Nama Mahasiswa/NIM/Prodi
1. Maretta Rosabella Purnamasari/1302006010/PSPD
2. Ni Wayan Ari Anindita Sari/1302006011/PSPD
3. Ni Putu Ardhenariswari/1302006012/PSPD
4. Ni Nengah Yuni Ardani/1302006013/PSPD
5. I Kadek Adi Paramartha/1302006014/PSPD
6. Shalini S Jaya Raman/ 1302006287/PSPD
7. Shaantiieni Govindasamy/ 1302006288/PSPD
8. Kogeela Vani Veerasingam/ 1302006289/PSPD
9. Fitria Aprilina/ 1502116001/PSIK
10. Ni Made Praba Dharma Santhi/ 1502116002/PSIK
11. Ni Nyoman Tri Nur Permata Sari Suatra/ 1608612005/FARMASI
2. Secondary Survey
Kepala : Cephal hematome (-)
Mata : Brill Hematoma -/-, pupil bulat isokor +/+,
konjungtiva pucat -/-
Maxillofacial : Jejas (-), Oedem (-), maloklusi (-)
Leher : Nyeri tekan (-), jejas (-)
Thorax : simetris, jejas (-)
Cor : S1S2 regular murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki-/-, Wheezing -/-
Abdomen : Bising usus (+) Normal, Nyeri tekan (-)
Pelvis : Jejas (-), Pelvis stabil
Ekstremitas : Hangat
-
Fraktur yang stabil dan kembali ke posisi yang anatomis(Panjang serta
kesegarisan tulang
-
Pembetukan kallus/penyatuan tulang yang sesuai
-
fungsi perfusi yang baik ke distal ekstremitas untuk mencegah
munculnya sindroma kompartemen
2. Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 16 Oktober 2017 menunjukkan
nilai hemoglobin sebesar 9,65 g/dL. Nilai hemoglobin tersebut
menunjukkan bahwa pasien menderita anemia derajat ringan. Nilai cut off
point untuk menyatakan anemia yang umum dipakai ialah kriteria WHO
tahun 1968, yaitu hemoglobin <13 g/dl untuk laki-laki dewasa,
hemoglobin < 12 g/dl untuk perempuan dewasa tidak hamil, hemoglobin
<11 g/dl untuk perempuan hamil, hemoglobin <12 g/dl untuk anak umur
6-14 tahun, dan hemoglobin <11 g/dl untuk anak umur 6 bulan-6 tahun.
Derajat anemia sendiri bisa digolongkan menjadi 4 golongan yaitu anemia
ringan sekali (Hb 10 g/dL - cut off point), anemia ringan (Hb 8 g/dL Hb
9,9 g/dL), anemia sedang (Hb 6 g/dL Hb 7,9 g/dL), dan anemia berat
(Hb <6 g/dL).3
Pada pasein ini direncanakan untuk dilakukan operasi ORIF (Open
Reduction Internal Fixation) pada femur kanannya. Berdasarkan
konsensus NIH (The National Institutes of Health) Conference Report,
terdapat beberapa kriteria untuk memberikan transfusi pada kondisi
perioperatif, seperti berikut.4
- Nilai hemoglobin yang belum mencapai 10 g/dl
- Durasi anemia (kronik, akut)
- Volume intravaskular pasien
- Luasnya operasi yang akan dilakukan
- Kemungkinan massive blood loss
- Penyakit penyerta seperti gangguan fungsi paru, curah jantung yang
tidak mencukupi, iskemia miokard, penyakit serebrovaskular, dan
penyakit sirkulasi perifer.
Pada pasien nilai hemoglobin belum mencapai 10 g/dl sehingga untuk
operasi diperlukan transfusi hingga hemoglobin 10 g/dl. Sehingga pada
pasien ini perlu dilakukan transfusi menggunakan whole blood sebanyak 1
unit untuk menaikkan hemoglobin sebanyak 1g/dl.
Target dari koreksi anemia pada pasien ini harus sesuai dengan kriteria
yang disebutkan sebelumnya ditambah monitoring komplikasi akut dari
tranfusi seperti reaksi allergi,Hipokalsemia dan overload cairan.
3. Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual. Nyeri bersifat subjektif. Terdapat beberapa skala untuk mengukur
nyeri yaitu Visual Analogue Scale (VAS), Verbal Rating Scale (VRS),
Numerical Rating Scale (NRS). Visual Analogue Scale terdiri atas mistar
garis sepanjang kurang lebih 10 cm dengan tidak nyeri pada ujung kiri dan
nyeri paling berat diujung kanan. Pasien diminta untuk menandai garis
tersebut dititik yang menggambarkan intensitas nyeri yang dialaminya.
Verbal Rating Scale (VRS) memberikan pilihan lima skala deskripsi verbal
atau visual untuk menggambarkan nyeri yang dialami pasien. Numerical
Rating Scale (NRS) adalah alat pengukur level interval yang digunakan
secara verbal untuk menanyakan intensitas nyeri pasien dalam skala 0-5
atau 0-10. Pada kasus ini menggunakan skala pengukur nyeri NRS yaitu
dengan skala nyeri 4 dari 10. Tujuan penanganan nyeri yaitu membuat
pasien dalam kondisi senyaman mungkin, menurunkan intensitas nyeri
sampai level yang ditolerir oleh pasien. Penanganan nyeri harus dilakukan
secara multimodal yang dapat dimulai dengan pendekatan psikologi yang
kemudian dilanjutkan dengan pemberian obat-obatan. Pada pasien ini
yaitu pasien trauma biasanya sangat cemas dan gelisah sehingga sangat
penting untuk dilakukan pendekatan psikologi dengan cara membuat
pasien tetap tenang agar rasa nyeri yang dirasakan dapat berkurang. Obat-
obatan terdiri dari NSAIDs (COX-1 : acetosal, ketorolac; non selective
cox inhibitor : ibuprofen, ketoprofen; COX-2 : diclofenac, meloxicam,
nimesulide), paracetamol, opioid. Pada pasien dalam kasus ini
menggunakan terapi injeksi ketorolac yang merupakan analgesik dan
paracetamol tablet 3 x 500 mg. Setelah dilakukan intervensi terhadap nyeri
kemudian akan dievaluasi setiap 30 menit. Secara umum, diharapkan level
nyeri pada pasien berkurang. Pemberian analgetika sesuai derajat nyeri
pasien, analgetika dapat berupa NSAID, jika perlu opioid, kerja sama
dengan sejawat farmasi. Dengan harapan setelah pemberian analgetika,
target VAS pasien <1/10 cm dengan minimal efek samping dari pemberian
analgetika terutama opioid,serta monitoring gejala gejala efek samping
opioid seperti depresi respiratori dan gangguan motilitas usus.