Anda di halaman 1dari 28

ILMU DAN PENGETAHUAN

HASMALINA NASUTION, M.Si


Ciri khas manusia
 Sifatnya yang selalu ingin tahu
 Makhluk yang memiliki akal
 Makhluk yang selalu berfikir
Rasa Ingin Tahu
 Besifat Sederhana (didasari oleh rasa ingin tahu
tentang apa? Atau ontologi
 Bersifat kompleks meliputi bagaimana peristiwa
tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu
terjadi (epistemologi), serta untuk apa peristiwa
tersebut dipelajari (aksiologi).
ILMU DAN PENGETAHUAN

SAMAKAH????
ILMU
 Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998).
 Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized
knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama
sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada
bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya
pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
ILMU
 Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
 Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
 Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
 Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun
dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
 Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat
sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta
yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide
filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan
pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
PENGETAHUAN
 Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum
tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga
dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.
Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan
dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan
pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan
asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan
lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka
(Supriyanto, 2003).
 Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni
sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong
ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga
menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah
lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa,
di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun
dengan baik.
Ilmu

Ilmu Pengetahuan Ilmu Ilmu


Abstrak Pengetahuan Pengetahuan
(The Abstract Alam Humanis
Sciences) (The Natural (The Natural
Metafisika Sciences) Sciences)
Logika Fisika Psikologi
Matematika Kimia Sosiologi
Biologi Antropologi
Ruang Lingkup pengetahuan secara ontologi, epistomologi dan aksiologi ada
tiga
yaitu Ilmu, Agama dan Seni pada skema berikut :

Pengetahuan
(Ontologi, epistemologi,
Aksiologi)

Ilmu Agama Seni


Lingkup Transedental Subjektif
pengalaman, Pesan Etika Beri makna
objektif. Moral pada objek
Memahami apa (Pendidikan (emosi dan
adanya moral pikiran pikiran)
Umum dan dan pekerti) Komunikatif
Impersonal Deskripsi,
Konsisten ruang lingkup
terbatas
1. MASALAH (PROBLEM), ada tiga karakteristik yang
harus dipenuhi untuk menunjukkan bahwa suatu masalah
bersifat Scientific, yaitu :
 communicability,  masalah adalah sesuatu untuk
dikomunikasikan.
 the scientific attitude,  paling tidak memenuhi
karakteristik curiosity, speculativeness, willingness to
be objective, willingness to suspend judgement, dan
tentativty.
 the scientific method. berarti masalah harus dapat
diuji
2. SIKAP (ATTITUDE), karakteristik yang harus dipenuhi antara
lain,
 Curiosity berarti adanya rasa ingin tahu tentang bagaimana
sesuatu itu ada, bagaimana sifatnya, fungsinya, dan bagaimana
sesuatu dihubungkan dengan sesuatu yang lain.
 Speculativeness, Scientist harus mempunyai usaha dan hasrat
untuk mencoba memecahkan masalah, melalui hipotesis-
hipotesis yang diusulkan,
 Willingness to be objective, hasrat dan usaha untuk bersikap
dan bertindak objektif merupakan hal yang penting bagi
seorang scientist.
 Willingnes to suspend judgement, ini berarti bahwa seseorang
scientist ditutut untuk bertindak sabar dalam mengadakan
observasi, dan bersikap bijaksana dalam menentukan kebijakan
berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan karena apa yang
diketemukan masih serba tentatif.
3. METODE (METHOD),
 Sifat scientific method berkenaan dengan hipotesis yang
kemudian diuji, esensi science terletak pada metodenya.
 Science sebagai teori, merupakan sesuatu yang selalu
berubah.

4. Aktivitas (Activity), Sciens adalah sesuatu lahan yang


dikerjakan oleh para scientist, melalui apa yang disebut
scientific research, terdiri atas dua aspek, yaitu individual
dan sosial.
5. Kesimpulan (conclusions),
 Science lebih sering dipahami sebagai a body of knowladge.
 Body dari ide-ide ini merupakan science itu sendiri.
 Kesimpulan yang merupakan pemahaman yang dicapai
sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan dari science,
yang diakhiri dengan pembenaran dari sikap, metode, dan
aktivitas.

6. Beberapa Pengaruh (Efeecfs), sebagian dari apa yang


dihasilkan melalui science pada gilirannya memberi berbagai
pengaruh. Pertimbangannya dibatasi oleh dua penekanan, yaitu
 Pengaruh ilmu terhadap ekologi, melalui apa yang disebut
dengan applied science, dan
 Pengaruh ilmu terhadap atau dalam masyarakat serta
membudayakannya menjadi berbagai macam nilai.
1) Scientific
Knowledge

