Anda di halaman 1dari 61

OBJEKTIF KULIAH Filsafat Ilmu

1. Sebagai pengantar elementer (dasar).


2. Alur berpikir ilmiah.
(Diterapkan dalam masalah2 praktis:
penelitian; bukan filsafat untuk filsafat).
3. Peningkatan penalaran (logika/rasional).
4. Persoalan moral/etis (dalam kegiatan
keilmuan, mis. penelitian).
5. Penerapan prinsip2 ilmiah (dalam
penelitian).
Homo sapiens
(Manusia Sang Pemikir)

KARAKTERISTIK:
INGIN TAHU
(CURIOSITY)
“WHO AM I ?”
MASALAH SENTRAL
DALAM Filsafat Ilmu
Berkaitan dengan:
1. Asumsi, fondasi/dasar, metode dan
implikasi ilmu *.
(*ilmu pengetahuan/sain/science)
2. Penggunaan/aplikasi dan manfaat (merrit)
ilmu.
3. (Filsuf kontemporer/modern):
menggunakan hasil2 ilmu/sain modern
untuk mencapai kesimpulan tentang
filsafat.
FILSAFAT
FILSAFAT (PHILOSOPHY: Yun. philein
(to love: cinta/suka; sophia (wisdom: bijaksana)
“A critical study of the most fundamental
questions that humankind has been able to
ask.”
PERTANYAAN FILOSOFIS tentang ilmu:
1. ONTOLOGI?
2. EPISTEMOLOGI?
3. AKSIOLOGI?
1. ONTOLOGI
Mengkaji tentang OBJEK & LINGKUP ilmu.
2. EPISTEMOLOGI
Membahas secara mendalam segenap
proses yang terlibat dalam upaya/cara
manusia untuk MEMPEROLEH
PENGETAHUAN.
3. AKSIOLOGI
Membahas apa NILAI KEGUNAAN (VALUES)
ilmu bagi manusia.
PERTANYAAN2 FILOSOFIS
1. ONTOLOGI (SCOPE: objek & lingkup)
- Apa sifat2 benda2 yang ada di luar kita?
- Apakah ada benda2 di dunia alam kita ini
yang independen dari persepsi kita?
- Apakah persepsi kita tentang realitas cocok
dengan realitas sebenarnya “di luar
sana”(di luar otak/pikiran)?
- Jika demikian, bagaimana kita
mengetahuinya?
2. EPISTEMOLOGI (cara memperoleh
pengetahuan)
Mengkaji asal dan sifat pengetahuan;
possibility/kemungkinan; justification
(pertimbangan/pembenaran/dasar/
alasan)?
3. AKSIOLOGI (nilai kegunaan pengetahuan:
values)
Menyangkut masalah/aspek etis
penerapan/kegunaan/manfaat pengetahuan
bagi manusia dan kemanusiaan.
KARAKTERISTIK BERPIKIR
FILOSOFIS
1. KOMPREHENSIF (menyeluruh/mendalam):
 Melihat ilmu dari konstelasi/kaitan dengan
pengetahuan lainnya (filsafat dan agama)
 Mulai dari saya tidak tahu apa2 (bukan bertolak
dari saya tahu segalanya!)
2. FUNDAMENTAL (mendasar/radikal)
 Tidak percaya begitu saja (bahwa apa yang
dikatakan oleh ilmu itu benar)!
(- Pertanyaan sirkuler/melingkar!
- Sampai ke-akar2nya)
PERTANYAAN SIRKULER
Mulai dari satu titik, berakhir di
titik yang sama:
- Mengapa ilmu disebut “BENAR”?
- Apa kriteria “BENAR” dalam
ilmu?
- Apakah kriteria itu sendiri
“BENAR”?
- Produk pemikiran
PENGETAHUAN
- Obor (pelita) dan semen
peradaban

Penemuan
(invention)
Penerapan
(application)

ALAT/INSTRUMEN KUALITAS
TEKNOLOGI HIDUP

KESEJAHTERAAN
UMAT MANUSIA
PENGETAHUAN
(KNOWLEDGE/EPISTEME)
 KNOWLEDGE:
- a familiarity with someone or something,
which can include facts, information,
descriptions, or skills acquired through
experience or education.
- Ilm; al-alim (ilmuwan)/scientist
 In philosophy the study of knowledge:
EPISTEMOLOGY
 Knowledge acquisition involves complex
cognitive processes: perception,
communication, association and reasoning
DASAR MANUSIA
MEMPEROLEH PENGETAHUAN
BERDASARKAN
3 MASALAH AZASI/
MENDASAR

