi dengan rujukan ke struktur sematik
 Menimbulkan respon motorik regional atau menyeluruh
 Menimbulakn respon otonom yang kuat
 Menyebabkan sensititisasi jaringan somatik
 Menimbulkan respon efektif yang kua.
Adanya rujukan ke struktuer somatik dengan lokasi yang tidak jelas.
Proses penyakit yang berasal dari visera dapat:
- Menyebar melibatkan parietale (preula somatik dan peritonium)
- Menimbulkan nyeri menjajar atau terlokalisir serta hiperalgesia
somatik.
- Menimbulkan reflek motorik yang kuat dan menyebabkan spasmus
Nyeri somatik (miofasial) ‘sekunder’ juga dapat terjadi akibat rujukan dan
hiperalgesia (lihat tabel 2). Akibatnya gambaran klinis dari nyeri yang berkaitan
dengan kelainan viseral menjadi tidak sederhana dan mempunyai banyak komponen,
baik yang berasal dari viseral maupun somatik . Masih banyak diperdebatkan, apakah
true visceral pain memang ada dan berbeda dengan nyeri somatik (tabel 2). Ross
menulis tentang ‘ splanchnic pain’ yang berbeda dengan nyeri rujuk yang berasal dari
viseral. True visceral pain oleh beberapa peneliti dianggap sebenarnya memang ada;
tetapi beberapa peneliti lain mengemukakan bahwa ‘true’ visceral pain sesungguhnya
adalah deep somatic pain yang tidak terlokalisasi jelas.
Nyewri yang berhubungan dengan kelainan viseral atau nyeri somatik dari segmental
yang sama dapat menimbulkan learning-related phenomena (mnemonic traces) yang
juga mengenai persepsi nyeri yang menyertai. Sebagai akibatnya, adalah
memungkinkan bahwa nyeri yang berasal dari sumber yang sama dan pada orang
yang sama dapat dirasakan berbeda pada waktu yang berlainan.

Dengan anamnesis yang mendiskripsi nyeri, nyeri viseral secara umum dapat
dibedakan dengan nyeri somatik superfisial. Nyeri visial cenderung tumpul dan difus,
sedangkan nyeri somatik superfisial terlokalisasi dengan baik. Stimulasi patologik
pada struktur somatik superfisial menimbulkan respon yang spesifik, terlokalisasi dan
bersifat protektif seperti flexion-withdrawal bersifat menyeluruh. Apabila anamnesis
kurang cermat, diskripsi tentang nyeri yang dianggap berasal dari struktur somatik
superfisial(misalnya burning, stabbing dan sharp), sering dikemukakan oleh
penderita untuk melukiskan nyeri akibat kelainan viseral. Sehingga sering sulit untuk
membedakan nyeri viseral dari nyeri somatik bila hanya dari diskripsi saja

