Anda di halaman 1dari 23

Manajemen Nyeri Pasca Operasi

Rahmat Jaya, Andi Hasnah

A. Pendahuluan
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Menurut International

Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak

menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.


!ebih dari "# $ pasien yang menjalani prosedur operasi mengalami pengalaman nyeri

akut pas%a operasi dan sekitar &' $ dari itu dilaporkan tingkat keparahannya sebagai moderat,

beratparah, atau ekstrim. ukti menunjukkan bah*a kurang dari setengah dari pasien yang

menjalani operasi melaporkan nyeri yang edekuat pas%a operasi. Pengontro lan n yeri yang

tidak adekuat mem beri efek negati +e terhadap kualit as hidup, fungsi, dan pemulihan se%ara

fungsional, risiko komplikasi pas%a pembedahan, dan risiko nyeri persisten pas%a operasi.

-ontrol nyeri pas%a operasi masih menjadi suatu hal terpenting dan masalah yang masih

ditekankan karena alasan berikut ini/

. !ebih dari seratus juta penduduk dunia yang me njalani operasi per tahun mengalami

nyeri paska operasi dengan berbagai intensitas


. Pada banyak pasien, nyeri diterapi dengan tidak adekuat mengakibatkan mereka

mengalami penderitaan yang tak seharusnya dan banyak berkembang komplikasi yang

tidak dibutuhkan sebagai konsekuensi dari nyeri


/. Modalitas analgesik bila dipakai se%ara tepat dapat men%egah atau sekurangnya

meminimalisir derita yang tidak berguna dan timbulnya komplikasi

!okasi operasi memiliki efek yang amat besar pada derajat nyeri paska operasi yang

mungkin diderita pasien. 0perasi pada thora1 dan abdomen atas lebih menyakitka n daripada

1
operasi abdomen ba*ah, dimana sebaliknya, adalah lebih nyeri daripada operasi perifer pada

tungkai./

Nyeri paska operasi akut yang tidak sembuh memiliki efek terhadap kehidupan sehari2hari

pasien paska operasi seperti susah tidur, penurunan nafsu makan, keadaan emosi yang tidak

stabil dan kesulitan untuk berkonsentrasi. /

3ujuan dari manajemen nyeri pas%aoperasi adalah untuk memperbaiki kualitas

hidup pasien, memfasilitasi penyembuhan segera dan kembali ke fungsi tubuh yang sempurna,

mengurangi morbiditas dan memungkinkan untuk keluar dari rumah sakit sesegera mungkin. 4

Manfaat manajemen nyeri paska operasi yang efektif meliputi kenyamanan pasien dan

oleh karenanya juga kepuasan pasien, mobilisasi lebih a*al, komplikasi jantung dan paru

yang lebih sedikit, mengurangi resiko trombosi s +ena dalam, penyembuhan yang lebih %epat
dengan kurangnya kemungkinan berkembang ke arah nyeri neuropatik dan pengurangan biaya

pera*atan.'
B. Fisiologi Ny eri

5eseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. 0rgan

tubuh yang berperan sebaga i reseptor nyeri adala h ujung syaraf bebas dalam kulit yang

berespon hanya terhadap stimulus kuat yang se%ara potensial merusak. 5eseptor nyeri disebut

juga nosireceptor, se%ara anatomis reseptor nyeri ( nosireceptor) ada yang bermielien dan ada

juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. erdasarkan letaknya, nosireseptor dapat

dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam

(deep somatic), dan pada daerah +iseral, karena letaknya yang berbeda2beda inilah, nyeri yang

timbul juga memiliki sensasi yang berbeda. 6

2
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah

ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. -lasifikasi nosiseptor didasarkan pada

klasifikasi ujung serabut saraf terminal. Ada dua jenis serabut saraf

. 7iameter ke%il, saraf tidak bermielin yang menghantarkan impuls lambat (

msek8&. kmjam) , disebut serabut 9.


. 7iameter besar, saraf yang bermi elin yang meng hantarkan impul s saraf dengan

%epat (# msek 8 & kmjam), disebut serabut A delta.


Nosiseptor Serat 9 merespon berbagai stimulus panas, mekanis, dan kimia, dan serat A

delta merespon dua jenis stimulus yakni mekanis dan mekanis panas. Ini baik diketahui bah*a

sensasi nyeri itu dapat dibuat dalam dua kategori, yang mun%ulnya %epat, tajam (epikritik) dan

kedua nyeri lambat, tumpul, sangat lama (protopatik). Pola ini dapat dijelaskan dengan

perbedaan pada ke%epatan perambatan dari impuls saraf pada dua tipe serabut saraf yang
dijelaskan diatas. Impuls serabut saraf penghantar annya %epat A delta menghasilkan sensasi

yang tajam, nyeri %epat sementara nosiseptor serabut saraf 9 menghasilkan sensai yang

lambat, dan nyeri tumpul.