1. Apa yang ingin diketahui? (WHAT?)


(ONTOLOGI)
2. Bagaimana caranya memperoleh
pengetahuan? (EPISTEMOLOGI) (HOW?)
3. Apa nilai kegunaan pengetahuan tsb.?
(AKSIOLOGI) (VALUES)

BUAH PEMIKIRAN BESAR DALAM SEJARAH


PERADABAN/KEBUDAYAAN MANUSIA
MERUPAKAN JAWABAN ATAS KETIGA PERTANYAAN TSB.
MACAM
PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
PENGETAHUAN

1. FILSAFAT 2. AGAMA 3. ILMU*

Interrelasi antara F-A-I:


SALING MEMBUTUHKAN

Einstein: ”Ilmu tanpa agama adalah buta,


agama tanpa ilmu adalah lumpuh”
* ILMU: Ilmu Pengetahuan/Pengetahuan Ilmiah/Pengetahuan Keilmuan/Sain/Science
ILMU & KEBENARAN
ILMU ILMU (ILMU PENGETAHUAN): salah satu hasil
pemikiran manusia dalam menjawab 3 pertanyaan
mendasar
T
(What?,UJ How?, Values?)
U
A
Menemukan:
N
“KEBENARAN” - Konotasi beragam
- Ruang lingkup terbatas
- Harus didukung oleh fakta empiris atau teruji
secara empiris*
(* Dapat dihayati melalui pancaindera)
FILSAFAT & ILMU

I. FILSAFAT?
PHILOSOPHY: THE REFLECTIVE*
DISCUSSION OF FUNDAMENTAL
QUESTIONS ABOUT NATURE OF
REALITY (METAPHYSICS), KNOWLEDGE
(EPISTEMOLOGY) AND VALUES
(ETHICS)
 METODE FILSAFAT (cara berpikir
radikal dan komprehensif: berpikir untuk
mengupas sesuatu sedalam-dalamnya)

* renungan
mendalam
KARAKTERISTIK
BERPIKIR FILOSOFIS
 KOMPREHENSIF (menyeluruh):
- Melihat ilmu dalam kaitannya dengan
pengetahuan2 lain (filsafat dan agama).
- Mulai dari tidak tahu apa2
(bukan dari tahu segalanya).
 FUNDAMENTAL:

Mendasar/radikal/sampai
ke-akar2nya/tuntas.
 TUGAS FILSAFAT:
- Mempersoalkan/mempertanyakan
jawaban yang diberikan:
(bukan menjawab pertanyaan yang
diajukan!).
- Bersifat pragmatis: berkaitan dengan
konsep2 fundamental:
(seperti: eksistensi (exist, being, ada),
kebaikan, pengetahuan, keindahan).
II. ILMU (SCIENCE)?
(Latin. scientia: knowledge)
 A systematic enterprise* that builds and
organizes knowledge in the form of testable
explanations and predictions about the
universe.
 Observational, experimental and theoretical
investigation, including matter and energy
(physics), life (biology), and disease
(medicine).
(* kegiatan)
 ILMU: kumpulan pengetahuan
(a body of knowledge)
dengan ciri-ciri tertentu
(Mis. Biologi, Fisika dll).

Aristoteles:
Scientific knowledge is a body of
reliable knowledge that be logically
and rationally explained.
PHILOSOPHY OF SCIENCE
is concerned with the assumptions, foundations,
methods, implications of science, and with the use
and merrit of science

PRINCIPAL TASK OF PHIL. of SCI.:


To analyse the methods of inquiry used in the
various sciences:
- How science should be proceed.
- What methods of enquiry is should use.
- How much confidence should we place in those
methods.
- Whether there are limits to scientific methods.
PERTANYAAN SENTRAL
DALAM FILSAFAT ILMU
1. DEMARKASI
Membedakan SCIENCE dan
NONSCIENCE/PSEUDOSCIENCE.

