Anda di halaman 1dari 47

Muskuloskeletal

Semester 2
Modul Tutorial II

Kelompok 4
Badai Ardyana Arimbi Putri (2013730129)
M. Zetvandi Ibrahim (2013730151)
Muhammad Indra Jodi (2013730154)
Mutiara Putri Camelia (2013730157)
Nina Amelinda (2013730162)
Putri Dina Indrisia (2013730165)
Putri Noviarin Irhamna (2013730166)
Rezka Fadillah Yefri (2013730170)
Sandra Natasha Mahendra (2013730175)
Sonia Irene Elsyah (2013730180)
Shila Rubianti P. (2013730179)
Tutor: dr. Rizki
Universitas Muhammdiyah Jakarta 2013

SKENARIO MODUL NYERI SENDI :


Skenario II
Seorang laki - laki 49 tahun. Dating ke poliklinik dengan jalan pincang,
karena nyeri yang hebat pada sendi ibu jari kaki kanan. Dialami penderita
saat bangun pagi tadi, menurut penderita, penderita semalam ia masih
dapat belanja di mall bersama keluarga dan makan soto betawi. Riwayat
seperti ini sudah sering di alami pendeerita
KATA SULIT :
- Nyeri
KATA KUNCI :
1.
2.
3.
4.
5.

Laki-laki 49 tahun
Nyeri pada sendi ibu jari kaki kanan
Jalan Pincang
Makan soto Betawi
Sering dialami.

PERTANYAAN :
1. Jelaskan mekanisme nyeri sendi akibat inflamasi dan gangguan
mekanik
2. Jelaskan faktor-faktor penyebab nyeri sendi
3. Jelaskan jenis pemeriksaan klinis pada sendi
4. Jelaskan jenis pemeriksaan penunjang pada nyeri sendi
5. Jelaskan macam-macam kelainan sendi akibat inflamasi dan gangguan
mekanik
6. Jelaskan terapi yang tepat pada nyeri sendi
7. Jelaskan tindakan prefentif dan promotif yang tepat pada nyeri sendi
8. Jelaskan komplikasi yang mungkin terjadi pada skenario!
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan tentang diagnosis neyeri sendi, penyebab-penyebab nyeri
sendi, parofifiologi terjadinya nyeri sendi, dapat membedakan nyeri sendi
akibat karena inflamasi dan nyeri sendi akibat karena mekanik.

SASARAN PEMBELAJARAN :

1. Menjelaskan mekanisme nyeri akibat inflamasi


2. Menjelaskan mekanisme nyeri akibat gangguan mekanik
3. Mengetahui sendi-sendi yang sering mengenai artritis gout,
osteoartritis, dan reumatoid.
4. Menggaambarkan kelainan-kelainan sendi akibat karena inflamasi dan
gangguan mekanik
5. Menyebutkan jenis-jenis pemeriksaan yang diperlukan untuk
mengarahkan diagnosis penyakit ini.
6. Memberikan terapi yang sesuai dengan penyakitnya.
7. Menyebutkan komplikasi penyakit.
8. Menyebutkan diagnosis banding dari artritis gout,osteoartritis, dan
artritis reumatoid.
9. Menyebutkan tindakan promtif,preventif dan rehabilitatif pada penyakit
dengan nyeri sendi.
10.
Menentukan prognosa pada penyakit nyeri sendi.

NAMA: Mutiara Putri Camelia (2013730157)


Badai Ardyana Arimbi Putri (2013730129)
1.

Jelaskan mekanisme nyeri sendi akibat inflamasi dan gangguan mekanik !


Mekanisme Nyeri
A. Respon Terhadap Stimulus Nyeri Akut
Secara klinis nyeri dapat diberi label nosiseptif jika melibatkan nyeri yang
berdasarkan aktivasi dari sistem nosiseptif karena kerusakan jaringan.
Meskipun perubahan neuroplastik (seperti hal-hal yang mempengaruhi
sensistisasi jaringan) dengan jelas terjadi, nyeri nosiseptif terjadi sebagai
hasil dari aktivasi normal sistem sensorik oleh stimulus noksius, sebuah
proses yang melibatkan transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
Nyeri karena pembedahan mengalami sedikitnya dua perubahan, pertama
karena pembedahan itu sendiri, menyebabkan rangsang nosiseptif, kedua
setelah pembedahan karena terjadinya respon inflamasi pada daerah sekitar
operasi dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia oleh jaringan yang rusak dan
sel-sel inflamasi. Zat-zat kimia tersebut antara lain adalah prostaglandin,
histamine, serotonin, bradikinin, substansi P, leukotrien; dimana zat-zat tadi
akan ditransduksi oleh nosiseptor dan ditransmisikan oleh serabut saraf A
delta dan C ke neuroaksis.
Transmisi lebih lanjut ditentukan oleh modulasi kompleks yang
mempengaruhi di medula spinalis. Beberapa impuls diteruskan ke anterior
dan anterolateral dorsal horn untuk memulai respon refleks segmental.
Impuls lain ditransmisikan ke sentral yang lebih tinggi melalui tract
spinotalamik dan spinoretikular, dimana akan dihasilkan respon
suprasegmental dan kortikal. Respon refeks segmental diasosiasikan dengan
operasi termasuk peningkatan tonus otot lurik dan spasme yang
diasosiasikan dengan peningkatan konsumsi oksigen dan produksi asam
laktat. Stimulasi dari saraf simpatis menyebabkan takikardi, peningkatan
curah jantung sekuncup, kerja jantung, dan konsumsi oksigen miokard. Tonus
otot menurun di saluran cerna dan kemih.

Respon refleks suprasegmental menghasilkan peningkatan tonus simpatis


dan stimulasi hipotalamus. Konsumsi dan metabolisme oksigen selanjutnya
akan meningkat.

Gambar 1 Mekanisme Nyeri

B. Sensitisasi Perifer
Sensitivitas daripada terminal nosiseptor perifer tidaklah tetap, dan
aktivasinya dapat dilakukan baik melalui stimulasi perifer berulang atau
melalui perubahan komposisi kimia dari terminal dapat mensensitisasi
neuron sensor primer. Fenomena ini dikatakan sebagai sensitisasi perifer.29
C. Sensitisasi Sentral dan Modulasi
Sebagai akibat perubahan pada sensitivitas terminal nosiseptor perifer,
penambahan sinaps transmisi nosiseptif di dorsal horn dari medulla spinalis
terjadi. Dan ini berkontribusi untuk meningkatkan sensitivitas terhadap nyeri,
yang dikenal sebagai sensitisasi sentral. Input yang intensif dari nosiseptor
ke medula spinalis memicu sensasi segera dari nyeri yang berakhir selama
waktu stimulus noksius dan merefleksikan aktivasi langsung dari hasil
potensial aksi dari saraf yang diproyeksikan. Beberapa input, bagaimanapun
juga menginduksi aktivitas yang bergantung kepada modulasi proses sensori
di dorsal horn yang menghasilkan hipersensitivitas terhadap nyeri.
D. Nosiseptor
Nosiseptor adalah reseptor ujung saraf bebas yang ada di kulit otot
persendian visceral dan vascular. Nosiseptor-nosiseptor ini bertanggung
jawab pada kehadiran stimulus noxious yang berasal dari kimia suhu (panas
dingin) atau perubahan mekanikal. Pada jaringan normal, nosiseptor tidak
aktif sampai adanya stimulus yang memiliki energy yang cukup untuk
melampaui ambang batas stimulus (resting). Nosiseptor mencegah
perambatan sinyal acak (skrining fungsi) ke CNS untuk interpretasi nyeri
Saraf nosiseptor bersinap di dorsal horn dari spinal cord dengan lokal
interneuron dan saraf projeksi yang membawa informasi nosiseptif ke pusat
yang lebih tinggi pada batang otak dan thalamus. Berbeda dengan reseptor
sensorik lainnya, reseptor nyeri tidak bisa beradaptasi. Kegagalan reseptor
nyeri beradaptasi adalah untuk proteksi karena hal tersebut bisa
menyebabkan individu untuk tetap awas pada kerusakan jaringan yang
berkelanjutan. Setelah kerusakan terjadi, nyeri biasanya menimal. Mula
datang nyeri pada jaringan karena iskemi akut berhubungan dengan
kecepatan metabolisme. Sebagai contoh, nyeri terjadi pada saat beraktifitas
kerena iskemia otot skeletal pada 15 sampai 20 detik tapi pada iskemi kulit
20 sampai 30 menit.
Tipe nosiseptor spesifik bereaksi pada tipe stimulus yang berbeda.
Nosiseptor C tertentu dan nosiseptor A-delta bereaksi hanya pada stimulus
panas atau dingin, dimana yang lainnya bereaksi pada stimulus yang banyak
(kimia, panas, dingin). Beberapa reseptor A-beta mempunyai aktivitas
nociceptor-like. Serat serat sensorik mekanoreseptor bisa diikutkan untuk
transmisi sinyal yang akan menginterpretasi nyeri ketika daerah sekitar

terjadi inflamasi dan produk-produknya. Allodynia mekanikal (nyeri atau


sensasi terbakar karena sentuhan ringan) dihasilkan mekanoreseptor A-beta.
Nosiseptor viseral, tidak seperti nosiseptor kutaneus, tidak didisain hanya
sebagai reseptor nyeri karena organ internal jarang terpapar pada keadaan
yang merusak. Banyak stimulus yang merusak (memotong, membakar,
kepitan) tidak menghasilkan nyeri bila dilakukan pada struktur viseralis.
Selain itu, inflamasi, iskemia, regangan mesenterik, dilatasi, atau spasme
viseralis bisa menyebabkan spasme berat. Stimulus ini biasanya
dihubungkan dengan proses patologis, dan nyeri yang dicetuskan untuk
mempertahankan fungsi.

1. Perjalanan Nyeri Gangguan Mekanik


Ada empat proses yang terjadi pada perjalanan nyeri akibat gangguan
mekanik yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
1. Transduksi merupakan proses perubahan rangsang nyeri menjadi
suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Rangsang
ini dapat berupa stimulasi fisik, kimia, ataupun panas. Dan dapat
terjadi di seluruh jalur nyeri.
2. Transmisi adalah proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh
proses transduksi sepanjang jalur nyeri, dimana molekul molekul di
celah sinaptik mentransmisi informasi dari satu neuron ke neuron
berikutnya
3. Modulasi adalah proses modifikasi terhadap rangsang. Modifikasi ini
dapat terjadi pada sepanjang titik dari sejak transmisi pertama sampai
ke korteks serebri. Modifikasi ini dapat berupa augmentasi
(peningkatan) ataupun inhibisi (penghambatan).
4. Persepsi adalah proses terakhir saat stimulasi tersebut sudah
mencapai korteks sehingga mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya
diterjemahkan dan ditindaklanjuti berupa tanggapan terhadap nyeri
tlersebut.