Akti+asi perifer dari nosiseptor (transduksi) dimodulasi oleh jumlah substansi kimia yang

diproduksi atau dihasilkan ketika terdapat kerusakan sel. Mediator2mediator ini

mempengaruhi derajat aktifitas saraf dan karena itu intensitas nyeri, dapat disensasikan.

Stimulasi berulang biasanya menyebabkan sensasi dari serabut2serabut saraf perifer,


menyebabkan penurunan ambang rasa sakit dan nyeri spontan, mekanis me itu dapat dialami

sebagai hipersensitifitas kutaneus seperti area kulit dengan terbakar sinar matahari.
Struktur reseptor nyeri somatik ( deep somatic) dalam meliputi reseptor nyeri yang

terdapat pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. -arena

struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit

dilokalisasi.&

3
5eseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor +iseral, reseptor ini meliputi organ2organ

+iseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini

biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan,

iskemia dan inflamasi. &

Seperti halnya berbagai stimulus yang disadari lainnya, persepsi nyeri dihantarkan oleh

neuron khusus yang bertindak sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar

menuju sistem saraf pusat. Sensasi tersebut sering didekripsikan sebagai protopatik (noxious)

dan epikritik (non-noxious). Sensasi epiritik (sentuhan ringan, tekanan, propriosepsi, dan

perbedaan temperatur) ditandai dengan reseptor ambang rendah yang se%ara umum

dihantarkan oleh serabut saraf besar bermielin. Sebaliknya, sensasi protopatik (nyeri) ditandai

dengan reseptor ambang tinggi yang dihantarkan oleh serabut saraf bermielin yang lebih ke%il
(A delta) serta serabut saraf tak bermielin (serabut 9).,&

Stimulus ini melalui empat proses tersendiri yaitu,&

. 3ransduksi

Proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan akti+itas listrik di

reseptor nyeri. 3erjadi karena pelepasan mediator kimia seperti prostaglandin dari sel

rusak, bradikinin dari plasma, histamin dari sel mast, serotonin dari trombosit dan substansi

P dari ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia

(substansi nyeri).

. 3ransmisi

Proses penerusan impuls nyeri dari tempat transduksi melalui nosiseptor saraf perifer.

Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan serabut 9 sebagai neuron

pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls tersebut mengalami modulasi

4
sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus sphinotalamikus sebagai neuron kedua. 7ari

thalamus selanjutnya impuls disalurkan ke daerah somato sensoris di korteks serebri

melalui neuron ketiga, dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai

persepsi nyeri.

/. Modulasi

Melibatkan akti+itas saraf melalui jalur2jalur saraf desenden dari otak yang dapat

mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medu la spinalis. Modulasi ini juga melibatkan

faktor2faktor kimia*i yang menimbulkan atau meningkatkan aktifitas di reseptor nyeri.

4. Persepsi

:asil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari proses

transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan
yang subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri.

;ambar . Proses terjadinya stimulus rangsangan nyeri .(dikutip dari kepustakaan 7)

5espon fisiologis terhadap nyeri

1. Stimulasi Simpatik(nyeri ringan, moderat, dan superfi%ial)


a. 7ilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
b. Peningkatan heart rate
%. <asokonstriksi perifer, peningkatan P
d. Peningkatan nilai gula darah
e. 7iaphoresis

f. Peningkatan kekuatan otot


5
g. 7ilatasi pupil
h. Penurunan motilitas ;I
. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a. Mukapu%at
b. 0tot mengeras
%. Penurunan :5 dan P
d. Nafas %epat dan irreguler
e. Nausea dan +omitus
f. -elelahan dan keletihan

5espon tingkah laku terhadap nyeri

. Pernyataan +erbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)


. =kspresi *ajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
/. ;erakan tubuh (;elisah, Imobilisasi, -etegangan otot, peningkatan gerakan jari >

tangan).
4. -ontak dengan orang laininteraksi sosial (Menghindari per%akapan, Menghindari kontak

sosial, Penurunan rentang perhatian, ?okus pd akti+itas menghilangkan nyeri).


