Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sains merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu untuk menghadapi
zaman yang penuh dengan persaingan ini. Karena dengan sains, seseorang bisa
dihormati dan diakui keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu, sains juga
menjadi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa, karena pada dasarnya semua
bidang kehidupan memerlukan sains. Sains atau ilmu pengetahuan pada zaman
klasik tak terpisah dengan filsafat. Filsafat ilmu memiliki cabang filsafat yang
beraneka ragam. Salah satu cabang filsafat yang akan dibahas pada makalah ini
adalah pengetahuan sains. Filsafat erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
Maka tak heran bahwa filsafat ilmu dijadikan sebagai “Mother of Science” yang
artinya adalah ibu dari semua pengetahuan. Kata sains berasal dari bahasa latin ”
scientia” yang berarti pengetahuan, memandang dan mengamati keberadaan
(eksistensi) alam ini sebagai suatu objek.
Sains merupakan ilmu yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia
sehari-hari. Fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita merupakan salah satu
dari bagian pengetahuan sains yang terkadang kita sebagai manusia belum
mengenal dan mengetahuai lebih luas tentang fenomena alam tersebut. Contohnya
adalah bagaimana manusia itu bisa berkembang dari bayi hingga tua ynag
dijelaskan dalam Biologi, bagaimana air laut itu terasa asin yang dijelaskan dalam
pelajaran Kimia dan mengapa buah kelapa itu selalu jatuh ke bawah yang
dijelaskan dalam ilmu Fisika. Semua itu merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
alam atau natural sience.
Dalam pengetahuan sains manusia tidak hanya menebak fenomena-
fenomena alam tersebut dengan sendirinya, namun diperlukan upaya atau
langkah-langkah penyelidikan untuk mencari kejelasan tentang gejala-gejala alam
tersebut. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya
menyimpulkan.

1
Menyadari pentingnya peran dari filsafat ilmu dalam konteks pengetahuan
sains maka makalah ini menyebutkan beberapa hal tentang bagaiaman proses
fenomena tersebut terjadi, bagaimana hukum atau teori yang telah dikemukakan
oleh para ilmuwan, dan apakah hakikat dari ilmu sains itu (ontologi, epistimologi
dan aksiologi sains), bagaimana cara sains menyelesaikan masalah, dan apa
sajakah manfaat sains dalam kehidupan manusia. Hal tersebut akan dibahas lebih
luas dan mendalam dalam makalah ini.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hakikat dari ilmu sains (ontologi, epistomologi dan
aksiologi sains).
2. Untuk mengetahui bagaimana cara sains menyelesaikan masalah.
3. Untuk mengetahui manfaat sains dalam kehidupan manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sains
Kata sains berasal dari bahasa latin ”scientia” yang berarti pengetahuan.
memandang dan mengamati keberadaan (eksistensi) alam ini sebagai suatu objek.
Berdasarkan Webster New Collegiate Dictionary definisi dari sains adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau
pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam
yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah.
Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat.
Tugas filsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang
sesuatu sebagaimana adanya”. Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat
pengetahuan atau sering juga disebut epistemologi.
Pengetahuan Manusia
Pengetahuan Obyek Paradigma Metode Kriteria
Metode Rasional
Sains Empiris Sains
Ilmiah empiris
Abstrak Metode
Filsafat rasional Rasional
rasional rasional
Rasa, iman,
Abstark Latihan
Mistis Mistis logis,
suprarasional percaya
Kadang empiris
Sumber: Tafsir, Ahmad, 2010, Filsafat Ilmu
Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif,
sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat
acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas)
ilmiahnya. Sedangkan pengetahuan yang prailmiah, walaupun sesungguhnya
diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat acak, yaitu tanpa metode, apalagi
yang berupa intuisi, sehingga tidak dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian,
pengetahuan pra-ilmiah karena tidak diperoleh secara sistematis-metodologis ada
yang cenderung menyebutnya sebagai pengetahuan “naluriah”.

3
Sains pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan
dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan dengan
suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode
yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survey,
studi kasus dan lain-lain). Lebih lanjut dijelaskan bahwa sains adalah gambaran
yang lengkap dan konsisten tentang berbagai fakta pengalaman dalam suatu
hubungan yang mungkin paling sederhana (simple possible terms). Sains dalam
hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang
dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan
menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam.