Berdasarkan logika (logic) positivistis:


- Science: observasi
- Nonscience:
non-observasi nonscience
Popper
Gambaran sentral science:
science aims at FALSIFIABLE (claims that
science can be proven FALSE,
at least in priciples)
Contoh: Teori Penciptaan (Creationism)
Teori Evolusi
Menurut ilmuwan: creationism tidak memenuhi
kriteria science Tidak bisa diperlakukan sama
seperti science:
tidak bisa difalsifikasi: dinyatakan tidak benar
(disamping tidak bisa diverifikasi)
2. REALISME ILMIAH
& INSTRUMENTALISME
Pertanyaan sentral mengenai science:
(1). Apa tujuan science?
(2). Bagaimana menginterpretasi hasil2
science?
(- Scientific realists: Ilmu ditujukan untuk
memperoleh “truth”/”kebenaran”.
- Scientific antirealists/instrumentalists: Ilmu
tidak ditujukan untuk menemukan
“kebenaran”, tetapi berguna (“useful”).
3. SCIENTIFIC EXPLANATION
(Penjelasan Ilmiah)
Science selain bisa MEMPREDIKSI, juga bisa
MENJELASKAN (menggunakan statistika).

4. ANALISIS dan REDUKSIONISME


(1). Analisis: memecah observasi atau teori menjadi
konsep2 sederhana, agar bisa memahaminya.
(ANALISIS: penting, tidak hanya dalam science,
tetapi juga dunia rasional).
Mis. menggambarkan secara matematis gerakan
proyektil: Force of gravity, angle of projection,
dan initial velocity.
DASAR2 VALIDITAS
PENALARAN (REASONING) ILMIAH
I. KONSEP VERIFIKASI EMPIRIS

Ilmu menyandarkan pada “BUKTI” (EVIDENCE)


Untuk memvalidasi teori/model:
- prediksi dari teori/model harus sesuai dengan
observasi
- observasi harus bisa diulangi (repeatable)
- prediksi harus spesifik (bisa dideskripsikan)
yang bisa dipakai untuk falsifikasi teori/model
yang diajukan (yang menghasilkan prediksi
tsb.)
II. LOGIC
A. INDUKSI

Bagi ilmuwan tidak mungkin menguji setiap kejadian


untuk menghasilkan reaksi
Contoh: Hukum Newton III secara universal benar?
(Berarti: harus “dibuktikan” apakah kasus per kasus
atau semua kasus di seluruh dunia ini bisa
membuktikan “kebenarannya”?)
Salah satu solusi: mengandalkan pada INDUKSI
PENALARAN INDUKSI:
Jika suatu situasi berlaku untuk semua
kasus yang diamati, maka situasi itu berlaku
untuk semua kasus.
Dengan demikian, setelah selesai
melakukan sejumlah eksperimen yang
mendukung Hukum Newton III, seseorang
bisa menganggap (justification) bahwa
Hukum Newton III berlaku untuk semua
kasus.
INDUKSI banyak dipakai untuk
verifikasi empiris
B. DEDUKSI
DEDUKSI merupakan proses berpikir
logis yang biasa dipakai untuk verifikasi
empiris:
logika yang mulai dengan premis2
(bersifat umum) untuk mengambil
KESIMPULAN (khusus)
(hati2: premis/anggapan sering salah,
maka konklusi juga salah)
DEDUKSI:
PREMIS MAYOR - PREMIS MINOR - KONKLUSI
BERPIKIR ILMIAH
(SCIENTIFIC THINKING)
KELEBIHAN
- Faktor pengujian empiris
(Khasanah teoretis ilmu teruji secara
empiris).
- Terbuka (tidak misterius/rahasia, semua
pihak dapat mengetahuinya).
- Eksplisit (tersurat): melalui berbagai media
komunikasi ilmiah dapat dinilai secara luas
dan mendalam (penilaian/kontrol
masyarakat):
QUALITY CONTROL !
BERPIKIR ILMIAH
(SCIENTIFIC THINKING)
(LANJ.)

KELEMAHAN
Akibat EPISTEMOLOGI ILMU

BERTUMPU PADA
- Persepsi
- Ingatan/memori
- Penalaran (logic)

SUBJEKTIF
OBJEK
FILSAFAT ILMU

FI: Suatu bidang studi filsafat dengan OBJEK


MATERIIL berupa ilmu (ilmu pengetahuan/science)
dalam berbagai JENIS, BENTUK dan SIFAT-NYA
(Oleh karena itu OM ilmu disebut juga:
PLURALITAS IP)
(OM AGAMA: TUHAN)

OBJEK KAJIAN FI

OBJEK MATERIIL OBJEK FORMAL


(lihat: definisi FI)
 OBJEK MATERIIL FI: berupa ilmu (ilmu
pengetahuan/sain/science) dalam berbagai
jenis, bentuk, dan sifatnya