. !lasi"ikasi Nyeri
. Menurut onset dan stimulus penyebabnya, terbagi menjadi ",@

a. Nyeri akut

7isebabkan oleh kerusakan jaringan dan ini menghilang seiring dengan

penyembuhan jaringan. Nyeri akut hilang setelah beberapa jam hingga beberapa

hari (& hari). 9ontohnya adalah nyeri karena pembedahan.

b. Nyeri kronik

ila nyeri menetap selama berbulan2bulan atau bahkan bertahun2tahun, *alaupun


kerusakan jaringan telah sembuh.

. Menurut mekanisme terjadinya nyeri dapat di klasifikasikan menjadi nosiseptif dan nyeri

non nosiseptif.",@

a. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang ditimbulkan oleh rangsangan disebabkan

kerusakan jaringan dan reaksi inflamasi. 3ergantung lokasinya nyeri dapat

digolongkan nyeri somati% dan nyeri +isera.

6
b. Nyeri non nosiseptif (nyeri neuropatik) yaitu nyeri yang disebabkan kerusakan

jaringan saraf sentral maupun perifer. -erusakan saraf dapat disebabkan oleh

infeksi inflamasi, proses metaboli%(diabetes mellitus), trauma pembedahan maupun

infiltrasi atau tekanan tumor.

Nyeri pada kerusakan saraf sentral yaitu kerusakan pada tingkat %orda spinalis

atau thalamus misalnya differentiation pain atau %entral pain.

Nyeri pada kerusakan saraf perifer regional misalnya nyeri pada

polineuropati dan %ausalgia ( sympatheti% dystrophy pain)

/. Menurut berat ringannya nyeri dikategorikan sebagai nyeri ringan, sedang, berat.

3ingkatan ini ditetapkan berdasarkan beberapa parameter yang dijelaskan pada penilaian

skala nyeri.",@

#. Penilaian $k ala Nyeri

Ada empat skala yang digunakan untuk menentukan derajat intesitas nyeri.4,@

. =skpresi *ajah. Skala ini digunakan untuk pasien yang mengalami komunikasi. Misalnya

anak2anak, orang tua, pasien ji*a, pasien ganguan mental atau pasien yeng tidak dapat

berbi%ara dengan bahasa setempat.

. <erbal 5ating S%ale (<5S) . 7imana pasie n ditanya tentang derajat nyeri. aitu nyeri

ringan, sedang, hebat dan sangat hebat

/. Numeri%al 5ati ng S%ale (N5S) terdiri daripada angka #2' atau #2# dimana pasien

ditanya tentang intensitas nyerinya dalam bentuk angka.

4. <isual Analog S%ale (<AS). 3erdiri dari pada garis lurus sepan jang ## mm dimana

pasien membuat tanda silang pada garis yang mengambarkan itensitas nyerinya

7
%am&ar '. Pilihan Pengunaan $kala Penilaian nyeri (#ikutip dari kepustakaan )

Pada anak2anak usia diba*ah empat tahun untuk menilai nyerinya bisa menggunakan

beberapa indikator yang hasilnya diakumulasi. ila pasien tidur, tidak dibutuhkan penilaian lebih

lanjut. ila pasien bangun periksalah hal2hal berikut

ry Ncortying $core
9rying S%ore

Posture 5ela1ed S%ore
#
3ense S%ore

*+pression Relaxed orhappy S%ore#

7istressed S%ore
8
,esponse Responds when spokento S%ore#
No response S%ore
Note- otal skor 1! nyeri rin"an, #! nyeri sedan", $! nyeri %erat dan &! nyeri yan" mun"kin
palin" %uruk.
a&el ' - penilaian nyeri untuk anak di &a/ah tahun (#ikutip dari kepustakaan ')

*. Manajemen Nyeri Pasca Operasi

'. Manajemen Farmakologis 0

'orld ealt *r"anisation Anal"esic +adder diperkenalkan untuk meningkatkan

penanganan nyeri pada pasien dengan kanker. Namun, formula ini dapat juga dipakai untuk

menangani nyeri akut karena memiliki strategi yang logis untuk mengatasi nyeri. ?ormulasi ini

menunjukkan, pada nyeri akut, yang pertama kali diberikan adalah 0bat Anti2 Inflamasi non

steroid, Aspirin, atau Para%etamol yang merupakan obat2obatan yang bekerja di perifer. Apabila

dengan obat2obatan ini, nyeri tidak dapat teratasi, maka diberikan obat2obatan golongan opioid
lemah seperti kodein dan de1tropropo1yphene. Apabila regimen ini tidak juga dapat men%apai

kontrol nyeri yang efektif, maka digunakanla h obat2obatan golongan opioid kuat, misalnya

morfin.'