III. Mekanisme nyeri rujuk


Berbagai penyakit di rongga pelvis, abdomen atau torak dapat menimbulkan nyeri
rujuk ke bagian posterior dari segmen spinal yang menginervasi organ yang
menderita penyakit tadi. Kadang-kadang nyeri punggung, dapat merupakan nsatu-
satunya gejala. Pada umumnya penyakit di pelvis memberikan nyeri pada daerah
sakral, penyakit di abdomen bagian bawah memberikan nyeri ke daerah lumbal
(sekitar vertebra L2-L4), sedangkan penyakit di abdomen bagian atas memberei rasa
nyeri ke daerah torakal bawah atau lumbal atas (Th8 sampai L 1-2). Disini tidak
didapati tanda-tanda lokal (nyeri pada palpasi spinal atau spasmus otot para spinal).
Dan juga pada pergerakan vertebra yang normal tidak disertai nyeri atau hanya
minimal (2).
III.1 teori spesifitas dan intensitas
Stimulus yang diberikanmenghasilkan aktivitas selektif dari serat saraf yang
‘spesifik’, sehingga menghasilkan aktivasi grup neuron spinal atau otak yang
‘spesifik’ yang kemudian berkomunikasi dengan daeraf otak yang ‘spesifik’
berurusan dengan sensasi tersebut Selain dari pada itu intensitas stimulus dan/atau
sumasi input sensorik dalam medula spinal akan mempengaruhi sensasi nyeri. Sumasi
dapat spasial atau temporal, yang kemudian akan menghasilkan sensitisasi sel saraf
sentral. Dengan teori ini, apa yang diperlukan untuk sensasi nyeri adalah:
- Aktivitas yang sangat tinggi dalam sedikit serat aferen, atau
- Peningkatan yang moderat dari aktivitas dalam banyak aferen konvergen, atau
- Aktivitas yang lama dari sejumlah sedang dari aferen
Pada awalnya teori spesifitas dan intensitas dianggap hanya terbatas pada sensasi
kulit, namun selanjutnya ditemukan adanya jalur paralel ke visceral ninflammatory
states. Kemudian teori ini berkembangdengan ditemukannya lebih jauh adanya sloe
conducting chain yang multisinapsis dari neuron spinal yang bekerja sebagai
‘summation path’ ke otak. Meskipun dsalam sensasi kutaneus berkembang pula teori
pola yang lain, namun teori sumasi spesifisitas dan intensitas ini merupakan konsep
yang menonjol dalam nyeri viseral (3)
III.2 Model dari Nyeri Niseral Tersalur
dalam menjelaskan fenomena nyeri viseral tersalur dan hiperalgesia somatik yang
berekaitan dengannya, para ahli membagi menjadi dua kelompok:
- Pheripheralist: yang menyokong adanya mekanisme konvergensi yang
terlokalisir pada saraf tepi dan akhirannya
- Centralist: yang menyokong adanya konvergensi informasi viuseral dan somatik
pada lokasi spinal atau supraspinal
Beberapa teori tentang nyeri viseral yang telah di bangun pada umumnya berdasarkan
anatomi dan fisioligi. Secara singkat disimpulkan bahwa tidak salah satu pun baik
hipotesis perifer maupun sentral mampu menjelaskan seluruh fenomena nyeri rujuk,
tetapi mekanisme dari keduanya diperlukan untuk menjelaskan adanya ‘faulty
localization’ dan induced hyperalgesia yang terjadi setelah stimulasi yang panjang.
III.3 Teori perifer
Teori perifer dari nyeri niseral tersalur mempostulasikan baik direct peripheral
convergence karena serabut dikhotomis (yang berakhir dalam jaringan viseral dan
somatik) maupun indirect pheripheral convergence karena adanya faktor vasoaktif
atau ‘sensitizing’ yang dilepaskan kedalam jaringan kutaneus dan deep somatic. Teori
tentang penjelasan serabut dikhotomis baik faulty localization karena direcy
convergence dan produksi hiperalgesi somatik perifer akibat pelepasan subtansi-
subtansi aktif ke dalam jaringan somatik, sekunder karena reflek arsonal dapat dilihat
pada gambar 1B. Teori tentang reflek akson yang serupa seperti mekanisme dari
faulty localization, namun bertentangan dengan penemuan beberapa penelitian lain
Mekanisme alternatif bagi pelepasan subtansi perifer memicu aktivasi sistem saraf
simpatis. Aktivasi langsung dari neuron eferen ganglion simpatis oleh aferen viseral
(gb 1C) dikemukakan sebagai mekanisme kerjanya. Dalam mode3l nini, hiperalgesia
perifer berhubungan dengan kondisi klinik reflex sympathetic dystrophy. Aktivasi
dari sistem saraf simpatis dapat juga disebabkan karena mekanisme spinal dan/atau
supraspinal (4)
III.4 Teori sentral
Berbagai teori sentral dari sensasi nyeri viseral dapat ditelusuri kembali dimulai dari
pendapat bahwa stimulasi viseral bisa menimbulkan commotion pada subtansia
grisea spinal. Hal ini analogi dengan epilepsi dan dilihat sebagai fenomena yang
serupa meskipun tidak identik. Pendapat ini kemudian dipertajam yang kemudian
akhirnya dinyatakan dalam dua bentuk utama sebagai teori proyeksi (convergence-
projection theory) dan sebagai teori fasilitasi (convergence-facilitation theory)
Dalam teori ini aferen viseral menimbulkan aktivasi langsung dari neuron medula
spinal dengan proyeksi asenden ke otak (neuron traktus spinotalamikus).Banyak dari
neuron ini menerima baik input viseral dan somatik. Karena aferen viseral dalam
keadaan normal mempunyai aktivitas sedikit dan tidak dihubungkan dengan stimuli
lingkungan, otak salah interpretasi aktivitas di dalam neuron viserosomatik sebagai
disebabkan karena aktivasi oleh stimuli somatik yang lebih berpengalaman (faulty
localization). Teori alternatif laion mengemukakan bahwa aktivasi dari aferen viseral
menimbulkan perubahan eksitabilitas dari multiple spinal unit (misalnya