 OBJEK FORMAL FI:


CARA (sudut pandang/aspek): dari sudut
mana objek materiil dilihat, dipikirkan dan
ditinjau atau diselidiki.
Dari sudut pandang ini diperoleh gambaran
umum tentang RUANG LINGKUP (SCOPE),
kemudian dapat dipahami apa TUJUAN kajian.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan METODE
dan SISTEM yang sesuai
OBJEK FORMAL FI: HAKIKAT IP, terdiri atas
3 ASPEK
1. Aspek ABSTRAK
Segala sesuatu/hal yang berbeda (pluralitas ilmiah)
tersatukan dalam sifat UNIVERSAL: FILSAFAT !
2. Aspek POTENSI
Segala sesuatu yang bersifat ilmiah (pluralitas
ilmiah) berada dalam diri pribadinya sendiri
3. Aspek KONKRET
Segala sesuatu yang berada dalam perubahan
dan perkembangan
1, 2 dan 3: meskipun terpisah-pisah, tetapi cenderung
terikat dalam satu kesatuan FUNGSI:
implementasinya bertujuan untuk menjaga
KELANGSUNGAN KEHIDUPAN
 OBJEK FORMAL:
meskipun terdiri atas 3 aspek* (tampak terpisah-
pisah satu sama lain), namun sebenarnya cenderung
terikat dalam satu FUNGSI yang implementasinya
bertujuan untuk MEMPERTAHANKAN/MENJAGA
KELANGSUNGAN HIDUP
(SURVIVAL)

* 1. Aspek Abstrak
2. Aspek Potensi
3. Aspek Konkret
BIDANG2 FILSAFAT
 Menurut OBJEK FORMAL-nya, FILSAFAT
dibagi dalam bidang2 berikut ini:
I. Dilihat dari sudut hakikatnya (hakiki:sudut
paling abstrak dan universal mengenai
objek) lahirlah BIDANG STUDI FILSAFAT:
(1). METAFISIKA :
mempersoalkan apa yang ada BEYOND
(sesudah/dibalik) yang fisik ini
Disebut juga ONTOLOGI (filsafat tentang yang ada:
ada sesuatu apa BEYOND
(sesudah/dibalik) yang ada?
(- Dengan kata2 lain: mengenai keberadaan secara
abstrak dan universal, atau hakikat yang ada
sebagaimana adanya).

- Di dalam METAFISIKA dijelaskan: segala yang ada


ini berada dalam tiga dimensi:
a. Dimensi Abstrak (abstract being)
b. Dimensi Kemungkinan/POTENSIALITAS
(potentiality being)
c. Dimensi Perwujudan/KONKRIT (appearance being)/
concrete/konkrit
(2). Menurut CARA KEBERADAANNYA,
YANG ADA (BEING) bisa berada di dalam:
a. ANGAN2 (IMAGINATION)
b. KEMUNGKINAN
(POSSIBILITY/POTENTIALITY)
c. KENYATAAN (CONCRETE FACT)
Contoh:
- Ada manusia (a) (IMAJINASI)
- Ada si X, seorang mahasiswa (b):
KEMUNGKINAN mhs. Unsri atau mhs. UI).
- Ada si A mahasiswa Unsri (c): KONKRET
 Jika YANG ADA itu ADA, bagaimana
dengan YANG TIDAK ADA?
Pertanyaan: memang/benar2 TIDAK
ADA?
(1). TIDAK ADA SECARA MUTLAK
(yang tidak ada itu BENAR2 TIDAK ADA).
(2). TIDAK ADA bisa ADA SECARA RELATIF
(sesuatu itu ada di dalam ruang dan waktu
tertentu saja)
(Mis. Di sini tidak ada si X, berarti si X ada
di ruang dan waktu yang lain).
 II. ASPEK NILAI (VALUE)
Setiap sesuatu yang BAIK bagi dirinya sendiri
maupun orang lain pastilah mengandung NILAI
Melahirkan bidang studi filsafat AKSIOLOGI:
Suatu bidang studi filsafat yang secara
khusus mempersoalkan masalah NILAI
(PHILOSOPHY OF VALUE), terdiri atas 3
bidang studi:
1. Epistemologi
2. Etika
3. Estetika
1. EPISTEMOLOGI*
(Yun. episteme: pengetahuan)
 MASALAH POKOK dalam epistemologi:
1. SUMBER2 & METODE/CARA BAGAIMANA
PROSES MENGETAHUI
2. WATAK (SIFAT) PENGETAHUAN
(adanya dunia yang benar2 di luar pikiran kita,
dan bagaimana kita mengetahuinya)
3. KEBENARAN
(sejauh mana manusia dengan segala
keterbatasan potensinya mampu
mengetahuinya.)