2) Scientific Problems

3) Mystical Explanations

Bagan tersebut terdapat tiga bidang yang saling berhubungan


1. Bidang pengetahuan ilmiah, ini merupakan kumpulan hipotesis
yang telah terbukti sah
2. Bidang persoalan ilmian, ini merupakan kumpulan hipotesis
yang dapat diuji, tetapi belum dibuktikan sah
3. Mystical Explanations Ini merupakan kumpulan hipotesis yang
tidak dapat diuji sahnya
1. Pengetahuan biasa (ordinary knowledge). Pengetahuan ini
terdiri dari pengetahuan pra-ilmiah dan nir-ilmiah
 Pengetahuan pra-ilmiah merupakan hasil penyerapan indrawi
dan pengetahuan yang merupakan hasil pemikiran rasional
yang tersedia untuk diuji lebih lanjut kebenarannya dengan
menggunakan metode-metode ilmiah.
 Pengetahuan nir- ilmiah adalah hasil pencerapan dengan indra
terhadap objek tertentu yang dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari termasuk pula pengetahuan intuitif.
2. Pengetahuan Ilmiah (scientific knowledge).
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh
lewat penggunaan metode ilmiah yang lebih menjamin
kepastian kebenaran yang dicapai. Pengetahuan yang
demikian juga dikenal juga dengan sebutan science.
3. Pengetahuan filsafati (philosophical knowledge).
Pengetahuan filsafati diperoleh lewat pemikiran rasional
yang didasarkan pada pemahaman, penafsiran, spekulasi,
penilaian kritis, dan pemikiran-pemikiran yang logis,
analitis, dan sistematis. Pengetahuan filsafati adalah
pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, prinsip, dan
asas dari seluruh realitas yang dipersoalkan selaku objek
yang hendak diketahui.
 Pengalaman indra (Sense experience)
 Nalar (reason)
 Otoritas (Authority)
 Intuisi (Intuition)
 Wahyu (Revalation)
 Keyakinan (Faith)
1. EMPIRIS: pengetahuan itu diperoleh berdasarkan
pengamatan dan percobaan
2. SISTEMATIS: berbagai keterangan dan data yang
tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur
3. OBJEKTIF: ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari
prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi
4. ANALITIS: pengetahun ilmiah berusaha membeda-
bedakan pokoksoalnya kedalam bagian yang terperinci
untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan
peranan dari bagian-bagian itu
5. VERIFIKATIF: dapat diperiksa kebenaranya oleh
siapapun juga.
Langkah-langkah dalam ilmu pengetahuan,
a. Perumusan masalah
b. Pengamatan dan pengumpulan data atau observasi
c. Pengamatan dan klasifikasi data
d. Perumusan pengetahuan (definisi)
e. Tahap ramalan (prediksi)
f. Pengujian kebenaran hipotesis (verifikasi)

Siklus Empiris
a. Observasi
b. Induksi
c. Deduksi
d. Kajian (eksperimentasi)
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang
ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan
tentang objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki
dari objek tersebut. Bagaimana hubungan antar objek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa, dan mengindra) yang
membuahkan pengetahuan (Jujun S. Suriasumantri,1985,hlm.34)

PENDEKATAN EPISTEMOLOGI
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal
muasal, sumber, metode, struktur, dan validitas atau kebenaran
pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan epistemologi
mempertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal
apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan
yang benar? Apa yang disebuut pengetahuan itu sendiri? Apakah
kriterianya? Cara atau teknik atau sasaran apa yang membantu kita
dalam mendapatkan pengatahuan yang berupa ilmu? (Jujun S.
Suriasumantri, 1985, hlm. 34-35)
Landasan epistemologi ilmu tercermin secara operasional dalam metode
ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh
dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan: a) Kerangka pemikiran
yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan
pengetahuan yang sebelumnya yang telah berhasil disusun; b) menjebarkan
hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; c)
Melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji
kebenaran pernyataannya secara faktual (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1984/1985, hlm. 9

PENDEKATAN AKSIOLOGI
Aksologi adalah cabang filsafat yang mempelajarai tentang nilai secara
umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan antara teknik, prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau
profesional? (Jujun S. Suriasumantri, 1985, hlm. 34-35
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan
untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan
pamrih atau kesenangan pribadi
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuan mampu
mengadakan pemilihan terhadap sesuatu yang dihadapinya. Misalnya hipotesis
yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukan kekuatannya,
atau cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing
menunjukan akurasinya.
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap
alat-alat indra serta budi (mind)
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan
merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu
telah mencapai kepastian
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuan harus selalu tidak puas
terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada dorongan untuk
riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief)
dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat
atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuan harus
selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dilakukan,
sehingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai
aktivitas yang menonjol dalam hidupnya
6.Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang
selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk
kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus
untuk pembangunan bangsa dan negara.
TRADISIONAL NILAI-NILAI MODERN
Mistik Sistemik NILAI TEORI Analisis
Pengalaman/perasaan/intuisi Rasional/ilmiah
Peralatan primitif Teknologi
Kebiasaan Efisiensi
Pengalaman NILAI SOSIAL Pendidikan
Generalis Keahlian
Status Prestasi
Kekerabatan Individu
Insentif nonekonomis NILAI EKONOMI Insentif ekonomis
Kerja untuk subsistensi Kerja keras
Konsumtif Produktif
Keputusan oleh org lain NILAI KUASA Diri sendiri
Stabilitas Dinamis/kemajuan
Menolak Perubahan Menerima Perubahan
Fatalisme/Pasrah NILAI AGAMA Aktif memperbaiki nasib
KALAH MENANG
Kita blm pernah lakukan Kesempatan menjadi yg pertama
Terlalu rumit Lihat dari sudut berbeda
Taka ada sumber daya Yg penting ada kemauan
Tak mungkin terjadi Kita coba
Tak ada waktu untuk itu Kita atur kembali prioritasnya
Kita sudah mencobanya Kita belajar dari pengalaman
Tidak mungkin akan berhasil Kita akan berhasil
Membuang waktu saja Ada kemungkinan
Pemborosan dana Investasi akan membuahkan hasil
Kita mau korban lagi Kita coba lagi
Kita tak ahli Kita kerjasama dg yang punya
Tak mampu bersaing Melompat untuk bersaing
Itu dah bagus Akan lebih bagus lagi
Kita tak punya dana Ada yg bisa kita hemat

Anda mungkin juga menyukai