menimbulkan fokus iritatif). Unit spiral ini meliputi semua yang bertanggung jawab
terhadap segmental spinal outflow, reflek visero-viseral, dan somatic nociceptive
sensory pathways. Teori ini menolak adanya true visceral pain, yang membutuhkan
hubungan langsung dan aktivasi langsung dari neuron spinal. Teori ini menyebutkan
adanya nyeri viseral tersalur murni yang timbul lambat dsan berelangsung lama, tidak
diragukan dan dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya sendiri yang mengalami
penyakit jantung iskemik. Teori nyeri viseral tersalur yang sederhana yang disebut
diatas memang tidak cukup untuk menjelaskan semua fenomena yang muncul. Hal ini
disebabkan kesulitan untuk menjelaskan adanya onset nyeri yang dapat terjadi segera
dengan adanya stimulasi viseral, dan fenomena hipersensitifitas somatik dengan
reflek yang berlangsung lama bewrhubungan dengan stimuli viseral. Bila
dipasangkan bersama dan/atau dengan teori perifer, model kira-kira mendekati realita.
Teori pola seperti gate control theory menjelaskan input eksitatorik dan inhibitorik
multipel yang terjadi pada dan dari level segmental, intraspinal, dan supraspinal, dan
juga dengan gabungan teori ini kedalam model umum dari nyeri viseral, akan
memberikan penjelasan yang lebih baik terhadap fenomena yang ada (5)
IV.Berbagai penyebab nyeri punggung bawah yang berasal dari daerah lain
Dari kelainan viseral abdomen yang sering memberikan nyeri punggung bawah bisa
disebut:penyakit dilambung dan duodenum, penyakit di pankreas, penyakit di
intestinum dan apendiks, penyakit di kolon, penyakit di ginjal dan ureter, massa di
retroperitoneal
Sedeangkan keadaan di rongga pelvis yang sering memberi nyeri punggung bawah:
dismenorrhoe, endometriosis, malposisi rahim, pengendoran dasar panggul, infeksi
dalam pelvis, tumor ginekologik, kongesti pelvis, berbagai keadaan fisiologik pada
wanita, penyakit rekto-sigmoid, kelainan di prostat
Apabila nyeri punggung bawah spondilogenik sering merupakan keluhan utama dan
tunggal, maka nyeri punggung bawah akibat referred pain dari organ abdominal dan
pelvia sering hanya merupakan satu simptom dan sindroma, seperti sindroma ulkus
peptikum, sindroma pielonefritis dan lain-lain. Beberapa sifat khas nyeri punggung
bawah yang bersifat referred pain (6)
a. Nyeri hanya seolah-olah saja dirasakan dipunggung
b. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda abnormal, yaitu tidak
ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, dan motilitas punggung bawah
tetap baik, walaupun sikap tubuh dapat mempengaruhi bertambah atau
meredanya nyeri
c. Kadang-kadang saja nyeri rujuk dipunggung bawah merupakan ungkapan
ndini satu2nya dari penyakit viseral
d. Penyakit viseral yang mendasari mengungkapkan juga keadaan patologi
melalui gangguan fungsi
Pada kelainan ginekologik di rongga pelvis, nyeri punggung bawah timbul melalui 2
mekanisme:
- Melalui urat saraf sebagai mekanisme tersalur
- Mekanisme mekanis
Tentang mekanisme mekanis dapat dijelaskan bahwa ligamenta dari rahim yang
merupakan alat penyangga dan penggantung genetalia interna mempunyai hubungan
yang luas dan erat dengan pewriosteum tulang panggul di sekitarnya. Terutama di
bagian belakang panggul, ligamenta tersebut melekat erat pada perios tulang atau
selaput otot (fasia) di daerah sakral yang penuh dengan reseptor sensibel sistem saraf
somatik.
Tarikan pada ligamentum penggantung tersebut seperti pada prolapsus uteri dapat
menimbulkanb nyeri di daerah lumbo-sakral. Demikian pula penekanan atau
kompresi pada daerah lumbo-sakral misalnya oleh mioma uteri dapat menimbulkan
nyeri punggung bawah (7)
V. Diagnosis nyeri punggung bawah
Harus selalu diingat bahwa penyebab tersering dari nyeri punggung bawah adalah
yang bersumber pada pinggang sendiri, yaitu penyebab neurogenik dan
spondilogenik.
Yang bertikut ini di bicarakan adalah segi diagnostik nyeri punggung bawah karena
kelainan viseral. Apabila diperlukan/ada kecurigaan tentunya dapat dilakukan
konsultasi dengan bagian I Penyakit Dalam atau Bagian Penyakit kandungan.
V.1 Anamnesis
Berbagai hal berikut perlu ditanyakan pada dugaan adanya referred pain pada
pinggang bawah
V.1.1 Daerah mana dari punggung bawah yang terasa nyeri
V.1.2 Disertai nyreri dimana
V.1.3 Sifat nyerinya bagaimana
V.1.5 Mula timbulnya bagaimana
V.1.6 Ada panas apa tidak
V.1.8 Apakah nyeri ada hubungannya dengan sikap tubuh
V.1.9 Apakah ada hubungannya dengan aktivitas tubuh
V.1.11 Adakah kelainan buang air besar
V.1.12 Adakah kelainan buang air kecil
V.1.13 Pada wanita, apakah nyeri ada hubungannya dengan menstruasi
V.1.15 Riwayat pengobatn terdahulu

1. Sidharta P. Sakit Neuromuskuloskletal dalam Praktek Umum. PT dian


Rakyat, Jakarta, 1983
2. Harrison’s Principles of Internal Medicine 15, Mc Graw-Hill companies,Inc
2000
3. Harrison’s Principles of Internal Medicine 15, Mc Graw-Hill companies,Inc
2000
4. Harrison’s Principles of Internal Medicine 15, Mc Graw-Hill companies,Inc
2000
5. Harrison’s Principles of Internal Medicine 15, Mc Graw-Hill companies,Inc
2000
6. Sidharta P. Sakit Neuromuskuloskletal dalam Praktek Umum. PT dian
Rakyat, Jakarta, 1983
7. Sidharta P. Sakit Neuromuskuloskletal dalam Praktek Umum. PT dian
Rakyat, Jakarta, 1983

Anda mungkin juga menyukai