B. Ontologi Sain
Menurut Lih. James K. Feibleman (Amsal Baktiar, 2013), kata ontologi
berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan Logos = logic. Jadi ontologi
adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan).
Ontologi adalah salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas
atau mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun
riil. Ontologi di sini membahas semua yang ada secara universal, berusaha
mencari inti yang dimuat setiap kenyataan meliputi semua realitas dalam segala
bentuknya.
Ontologi sains merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakekat dan
struktur sains. Hakikat sains menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya, dan
struktur sains menjelaskan tentang cabang-cabang sains.
Sebelum membahas ontologi maka perlu kita ketahui adalah “apa” yang
sebenarnya ditangkap oleh pikiran, termasuk penginderaan dari segenap
pengalaman manusia, adalah bersifat mental. Disini dibicarakan hakekat dan
struktur sains, hakekat sains menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya.
Struktur sains seharusnya menjelaskan cabang-cabang sains, serta isi setiap
cabang ini.

4
1. Hakikat Sains
Pada pembelajaran hakikat sains ini ada dua pengetahuan yaitu
pengetahuan rasional dan pengetahuan empiris. Yang pertama masalah rasional.
Jika kita meneliti suatu kejadian dan memberikan suatu kesimpulan sementara
atau hipotesis dan hipotesis itu harus berdasarkan rasional dan penelitian itu harus
berdasarkan rasional dan penelitian ini berdasarkan sebab akibat, seperti contoh :
dalam 2 desa yang pertama desa A dan desa B. Di desa A banyak penduduk yang
sakit sedangkan di desa B penduduknya sehat-sehat. Diambil kesimpulan bahwa
penduduk B lebih sehat dari pada penduduk A. Lalu dicari tahu tentang sebab
akibatnya, ternyata di kampung B memelihara ayam dan telurnya dimanfaatkan
untuk dikonsumsi, sedangkan penduduk A mereka juga memelihara ayam akan
tetapi untuk dijual. Dalam hal ini, hipotesis/dugaan sementara adalah rasional
untuk sehat diperlukan gizi, telur banyak mengandung gizi, karena itu logis bila
semakin banyak makan telur semakin sehat. Dan hipotesis ini rasional karena
adanya hubungan pengaruh atau sebab akibat. Yang kedua, masalah empiris
hipotesis yang sudah dibahas dan realistis itu selanjutnya diajukan bukti yang
empiris karena diambil penduduk dari desa A dan desa B. Untuk desa B selama
satu tahun tidak memakan telur ternyata penduduk B lebih sehat dari pada
penduduk A.
Kesimpulannya bahwa semakin banyak makan telur semakin sehat atau
telur berpengaruh positif terhadap kesehatan. Teori yang rasional–empiris dan
teori inilah yang disebut teori ilmiah ﴾scientific theory﴿. Rumus baku metode
ilmiah adalah Logico-hypothetico-verificatif ﴾bukti bahwa itu logis, tarik
hipotesis, ajukan bukti empiris). Pada dasarnya cara kerja sains adalah kerja
mencari hubungan sebab-akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang
lain, asumsi sains adalah tidak ada suatu kejadian tanpa sebab dan dirumuskan
dengan ungkapan post hoc/ ergo propter hoc ﴾ini tentu disebabkan oleh ini﴿.

2. Struktur Sains
Dalam garis besar sains dibagi menjadi dua; yaitu sains kealaman dan sains
sosial dan humaniora, yang menjelaskan struktur sains dalam bentuk nama-nama
ilmu.

5
a. Sain Kealaman
 Astronomi;
 Fisika: mekanika, bunyi, cahaya dan optik, fisika nuklir;
 Kimia: kimia organik, kimia teknik;
 Ilmu Bumi: paleontologi, ekologi, geofisika, geokimia,
mineralogi, geografi;
 Ilmu Hayati: biofisika, botani, zoologi;
b. Sain Sosial
 Sosiologi: sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi
pendidikan
 Antropologi: antropologi budaya, antropologi ekonomi,
entropologi politik.
 Psikologi: psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi
abnormal;
 Ekonomi: ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi
pedesaan;
 Politik: politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional
c. Humaniora
 Seni: seni abstrak, seni grafika, seni pahat, seni tari;
 Hukum: hukum pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat
(mungkin dapat dimasukkan ke sain sosial);
 Filsafat: logika, ethika, estetika;
 Bahasa, Sastra;
 Agama: Islam, Kristen, Confusius;
 Sejarah: sejarah Indonesia, sejarah dunia (mungkin dapat
dimasukkan ke sain sosial).