%am&ar 1. 23O Analgesic 4adder (#ikutip dari keustakaan ')


aru2baru ini dikembangkan 'orld ederation of Societies of Anaestesiolo"ists

('SA) Anal"esic +adder telah dikembangkan untuk mengobati nyeri akut. Pada a*alnya,

nyeri dapat dianggap sebagai keadaan yang berat sehingga perlu dikendalikan dengan analgesik

yang kuat. iasanya, nyeri pas%aoperasi akan berkur ang seiri ng berjalannya *aktu dan

kebutuhan akan obat yang diberikan melalui suntikan dapat dihentikan. Anak tangga kedua

9
adalah pemulihan penggunaan rute oral untuk memberikan analgesia. 0pioid kuat tidak lagi

diperlukan dan analgesia yang memadai dapat diperoleh dengan menggunakan kombinasi dari

obat2obat yang berkerja di perifer dan opioid lemah. !angkah terakhir adalah ketika rasa sakit

dapat dikontrol hanya dengan menggunakan obat2obatan yang bekerja di perifer.@,#

%am&ar 0. 2F$A Analgesic 4adder (#ikutip dari kepustakaan ')


Pilihan obat2obatan untuk manajemen nyeri seperti pada tabel diba*ah ini.
Pilihan farmakologi pada manajemen nyeri
Analgetik non opioid Para%etamol, NSAI7, termasuk penghambat 90B2, ;abapentin,
Pregabalin.
0 pioid lemah 9odein, 3ramadol, Para%etamol dikombinasi dengan 9odein atau
tramadol
0pioid kuat Morfin, 7iamorfin, Petidin, Pintramide, 01y%odon
Adju+ant -etamin,9lonidine
a&el 1 - Pilihan O&at5O&atan untuk Manajemen Nyeri (#ikutip dari kepustakaan )
Pilihan pengobatan dalam hubungannya dengan besarnya ekspektasi nyeri pas%a operasi dengan

ma%am2ma%am operasinya seperti pada tabel berikut ini.

Intensitas nyeri yang ringan Intensitas nyeri sedang Intensitas nyeri yang berat
9ontoh 9ontoh
9ontoh :ip repla%ement 3orakotomy
:ernia inguinal :isteroktomy 0perasi abdominal bagian atas
<arises 0perasi rahang 0perai aorta
laparoskopy -nee repla%ement

(i) Para%etamol dan


infiltrasi luka dengan
anestesi lokal
(ii) NSAI7 (ke%uali kalau
kontraindikasi) dan
(iii) Anestesi lo%al epidural
atau saraf perifer
utama atau blok ple1us
atau injeksi opioid
(i) Para%etamol dan infiltrasi luka dengan anestesi lokal
(ii) NSAI7 (ke%uali kalau kontraindikasi) dan
(iii) lok saraf perifer (pemberian langsung atau melalui

infuse)
10
(i) Para%etamol dan infiltrasi luka dengan anestesi lo%al
(ii) NSAI7 (ke%uali kalau kontraindikasi) dan
(iii) Anestesi blok regional
7itambahkan opioid lemah atau analgesia penyelamatan dengan pemberian bertahap
opioid kuat melalui intra+ena jika diperlukan.
a&el 6. Pilihan pengo&atan dalam hu&ungannya dengan &esarnya ekspektasi nyeri pasca
operasi dengan macam5macam operasinya. (#ikutip darikepustakaan )

Analgesik Non-Opioid

0bat2obatan analgesik non2opioid yang paling umum digunakan diseluruh dunia adalah

aspirin, para%etamol, dan 0AINS, yang merupakan obat2obatan utama untuk nyeri ringan sampai

sedang.@,#

Aspirin adalah analgesik yang efektif dan tersedia se%ara luas di seluruh dunia. 0bat ini

dikonsumsi per oral dan bekerja %epat karena segera dimetabolisme menjadi asam salisilat yang

memiliki sifat analgesik dan, mungkin, anti2inflamasi. 7alam dosis terapeutik, asam salisilat

memiliki *aktu paruh hingga 4 jam. =ksresinya tergantung oleh dosis, sehingga dosis tinggi

akan mengakibatk an obat diekskresi lebih lambat. 7urasi kerja aspirin dapat berkurang apabila

diberika bersama2sama dengan antasida. 7osis berkisar dari minimal '##mg, per oral, setiap 4

jam hingga maksimum 4 g, per oral per hari. Aspirin memiliki efek samping yang %ukup

besar pada saluran pen%ernaan, menyebabkan mual, gangguan dan perdarahan gastrointestinal

akibat efek antiplateletnya yang irre+ersibel. -arena alasan ini, penggunaan aspirin untuk pain

relief pas%aoperasi harus dihindari apabila masih tersedia obat2obatan alternatif lainnya.@,#

