Anda di halaman 1dari 17

Diagnosis

• Diagnosis tetanus ditegakkan secara klinis


• Tidak ada pemeriksaan laboratorium penunjang yang spesifik untuk
tetanus
• kultur C. tetani dari sumber luka bisa mendukung
• ‘tes spatula’ akan membantu untuk menegakkan diagnosis, yakni
dengan merangsang faring dengan spatula yang akan diikuti oleh
spasme otot masseter & pasien akan menggigit spatula dengan
kerasnya.
Grading
• Ablett score
• Phillips score
Ablett
DERAJAT MANIFESTASI KLINIS

Trismus ringan-sedang, spastisitas menyeluruh, tidak ada spasme, tidak ada


I Ringan
gangguan fungsi respirasi, tidak ada atau disfagia sangat ringan

Trismus sedang, rigiditas yang jelas, spasme ringan-sedang tidak lama,


II Sedang
hambatan respirasi sedang dengan peningkatan RR >30, disfagia ringan

Trismus berat, spastisitas dan spastisitas menyeluruh, reflek spasme

III Berat memanjang, peningkatan RR>40, tidak bisa bicara, disfagia berat, takikardi

>120

Sangat = Derajat 3 dengan gangguan otonom; hipertensi berat & takikardi yang
IV
Berat persisten
Phillips Score
Cont’d
Penatalaksanaan
• tiga prinsip utama yakni:
• eradikasi kuman untuk mencegah pengeluaran toksin lebih lanjut,
• menetralisasi toksin yang tidak terikat di dalam tubuh
• perawatan penunjang (suportif) untuk meminimalisasi efek toksin
yang sudah ada pada CNS
Eradikasi sumber infeksi
• luka harus dibersihkan dan dilakukan debridement pada jaringan
nekrosis untuk mengurangi muatan bakteri dan mencegah pelepasan
toksin lebih lanjut
• Pemberian Antibiotika
• Metronidazole diberikan secara iv dengan dosis inisial 15 mg/kgBB dilanjutkan
dosis 30 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari
• penicillin procain 50.000-100.000 U/kgBB/hari selama 7-10 hari
Menetralisasi toksin bebas
• human tetanus immunoglobulin (HTIG) segera diinjeksikan
intramuskuler dengan dosis total 3.000- 10.000 unit, dibagi tiga dosis
yang sama dan diinjeksikan di tiga tempat berbeda
• Bila tidak tersedia maka digunakan ATS dengan dosis 100.000-
200.000 unit diberikan 50.000 unit intramuskular dan 50.000 unit
intravena pada hari pertama, kemudian 60.000 unit dan 40.000 unit
intramuskuler masing-masing pada hari kedua dan ketiga.
• Pemberian immunisasi aktif setelah sembuh
Penanganan Suportif
• Kriteria masuk ICU
1. Semua kasus tetanus derajat III dan IV (sedang dan berat)
terindikasi untuk dirawat diruangan intensif untuk pengawasan dan
deteksi dini terhadap komplikasi
2. pasien-pasien terinfeksi tetanus yang tergolong ringan tetapi
umumnya memiliki faktor resiko dengan prognosis yang buruk
3. Apabila terdapat keterbatasan tempat di ruang intensif, pasien
dengan gejala tetanus yang ringan tanpa faktor resiko prognosis
buruk dapat dirawat diluar ruang intensif, tetapi tetap diawasi oleh
tim yang sudah berpengalaman menangani pasien tetanus
sebelumnya
Penanganan Spasme Otot dan Rigiditas
• Diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa
menekan pusat kortikal. Dosis diazepam yang direkomendasikan
adalah 0,1-0,3 mg/kgBB/ kali dengan interval 2-4 jam sesuai gejala
klinis, dosis yang direkomendasikan untuk usia diturunkan bertahap
5-10 mg/hari dan dapat diberikan melalui pipa orogastrik. Dosis
maksimal adalah 40 mg/kgBB/hari.
Penanganan Badai Otonom
Release Kathekolamine  Hipertensi, takikardia dan Perspirasi
Non Farmakologis  pemberian cairan yang cukup
Farmakologis
• Pemberian sedasi
• Antihipertensi dan Anti arritmik  Propanolol alternative
menggunakan clonidine
Penanganan Gagal Napas
• Komplikasi respirasi berupa hipoksia dan kegagalan pernapasan
sangat sering terjadi pada pasien tetanus
• Penurunan kemampuan batuk menyebabkan atelektasis dan resiko
pneumonia meningkat
• Spasme otot yang berat  Indikasi Intubasi atau Trakeostomi
Penanganan Gangguan Gastrointestinal
Gangguan gastrointestinal dapat berupa perdarahan lambung.
Perdarahan lambung sering terjadi dan dapat di atasi dengan
pemberian antasida secara teratur pada semua pasien tetanus berat.
Ranitidin dapat pula diberikan dengan dosis 150 mg setiap 8 jam sekali
Penanganan Gangguan Renal dan Elektrolit
• Gangguan renal seringkali disebabkan oleh kondisi hipovolemia dan
kehilangan darah yang dapat di koreksi dengan infus intravena atau
transfusi darah.
• gangguan elektrolit yang dapat terjadi adalah hipokalemi yang
dikoreksi dengan pemberian KCl 20-80 mEq diberikan dalam infus
lambat dalam 24 jam.
• Hipernatremia dikoreksi dengan pemberian dekstrose 5%.
Hiponatremia dikoreksi dengan pemberian normal salin pada
pengeluaran cairan yang masif atau retriksi cairan dan menghindari
pemberian diuretik pada hiponatremia dilusional.
Pemberian Nutrisi
• Diet diberikan 3500-4500 kalori perhari, dengan perbandingan 100-
150 gram protein dalam bentuk semilikuid atau likuid diberikan
melalui tabung nasogaster
• Nutrisi parenteral total mengandung glukosa hipertonis dan insulin
dalam jumlah cukup untuk mengendalikan kadar gula darah, dapat
menekan katabolisme protein.
Keluar ICU
1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil
sehingga tidak memerlukan terapi atau pemantauan intensif lebih
lanjut, misalnya kejang atau sudah terkontrol, gagal napas teratasi
atau gangguan sistem lain membaik.
2. Secara perkiraan dan perhitungan bahwa terapi atau pemantauan
intensif tidak lagi memiliki manfaat dan memberikan hasil yang
berarti bagi pasien, misalnya sudah terjadi kematian batang otak
pada pasien.
3. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU
(keluar paksa)

Anda mungkin juga menyukai