2 dan 3: di luar jangkauan akal manusia


2. ETIKA (ETHICS)
(Lat. ethicus: kesusilaan/moral)
 A discipline dealing with what is good
and bad and with moral duty and obligations
(duty/obligation: tugas/kewajiban)
 Cabang filsafat nilai (aksiologi) yang pada
dasarnya membahas masalah BENAR
(TRUTH) dan nilai SALAH (FALSE) dan arti
SUSILA (MORAL) dan TIDAK SUSILA
(AMORAL)
(Objek Formalnya: bagaimana hidup secara
baik dan bagaimana berperilaku secara baik
dan benar)
3. ESTETIKA (ESTHETICS)
 ESTETIKA: mempersoalkan tentang
(1). Hakikat keindahan
(2). Teori2 seni
(Pendapat lain mengenai Estetika:
meliputi 3 teori (1. kajian mengenai yang
INDAH; 2. kajian mengenai PRINSIP2 SENI; 3.
kajian mengenai PENGALAMAN SENI
(yaitu: penciptaan, penilaian atau
perenungan terhadap seni)
RANGKUMAN
FILSAFAT secara pragmatis
mengkaji/mempertanyakan
konsep2 mendasar:
 EXISTENCE (eksistensi, being, ada)
 GOODNESS (baik/etis)
 KNOWLEDGE (pengetahuan)
 BEAUTY (keindahan/estetis)
2. REDUKSIONISME
Dalam science bisa timbul hal2 yang
berbeda.
Salah satu tipe rasionalisme: percaya bahwa
semua aktivitas ilmiah sesuai dengan
penjelasan ilmiah
Contoh: peristiwa sejarah bisa diterangkan
dalam artian: sosiologis dan psikologis,
yang selanjutnya bisa diterangkan
secara fisiologis, selanjutnya secara
biokimiawi dan fisika.
KEBERADAAN FI
(MENGAPA FI ITU ADA?)
FAKTOR-FAKTOR (DORONGAN):
1. INTERNAL IP
(Perkembangan pluralitas IP didasarkan atas sifat
internal kajian yang terdiri atas bagian2; setiap bagian
mengandung kebenaran lebih objektif, pasti dan
reliabel)
2. EKSTERNAL IP:
laju pertambahan penduduk tidak berimbang dengan
ketersediaan sumber daya alam Mendorong
diperlukannya pengetahuan khusus: benar, pasti,
bersifat praktis-teknis memiliki kemampuan
reproduktif mengolah sumber daya alam
bermanfaat bagi usaha mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari.
FAKTOR FAKTOR
INTERNAL EKSTERNAL

PERKEMBANGAN IP
&
SISTEM TEKNOLOGI
(KEMAMPUAN SPEKTAKULER!):
MEMPERSEMPIT
RUANG & WAKTU

KEMUDAHAN & KEBUTUHAN HIDUP


(sekarang & akan datang) TERPENUHI
(mengutamakan kebutuhan sekunder, mengabaikan kebutuhan
primer) TAMAK, SERAKAH, KEHILANGAN MORAL & IMAN,
EGOISTIS, EKSPLOITATIF (terhadap dirinya, sesama,
masyarakat, alam lingkungan, bahkan terhadap TUHAN-nya)

KEHADIRAN/KEBANGKITAN KEMBALI FILSAFAT (termasuk FI)


JENIS2 IP
(menurut Objek Materiil-nya:
PLURALITAS)
1. IP HUMANIORA (OM: manusia)
2. IP SOSIAL (OM: masyarakat)
3. IP ALAM (OM: benda2 & peristiwa2
alam)
4. IP AGAMA (OM: TUHAN, sebagai
CAUSA PRIMA)
1, 2, 3, 4 mempunyai hubungan
integral satu sama lain (tidak
terpisahkan)
FILSAFAT – ILMU dibedakan dengan jelas
berdasarkan METODE yang dipakai
 FILSAFAT: METODE yang dipakai menjawab
pertanyaan2 radikal/ fundamental yang
diajukan oleh para filsuf:
1. Tidak menggunakan observasi/
eksperimen
2. Bekerja ke arah solusi berdasarkan
proses2 logis dan penalaran (reasoning)
secara dialektik*
* Rangkaian responses & counter responses
FILSAFAT ILMU
(PHILOSOPHY OF SCIENCE)
Tidak hanya sebagai disiplin filsafat, tetapi juga
mempertanyakan tentang:
INDUKSI, METODE ILMIAH,
PERKEMBANGAN/KEMAJUAN ILMU

Contoh2 FILSAFAT ILMU:


F. Pendidikan, F. Sejarah, F. Bahasa, F. Matematika,
F. Jiwa/Mind/ Pikiran, F. Persepsi, F. Fisika,
F. Psikologi, F. Agama, F. Ilmu Sosial, F. Politik,
F. Teori Nilai (mengkaji konsep nilai)
 PHILOSOPHY OF SCIENCE
is concerned with the ASSUMPTIONS,
FOUNDATIONS, METHODS and IMPLICATIONS of
SCIENCE

FILSAFAT
ILMU
membatasi diri pada:
1. Persoalan2 sentral/mendasar mengenai IP
2. Persoalan2 penerapan IP
(mis. F.Biologi, F. Fisika dll.)
3. Penggunaan hasil2 kontemporer dalam IP
untuk menyerap
MORAL2 FILOSOFISNYA
 PHILOSOPHY OF SCIENCE
is the investigation of
important epistemological,
metaphysical, and ethical
issues that arise in the
practice and development
of science
PHILOSOPHY OF SCIENCE
(FILSAFAT ILMU)
FILSAFAT ILMU:
 Cabang filsafat yang membahas kajian
tentang ilmu (ilmu pengetahuan/sain/ science,
dalam artian ”natural sciences”)
 Berkaitan erat dengan EPISTEMOLOGI*:
mencari penjelasan hal2 seperti pernyataan
ilmiah (teori, hipotesis, hukum, dalil dll.),
bagaimana ilmu bisa memberi kita POWER
terhadap lingkungan, IMPLIKASI (efek praktis)
sain bagi masyarakat lebih luas, dan bagi ilmu
itu sendiri.
* CARA MENDAPATKAN ILMU
PENDEKATAN FILSAFAT ILMU

 A PRIORI SPECULATION*:
Platonism, phenomenology
 ANALYSIS:

logical or linguistic examination


 NATURALISM:

reflection on central aspects of reality,


knowledge, and values, in partnership
with science
A PRIORI & POSTERIORI
KNOWLEDGE
 A PRIORI KNOWLEDGE: knowledge that we can
have “prior to experience”
(-Tidak perlu mengobservasi bagaimana alam ini
mempunyai pengetahuan tsb.
- Sampai pada pengetahuan tsb. hanya
melalui/berdasarkan penalaran/reason*
(*melalui powers of reasoning). Mis. Triangles have
three sides; raining outside now
 POSTERIORI KNOWLEDGE: knowledge that we can
have only after we have certain experiences.
(- Kita harus melakukan observasi untuk memperoleh
pengetahuan tsb. Mis. Smoking causes cancer; there
is a cup on the table.
ASPEK-ASPEK FILSAFAT ILMU
Paling sedikit ada tiga aspek penting FI:
 1. ASPEK ONTOLOGIS: menyangkut teori
tentang ada (being) sebagai objek ilmu
(sains).
Dalam sains modern:”ada” dibatasi pada
objek2 empiris.
 2. ASPEK EPISTEMOLOGIS
(epistemologi atau teori pengetahuan):
mengenai human faculties (fakultas:
kemampuan) memperoleh pengetahuan
sebagai alat untuk mencapai objek, dan
cara/proses bagaimana subjek mencapai
objek, dikenal sebagai METODE ILMIAH
(SCIENTIFIC METHOD)
 3. ASPEK AKSIOLOGIS:
-Melihat NILAI maslahat-mudarat
pengembangan ilmu (sain) (dalam
PENERAPAN-nya)
-Tidak terlepas dari nilai2 (values)
(Dalam sain: nilai2 bersifat pragmatis-
utilitarian; bersifat pemuasan kebutuhan
materialistis)
CHAIRIL ANWAR
 PENGANTAR FILSAFAT
 PRINSIP LOGIKA SEBAGAI PENGANTAR
ILMIAH
 PRINSIP ILMIAH 1
 PRINSIP ILMIAH 2
 ILMU PENGETAHUAN & KEBENARAN
 ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI BAGIAN
DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
KEDOKTERAN

Anda mungkin juga menyukai