0bat Anti Inflamasi Non Steroid (0AINS) memiliki dua efek, analgesik dan

antiinflamasi. Mekanisme kerjanya didominasi oleh inhibisi sintesis prostaglandin oleh enCim

%y%lo2o1ygenase yang mengkatalisa kon+ersi asam arakidonat menjadi prostaglandin yang

merupakan mediator utama peradangan. Semua 0AINS bekerja dengan %ara yang sama dan

karenanya tidak ada gunanya memberi lebih dari satu 0AINS pada satu *aktu. 0AINS pada

11
umumnya, lebih berguna bagi rasa sakit yang timbul dari permukaan kulit, mukosa bu%%al, dan

permukaan sendi tulang.@,#

Pilihan 0AINS harus dibuat berdasarkan ketersediaan, biaya dan lamanya tindakan. Dika

rasa sakit tampaknya akan terus2menerus selama jangka *aktu yang panjang maka dipilih obat

dengan *aktu paruh yang panjang dan efek klinis yang lama. Namun, obat2obatan kelompok ini

memiliki insiden tinggi untuk efek samping penggunaan jangka panjang dan harus digunakan

dengan hati2hati. Semua 0AINS mempunyai akti+itas antiplatel et sehingga mengakibatkan

pemanjangan *aktu perdarahan. 0bat2obatan ini juga menghambat sintesis prostaglandin dalam

mukosa lambung dan dengan demikian menghasilkan pendarahan lambung sebagai efek

samping. @,#

-ontraindikasi relatif untuk penggunaan 0AINS antara lain adalah setiap ri*ayat ulkus
peptikum, perdarahan gastrointestinalE operasi yang berhubungan dengan kehilangan darah yang

banyak, asma, gangguan ginjal sedang hingga berat , dehidrasi dan setiap ri*ayat hipersensitif

untuk 0AINS atau aspirin. Ibuprofen merupakan obat pilihan jika rute oral tersedia. 0bat ini

se%ara klinis efektif, murah dan memiliki profil efek samping yang lebih rendah dibandingkan

dengan 0AINS dan asam mefenamat. Apabila rute oral tidak tersedia obat dapat diberikan

dengan rute lain seperti supositoria, injeksi atau topikal. Aspirin dan sebagian besar 0AINS

tersedia sebagai supositoria dan diserap dengan baik. @,#

#rugname Formsaaila&le #ailydose 3al" li"e (h)


range
Ibuprofen 3ablet,syrup 6##2##mg 2
7i%lofena% 3ablet, suppository, inje%tion, %ream &'2 '#mg 2
Napro1en 3ablet, suspension, suppository '##2 ###mg 4
Piro1i%am 9apsule, suppository, %ream, inje%tion #2 /#mg /'F
-etorola% 3ablet,inje%tion #2/#mg 4
Indometha%i 9apsule, suspension, suppository '#2 ##mg 4
n

12
Mefenami% 3ablet,%apsule '##mg 4
a%id

a&el - N$A8#s(#ikutip dari kepustakaan ')

Opioid Lemah

odeine

Merupakan opioid lemah yang berasal dari opium alkaloid (seperti morfin). 9odeine

kurang aktif daripada morfin, memi liki efek yang dapat diprediksi bila diberikan se%ara oral dan

efektif terhadap rasa sakit ringan hingg a sedang. 9odeine dapat dikombinasikan dengan

parasetamol tetapi harus berhati2hati untuk tidak melampaui maksimum dosis yang

dianjurkan bila menggunakan kombinasi parasetamol tablet. 7osis berkisar antara ' mg 2 6#mg
setiap 4 jam dengan maksimum /## mg setiap hari. 7e1tropropo1yphene se%ara struktural

berkaitan dengan metadon tetapi memiliki sifat analgesik yang relatif miskin. :al ini sering

dipasarkan dalam kombinasi dengan parasetamol dan ke*aspadaan yang sama seperti 9odeine

harus dia*asi. 7osis berkisar dari /.'mg (dalam kombinasi dengan parasetamol) sampai 6#mg

setiap 4 jam dengan maksim um /##mg setiap hari . -ombinasi opioid lemah dan obat2obatan

yang bekerja di perifer sangat berguna dalam prosedur pembedahan ke%il di mana rasa saki t

yang berlebihan tidak diantisipasi sebelumnya atau untuk ra*at jalan digunakan

Parasetamol '## mg %odeine " mg tablet, tablet setiap 4 jam sampai maksimum "

tablet perhari. Apabila analgesia tidak men%ukupi 2 Parasetamol g se%ara oral dengan -odein /#