3. Karakteristik Sains
Sejarah membuktikan bahwa dengan metode sains telah membawa
manusia pada kemajuan dalam pengetahuan. Randall dan Buchker
mengemukakan beberapa ciri umum sains, antara lain :

6
a. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, artinya hasil
sains yang lalu dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru, dan
tidak memonopoli. Setiap orang dapat memanfaatkan hasil penemuan
orang lain.
b. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena
yang menyelidikinya adalah manusia.
c. Sains bersifat objektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan
metode sains tidak tergantung kepada siapa yang menggunakan, tidak
tergantung pada pemahaman secara pribadi.
d. Ralph Ross dan Ernest Van den Haag mengemukakan ciri-ciri sains, yaitu:
1). Bersifat rasional (hasil dari proses berpikir dengan menggunakan rasio
atau akal).
2). Bersifat empiris (pengalaman oleh panca indra).
3). Bersifat umum (hasil sains bisa digunakan oleh semua orang tanpa
terkecuali).
4). Bersifat akumulatif (hasil sains dapat dipergunakan untuk dijadikan
objek penelitian berikutnya).

C. Epistemologi Sain
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yakni episme (pengetahuan) dan
logos (teori) dengan demikian, epistemologi adalah suatu kajian atau teori filsafat
mengenai (esensi) pengetahuan.
Menurut Koestenbaum dalam buku Zainal Abidin (2012), secara umum
epistemologi berusaha untuk mencari jawab atas pertanyaan “Apakah
pengetahuan?” akan tetapi, secara spesifik, epistemologi berusaha menguji
masalah-masalah yang kompleks seperti hubungan antara pengetahuan yang
melampau pancaindera, status ontologis dan teori-teori ilmiah, hubungan antara
konsep-konsep atau kata-kata yang bersifat umum dengan objek-objek yang
ditunjuk oleh konsep-konsep atau kata-kata tersebut dan analisis atas tindakan
mengetahui itu sendiri.

7
Epistimologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan. Epistimologi sains menjelaskan tentang objek
pengetahuan sains, cara memperoleh pengetahuan sains, cara mengukur benar
tidaknya pengetahuan sain.
1. Objek pengetahuan sains
Objek-objek yang dapat diteliti oleh sain banyak sekali: alam, tetumbuhan,
hewan, dan manusia, serta kejadian-kejadian di sekitar alam, tetumbuhan, hewan
dan manusia itu; semuanya dapat diteliti oleh sain. Dari penelitian itulah muncul
teori-teori sain. Teori-teori itu berkelompok atau dikelompokkan dalam masing-
masing cabang sain.

2. Cara memperoleh pengetahuan sains


Pengetahuan sains didapat dengan menerapkan paham humanisme,
rasionalisme, empirisme, dan positivisme. Humanisme ialah paham filsafat yang
mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Humanisme
telah muncul pada zaman Yunani Lama (Yunani Kuno). Rasionalisme ialah
paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur
pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal
pula. Empirisisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah
yang logis dan ada bukti empiris. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah
yang logis, ada bukti empirisme, yang terukur.

3. Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sains


Ukuran kebenaran sains adalah “sebuah teori dianggap benar jika dapat
ditemukan bukti empiris.” Jika teori itu selalu didukung bukti empiris, maka teori
itu naik tingkat keberadaannya menjadi hukum atau aksioma. Hipotesis (dalam
Sains) ialah pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti
empirisnya.
Hipotesis (dalam Sains) ialah pernyataan yang sudah benar secara logika,
tetapi belum ada bukti empirisnya. Teori –teori kebenaran:

8
a. Korespondesi
Sebuah pernyataan dikatakan benar bila sesuai dengan fakta atau
kenyataan. Contoh pernyataan: bentuk air selalu sesuai dengan ruang yang
ditempatinya, pernyataan ini benar karena kenyataannya demikian. Kedua, kota
Jakarta ada di pulau Jawa, pernyataan ini benar karena sesuai dengan fakta.
Korespondesi memakai logika induksi.

b. Koherensi
Sebuah pernyataan dikatakan benar bila konsisten dengan pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Contoh pernyataan: Dika akan mati, pernyataan
ini sesuai (koheren ) dengan pernyataan sebelumnya bahwa semua manusia akan
mati dan Dika adalah manusia. Terlihat disini, logika yang dipakai dalam
koherensi adalah logika deduksi.

c. Pragmatik
Sebuah pernyataan dikatakan benar jika berguna (fungsional) dalam situasi
praktis. Kebenaran pragmatik dapat menjadi titik pertemuan antara koherensi dan
korespondesi. Jika ada dua teori keilmuan yang sudah memenuhi kriteria dua teori
di atas, maka yang diambil adalah teori yang lebih mudah dipraktekkan. Agama
dan seni bisa cocok jika diukur dengan teori kebenaran ini. Agama dengan satu
peryataannya misalnya Tuhan ada, pernyataan ini benar secara pragmatik (adanya
Tuhan berguna untuk menopang nilai-nilai hidup manusia dan menjadikanya
teratur), lepas dari apakah Tuhan ada itu sesuai dengan fakta atau tidak, konsisten
dengan pernyataan sebelumnya atau tidak.

D. Aksiologi Sains
Secara etimologis, Aksiologi berasal dari dari bahasa Yunani, axios, yang
berarti nilai, dan logos, yang berarti teori. Terdapat banyak pendapat tentang
pengertian aksiologi. Menurut Jujun S. Suriasumantri (dalam Amsal Baktiar,
2013:163) menyatakan aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari ilmu pengetahuan yang diperoleh.

9
Menurut Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152) aksiologi adalah nilai-nilai
sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian
dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Aksiologi adalah cara untuk menerapkan pengetahuan yang didapat.
Menurut Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152) aksiologi adalah nilai-nilai sebagai
tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan
penggalian, serta penerapan ilmu. Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan
tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hakikat, dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan
sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkanya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan
yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu
pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu
tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam
usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan
menimbulkan bencana.
1. Kegunaan Pengetahuan Sains
Ada tiga kegunaan sains, yaitu sebagai alat pembuat eksplanasi, sebagai
alat peramal dan sebagai alat pengontrol.
a. Teori sebagai alat eksplanasi
Menurut T. Jacob dalam Ahmad Tafsir mengatakan bahwa sains
merupakan suatu system eksplanasi yang paling dapat di andalkan dibandingkan
dengan system lainnya dalam memahami masa lampau, sekarang, serta merubah
masa depan. Contoh dari teori ini akhir tahun 1997 di Indonesia terjadi gejolak
moneter, yaitu nilai rupiah naik. Semakin murah dibandingkan dengan dolar ( kurs
rupiah terhadap dolar menurun). Gejolak ini telah memberikan dampak yang
cukup luas terhadap kehidupan di Indonesia. Gejalanya ialah harga semakin tinggi
dan cara menerangkan gejala ini ialah teori-teori ekonomi (mungkin juga politik)
dapat menerangkan (mengeksplanasikan) gejala itu. Teori ekonomi mengatakan

10
karena banyaknya hutang luar negeri jatuh tempo (harus di bayar), hutang itu
harus di bayar dengan dolar, maka banyak sekali orang yang memerlukan dolar,
maka harga dolaar naik dalam rupiah.

b. Teori sebagai alat peramal


Ketika membuat eksplanasi, biasanya ilmuwan telah mengetahui faktor
penyebab terjadinya gejala itu.Dengan mempertimbangkan factor penyebab itu,
ilmuwan membuat ramalan. Dalam bahasa ilmuwan ramalan disebut prediksi,
untuk membedakan dari ramalan dukun.
Dalam contoh kurs dolar tadi, dengan mudah orang ahli meramal.
Misalnya, karena di kemudian bulan hutang luar negeri jatuh tempo semakin
banyak, maka di prediksikan kurs rupiah terhadap dolar akan semakin lemah.
Ramalan lain misalnya, harga barang dan jasa pada bulan mendatang akan naik.

c. Teori sebagai alat pengontrol


Eksplanasi merupakan bahan untuk membuat prediksi dan control.
Ilmuwan, selain mampu membuat prediksi berdasarkan eksplanasi gejala, juga
dapat membuat control. Sebagai contoh agar kurs rupiah menguat, perlu di
tangguhkan pembayaran hutang yang jatuh tempo, jadi pembayaran hutang di
undur. Kita dapat mengontrol kurs rupiah terhadap dolar agar tidak naik dengan
cara menangguhkan pembayaran hutang terhadap dolar atau dengan
menangguhkan pembangunan proyek yang memerlukan bahan import. Kontrol
merupakan tindakan yang di duga dapat mencegah terajdinya gejala yang tidak
diharapkan.

2. Cara Sains Menyelesaikan Masalah


Ilmu atau sains yang isinya teori dibuat untuk memudahkan kehidupan bila
kita menghadapi kesulitan (biasanya disebut masalah) kita menghadapi dan
menyelesaikan masalah itu dengan menggunakan ilmu (sebenarnya menggunakan
teori ilmiah). Langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah adalah:
a. Mengidentifikasi masalah
Langkah pertama menyelesaikan masalah dalam sains adalah
mengidentifikasi masalah yang ada, peneliti mengumpulkan data secara lengkap

11
mengenai masalah yang terjadi. Dalam mengindentifikasi masalah ini biasanya
dilakukan sebuah penelitian untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
dan mengetahui secara lebih mendetail pada gejala yang timbul di tengah
kehidupan masyarakat.
b. Mencari teori tentang sebab akibat
Hal ini bertujuan untuk mengetahui beberapa teori yang menjelaskan
penyebab dari gejala yang timbul.
c. Menetapkan tindakan penyelesaian.
Dengan membaca kembali literatur, setelah mengetahui penyebab dari
gejala yang timbul maka kita harus membaca kembali literartur untuk mengetahui
tindakan apa yang paling tepat untuk mengatasi gejala-gejala tersebut.
Apabila sains gagal menyelesaikan suatu masalah yang diajukan kepadanya,
maka sebaiknya masalah itu dihadapkan kefilsafat, mungkin filsafat mampu
menyelesaikannya. Tentu dengan cara filsafat atau mungkin pengetahuan mistik
dapat membantu. Yang terbaik ialah setiap masalah diselesaikan secara bersama-
sama oleh sains. Filsafat dan mistik yang bekerja secara terpadu.

3. Netralitas Sains
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan
sebuah polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa
kita sebut sebagai Netralitas pengetahuan (value free). Sekarang mana yang lebih
unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada
keterikatan nilai.
Netral biasanya diartikan tidak memihak. Dalam kata “sain netral”
pengertian itu juga terpakai. Artinya sains tidak memihak pada kebaikan dan tidak
juga pada kejahatan. Itulah sebabnya istilah sains netral sering dig anti dengan
istilah sains bebas nilai (value free). Sedangkan lawannya ialah sains terikat
(value bound). Sains netral mempunyai keuntungan bahwa sains netral
perkembangannta akan cepat terjadi karena tidak ada yang menghambat atau
menghalangi tatkala peneliti memilih dan menetapkan objek yang hendak diteliti,
cara meneliti, dan tatkala menggunakan produk penelitian.

12
4. Kelebihan dan Kelemahan Sains
a. Kelebihan sains
1) Sains telah memberikan banyak sumbangannya bagi umat
manusia, misalnya dalam perkembangan sains dan teknologi
kedokteran, sains dan teknologi komunikasi dan informasi.
2) Dengan sains dan teknologi memungkinkan manusia dapat
bergerak atau bertindak dengan cermat dan tepat, efektif dan
efisien karena sains dan teknologi merupakan hasil kerja
pengalaman, observasi, eksperimen dan verifikasi.
b. Kelemahan sains
1) Sains bersifat objektif, menyampingkan penilaian yang bersifat
subjektif. Sains menyampingkan tujuan hidup, sehingga dengan
demikian sains dan teknologi tidak bisa dijadikan pembimbing
bagi manusia dalam menjalani hidup ini.
2) Sains membutuhkan pendamping dalam operasinya. Menurut
Albert Einstein, “Sains tanpa agama lumpuh, dan agama tanpa
sains adalah buta (Science without religion is lame, religion
without sains is blind)".

13
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan diatas bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkembangan Sains telah memberikan banyak sumbangannya bagi umat
manusia, terutama bidang teknologi misalnya dalam perkembangan sains dan
teknologi kedokteran, sains dan teknologi komunikasi dan informasi.
2. Sains dan teknologi orang lebih cepat mengetahui perkembangan dunia atau
memungkinkan manusia dapat bergerak atau bertindak dengan cermat dan
tepat, efektif dan efisien karena sains dan teknologi merupakan hasil kerja
pengalaman, observasi, eksperimen dan verifikasi.
3. Sains yang dipelajari oleh manusia dalam perkembangan zaman ini dapat
dikontrol dengan pengetahuan agama agar perkembangan sains seimbang
dengan pengetahuan yang di dapatkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi


Aksara

Tafsir Ahmad. 2010. Filsafat Mengurai Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi


Pengetahuan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Vardiansyah D. 2008. Filsafat ilmu Komunikasi suatu pengantar. Jakarta: Indeks.

Zainal Abidin. 2012. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

15

Anda mungkin juga menyukai