Gambar 2 Perjalanan Nyeri


2.Nyeri Inflamasi
Nyeri pada penyakit reumatik terutama disebabkan oleh adanya inflamasi
yang mengakibatkan dilepaskannya mediator-mediator kimiawi. Kinin dan
mediator kimiawi lainnya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri.
Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri
yang disebabkan oleh suatu rangsangan/stimulus.
Proses inflamasi, terjadi interaksi 4 sistem yaitu system pembekuan darah,
system kinin, system fibrinolisis dan system komplemen, yg akan
membebaskan berbagai protein inflamatif baik amin vasoaktif maupun zat
kemotaktik yang akan menarik menarik lebih banyak sel radang ke daerah
inflamasi.
Pada artritis reumatoid nyeri dan inflamasi disebabkan oleh terjadinya
proses imunologik pada sinovia yang mengakibatkan terjadinya
sinovitis dan pembentukan pannus yang akhirnya menyebabkan
kerusakan sendi.

Pada artritis gout adanya deposit kristal asam urat pada sinovia/rongga
sendi akan mengakibatkan terjadinya inflamasi.
Pada osteoartritis tidak selalu ditemukan adanya inflamasi, hanya pada
kira-kira 40% kasus yang disertai inflamasi yang disebabkan oleh
lepasnya kristal kalsium-pirofosfat atau serpihan rawan sendi ke dalam
rongga sendi. Osteoartritis ialah penyakit yang bermula dari gangguan
rawan sendi, sedangkan diketahui bahwa rawan sendi tidak
mempunyai persyarafan. Dengan demikian timbul pertanyaan
darimasa asal rasa nyeri pada osteoartritis bila tidak ada inflamasi?
Ternyata nyeri pada osteoartritis dapat disebabkan antara lain oleh :
1. Terjadinya mikrofraktur di antara trabekulae tulang subkondral,
2. Terjadinya bendungan vena akibat perubahan bentuk trabekulae
tulang subkondral,
3. Regangan dari syaraf periosteal yang berakhir pada osteofit,
4. Regangan ligamen akibat deformitas atau akibat efusi sendi dan
5. Karena regangan otot.
Hal yang penting ialah membedakan antara nyeri yang disebabkan
perubahan mekanikal dengan nyeri yang disebabkan inflamasi.
Perubahan mekanikal disebabkan oleh perubahan anatomis yang lanjut
akibat
beratnya
penyakit.
Nyeri mekanikal timbul setelah penderita melakukan aktivitas dan tidak
timbul pada pagi hari atau setelah penderita beristirahat serta tidak disertai
dengan kaku sendi (joint stiffness). Perubahan mekanikal ini memerlukan
pula pengobatan mekanikal seperti artroplasti (joint replacement) atau
artrodesis (joint fusion). Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat
pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi pagi hari atau
setelah
duduk
lama.
Nyeri inflamasi ini akan berkurang bila diberikan latihan atau obat antiinflamasi non-steroid.
Pada artritis reumatoid nyeri paling berat biasanya pada pagi hari, membaik
pada siang hari dan sedikit lebih berat pada malam hari. Sebaliknya pada
osteoartritis
nyeri
paling berat pada malam hari, pagi hari terasa lebih ringan dan membaik
pada siang hari. Ada 2 faktor yang berperanan dalam beratnya rasa nyeri
pada penderita penyakit reumatik, yaitu beratnya penyakit dan ambang
nyeri dari si penderita. Makin bertambah berat penyakit makin bertambah
pula rasa nyeri dan bila perjalanan penyakit dapat dihentikan (remisi) seperti

pada artritis reumatoid, maka rasa nyeri akan pula berkurang. Pasien dengan
ambang nyeri yang tinggi akan merasa sedikit nyeri dan hanya
membutuhkan sedikit obat serta dapat tetap bekerja seperti biasa. Semula
dianggap bahwa pasien dengan ambang nyeri yang tinggi akan mengalami
kerusakan sendi yang lebih cepat karena penderita tetap akan menggunakan
sendi yang sakit tersebut terus menerus. Hal tersebut didasarkan pada
penemuan bahwa pada sendineurepatik terjadi kerusakan sendi yang lebih
cepat. Tetapi hingga sekarang belum ada bukti penelitian bahwa pendapat
tersebut benar.
Pada penyakit gout nyeri yang terjadi karakteristik, yaitu berupa serangan
akut yang hebat timbul pada waktu bangun pagi hari, padahal malam hari
sebelumnya penderita tidak merasakan apa-apa, rasa nyeri dan inflamasi ini
biasanya self-limiting dan sangat responsif dengan pengobatan. Pada artritis
reumatoid dan osteoartritis rasa nyeri timbul sesuai dengan beratnya
penyakit. Pada artritis reumatoid sifat nyerinya tajam (sharp pain),
sedangkan pada osteoartritis lebih ringan (dull pain). Pada spondilitis
ankilosis rasa nyeri biasanya tidak terlalu hebat, dan justru pada penyakit ini
penderita harus tetap aktif bergerak, sebagai bagian dari pengobatan untuk
mencegah terjadinya kekakuan.
Pada anak terdapat perbedaan, suatu penelitian pada artritis kronik juvenil
mendapatkan bahwa sebagian besar penderita hanya merasa nyeri ringan
dan tidak ada korelasi antara beratnya penyakit dengan rasa nyeri. Rasa
nyeri mengakibatkan gangguan fungsi dan rasa putus yang stabil (PGE2dan
PGIz/Prostasiklin).
Tanda terjadinya Inflamasi :
1. rubor (kemerahan)
2. kalor (panas)
3. tumor (pembengkakan)
4. dolor (nyeri)
5. function leasa ( kehilangan fungsi)
Referensi:
Ilmu Penyakit Dalam
Patofiologi jilid 2
http//www. Cermin Dunia Kedokteran_nyeri.htm
Harry Isbagio

Subbagian Reumatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas


Kedokteran Universitas
Indonesia/
R.S. Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta

NAMA : Putri Noviarin


2.

Jelaskan Faktor-faktor penyebab nyeri sendi!


Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman seseorang
terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam
menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam pengkajian nyeri yang
akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.
a. Usia
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama
pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok
umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.
Anakanak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat
dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak,
mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang
tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007). Seorang perawat harus menggunakan teknik
komunikasi yang sederhana dan tepat untuk membantu anak dalam membantu anak dalam
memahami dan mendeskripsikan nyeri. Sebagai contoh, pertanyaan kepada anak, Beritahu saya
dimana sakitnya? atau apa yang dapat saya lakukan untuk menghilangkan sakit kamu?. Halhal diatas dapat membantu mengkaji nyeri dengan tepat. Perawat dapat menunjukkan
serangkaian gambar yang melukiskan deskripsi wajah yang berbeda, seperti tersenyum,
mengerutkan dahi atau menangis. Anak-anak dapat menunjukkan gambar yang paling tepat
untuk menggambarkan perasaan mereka. b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan
mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan
faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang
dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik
post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.
b. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini
meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991) Nyeri memiliki makna
tersendiri pada individu dipengaruhi oleh latar belakang budayanya (Davidhizar et all, 1997,

Marrie, 2002) nyeri biasanya menghasilkan respon efektif yang diekspresikan berdasarkan latar
belakang budaya yang berbeda. Ekspresi nyeri dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu tenang
dan emosi (Davidhizar et all, 1997, Marrie, 2002) pasien tenang umumnya akan diam berkenaan
dengan nyeri, mereka memiliki sikap dapat menahan nyeri. Sedangkan pasien yang emosional
akan berekspresi secara verbal dan akan menunjukkan tingkah laku nyeri dengan merintih dan
menangis (Marrie, 2002). Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya
pasien dari budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup menghindari
ekspresi nyeri yang berlebihan, seperti menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan
latar belakang budaya yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa
ketimbang mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena perilaku berbeda dari
satu pasien ke pasien lain. Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami
mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari
mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang
mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri
pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri
juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003)
c.. Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak
seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang
konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan
stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang
tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan
persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan
mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
d. Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut
individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin
akan lebih sedikit mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri
tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui
ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat. Cara seseorang
berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya.
Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti padda
nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten. Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan
dari pengalaman sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap
pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan tepat dan adekuat,

individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu
mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer & Bare, 2002).
e. Efek plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau tindakan lain karena
sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar bekerja. Menerima pengobatan atau
tindakan saja sudah merupakan efek positif. Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat
meningkatkan keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin banyak petunjuk
yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi, makin efektif intervensi tersebut nantinya.
Individu yang diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti
akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu bahwa medikasi yang
didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien perawat yang positif dapat juga
menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek plasebo (Smeltzer & Bare, 2002
f. Keluarga dan Support Sosial Faktor lain
yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orangorang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport,
membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan
membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting
untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993). h. Pola koping Ketika
seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak
tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol
lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik
maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumbersumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat
digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien. Sumber koping
lebih dari sekitar metode teknik. Seorang klien mungkin tergantung pada support emosional dari
anak-anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan
kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan untuk berdoa, memberikan
banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang (Potter & Perry, 1993).

NAMA : Sandra Natasha


3. Jelaskan jenis-jenis pemeriksaan klinis nyeri sendi!

Anamnesis
Anamnesis difokuskan mengenai profil pasien (umur, pekerjaan), faktor resiko, faktor yang
memperberat dan yang meringankan, onset dan durasinya (akut atau kronik), ada tidaknya
inflamasi sendi, lokasi/distribusi sendi yang terkena, gejala sistemik dan ekstra-artikular yang
menyertai, penyakit komorbid, riwayat trauma, ada tidaknya gangguan fungsi sendi dan
disabilitas, dan apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga.
Perjalanan keluhan nyeri sendi apakah bersifat akut atau kronis. Pola keterlibatan sendi apakah
bersifat simetris atau asimetris. Karakteristik nyeri apakah termasuk nyeri ringan, nyeri sedang,
atau nyeri berat. Jumlah dan distribusi sendi yang terlibat apakah berupa mono/oligoartikular
atau poliartikular. Gejala ekstraartikular dan kondisi medic yang menyertai apakah berhubungan
dengan keluhan nyeri sendi tersebut.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diperlukan untuk verifakasi hasil anamnesis dan menemukan hal-hal yang
tidak disampaikan. Perlu ditentukan apakah keluhan nyeri sendi tersebut berasal dari dalam sendi
atau akibat kelainan ekstra artikular (bursitis, tendinitis, selulitis). Pemeriksaan fisik umum perlu
dilakukan karena beberapa jenis kelainan sangat berkaitan dengan nyeri sendi, misalnya
limfadenopati, pembesaran parotis, ulkus mulut, dan genetalia, penyakit mata (uveitis, skleritis,
keratokonjungtivitis), murmur jantung, hepatosplenomegali, kelainan kulit, kuku, kelemahan
otot, dan kelainan neurologis.
Pemeriksaan fisik sendi meliputi inspeksi, palpasi, dan beberapa patasat khusus yang spesifik
pada penyakit tertentu, misalnya tes Schober untuk spondilitis ankilosa. Pemeriksaan sendi ini
meliputi pemeriksaan ada tidaknya inflamasi (bengkak, hangat, nyeri, kemerahan), efusi,
krepitasi, dislokasi, pola nyeri sendi, lingkup gerak sendi, kontraktur, stabilitas, entesistis,
gangguan fungsi sendi, dan deformitas.

Inspeksi
Membandingkan sisi kanan dan sisi kiri. Perhatikan adanya pembengkakan sendi, apakah
ada deformitas, struktur tulang yang abnormal serta artrofi otot

Palpasi
Palpasi adanya kulit yang hangat. Palpasi dilakukan dengan punggung jari-jari tangan di
mana apresiasi tempraturnya lebih baik.

Gerak
Informasi mengenai suatu sendi lebih banyak diperoleh dengan menilai ruang lingkup
gerakkan pasif daripada menyuruh pasien menggerakkannya secara aktif. Pasien diminta
untuk rileks dan membiarkan pemeriksa melakukan semua gerakkan pada sendi.
Stabilitas sendi ditentukan dan bergantung terutama pada ligamentum yang
mengelilinginya. Stabilitas ini diperiksa dengan cara berusaha menggerakkan sendi
secara lembut kearah yang abnormal.
Krepitasi Sendi, yang merupakan sensasi gemeretuk atau bising dari sendi, yang
menunjukkan iregularitas dari permukaan sendi. Adanya tanda ini menunjukkan
kronisitas.

Ukur
Pengukuran yang akurat dari ruang lingkup gerakkan suatu sendi dapat dengan alat
goniometer, yang merupakan suatu batangan yang menggantung dengan protraktor.
Pengukuran gerak sendi dilakukan mulai dari lokasi titik nol.

(Skenario 2)

Manifestasi Klinik
ANAMNESIS
Nama

:-

Usia

: 49 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

KU

: Nyeri hebat pada sendi ibu jari kaki kanan sejak bangun pagi tadi.

NB : Riwayat keluhan sering dialami.


PEMERIKSAAN FISIK

Mulai dengan kaki, karena artritis gout akut mengenai sendi metatarsophalangeal ibu jari
kaki pada 75% kasus. Kemudian periksa pergelangan kaki dan lutut, yang cenderung terkena
setelah serangan yang berulang. Jari-jari tangan. Pergelangan tangan dan siku lebih belakangan
terkena (gambar 8.20). Palpasi adanya tofus gout (kelainan ini merupakan deposit urat dengan

sel-sel inflamasi disekitarnya). (Latin: Tophus batu kapur). Adanya tofi menunjukkan gout
berulang kronik. Kelainan ini cenderung terjadi pada sinovia sendi : bursa olecranon, permukaan
ekstensor lengan bawah. Heliks dari telinga (Gambar 8.21) dan pada Tendon Infrapatela dan
Tendon Achilles.
Akhirnya, periksa adanya tanda-tanda dari penyebab gout sekunder: turnover purin yang
meningkat yang disebabkan oleh penyakit mieloproliferatif (atau leukemia; dan ekskresi urat
oleh ginjal menurun yang disebbakan oleh penyakir ginjal atau miksedema, hipertensi, diabetes
mellitus dan penyakit jantung iskemik lebuh sering ditemukan pada pasien-pasien dengan goat.

Source:

Buku Kesatu dari Lima Puluh MASALAH KESEHATAN DI BIDANG ILMU


PENYAKIT DALAM InternaPublishing oleh Siti Setiati, Dyah Purnama Sari,
dkk.; PEMERIKSAAN KLINIS Pedoman Diagnosis Fisik, BINARUPA
AKSARA oleh Nicholas J. Talley & Simon OConnor; Buku Ajar GANGGUAN
MUSKULOSKELETAL oleh Zairin Noor Helmi, Salemba Medika.

Nama : Rezka Fadilah Yefri


4.

Jelaskan jenis-jenis pemeriksaan penunjang pada nyeri sendi

Pemeriksaan penunjang pada nyeri sendi:


Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah
(>6mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8mg% dan pada wanita 7mg%.
Pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepat lagi bila dilakukan dengan cara enzimatik.

Kadang kadang didapatkan leukositosis ringan dan LED meninggi sedikit. Kadar asam urat
dalam urin juga sering tinggi (500mg%/liter per 24 jam).
Disamping pemeriksaan tersebut, pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk
menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali
sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan gambaran Kristal asam urat
(berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik.
Referensi : Media Aesculapius FKUI. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
Ketiga. Jakarta

Nama: Nina Melinda


5. Jelaskan macam-macam kelaian sendi akibat inflamasi dan gangguan
mekanik
A. Osteoarthritis (OA)
Osteoartritis (Artritis Degeneratif, Penyakit Sendi Degeneratif) adalah suatu gangguan
sendi menahun, dimana terjadi kerusakan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan
jaringan di sekitarnya, yang ditandai oleh adanya rasa nyeri, kekakuan, dan gangguan
fungsi.
Osteoartritis (OA) merupakan gangguan sendi yang paling sering terjadi, yang
berhubungan dengan proses penuaan dan kerusakan sendi akibat pemakaian untuk waktu

lama, sehingga disebut juga sebagai wear and tear arthritis.


Penyakit ini seringkali mulai terjadi pada usia 40-an dan 50-an, serta mengenai hampir
semua orang pada usia diatas 80 tahun dengan tingkat keparahan yang bervariasi.
Osteoartritis bisa terjadi pada pria dan wanita. Pada usia 40-70 tahun, osteoartritis lebih
banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Tetapi pria bisa terkena OA pada usia
yang lebih muda, seringkali karena faktor cedera.

PENYEBAB
Normalnya sendi memiliki derajat gesekan yang rendah sehingga tidak akan mudah
menjadi aus, kecuali jika digunakan secara berlebihan atau mengalami cedera.
Osteoartritis paling sering terjadi akibat adanya kerusakan pada jaringan sendi. Sebagai
upaya untuk memperbaiki sendi yang mengalami kerusakan, terjadi akumulasi zat-zat
kimia dan peningkatan produksi komponen tulang rawan, seperti kolagen kolagen
(serabut protein yang kuat pada jaringan ikat) dan proteoglikan (bahan yang membentuk
daya lenting tulang rawan). Tulang rawan bisa membengkak akibat retensi cairan,
melunak, dan kemudian terjadi retakan-retakan pada permukaannya. Selain itu, terbentuk
rongga-rongga kecil pada tulang dibawahnya, sehingga membuat tulang menjadi rapuh.
Upaya jaringan untuk memperbaiki kerusakan yang ada bisa menyebabkan pertumbuhan
tulang rawan, tulang, dan jaringan lain yang baru.
Tulang bisa tumbuh berlebihan pada pinggiran sendi, sehingga menimbulkan tonjolantonjolan yang bisa terlihat dan dirasakan. Pada akhirnya, permukaan tulang rawan sendi
yang awalnya halus dan licin berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang, sehingga
sendi tidak lagi dapat bergerak dengan halus dan meredam tekanan. Semua komponen
sendi (tulang, kapsul sendi, jaringan sinovial, tendon, ligamen, dan tulang rawan
mengalami kerusakan dan menyebabkan gangguan fungsi sendi.

Berdasarkan penyebabnya, osteoartritis bisa dibedakan menjadi :

Osteoartritis primer, jika penyebabnya tidak diketahui (idiopatik).


Osteoartritis sekunder, jika penyebabnya adalah penyakit atau kondisi lain, seperti
kelainan sendi yang telah ada sejak lahir, cedera, gangguan metabolik (misalnya
hemokromatosis atau penyakit Wilson), atau gangguan yang menyebabkan kerusakan
pada tulang rawan sendi (misalnya reumatoid artritis atau gout).

Faktor-faktor lain yang berisiko menyebabkan osteoartritis yaitu :

Riwayat OA dalam keluarga, karena OA cenderung menurun dalam keluarga.


Berat badan yang berlebihan, sehingga meningkatkan risiko OA pada pinggul, lutut,
pergelangan kaki, dan kaki akibat beban yang lebih besar.
Fraktur atau cedera sendi lainnya
Pekerjaan yang banyak berlutut atau berjongkok lebih dari satu jam sehari
Pekerjaan yang banyak mengangkat, menaiki tangga, atau berjalan
Pekerjaan yang memberikan stress berulang pada satu atau sekelompok sendi, misalnya
petani, pengemudi bus, dan penambang.
Olahraga yang memberikan tekanan langsung pada sendi (misalnya sepakbola) atau
melempar.

GEJALA
Gejala-gejala seringkali muncul secara perlahan dan semakin memburuk dengan berjalannya
waktu. Tanda dan gejala osteoartritis dapat berupa :

Rasa nyeri. Sendi bisa terasa nyeri saat atau setelah digerakkan, serta jika ditekan. Rasa
nyeri seringkali digambarkan seperti nyeri yang dalam dan, pada sendi yang menopang
berat badan, biasanya nyeri semakin berat saat melakukan aktivitas yang perlu menopang
berat badan (misalnya berdiri, berjalan, atau menaiki tangga).

Kekakuan. Kekakuan sendi paling jelas dirasakan saat bangun tidur di pagi hari atau
setelah lama tidak bergerak. Tetapi kekakuan biasanya membaik dalam waktu 30 menit,
terutama jika sendi digerakkan.Penurunan fleksibilitas sendi. Dengan berkembangnya
penyakit, sendi mungkin menjadi tidak dapat digerakkan secara penuh.
Bisa terdengar atau dirasakan sensasi seperti bergerigi atau gemeretuk saat
menggerakkan sendi, akibat permukaan tulang rawan yang tidak rata.
Bone spur. Pertumbuhan tulang yang berlebihan bisa terasa seperti benjolan keras yang
terbentuk di sekitar sendi yang terkena. Pertumbuhan tulang biasanya terbentuk pada
sendi- sendi di ujung jari tangan (nodus Heberden) atau di jari bagian tengah (nodus
Bouchard)

Biasanya, gejala-gejala muncul secara perlahan dan awalnya hanya mengenai satu atau beberapa
sendi. Sendi yang terkena biasanya sendi-sendi pada jari tangan, pangkal ibu jari tangan, ibu jari
kaki, leher, punggung bagian bawah, pinggul, dan lutut.
Osteoartritis seringkali mengenai tulang belakang. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri
punggung. Biasanya, kerusakan pada diskus atau sendi di tulang belakang hanya menimbulkan
nyeri ringan dan kekakuan. Namun, osteoartritis pada leher atau punggung bagian bawah bisa
menyebabkan timbulnya rasa baal, nyeri, dan kelemahan pada lengan atau tungkai jika
pertumbuhan tulang yang berlebihan menimbulkan tekanan pada saraf.

DIAGNOSA
Diagnosa didasarkan dari gejala-gejala yang khas, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya :

Bunyi atau sensasi gemeretuk saat sendi digerakkan, yang disebut krepitasi
Pembengkakan sendi (tulang di sekitar sendi bisa terasa lebih besar dari normal)
Pergerakan sendi terbatasNyeri saat sendi ditekan
Nyeri saat melakukan pergerakan sendi yang normal

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :

Foto rontgen sendi yang terkena, dimana bisa terlihat penyempitan sendi dan pembesaran
tulang. Namun, pemeriksaan rontgen tidak terlalu berguna untuk mendeteksi osteoartritis
pada tahap awal, karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya perubahan
pada tulang rawan, yang merupakan kelainan yang terjadi paling awal.

MRI (Magnetic Resonance Imaging) bisa menunjukkan perubahan awal pada tulang
rawan, tetapi pemeriksaan ini jarang digunakan untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan darah, bisa dilakukan untuk membantu menyingkirkan gangguan lain yang
mungkin (misalnya reumatoid artritis)
Pemeriksaan cairan sendi, bisa dilakukan untuk membedakan osteoartritis dari gangguan
sendi lainnya, misalnya infeksi sendi dan gout.

PENGOBATAN
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan osteoartritis. Penanganan yang diberikan
bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri dan menjaga fungsi sendi, yaitu meliputi :
Obat-obatan
Gejala-gejala osteoartritis bisa diatasi dengan pemberian obat, seperti :

Acetaminophen. Obat ini bisa mengatasi nyeri, tetapi tidak dapat mengurangi
peradangan. Obat ini bisa digunakan untuk orang-orang dengan osteoartritis yang
mengalami nyeri ringan sampai sedang.
Obat anti-peradangan non-steroid (NSAID), misalnya ibuprofen atau naproxen. Obat ini
dapat mengurangi peradangan dan mengatasi rasa nyeri. Namun, NSAID berisiko untuk
menyebabkan gangguan pada lambung, perdarahan, hati, ginjal, serta jantung dan
pembuluh darah.
Narkotik. Obat ini bisa digunakan untuk mengatasi nyeri yang lebih berat pada
osteoartritis. Efek samping yang bisa terjadi antara lain mual, konstipasi, dan mengantuk.
Selain itu, untuk kasus tertentu bisa terdapat risiko terjadinya ketergantungan.

Terapi
Beberapa terapi lain yang dapat dilakukan :

Terapi fisik, untuk memperkuat otot-otot di sekitar sendi, meningkatkan rentang


pergerakan sendi, dan mengurangi nyeri. Dianjurkan untuk melakukan latihan di dalam
air (misalnya di kolam renang) untuk mengurangi tekanan pada sendi. Terapi pemanasan

juga dapat membantu.


Terapi okupasi, untuk menemukan cara sehingga penderita dapat melakukan aktivitas
tanpa memberikan beban yang berlebih pada sendi yang terkena, misalnya adanya kursi
di kamar mandi dapat membantu penderita dengan OA lutut agar tidak perlu berdiri saat
mandi.
Pemakaian penyangga (brace), untuk membantu meredakan nyeri. Alat ini bisa
menyokong sendi dan menghindari pergerakan sendi yang berlebihan sehingga
membantu mengurangi tekanan pada sendi.

Pembedahan dan Tindakan Lainnya


Cara ini dilakukan jika OA tidak dapat diatasi dengan cara-cara lainnya. Tindakan yang dapat
dilakukan antara lain :

Suntikan kortikosteroid pada sendi yang terkena. Cara ini bisa meredakan nyeri pada
sendi. Namun, jumlah suntikan yang bisa diberikan terbatas, karena berisiko untuk terjadi
kerusakan sendi yang semakin berat.
Suntikan pelumas sendi, untuk memberikan bantalan pada sendi lutut dan membantu
meredakan nyeri.
Memperbaiki susunan tulang (realignment). Bisa dilakukan pemotongan tulang
(osteotomi) pada tulang diatas atau dibawah lutut untuk meluruskan tungkai kembali.
Tindakan ini bisa mengurangi nyeri lutut akibat berubahnya tempat menopang berat
badan pada sendi lutut.
Penggantian sendi. Tindakan ini dilakukan dengan cara membuang permukaan sendi
yang terkena dan menggantinya dengan sendi buatan. Penggantian sendi paling sering
dilakukan pada sendi pinggul dan lutut. Tindakan bedah berisiko untuk terjadi infeksi dan
terbentuknya bekuan darah.
B. Reumatoid Artritis (RA)
Reumatoid artritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris mengalami

peradangan kronis (biasanya mengenai sendi-sendi kecil di tangan dan kaki), sehingga terjadi
pembengkakan, timbul rasa nyeri, serta seringkali pada akhirnya menyebabkan kerusakan dan
kelainan bentuk sendi.

PENYEBAB
Reumatoid artritis terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang selaput yang melapisi sendi
(reaksi autoimun), sehingga terjadi peradangan yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kerusakan tulang rawan dan tulang yang menyusun sendi. Tendon dan ligamen yang menyokong
sendi bisa menjadi lemah dan meregang. Umumnya, sendi akan mengalami perubahan bentuk
dan kesegarisannya.
Penyebab terjadinya gangguan ini belum diketahui secara pesti, tetapi berbagai faktor (termasuk
kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi terjadinya reaksi autoimun. Faktor genetik bisa
membuat seseorang lebih rentan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin memicu
timbulnya penyakit (misalnya infeksi virus atau bakteri tertentu).
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya reumatoid artritis antara lain :

Jenis kelamin. Reumatoid artritis lebih cenderung terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Usia. Reumatoid artritis bisa terjadi pada berbagai usia, tetapi paling sering terjadi antara
usia 40 - 60 tahun.
Riwayat keluarga. Jika terdapat anggota keluarga yang terkena reumatoid artritis, maka
risiko terjadinya penyakit lebih tinggi.

GEJALA
Tanda dan gejala reumatoid artritis bisa berupa :

Sendi-sendi membengkak, terasa hangat dan nyeri


Kekakuan sendi pada pagi hari (saat bangun tidur) yang bisa berlangsung selama
beberapa jam.
Benjolan-benjolan keras pada jaringan di bawah kulit di lengan (nodul reumatoid)
Kelelahan, demam, dan penurunan berat badan

Reumatoid artritis awalnya cenderung mengenai sendi-sendi kecil, terutama sendi-sendi yang
menghubungkan jari-jari ke tangan dan kaki. Seiring dengan berjalannya penyakit, gejala
seringkali menyebar ke lutut, pergelangan kaki, siku, pinggul, dan bahu. Pada sebagian besar
kasus, gejala-gejala muncul pada sendi yang sama pada kedua sisi tubuh. Keparahan penyakit
mungkin bervariasi. Tanda dan gejala yang terjadi juga bisa hilang timbul.
Reumatoid artritis pada tangan menyebabkan penderita kesulitan untuk mengerjakan tugas
sehari- hari, seperti membuka knob pintu dan membuka tutup botol. Reumatoid artritis pada
sendi-sendi kecil di kaki menyebabkan penderita merasa sakit untuk berjalan, terutama pada pagi
hari setelah bangun tidur.
Peradangan kronis bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan, termasuk tulang rawan dan
tulang, sehingga bisa terjadi kelainan bentuk dan gangguan fungsi sendi yang terkena. Sendi bisa
mengalami kontraktur sehingga tidak dapat diregangkan atau digerakkan sepenuhnya. Jari-jari
pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah kelingking, sehingga tendon pada jari-jari
tangan bergeser dari tempatnya.

Pada kasus yang jarang, reumatoid artritis bahkan bisa mengenai sendi yang berperan dalam
mengatur pita suara, sehingga bisa terjadi perubahan nada suara. Jika sendi ini mengalami
peradangan, maka suara bisa menjadi serak.
Karena reumatoid artritis merupakan penyakit sistemik, maka peradangan bisa mengenai organorgan dan bagian tubuh lainnya diluar sendi. Berbagai gangguan yang bisa terjadi pada
reumatoid artritis antara lain :

Osteoporosis. Reumatoid artritis, dan juga obat-obat yang digunakan untuk


mengobatinya, bisa meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis.
Sindroma terowongan karpal (carpal tunnel syndrome). Jika reumatoid artritis mengenai
pergelangan tangan, maka peradangan yang terjadi bisa menekan saraf yang terdapat
didalamnya.
Gangguan jantung. Reumatoid artritis bisa meningkatkan risiko terbentuknya peradangan
dan sumbatan pada pembuluh darah arteri, demikian juga peradangan pada lapisan yang
meliputi jantung (perikarditis).
Penyakit paru. Orang-orang dengan reumatoid artritis lebih berisiko untuk mengalami
peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru, yang menyebabkan
penderita menjadi sesak nafas.
Sindroma Sjogren. Peradangan yang mengenai kelenjar mata dan mulut bisa
menyebabkan kekeringan pada daerah ini. Kekeringan pada mata bisa menyebabkan
terjadinya abrasi kornea.
Sindroma Felty, terjadi pada penderita reumatoid artritis dengan pembesaran limpa dan
penurunan jumlah sel darah putih.
Limfoma. Risiko terjadinya kanker kelenjar getah bening (limfoma) juga lebih tnggi pada
orang-orang dengan reumatoid artritis, terutama mereka yang terus mengalami
peradangan sendi yang aktif.
Peradangan pembuluh darah (vaskulitis). Vaskulitis bisa mengganggu suplai darah ke
jaringan dan menyebabkan kematian jaringan (nekrosis). Gangguan ini awalnya
seringkali tampak sebagai daerah hitam yang kecil di sekitar kuku atau luka (ulkus) di
tungkai.
Anemia.