sampai 6#mg setiap 426 per jam sampai maksimum 4 dosis dapat digunakan @,#

13
ramadol

3ramadol (tramal) adalah analgesik sentral dengan afinitas rendah pada reseptor mu dan

kelemahan analgesiknya #2# $ dari morfin. 3ramal dapat diberikan se%ara oral dan

dapat diulang setiap 426 jam dengan dosis maksimal 4## mg per hari. @,#

Opioid Kuat

Nyeri hebat yang berasal dari organ dalam dan struktur +iseral membutuhkan opioid kuat

sebagai analgesianya. 5ute oral mungkin tersedia pada pasien yang telah sembuh dari

pembedahan mayor sehingga opioid kuat seperti morfin dapat digunakan karena morfin sangat

efektif per oral. ila pasien tidak dapat mengkonsumsi obat melalui rute oral %ara pemberian lain

harus dilakukan.@,#

#rugname ,outeo" #ose 4ength o"


deliery (mg) Action (h)
Morphine Intramus%ular #2' 24

sub%utaneous
Methadone Intramus%ular &.'2# 426
PethidineMeperidine Intramus%ular ##2'# 2
uprenorphine Sublingual #.2#.4 62"
(8ntraenous 5 hal" the 8M dose slo/ly oer 0 minutes)
a&el 0.Opioid kuat(#ikutip dari kepustakaan ')

Mor"in

Morfin paling larut dalamair dibandingkan golongan opioid lainnya dan kerja analgesinya

%ukup panjang (lon" actin"). Morfin memiliki dua sifat yang mempengaruhi sistem saraf

pusat (SSP) yaitu depresi (analgesi, sedasi, perubahan emosi dan hipo+entilasi al+eolar)

dan stimulasi (stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif refleks spinal,

kon+ulsi dan sekresi hormon anti diuretik A7:). Morfin juga menyebabkan hipotens i

14
ortostatik. -ontra indikasi pemakaian morfin pada kasus asma dan bronkitis kronis

karena efek bronko kontriksinya. =fek sampingnya juga menyebabkan pruritus,

konstipasi dan retensio urin. Morfin dapat diberikan se%ara sub kutan, intra muskular,

intra +ena, epidural dan intra tekal. 7osis anjuran untuk mengurangi nyeri sedang adalah

#,2#, mgkg se%ara sub kutan, intra muskular dan dapat diulang tiap 4 jam. Gntuk

nyeri hebat de*asa dapat diberikan 2 mg intra +ena dan diulang sesuai kebutuhan.

Gntuk megurangi nyeri de*asa paska bedah dan nyeri persalinan digunakan dosis 24 mg

epidural atau #,#'2#, mg intra tekal, dan ini dapat diulang antara 62 jam.@

Petidin

Petidin (meperidin, 7emerol) adalah Cat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan

morfin, tetapi memiliki efek klinik dan efek samping yang mendekati asma. Perbedaan

dengan morfin adalah sebagai berikut

Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang lebih larut

dalam air.

Metabolisme oleh hepar lebih %epat dan menghasilkan normeperidin, asam

meperidinat dan asam normeperidinat.

Petidin bersifat seperti atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan

pandangan, dan takikardi.

Seperti morfin, dapat menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter 0ddi

lebih ringan.

Petidin %ukup efektif untuk menghilangkan gemetar pas%a bedah yang tidak ada

hubungan dengan hipotermi dengan dosis #2' mg i+ pada de*asa. Sedangkan

morfin tidak.

15
!ama kerja petidin lebih pendek daripada morfin.@

Fentanil

?entanil adalah Cat sintetik seperti petidin dengan kekuatan ## kali morfin, lebih larut

dalam lemak dan menembus sa*ar jaringan dengan mudah. =fek depresi nafas lebih lama

dibandingkan dengan efek analgesiknya. 7osis 2/ Hgkg analgesiknya berlangsung

kira2kira /# menit, karena itu hanya digunakan untuk anestesi pembedahan dan tidak

untuk pas%a bedah.@

Anestesi Lokal

5espirasi dan kardio+askuler pasien terkait dengan berkurangnya perdarahan dan nyeri yang

teratasi dengan baik. Ada beberapa teknik anestesi lokal sederhana yang dapat dilanjutkan ke

periode pas%a2operasi untuk memberikan pain relief yang efektif.@,#

Infiltrasi luka dengan obat anestesi lokal berdurasi panjang seperti upi+a%aine dapat

memberikan analgesia yang efektif selama beberapa jam. Apabila nyeri berlanjut, dapat

diberikan suntikan ulang atau dengan menggunakan infus. lokade pleksus atau saraf perifer

akan memberikan analgesia selektif di bagian2bagian tubuh yang terkait oleh pleksus atau saraf

tersebut.@, #

Agent 9 solution #uratio Ma+. single 9 omments


"or n dose mg:kg. solution
analgesic (hours) (otal mg in "or
&locks adults; see in"usion
footnote)
4ignocaine
Infiltration #.'2 2 & 2 5apidonset.
=pidural 2 2 ('##) #./2#.& 7ense motor blo%k.
Ple1us or #.&'2.' 2/ #.'2.#
ner+e
Mepiacaine

16
Infiltration #.'2 .'2/ & 2 5apidonset.
=pidural 2 .'2/ ('##) #./2#.& 7ense motor blo%k.
Ple1us or #.&'2.' 24 #.'2.# !onger a%tion than
ner+e ligno%aine.
Prilocaine
Infiltration #.'2 2 ".' 2 5apidonset.
=pidural 2/ 2/ (6##) #.'2 7ense motor blo%k.
Ple1us or .'2 .'2/ #.&'2.' !east to1i% amide agent.
ner+e Methaema2 globinaemia
6##mg
Bupiacaine
Infiltration #.'2#.' .'26 /.' 2 A+oid#.&'$in
=pidural #.'2#.&' .'2' (') #.#6'2 obstetri%s. Mainly
#.' sensory blo%k at lo*
Ple1us or #.'2#.' "24F #.'2#.' %on%en2 trations.
ner+e 9ardioto1i% after rapid
I< inje%tion.
hloroprocaine
Infiltration #.'2 4 2 !o*estsystemi%
to1i%ity of all agents.
Motor sensory defi%its
may follo* intrathe%al
inje%tion.
a&le <- Anastesi lokal yang digunakan untuk nyeri akut(#ikutip dari kepustakaan ')

1. Manajemen Non Farmakologis

erikut ini merupakan tabel yang menyajikan terapi non farmakologis yang sering dipakai.

9ontoh metode non farmakologi pada penanganan nyeri


7ingin Air es digunakan pada operasi ortepedi setelah operasi
kaki. Air es dapat digunakan di rumah sakit maupun
dirumah. Ada system komersial yang mudah digunakan.
Penggunaan air es dalam jenis lain dari operasi perlu
adanya in+estigasi lebih lanjut.
Akupuntur 3idak ada efek yang didokumentasikan pada akupuntur
dalam manajemen nyeri pas%a operasi. 7imana,
mungkin ada efek dalam mengurnagi mual dan muntah.

3erapi relaksasi dan gangguan, seprti Ini mungkin memiliki efek positif pada kasus
17
musi%, %itraimajinasi, atau hypnosis perorangan. Ada 97 musik yang tersedia untuk
relaksasi.

a&el 7. Metode Non Farmakologi(#ikutip dari kepustakaan 0)

3indakan non farmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan

penanganan berdasarkan. ,

a. Penanganan "isik:stimulasi "isikmeliputi

) Stimulasi kulit

Pijatan pada kulit memberikan efek penurunan ke%emasan dan ketegangan otot.

5angsangan pijatan otot ini diper%aya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga

mampu mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri

) Stimulasi electric (3=NS)

9ara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah %ara ini bisa

melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. isa dilakukan dengan pijat,

mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (3=NS

transcutaneus electrical nere stimulation ). 3=NS merupakan stimulasi pada kulit dengan
menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda luar.

/) Akupuntur

Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunakan untuk mengobati

nyeri. Darum J jarum ke%il yang dimasukkan pada kulit, bertujuan menyentuh titik2titik

tertentu, tergantung pada lokasi nyeri, yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.

18
4) Plasebo

Plasebo dalam bahasa latin berarti menyenangkan merupakan Cat tanpa kegiatan

farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien sebagai KobatL seperti kaplet, kapsul,

%airan injeksi dan sebagainya.

&. 8nterensi perilaku kogniti"meliputi

)5elaksasi

3eknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa

keuntungan, antara lain

. 5elaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress

. Menurunkan nyeri otot

/. Menolong indi+idu untuk melupakan nyeri

4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur

'. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain

6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

eberapa teknik relaksasi menurut Ste*art sebagai berikut

. -lien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru

19
. Se%ara perlahan2lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasa kan

betapa nyaman hal tersebut

/. -lien bernafas dengan irama normal dalam beberapa *aktu

4. -lien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan se%ara perlahan2lahan, pada saat ini

biarkan telapak kaki relaks. Pera*at minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan

fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.

'. Glangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok

otot2otot lain

6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas se%ara perlahan. ila nyeri menjadi
hebat klien dapat bernafas se%ara dangkal dan %epat.

) Gmpan balik biologis

3erapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan indi+idu informasi tentang respon

nyeri fisiologis dan %ara untuk melatih kontrol +olunter terhadap respon tersebut. 3erapi ini
efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan %ara memasang elektroda pada

pelipis.

/) :ipnotis

Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.

20
4) 7istraksi

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang.

7istraksi +isual (melihat 3< atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik),

distraksi sentuhan (massase, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puCCle,


main %atur), nafas lambat, berirama.

') uided Ima"ination (Imajinasi terbimbing)

Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal2hal yang menyenangkan, tindakan ini

memerlukan suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari pasien. Apabila pasien

mengalami kegelisahan, tindakan harus dihentikan. 3indakan ini dilakukan pada saat pasien

merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.

F. !esimpulan

Adapun kesimpulan dari referat ini yaitu

Nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait

dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi


terjadinya kerusakan.

Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi menurut onset dan stimulus penyebabnya yakni akut,

kronik= dan menurut mekanisme terjadinya n yeri dapat diklasifikasikan menjadi nosiseptif

dan nyeri non nosiseptif

21
Ada beberapa skala yang digunak an untuk menilai nyeri pada pasien yaitu - 'on"-/aker

aces Pain 0atin" Scale, er%al 0atin" Scale, Numerical 0atin" Scale, dan isual

Analo"ue Scale.

Manajemen nyeri pada pasien dengan pas%a operasi terdiri atas terapi farmakologis dan non

farmakologis.

3erapi farmakologi yang dapat diberikan adalah obat analgesik yang dapat dibagi menjadi /

kelompok analgetik nonopioid, opioid dan adju+ant.

3erapi non farmakologis yang dapat diberikan yaitu penanganan fisik dan inter+ensi perilaku

kognitif.

22
#AFA, P>$A!A

. Patel, N. Physiologi of Pain. ##. %ited # No+ember #6. A+ailable from G5!
httpssbs.uonbi.a%.kenpatelfiles%hapterO/OphysiologyOofOpainO.pdf
. 9hou 5, et all. ;uid elines on the management of postoperati+e pain. #6. %ited #
No+ember #6 A+ailable from G5! http***.jpain.orgarti%leS'62'@##(')##@@'2
'abstra%t
/. SuCa 7=., ##&, Pain 2xperiences and Pain 3ana"ement of Postoperatie Patients,
Majalah -edokteran Nusantara <olume 4# No. Maret ##&. %ited # No+ember #6.
A+ailable from G5! http.***.httplibrary.usu.%o.id
4. Andres, Dose, ?is%her, D, I+ani, ;irgio, et.all. Postoperatie Pain 3ana"ement ood 4linical
Pratice. 0f =uropean So%iety of 5egional Anasthesia.##'. %ited # No+ember # 6
A+ailable from G5! http
httppolanest.*ebd.plpliki+ariabooksPostoperati+ePainManagement.pdf
'. 5amsay MA., ###, Acut Postoperatie Pain 3ana5ement, %ited # No+ember #6
A+ailable from G5! http.***.bum%.%om
6. ;uyton, A9. :all, D=. Sensai Somatik dalam uku Ajar ?isiologi -edokteran =d..
Dakarta =;9. ##&.
&. Anonim. %ited # No+ember #6. A+ailable from G5!
http***.s%ribd.%omdo%&6/&"4&@5eferat2Anestesi2Penanganan2Nyeris%ribd
". 9ole, =. Pain management 9lassifying, understanding, and treating pain . %ited #
No+ember #6. A+ailable from G5! http***.turner2
*hite.%ompdfhpOjun#Opain.pdf
@. Anonim. %ited # No+ember #6. A+ailable from G5!
https***.s%ribd.%omdo%ument&#/'/6/Manajemen2Nyeri2Pas%a20perasi
#. 9harlton =7. Postoperati+e Pain Management. Qorld ?ederation of So%ieties of
Anaesthesiologists. %ited # No+ember
#6http***.nda.o1.a%.uk*fsahtmlu#&u#&O##@.htm
. -haerinnisa, dkk. ?armakotera pi n yeri. ##. %ited & No+ember #6 A+ailable from
G5! https***.s%ribd.%omdo%"@&64'6?A5MA-03=5API2N=5I
. 7emir . Non Pharma%ologi%al therapies in pain management. %ited & No+ember #6
A+ailable from G5! http%dn.inte%hopen.%ompdfs2*m6'.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai