SAMAKAH????
ILMU
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998).
Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized
knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama
sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada
bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya
pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
ILMU
Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun
dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat
sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta
yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide
filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan
pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum
tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga
dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.
Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan
dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan
pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan
asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan
lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka
(Supriyanto, 2003).
Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni
sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong
ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga
menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah
lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa,
di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun
dengan baik.
Ilmu
Pengetahuan
(Ontologi, epistemologi,
Aksiologi)
2) Scientific Problems
3) Mystical Explanations
Siklus Empiris
a. Observasi
b. Induksi
c. Deduksi
d. Kajian (eksperimentasi)
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang
ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan
tentang objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki
dari objek tersebut. Bagaimana hubungan antar objek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa, dan mengindra) yang
membuahkan pengetahuan (Jujun S. Suriasumantri,1985,hlm.34)
PENDEKATAN EPISTEMOLOGI
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal
muasal, sumber, metode, struktur, dan validitas atau kebenaran
pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan epistemologi
mempertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal
apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan
yang benar? Apa yang disebuut pengetahuan itu sendiri? Apakah
kriterianya? Cara atau teknik atau sasaran apa yang membantu kita
dalam mendapatkan pengatahuan yang berupa ilmu? (Jujun S.
Suriasumantri, 1985, hlm. 34-35)
Landasan epistemologi ilmu tercermin secara operasional dalam metode
ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh
dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan: a) Kerangka pemikiran
yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan
pengetahuan yang sebelumnya yang telah berhasil disusun; b) menjebarkan
hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; c)
Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji
kebenaran pernyataannya secara faktual (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1984/1985, hlm. 9
PENDEKATAN AKSIOLOGI
Aksologi adalah cabang filsafat yang mempelajarai tentang nilai secara
umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan antara teknik, prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau
profesional? (Jujun S. Suriasumantri, 1985, hlm. 34-35
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan
untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan
pamrih atau kesenangan pribadi
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuan mampu
mengadakan pemilihan terhadap sesuatu yang dihadapinya. Misalnya hipotesis
yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukan kekuatannya,
atau cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing
menunjukan akurasinya.
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap
alat-alat indra serta budi (mind)
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan
merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu
telah mencapai kepastian
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuan harus selalu tidak puas
terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk
riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief)
dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat
atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuan harus
selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan,
sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai
aktivitas yang menonjol dalam hidupnya
6.Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang
selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk
kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus
untuk pembangunan bangsa dan negara.
TRADISIONAL NILAI-NILAI MODERN
Mistik Sistemik NILAI TEORI Analisis
Pengalaman/perasaan/intuisi Rasional/ilmiah
Peralatan primitif Teknologi
Kebiasaan Efisiensi
Pengalaman NILAI SOSIAL Pendidikan
Generalis Keahlian
Status Prestasi
Kekerabatan Individu
Insentif nonekonomis NILAI EKONOMI Insentif ekonomis
Kerja untuk subsistensi Kerja keras
Konsumtif Produktif
Keputusan oleh org lain NILAI KUASA Diri sendiri
Stabilitas Dinamis/kemajuan
Menolak Perubahan Menerima Perubahan
Fatalisme/Pasrah NILAI AGAMA Aktif memperbaiki nasib
KALAH MENANG
Kita blm pernah lakukan Kesempatan menjadi yg pertama
Terlalu rumit Lihat dari sudut berbeda
Taka ada sumber daya Yg penting ada kemauan
Tak mungkin terjadi Kita coba
Tak ada waktu untuk itu Kita atur kembali prioritasnya
Kita sudah mencobanya Kita belajar dari pengalaman
Tidak mungkin akan berhasil Kita akan berhasil
Membuang waktu saja Ada kemungkinan
Pemborosan dana Investasi akan membuahkan hasil
Kita mau korban lagi Kita coba lagi
Kita tak ahli Kita kerjasama dg yang punya
Tak mampu bersaing Melompat untuk bersaing
Itu dah bagus Akan lebih bagus lagi
Kita tak punya dana Ada yg bisa kita hemat