DIAGNOSA
Reumatoid artritis bisa sulit untuk didiagnosa pada tahap awal, karena tanda dan gejala yang ada
mirip dengan banyak gangguan lainnya, seperti :

Artritis gonokokal
Penyakit Lyme
Sindroma Reiter
Artritis psoriatik
Spondilitis ankilosing

Gout
Pseudogout
Osteoartritis

Tidak ada pemeriksaan darah atau pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk memastikan
diagnosis.
Pada pemeriksaan fisik, bisa ditemukan adanya sendi-sendi yang membengkak, tampak merah,
dan terasa hangat. Selain itu, bisa dilakukan pemeriksaan penunjang seperti :
1. Pemeriksaan darah

Penderita cenderung mengalami peningkatan laju endap darah (LED)

Sebagian besar penderita mengalami anemia

Kadang terdapat penurunan jumlah sel darah putih

Sekitar 80% penderita memiliki rheumatoid factor; biasanya semakin tinggi kadar faktor
rematoid dalam darah, maka semakin berat penyakit yang terjadi dan semakin jelek
prognosisnya. Kadar antibodi ini bisa menurun jika peradangan sendi berkurang dan akan
meningkat jika terjadi serangan.

Sebagian besar penderita reumatoid artritis ditemukan adanya antibodi anti-CCP (AntiCyclic Citrullinated Peptide)

Kadar C-reactive protein biasanya meningkat. Pemeriksaan ini berguna untuk


menentukan tingkat peradangan yang terjadi.

2. Pemeriksaan cairan sendi.


3. Rontgen, bisa menunjukkan adanya perubahan pada sendi.
Diagnosa reumatoid artritis didasarkan dari adanya kombinasi berbagai kriteria berikut :

Adanya peradangan pada sendi-sendi yang khas untuk reumatoid artritis


Adanya peningkatan kadar rheumatoid factor, antibodi anti-CCP, atau keduanya
Adanya pengingkatan kadar C-reactive protein(/em>, laju endap darah (LED), atau
keduanya
Gejala-gejala berlangsung setidaknya selama 6 minggu

PENGOBATAN
Belum ada pengobatan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan reumatoid artritis. Tujuan
terapi adalah untuk mengurangi peradangan sendi dan rasa nyeri, memaksimalkan fungsi sendi,

dan mencegah terjadinya kerusakan dan kelainan bentuk sendi.


Penanganan yang diberikan meliputi :
- Istirahat dan Nutrisi
Sendi yang mengalami peradangan berat harus diistirahatkan, karena pemakaian sendi bisa
memperberat peradangan yang terjadi. Istirahat secara teratur seringkali dapat membantu
meredakan rasa nyeri, dan terkadang istirahat total dapat membantu untuk meredakan
kekambuhan penyakit yang berat.
Pembidaian bisa dilakukan untuk mencegah pergerakan sendi (imobilisasi) sehingga sendi dapat
diistirahatkan, tetapi beberapa gerakan sendi tetap diperlukan untuk mencegah kekakuan dan
kelemahan otot.
Tidak ada makanan tertentu yang dapat menyembuhkan reumatoid artritis atau telah terbukti bisa
menimbulkan kekambuhan penyakit. Makanan mengandung minyak ikan (asam lemak omega-3)
bisa membantu meredakan gejala pada beberapa orang dengan reumatoid artritis. Selain itu, efek
anti-peradangan dari curcumin yang terdapat pada kunyit bisa bermanfaat untuk mengurangi
gejala-gejala penyakit.
- Obat-Obat untuk Reumatoid Artritis
Tujuan utama pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan dan mencegah terjadinya
kerusakan, kelainan bentuk, dan gangguan fungsi sendi.
Ada beberapa kategori obat yang digunakan untuk mengobati reumatoid artritis, yaitu :

Obat anti-peradangan non-steroid (NSAID)


DMARDs (Disease-Modifyinng Antirheumatic Drugs)
Kortikosteroid
Obat yang menekan respon imunitas tubuh (obat imunosupresan)

Obat anti-peradangan non-steroid (NSAID)


NSAID biasanya digunakan untuk mengatasi gejala-gejala reumatoid artritis, seperti
pembengkakan dan rasa nyeri. Obat ini tidak dapat mencegah kerusakan sendi akibat
perkembangan reumatoid artritis.
NSAID sebaiknya tidak digunakan untuk orang-orang dengan gangguan saluran cerna, seperti
ulkus peptikum atau tukak lambung, karena NSAID bisa menyebabkan gangguan lambung.
Obat- obat golongan PPI (Proton Pump Inhibitor) bisa digunakan untuk mengurangi risiko
terjadinya gangguan saluran cerna.

Efek samping lain yang bisa terjadi akibat pemakaian obat NSAID antara lain sakit kepala,
peningkatan tekanan darah, perburukan tekanan darah tinggi, perburukan fungsi ginjal,
pembengkakan, serta penurunan fungsi trombosit. NSAID juga bisa meningkatkan risiko
terjadinya serangan jantung dan stroke. Risiko ini tampaknya lebih tinggi jika obat digunakan
dalam dosisi yang lebih besar dan untuk waktu yang lebih lama.
DMARD (Disease-Modifyinng Antirheumatic Drug)
Obat ini menghambat perkembangan penyakit reumatoid artritis, sehingga diberikan pada hampir
semua penderita segera sesudah terdiagnosa. Meskipun gejala berkurang dengan pemberian
NSAID, tetapi DMARD tetap diperlukan karena penyakit tetap berkembang meskipun gejalagejala minimal atau tidak ada. Pemberian kombinasi obat DMARD (misalnya methotrexate atau
sulfasalazine) mungkin lebih efektif ketimbang obat tunggal. Namun, karena risiko efek samping
yang mungkin terjadi berbahaya, maka pemakaian obat ini harus dipantau secara ketat.
Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan obat yang paing efektif untuk mengurangi peradangan dan gejalagejala reumatoid artritis yang terjadi di bagian tubuh manapun, termasuk peradangan pada
selaput paru (pleuritis) dan selaput jantung (perikarditis). Meskipun kortikosteroid efektif untuk
pemakaian jangka pendek, tetapi obat ini tidak dapat mencegah kerusakan sendi dan bisa
menjadi kurang efektif pada pemakaian jangka panjang, padahal reumatoid artritis biasanya aktif
selama bertahun- tahun.
Ada kontroversi mengenai pemakaian kortikosteroid apakah dapat memperlambat perkembangan
penyakit reumatoid artritis atau tidak. Selain itu, pemakaian kortikosteroid jangka panjang
hampir selalu menimbulkan efek samping, hampir di seluruh organ tubuh. Efek samping bisa
terjadi antara lain : penipisan kulit, memar, osteoporosis, tekanan darah tinggi, kadar gula darah
yang tinggi dan katarak.
Oleh karena itu, kortikosteroid biasanya hanya digunakan untuk jangka pendek, yaitu pada awal
terapi untuk mengatasi gejala-gejala yang berat (sampai didapatkan efek dari DMARD) atau saat
terjadi kekambuhan penyakit yang berat pada banyak sendi.
Karena risiko efek samping yang mungkin terjadi, kortikosteroid hampir selalu digunakan dalam
dosis terendah yang efektif. Orang-orang dengan ulkus peptikum, tekanan darah tinggi, infeksi
yang tidak teratasi, diabetes, dan glaukoma sebaiknya tidak menggunakan obat kortikosteroid.
Obat Imunosupresan
Meskipun kortikosteroid menekan sistem kekebalan tubuh, tetapi ada obat-obat lain yang lebih
kuat menekan sistem kekebalan tubuh (obat imunosupresan). Obat ini dapat memperlambat

perkembangan penyakit dan mengurangi kerusakan tulang pada sendi yang terkena.
Obat imunosupresan efektif untuk mengatasi reumatoid artritis berat. Obat ini dapat menekan
peradangan, sehingga pemberian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dalam dosis yang
lebih rendah. Tetapi obat imunosupresan memiliki efek samping yang berat dan toksisitas yang
tinggi, misalnya gangguan hati, risiko tinggi untuk terkena infeksi, penekanan produksi sel-sel
darah di sumsum tulang, perdarahan kandung kemih (pada pemakaian cyclophosphamide), dan
risiko terjadinya kanker tertentu (pada pemakaian azathioprine dan cyclophosphamide).
- Terapi Lainnya
Terapi bukan obat yang dapat dilakukan antara lain berupa :

olahraga
terapi fisik, seperti pemijatan (massage), traksi, dan terapi pemanasan
terapi okupasi
pembedahan

Sendi yang meradang harus dilatih secara perlahan sehingga tidak terjadi kekakuan. Setelah
peradangan mereda, bisa dilakukan latihan aktif yang rutin, tetapi jangan sampai terlalu lelah.
Biasanya latihan akan lebih mudah jika dilakukan di dalam air. Untuk mengatasi persendian yang
kaku, perlu dilakukan latihan yang intensif dan kadang digunakan pembidaian untuk
meregangkan sendi secara perlahan.
Tindakan bedah mungkin diperlukan untuk kasus tertentu yang tidak dapat diatasi dengan obatobatan, misalnya kelainan bentuk anggota gerak tubuh yang membatasi penderita untuk
beraktifitas.
Pembedahan untuk mengganti sendi lutut atau sendi pinggul merupakan cara yang paling efektif
untuk mengembalikan mobilitas dan fungsi sendi jika penyakit telah mencapai tahap lanjut.
Sendi juga bisa satukan, terutama pada kaki, sehingga penderita bisa berjalan tanpa rasa nyeri,
atau pada tulang belakang untuk mencegah penekanan pada medula spinalis.
Perbaikan sendi dengan pemasangan sendi buatan dilakukan jika sendi telah mengalami
kerusakan berat sehingga memiliki fungsi yang terbatas.
Penderita yang menjadi cacat karena artritis rematoid bisa menggunakan alat bantu untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya dengan menggunakan sepatu ortopedik atau sepatu
atletik khusus.

C. Artritis Gout
Gout adalah suatu gangguan yang disebabkan oleh adanya endapan kristal asam urat, yang
terakumulasi pada sendi-sendi, akibat kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
(hiperurisemia). Akumulasi kristal asam urat ini menyebabkan timbulnya peradangan pada sendisendi dan daerah sekitarnya yang terasa nyeri.
Gout lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Gout biasanya terjadi pada pria usia
pertengahan dan wanita setelah menopause. Gout seringkali menurun dalam keluarga.
PENYEBAB
Gout terjadi karena adanya akumulasi kristal asam urat pada sendi yang menyebabkan
peradangan dan rasa nyeri yang hebat. Kristal asam urat bisa terbentuk jika seseorang memiliki
kadar asam urat yang tinggi di dalam darah.
Tubuh membentuk asam urat dari pemecahan purin, yaitu zat yang normalnya terdapat di dalam
tubuh, demikian juga pada makanan tertentu, seperti daging, ikan haring, ikan teri, sarden,
asparagus, dan jamur.
Asam urat normalnya terdapat dalam jumlah kecil di dalam darah. Asam urat larut di dalam
darah dan dibuang keluar oleh ginjal melalui air kemih. Kristal asam urat bisa terbentuk jika :

tubuh menghasilkan terlalu banyak asam urat


asam urat yang dibuang melalui ginjal terlalu sedikit

Jika hal ini terjadi, asam urat bisa menumpuk dan membentuk kristal pada sendi-sendi atau
jaringan di sekitarnya, sehingga terjadi peradangan dan pembengkakan.
Beberapa faktor risiko terjadinya gout :

Makanan tertentu yang tinggi purin, misalnya asparagus, haring, sarden, jamur dan teri
Minuman beralkohol dan beer
Gangguan darah dan kanker tertentu, seperti limfoma, leukemia, dan anemia hemolitik,
dimana terjadi sel-sel banyak dibentuk dan cepat dihancurkan.
Keracunan timah
Penyakit ginjal kronis
Obat tertentu yang membantu ginjal menghasilkan air kemih (misalnya diuretik golongan
thiazide), sehingga mengganggu kemampuan ginjal untuk membuang asam urat.
Akibatnya kadar asam urat dalam darah meningkat.
Kurangnya asupan dari produk susu
Obat-obat tertentu, misalnya cyclosporine, pyrazinamide, ethambutol, dan asam
nikotinat.

Hipotiroidisme
Kegemukan
Psoriasis
Terapi radiasi
Kemoterapi kanker
Kelainan enzim tertentu yang jarang terjadi
Kelaparan

GEJALA
Gout seringkali mengenai sendi-sendi di kaki, terutama sendi di pangkal ibu jari kaki (podagra).
Namun, gout juga bisa terjadi pada daerah lain, seperti pergelangan kaki, punggung kaki, lutut,
pergelangan tangan, dan siku. Gout cenderung terjadi pada daerah-daerah yang lebih dingin ini
karena kristal asam urat terbentuk lebih cepat di daerah yang dingin dibandingkan daerah yang
hangat. Pada kasus yang jarang, gout juga bisa mengenai sendi-sendi yang lebih hangat,
misalnya tulang belakang, pinggul, atau bahu.
Serangan gout hampir selalu bersifat akut, yaitu terjadi secara tiba-tiba, seringkali di malam hari,
dan tanpa peringatan. Tanda dan gejala yang terjadi berupa :

Nyeri sendi yang semakin memburuk dan sangat menyakitkan, terutama saat sendi
digerakkan atau disentuh. Nyeri cenderung terasa sangat hebat pada 12-24 jam pertama
setelah gejala muncul.
Gout biasanya mengenai sendi besar di ibu jari kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kaki,
pergelangan kaki, tangan, dan pergelangan tangan.
Rasa tidak nyaman yang terus dirasakan. Setelah nyeri hebat mereda, rasa tidak nyaman
pada sendi bisa terus dirasakan selama beberapa hari sampai beberapa minggu.
Tanda-tanda peradangan pada sendi. Sendi yang terkena tampak membengkak, berwarna
merah atau keunguan, serta terasa hangat dan nyeri.

Gejala-gejala lain yang bisa ditemukan antara lain :

Demam, yang bisa mencapai 38.9oC


Detak jantung yang cepat (takikardia)
Menggigil
Rasa tidak enak badan

Pada awalnya serangan gout biasanya hanya mengenai satu sendi dan berlangsung selama
beberapa hari. Gejala-gejala kemudian mulai menghilang, sendi dapat berfungsi seperti semula,
dan tidak ada gejala yang muncul sampai serangan selanjutnya.
Serangan gout bisa dipicu oleh :

cedera
penyakit tertentu, seperti pneumonia atau infeksi lainnya
pembedahan
pemakaian diuretik golongan thiazide
terapi dengan obat-obat tertentu, seperti allopurinol dan nitrogliserin
mengkonsumsi makanan kaya purin atau alkohol

Jika gangguan terus berlanjut, maka serangan gout yang terjadi bisa semakin lama, terjadi lebih
sering, dan mengenai beberapa sendi. Setelah beberapa kali serangan ulang, gout menjadi
semakin berat dan kronis, bahkan bisa menyebabkan terjadinya deformitas sendi.
Seiring dengan berjalannya waktu, gerakan sendi menjadi semakin terbatas karena adanya
kerusakan yang terjadi akibat kristal asam urat pada sendi dan tendon. Terbentuk benjolan keras
dari kristal asam urat (tophi) pada permukaan sendi, tulang rawan, atau tulang di dekat sendi, dan
kemudian di bawah kulit di sekitar sendi yang terkena. Tophi juga bisa terbentuk di ginjal dan
organ-organ lainnya, serta di bawah kulit telinga. Tophi biasanya ditemukan pada jari, tangan,
kaki, tendon Achilles, dan di sekitar siku. Tophi normalnya tidak terasa nyeri, tetapi bisa
mengalami peradangan dan terasa nyeri. Jika tidak diobati, tophi bisa pecah dan mengeluarkan
massa seperti kapur yang terdiri dari kristal asam urat melalui kulit dan pada akhirnya

menyebabkan deformitas.
Sekitar 20% penderita gout terbentuk batu ginjal yang terdiri dari asam urat. Batu ini bisa
menyumbat saluran kemih, sehingga menimbulkan nyeri yang hebat dan, jika tidak diatasi, bisa
terjadi infeksi dan kerusakan ginjal. Pada orang-orang dengan gout yang memiliki gangguan
lainnya, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, fungsi ginjal yang semakin buruk akan
mengurangi ekskresi asam urat dan membuat gout dan kerusakan sendi menjadi semakin berat.

DIAGNOSA
Dugaan adanya gout didasarkan dari gejala-gejala yang khas dan hasil pemeriksaan sendi yang
terkena. Diagnosa ditunjang dengan ditemukannya kadar asam urat yang tinggi di dalam darah.
Namun, pada serangan gout akut, kadar asam urat seringkali normal. Untuk itu bisa dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti :

Pemeriksaan aspirasi sendi untuk mengambil contoh tophus atau cairan sendi, akan
tampak kristal asam urat yang berbentuk seperti jarum pada pemeriksaan mikroskopis.
Pemeriksaan foto sinar-X untuk melihat adanya kerusakan sendi dan adanya tophi.
Pemeriksaan ultrasonografi juga bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya kistal asam
urat.

PENGOBATAN

Penanganan gout memiliki 3 tujuan utama :

meredakan peradangan akut


mencegah kekambuhan
mencegah terjadinya endapan asam urat lebih lanjut pada jaringan, yaitu dengan cara
menurunkan kadar asam urat dalam darah

Serangan gout akut bisa diredakan dengan :

Obat anti-peradangan non-steroid (NSAID), misalnya ibuprofen, naproxen, atau


indometasin, seringkali efektif untuk meredakan nyeri dan pembengkakan pada sendi.
Obat ini harus dilanjutkan selama beberapa hari setelah nyeri dan peradangan mereda
untuk mencegah kekambuhan.
Colchicine, tetapi obat ini tidak lagi menjadi terapi utama yang diberikan. Nyeri sendi
biasanya mulai mereda setelah 12-24 jam setelah pengobatan diberikan.
Kortikosteroid, terkadang berguna untuk mengurangi peradangan sendi pada orang-orang

yang tidak berhasil dengan obat-obat lainnya.


Beberapa penderita (terutama yang mengalami serangan berulang yang hebat) mungkin
membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mencegah kekambuhan.
Kadar asam urat dalam darah perlu diturunkan, terutama pada penderita dengan :

serangan gout berulang yang hebat, meskipun telah mendapatkan NSAID, Colchicine,
atau keduanya
tophi
batu ginjal yang terbentuk dari asam urat
kondisi tertentu yang membuat seseorang tidak bisa mendapatkan NSAID atau
kortikosteroid, misalnya ulkus peptikum dan penyakit ginjal kronis

Target terapi adalah menurunkan kadar asam urat hingga dibawah 6 mg/dL. Jika kadar asam urat
dijaga tetap berada dibawah nilai tersebut, maka pembentukan endapan asam urat di sekitar sendi
dan jaringan lunak akan berhenti, dan endapan yang ada pada akhirnya akan menghilang.
Obat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat antara lain :

Obat untuk menurunkan produksi asam urat oleh tubuh, misalnya allopurinol.
Obat untuk meningkatkan pengeluaran asam urat melalui air kemih, misalnya probenecid
atau sulfinpirazone. Aspirin menghambat efek probenecid dan sulfinpirazon, sehingga
sebaiknya tidak digunakan pada saat yang bersamaan.

Setiap pengobatan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah bisa memicu terjadinya
serangan akut. Serangan gout akut yang terjadi bisa segera muncul setelah obat mulai diberkan.
Kondisi ini bisa merupakan tanda bahwa obat bekerja dengan baik untuk menurunkan kadar
asam urat. Saat serangan akut, obat tetap diberikan, tetapi bisa ditambah NSAID atau Colchicine
untuk mengatasi atau membantu mencegah serangan akut.
PENCEGAHAN
Penyakit gout itu sendiri tidak dapat dicegah, tetapi saat periode bebas gejala, ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah terjadinya kekambuhan, antara lain :

Minum banyak air, yaitu sekitar 2-4 liter air setiap hari.
Batasi atau hindari minuman beralkohol
Batasi makanan yang mengandung tinggi purin
Makan makanan yang seimbang, yang mengandung buah, sayur, biji-bijian, dan susu
bebas atau rendah lemak
Kurangi makanan yang kaya akan protein
Mengkonsumsi produk susu bebas lemak untuk sumber protein

Batasi asupan daging, ikan, dan unggas


Jaga berat badan ideal
Hindari obat-obat yang menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat

Diagnosis pembanding
Untuk membedakan reumatoid artritis (RA), gout dan osteoartritis (OA) kita perlu memulai
dengan penyebab masing-masing. Reumatoid artritis (RA) adalah penyakit di mana sistem
kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan yang sehat, menyebabkan peradangan yang
merusak sendi. Gout disebabkan kelebihan asam urat di dalam tubuh (hiperurikemia) yang
berlangsung bertahun-tahun sehingga terjadi penumpukan asam urat yang mengkristal di sendi
yang terkena. Sedangkan osteoartritis adalah kerusakan dan keausan tulang rawan yang berfungsi
sebagai bantalan. Penyebab osteoartritis adalah proses penuaan, cedera, kelemahan tulang atau
penggunaan sendi berulang/ terlalu berat. Ketiga penyakit itu sama-sama menimbulkan rasa
sakit, kekakuan dan peradangan di persendian, tetapi polanya berbeda.

1.

2.

3.
4.

5.

RA dapat memengaruhi setiap sendi di tubuh, tetapi sendi tulang kecil di tangan dan kaki yang
paling terpengaruh. Di sisi lain, gout biasanya mempengaruhi sendi yang lebih besar di
pergelangan kaki, tumit, lutut, pergelangan tangan, jari, siku dll. OA paling umum menyerang
bantalan sendi berat seperti pinggul dan lutut.
RA biasanya menyebabkan nyeri atau kekakuan berkepanjangan (berlangsung lebih dari 30
menit) di pagi hari atau setelah istirahat panjang. Kekakuan akibat gout hadir hanya pada saat
serangan terjadi, yang biasanya di malam hari setelah mengkonsumsi makanan tinggi purin atau
obat perangsang air seni (diuretik). Pada OA, rasa sakit timbul setelah beraktivitas. Kekakuan di
pagi hari hanya berlangsung singkat (kurang dari setengah jam), dan rasa sakit persendian dapat
memburuk di sepanjang hari.
RA memengaruhi sendi yang sama di kedua sisi tubuh (simetris), meskipun pada awalnya
mungkin hanya satu sisi. Sedangkan Gout dan OA dapat melibatkan hanya satu sendi tunggal.
RA tiga kali lebih umum pada perempuan dan seringkali dimulai antara usia 25 dan 55. Gout
lebih umum pada laki-laki, terutama mereka yang berusia antara 40 dan 50. Wanita lebih jarang
mengembangkan gout sebelum menopause. OA bisa menyerang laki-laki maupun perempuan,
tapi insidennya lebih umum pada mereka yang kelebihan berat badan. Pada umumnya
pengembangan OA dimulai pada usia yang lebih tua daripada RA dan gout.
RA mungkin hanya berlangsung untuk waktu yang singkat, atau gejala bisa datang dan pergi.
Bentuk RA yang berat dapat berlangsung seumur hidup. Rasa sakit dan bengkak gout dapat
hilang dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup. Bila timbul kembali, gout biasanya
menyerang sendi yang sama atau sendi yang sama di sisi lain tubuh. Kerusakan sendi OA bersifat
permanen.

RA dapat memengaruhi bagian tubuh selain sendi, seperti mulut, mata, ginjal, jantung dan paruparu sehingga menyebabkan kelelahan ekstrim, penurunan berat badan dan malaise (lesu). Gout
dan OA hanya memengaruhi sendi.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kelainan yang terdapat pada scenario adalah
Artritis gout. Karena penderita mengalami nyeri yang hebat pada sendi ibu jari kaki kanan, dan
sebelum merasakan nyeri, penderita makan soto betawi yang mengandung jeroan. Gout lebih
banyak di derita oleh laki laki dibanding perempuan dan biasanya tidak menimbulkan gejala
sebelum umur 30 tahun. Umumnya 90% pasien merasakan nyeri di ibu jari kaki.

Source:

http://medicastore.com/penyakit/17/Osteoartritis.html
http://medicastore.com/penyakit/18/Reumatoid_Artritis.html
http://medicastore.com/penyakit/7/Gout.html
Buku Ajar Patologi Robbins Vol. 2 Edisi 7

Nama: Sonia Iren


6.

Jelaskan terapi yang tepat pada nyeri sendi !


a. Pengobatan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) diberikan pada pasien Artritis Reumatoid untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi. OAINS juga memberikan efek analgesic yang sangat
baik, terutama bekerja dengan menghambat enzim siklo-oxygenase sehingga menekan sintesis
prostaglandin.
Oasin bekerja dengan caea :

Memungkinkan stabilisasi membrane lisosomal


Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi (histamine, serotonin,
enzim lisosomal dan enzim lainnya).
Menghambat migrasi sel ketempat peradangan
Menghambat proliferasi selular
Menetralisasi radikal oksigen
Menekan rasa nyeri
b. Pengobatan DMARD
Ada dua cara pendekatan pemberian DMARD. Cara pertama adalah pemberian DMARD
tunggal yang dimulai dari saat yang sangat dini. Cara kedua dengan cara menggunakan dua
atau lebih DMARD secara simultan. Namun rentang waktu pengobatan ini dianggap terlalu
lama karena memerlukan waktu kurang lebih satu tahun dalam pengobatan ini.
Oains harus diberikan dengan segera pada penderita Atritis Reumatoid. Dan DMARD dapat
mulai diberikan untuk dapat mengontrol progresivitas penyakitnya.
Saat ini DMARD yang popular digunakan adalah MTX, sulazalazine, sikloporin-A, dan
beberapa jenis DMARD baru seperti : leflunomide. Selain itu saat ini telah tersedia pula
modulator inflamasi biologis dan inhibitor TNF-a. seperti etanercept (suatu human
recombinant reseptor TNF-a yang larut dan terkonjugasi pada reseptor Fc IgGI) dan
infliximab (antibody monoclonal terhadap TNF-a).
Untuk suatu kasus Atritis Reumatoid yang ringan sebaiknya diberikan DMARD yang ringan
pula seperti klorokuin, pada kasus yang sedang digunakan sulfasalazine dan pada kasus yang
berat diberikan MTX atau siklosporin-A atau kombinasi 2 jenis DMARD atau lebih.

Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk pengobatan Atritis Reumatoid adalah :

Klorokuin
Toksitas klorokuin sebenarnya tidak perlu di khawatirkan karena khasiat dan
efektivitas klorokuin agaknya lebih rendah dapat digunakan dengan aman jika
dilakukan pemantauan yang baik selama penggunaannya dalam jangka waktu yang
panjang.
Sulfasalazine
Sulfasalazine digunakan untuk mengobati artritis inflamatif yang diduga disebabkan
karena infeksi.
D-penicillamine (DP)
Namun obat ini bekerja sangat lambat dan kurang disukai lagi untuk digunakan
dalam pengobatan Artritis Reumatoid.
Garam Emas
Auro Sodium Thiomalate (AST) intramuskuler telah dianggap sebagai suatu gold
standard bagi DMARD. Khasiat obat ini tidak diragukan lagi, walaupun pengguna
obat ini seringkali menyertakan efek samping dari yang ringan sampai yang cukup.
Methotrexate (MTX)
Suatu sitostatika golongan antagonis asam folat. Obat ini sangat mudah digunakan
dan rentang waktu yang dibutuhkan untuk dapat bekertja relative pendek (3-4 bulan)
jika dibandingkan dengan DMARD lainnya. Dalam pengobatan penyakit keganasan,
MTX bekerja dengan menghambat sintesis thymidine sehingga menyebabkan
hambatan pada sintesis DNA dan proliferasi selular.
Cyclosporine-A (CS-A)
Adalah satu undecapeptida siklik yang memiliki efek sebagai antibiotika dan
imunosupresan yang di isolasi dari jamur Tolypocladium inflatum Gams.
Leflunomide (lef)
Merukan MRAD yang terbaru,. Diketahui bahwa kasiat Lef dapat disetarakan dengan
MTX, sehingga baik sekali untuk digunakan pada pasien yang gagal di obati dengan
MTX.
Modulator Inflamasi Biologis/ Inhibitor TNF-a ?
Tumor necrosis factor alpha (TNF-a)? adalah sitokin pro inflamasi yang diproduksi
oleh makrofag dan limfosit. TNF dapat dijumpai dalam jumlah yang besar dalam
sendi pasien Atritis Reumatoid yang di produksi secara local oleh sel makrofag dan
limfosit yang meng-infiltrasi ruang synovial. Hambatan TNF-a sangat berguna secara
klinis dalam pengobatan, ada dua jenis penghambatTNF-a yang telah digunakan
dalam pengobatan saat ini adalah :
Etarnecep (Eta)
Obat ini bekerja dengan mengikat TNF-a dalam sirkulasi secara kompetitif sehingga
TNF-a tidak dapat menempati reseptornya pada permukaan sel secara kompetitif, dan
dengan demikian aktivitas biologis TNF-a akan terhambat

Infliximab (IFX)
IFX bekerja dengan mengikat TNF-a dalam sirkulasi dan mencegah terjadinya
interaksi antara TNF-a dengan reseptornya pada sel inflamasi dan akhirnya dapat
membersihkan TNF-a dari sirkulasi.
Bridging Therapy Dalam Pengobatan Atritis Reumatoid
Adalah pemberian glukokortikoid dalam dosis rendah (setara dengan prednisone 5
sampai 7,5 mg/hari) sebagai dosis tunggal pada pagi hari. Pemberian glukokortioid
dosis rendah ini akan sangat berguna untuk mengurangi keluhan pasien sebelum
DMARD yang diberikan dapat bekerja.
Pengobatan Atritis Reumatoid Eksperimental
Pengobatan eksperimental Atritis Reumatoid ini antara lain meliputi penggunaan
plasmaferesis, thalidomide, A-interferon, inhibitor IL-1.
Peran Dietetik Dalam Pengobatan Atritis Reumatoid
Atritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dan bukan suatu
penyakit metabolic. Beberapa jenis modifikasi dietik , antara lain berupa
suplementasi asam lemak omega 3 seperti asam eikosapentanoat.

Refrensi :
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 4 oleh Aru W.Sudoyo, dkk
http://fk.uho.ac.id/dokumenhpeq/modul/modul-Nyeri-Sendi.pdf

Nama : Shila Rubyanti

7.

Jelaskan tindakan preventif yang tepat pada nyeri sendi!

Gelaja nyeri sendi yang terjadi dan di rasakan ketika menderita nyeri sendi ini seperti datangnya
rasa nyeri pada sendi, sendi terasa kaku, bagian tubuh yang berhubungan dengan sendi akan
berwarna kemerah-merahan, otot menjadi sangat lemah yang mengakibatkan sulit untuk
bergerak. karena pada dasar nya penyakit nyeri sendi ini dapat dicegah dengan cara :

Hindari Merokok. Merokok di sini merupakan hal utama yang menyebabkan terjadi
nya sakit nyeri sendi. Selain nyeri sendi, bahan-bahan pembuat rokok ini juga mengandung
zat yang berbahaya untuk tubuh dan dapat menyebabkan kematian.

Rutin Olahraga. Usahakan untuk tidak melewati waktu untuk berolahraga. Karena dengan
berolahraga dengan rutin, ini akan membuat sendi dan otot selalu bergerak dan menjadi lebih
lentur. Selain itu olahraga juga dapat membakar lemak yang ada di dalam tubuh dan ini akan
memberikan dampak kesehatan yang akan selalu terjaga. Olahraga yang cocok untuk melatih
sendi adalah dengan berlari, namun usahakan untuk dilakukan secara bertahap.
cobalah untuk olahraga setiap hari disertai dengan peregangan sangat dianjurkan karena
dengan
olahraga fungsi otot, tendo serta ligament akan ditingkatkan. Peregangan rutin juga
dapat mengurangi nyeri sendi. Namun jangan berlebihan dalam melakukan olahraga.
Selalu menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat memberikan tekanan dan
pekerjaan tambahan kepada sendi tubuh terutama sendi pada kaki.
Cobalah untuk selalu mengkonsumsi makanan makanan sehat seperti kiwi, manga,
papaya, apel, brokoli, bayam, labu siam, tomat, jagung, kacang dan oat yang dapat
membantu tubuh membentuk protein Collangen. Protein Collangen merupakan salah
satu jenis protein yang dapat ditemukan di tendon (urat) dan tulang rawan. Namun
jangan mengonsumsi secara berlebihan juga.

Banyak konsumsi asam lemak omega 3. Ini lebih kepada penderita nyeri sendi, karena
kandungan omega 3 tersebut dapat mengurangi pembengkakan dan juga rasa kaku yang
dialami oleh sendi anda. Namun tidak salah untuk banyak mengkonsumsi zat ini, karena
menjaga sendi dari penyakit nyeri sendi. Untuk mendapatkan zat omega 3 ini bisa diperoleh
dari ikan-ikan segar khusus nya ikan salmon, sarden, dan juga makarel. Selain ikan, omega 3
bisa didapat dari kacang kenari dan juga minyak ikan.

Konsumsi dengan cukup vitamin c. Ini juga ditujukan kepada penderita nyeri sendi,
karena vitamin c memiliki kandungan yang sangat bagus untuk tulang dan sendi anda.
Vitamin c ini dapat diperoleh dengan banyak mengkonsumsi buah-buahan seperti jeruk,
nanas, stroberi, dan sebagainya. Sayuran juga banyak yang mengandung vitamin c diantara
nya kembang kol, brokoli, kacang merah, dan kubis.
Perbanyak makan sayur dan buah. Seperti yang sudah di informasikan di atas, bahwa
konsumsi buah dan sayuran sangat bagus baik untuk mencegah dan juga sebagai obat nyeri
sendi ini. Selain nyeri sendi, konsumsi buah dan sayur itu dapat mengurangi resiko terkena
osteoporosis pada tulang dan sendi anda.
Kurangi konsumsi produk yang berasal dari hewan. Hal ini ditujukan untuk para
penderita yang sudah terlanjur menderita penyakit nyeri sendi agar mengurangi konsumsi
produk hewan seperti susu sapi karena secara tidak langsung akan memperburuk kondisi dan
penyakit tersebut. Minum susu boleh-boleh saja, namun tetap untuk dikendalikan dalam
konsumsi nya.
Konsumsi jahe. Di dalam jahe terdapat kandungan yang bagus untuk sendi dan tulang
anda. Kandungan tersebut berupa bahan kimia yang mirip dengan obat anti inflamasi yang
berguna untuk mengobati dan mencegah penyakit nyeri sendi. Baiknya menggunakan jahe ini
dalam sebuah makanan dan juga minuman untuk mencegah datangnya penyakit nyeri sendi
ini.

Penyakit Asam Urat, adalah penyakit yang menyerang orang yang berusia 35 tahun
keatas. Penyakit Asam Urat atau Gout ini adalah penyakit yang menyerang sendi dan tendon
akibat timbunan kristal urat. Timbunan kristal urat tersebut disebabkan deposit asam urat yang
lama-kelamaan membentuk kristal pada sendi atau tendon yang terkena sehingga mengakibatkan

peradangan. di beberapa artikel penulis juga menemukan istilah purin, yang mengkristal,
sehingga menyebabkan peradangan pada persendian, dan akhirnya menyebabkan linu dan
sebagainya. Asam urat memiliki tanda-tanda mirip artritis, yakni nyeri sendi, terutama di jempol
kaki, yang kemudian merambat ke persendian kaki.
Kendati bisa dikendalikan dengan obat, sebenarnya penderita asam urat wajib melakukan diet
ketat terhadap makanan pencetus purin. Ada beberapa cara agar Anda dapat terhindar dari risiko
terkenagout dan mengalami lonjakan kadar asam urat. Berikut beberapa di antaranya:
1. Menerapkan pola makan sehat seimbang dengan memilih karbohidrat kompleks (buah,
sayuran, beras merah), protein tanpa lemak (tahu), dan lemak esensial yang sehat.
2. Kenali makanan rendah purin. Pisang, seleda, peterseli, kol merah, kubis, paprika mesh,
dan buah asam termasuk makanan yang baik untuk pasien gout. Sayuran seperti bayam,
asparagus, jamur, kacang polong, dan kembang kol mengandung purin dalam kadar sedang
sehingga tidak terlalu memengaruhi kadar asam urat dalam darah.
3. Konsumsi makanan yang memiliki zat penurun asam urat dan mengurangi peradangan,
seperti buah beri (bluberi, stroberi), tahu, dan minyak zaitun. Bawang putih sering disebut herbal
ajaib karena dapat membantu menangani berbagai penyakit dan bermanfaat dalam banyak fungsi
tubuh. Mengonsumsi 3-5 siung bawang putih sehari dapat membantu mengatasi gout dan
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Sementara peterseli juga bersifat diuretik (peluruh
kencing) sehingga dapat membantu menggelontor asam urat dari tubuh. Sayuran ini bisa
dikonsumsi segar atau diseduh seperti teh.
4. Minum teh dan kopi. Menurut penelitian dari Boston University dan Harvard Medical
School, minum 2-4 cangkir teh dapat menurunkan risiko gout pada perempuan sekitar 22 persen.
Sementara minum empat cangkir kopi per hari, menurut penelitian serupa, seperti dilaporkan
dalam American Journal of Clinical Nutrition edisi Agustus 2010, dapat memangkas risiko
terbentuknya asam urat sebanyak 50 persen lebih.
5. Manfaatkan herbal alami. Sambiloto (Andrographis paniculata nees) bersifat diuretik dan
antiinflamasi (anti-peradangan) sehingga dapat membantu mengatasi radang sendi pada gout.
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) mengandung zat germakron yang bersifat antiinflamasi
juga. Lada hitam (Pipernigrum) dapat meningkatkan urinasi dan bersifat antiinflamasi. Daun
tempuyung (Sonchus arvensis) memiliki senyawa flavonoid yang bersifat antioksidan yang
dapat menghambat kerja enzim kesatin oksidase dan reaksi superoksida sehingga pembentukan
asam urat bisa dihambat atau dikurangi.
6. Banyak minum air putih. Minum delapan gelas sehari atau ditambah jus buah segar (tomat,
jeruk, nanas, dan lain-lain).

7. Olahraga teratur. Berlatihah 4-5 kali seminggu selama 30-45 menit setiap latihan. Bisa
memilih latihan yang gampang, seperti jalan kaki atau joging.
8. Kurangi berat badan jika berlebihan.
9. Hindari makanan tinggi purin, seperti ikan teri jengki, sarden, ikan hering, ragi jeroan
(ginjal, hati, paru, babat, iso), kacang goreng, ekstrak daging, dan lain-lain, juga bir dan
minuman beralkohol

Referensi :

http://dr.agussetiawan.com/tips-menghindari-penyakit-asam-urat.html
http://reumatologi.wordpress.com/
http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/penyakit-asam-urat-gout

Nama: M. Zetvandi
M. Indra Jodi
8. Jelaskan komplikasi yang terjadi pada skenario!
Komplikasi adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami dua penyakit atau lebih secara
bersamaan yang kebanyakan penyakit yang kedua atau seterusnya muncul sebagai tambahan atau
lanjutan penyakit yang terdahulu.
Tapi apa yang Anda mungkin tidak tahu adalah bahwa komplikasi (nyeri sendi) Rheumatoid
Arthritis dapat terjadi di banyak bagian tubuh . Proses autoimun yang membuat kekacauan pada
sendi juga dapat mempengaruhi mata , paru-paru , kulit , jantung dan pembuluh darah , dan
organ lainnya . Obat-obat yang Anda ambil untuk Rheumatoid Arthritis dapat memiliki efek
samping yang tidak diinginkan juga, ada beberapa komplikasi yand disebabkan oleh nyeri sendi:
Pada kulit
Peradangan Rheumatoid Arthritis terkait pembuluh darah , atau vaskulitis , dapat menyebabkan
perubahan pada kulit dan jaringan di sekitarnya yang dapat muncul sebagai bisul.
Jantung
Dapat menyebabkan penebalan dan pengetatan dari membran , yang dapat mengganggu
kemampuan jantung untuk bekerja dengan baik . Lesi mirip dengan nodul rheumatoid juga dapat
mengembangkan pada jantung dan mempengaruhi fungsi jantung . Peradangan pada otot jantung
itu sendiri ( miokarditis ) merupakan komplikasi yang jarang .
Sel darah
Mungkin, tapi jarang komplikasi lain dari Rheumatoid Arthritis adalah sindrom Felty , suatu
kondisi di mana limpa membesar dan jumlah sel darah putih rendah pada orang dengan
rheumatoid arthritis . Memiliki sindrom Felty dapat meningkatkan risiko limfoma , kanker
kelenjar getah bening .
Emosional
Satu penelitian baru menunjukkan bahwa hampir 11 % dari orang dengan nyeri pada sendi
memiliki cukup parah gejala depresi parah . Mereka yang dinilai sebagai lebih terbatas dalam
kegiatan normal mereka secara signifikan lebih mungkin untuk mengalami depresi . Penelitian

ini juga menunjukkan bahwa hanya satu dari lima pasien yang menunjukkan gejala depresi
mendiskusikannya dengan dokter arthritis mereka .

Mata
penderita Rheumatoid Arthritis rentan mengalami kondisi yang disebut 'kornea meleleh'.
Radang sendi tersebut menyebabkan sistem imun si pasien menyerang matanya sendiri, terutama
di korneanya, lalu merobek jaringan itu dan menyebabkan iris yang terletak di belakang kornea
menjadi seperti terkelupas.
Dikatakan bahwa 'kornea meleleh' biasanya terjadi pada pasien yang telah lama mengidap radang
sendi. "Pasien selalu merasa ada sesuatu di dalam matanya, di samping gejala lain seperti mata
berair atau gangguan penglihatan. Tapi mereka jarang mengeluh kesakitan,"

http://www.webmd.com/rheumatoid-arthritis/guide/rheumatoid-arthritis-complications?
page=3
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/rheumatoidarthritis/basics/complications/con-20014868
Patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai