PENDAHULUAN
Teoritis
Sebagai tambahan wawasan tentang ragam bahasa, ragam bahasa ilmiah dan
bahasa indonesia yang baik dan benar . Selain itu, untuk dapat memahami
ciri dan karakteristiknya sehingga dapat diterapkan dalam penggunaanya.
2.
Praktis
a.
Bagi pelajar
Sebagai sarana atau sumber belajar untuk lebih paham tentang ragam
bahasa, ragam bahasa ilmiah dan bahasa indonesia yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang
baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan
teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam
situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.
Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah
pada bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa
(pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2.
Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat diterima
akal sehat (logis).
3.
Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini
tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat.
Jadi, kalimat yang digunakan efektif.
4.
Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang sebenarnya.
5.
Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat isi. Oleh sebab itu, penggunaan
kata dalam kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tepat.
6.
Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu langsung
menuju pada sasaran.
7.
Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan
sistematis.
8.
Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan
salah tafsir.
Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya mempunyai
kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Dalam
suasana akrab, penutur bahasa biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat pendek,
kata-kata dan ungkapan yang maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh peserta
percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana resmi, seperti dalam pidato resmi,
ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya digunakan kalimat-kalimat
panjang, pilihan kata, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah bahasa yang
benar. Brenstein menamakan kedua ragam bahasa yang terakhir ini masing-masing
sebagai ragam ringkas (restricted code) dan ragam lengkap (elaborate code).
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of
speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan
dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini,
pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka,
gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.Ragam bahasa lisan adalah
ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu
sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa
baku lisan didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri
kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta
kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan
menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara
lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.
Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut
sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciricirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan
dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai
ragam tulis.
Ciri-ciri ragam lisan :
1. Memerlukan orang kedua/teman bicara,
2. Tergantung situasi, kondisi, ruang dan waktu,
3. Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh,
4. Berlangsung cepat,
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu,
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi,
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku
juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur menghilangkan unsur-unsur
tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak berlaku seluruhnya bagi
ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam bentuk selengkap
mungkin.
Dalam hubungan dengan bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah
ragam lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa,
sehingga kedua ragam itu memrlukan pembakuan yang berbeda, sesuai
dengan perkembangannya sebagai bahasa perhubungan antar daerah dan antar
suku selama berabad-abad di seluruh Indonesia (Teew, 1961; Halim, 1998).
merupakan
10
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum
pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa
Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal
daerah.
e) Penggunaan Kalimat Secara Efektif
Kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan
denganlisan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang
di maksud pembicara atau penulis.
Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah
bahasa, dengan kata lain ragam-ragam selebihnya (termasuk dialek)
merupakan ragam nonbaku. Dari sudut kebahasaan, terdapat perbedaan antara
ragam baku dan nonbaku antara lain tata bunyi, tata bentukan, kosa kata, dan
tata kalmat. Dalam BI ejaan yang diakui baku adalah EYD, sehingga
penulisan yang tidak sesuai dengan EYD adalah ejaan nonbaku. Sayangnya
dalam BI belum ada pengaturan yang tuntas mengenai pelafalan, sehingga
batas antara baku dan nonbaku masih agak kabur meski tetap ada batas-batas
tertentu yang memisahkan keduanya.
Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku
adalah ragam bahasa yang dilambangakan dan diakui oleh sebagian besar
warga masyarakat pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku
berisi rujukan yang menentukan benar tidaknya pemakaian bahasa, baik
ragam lisan maupun ragam tulisan, sedangkan ragam takbaku selalu ada
kecenderungan untuk menyalahi norma/kaidah bahasa yang berlaku.
a.
11
12
Benar
Keterangan
Manca negara
Mancanegara
Minum air-putih
Gabungan
kata
yang
dapat
Menindaklanjuti
pada
Indonesia baku. Seperti halnya kata yang dipilih merupakan kata yang bermakna
denotatif dan bersifat obyektif. Yang dimaksud bermakna denotatif adalah kata-kata
yang bermakna sebenarnya. Sedangkan kata-kata yang bersifat obyektif adalah katakata yang bersifat netral, tidak memihak dan tidak berorientasi pada gagasan yang
dibahas. Sehingga pembaca tidak menebak-nebak, berprasangka, bahkan salah tafsir
dari kata-kata yang diungkapkan oleh penulis.
Bahasa yang digunakan dalam bahasa ilmiah adalah bahasa pasif, yang
dimaksud bahasa pasif adalah bahasa yang mengungkapkan bahwa penulis hanya
berperan sebagai media penyampai maksud, dan bukan sebagai pelaku.Sehingga
jangan sampai melakukan kesalahan pembentukan kalimat pasif dari kalimat aktif
intransif.
Selain itu, agar pembaca terhindar dari kata-kata yang bermakna ganda, maka
bahasa ilmiah diungkapkan secara lugas dan lengkap, yang dimaksud lugas dan
lengkap adalah penyampaian yang langsung menuju pada sasaran yang dituju,
sehingga para pembaca dapat memahami maksud dan tujuan dari penulis dengan baik
dan tepat tanpa adanya kesalah pahaman dan penafsiran. Contohnya ada pada kata
13
Formal
Non-Formal
Mengapa
Ngapa
Pria
Cowok
Menyapu
Nyapu
14
jembatan tersebut, karena secara tidak langsung kalimat tersebut dapat bermakna
penolakan terhadap pembangunan jembatan di desa suka maju dan akan
menimbulkan kebingungan terhadap pembaca. Kepaduan sebuah paragraf dalam
sebuah wacana dapat juga dilakukan dengan cara mengulang bagian yang dianggap
penting ke dalam sebuah kalimat dibagian akhir paragraf.
Penggunaan tanda baca yang tepat juga perlu diperhatikan, coba bandingkan
ketiga kalimat ini:
1. Dia sudah menyuruhmu pergi!
2. Dia sudah menyuruhmu pergi?
3. Dia sudah menyuruhmu pergi.
Walaupun kata-kata di ketiga kalimat tersebut sama, namun memiliki arti yang
berbeda karena tanda baca yang berbeda pula. Pada kalimat pertama jika dibaca maka
akan seperti memberitahukan bahwa dia sudah menyuruhmu untuk pergi dan
diucapkan dengan nada tinggi seperti membentak, sedangkan pada kalimat kedua jika
dibaca akan menanyakan apakah dia sudah menyuruhmu pergi dengan nada bertanya
untuk memastikan hal tersebut. Berbeda hal dengan kalimat ketiga, pada kalimat
ketiga seperti memberi tahu bahwa dia sudah menyuruhmu pergi dengan nada datar.
Dari contoh tersebut kita dapat mengetahui betapa pentingnya penggunaan tanda baca
untuk memberi penekanan pada sebuah kalimat tersebut.
Ide yang diungkapkan dalam ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa yang
digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kaum terpelajar, maka bahasa ilmiah juga
bersifat informatif, yang dimaksud informatif adalah memberikan sebuah informasi
pengetahuan yang diungkapkan secara langsung dan berdasarkan fakta. Ide atau
informasi tersebut benar-benar sesuai dengan fakta yang diterima, serta dapat
dibuktikan secara nyata. Sehingga ide yang diungkapkan dapat diterima dengan akal
sehat dan bukan sesuatu yang mengada-ada. Ide yang diungkapkan dalam bahasa
ilmiah juga berisi dan padat, yang dimaksud padat dan berisi adalah semua hal yang
ingin disampaikan telah terangkum dalam wacana tersebut tanpa adanya kata-kata
yang berlebih dan tidak perlu.
15
Kesalahan yang sering dilakukan oleh penulis adalah kesalahan dalam penalaran,
dimana hal-hal yang diungkapkan tidak masuk akal dan dapat menimbulkan
kerancuan. Selain itu terkadang penulis melakukan pemborosan kata, yang dimaksud
pemborsan kata adalah menggunakan kata-kata yang memiliki makna sama atau
dalam kalimat tersebut terdapat unsur yang tidak berguna. Contohnya pada kalimat
Saya akan segera turun kebawah., kalimat ini salah karena terjadi pemborosan kata
dimana kata turun pasti menunjukkna kearah bawah. Maka kalimat yang benar adalah
Saya akan segera turun. atau Saya akan segera ke bawah.. Maka penulis harus
pintar dalam memilih kata-kata yang akan digunakan.
Dalam penulisan bahasa ilmiah tidak asal menulis saja. Seperti yang telah
dijelaskan diatas, bahwa bahasa ilmiah memiliki ciri khas seperti cendikia dimana
setiap pemilihan kata harustepat, gaya bahasa sesuai EYD, bermakna tunggal, ringkas
dan padat, dan bersifat informatif. Sehingga gaya bahasa, kata-kata yang digunakan
sesuai dengan karya ilmiah, paper, skripsi yang dibuat dan para pembaca dapat
mengetahui langsung tentang jenis dan tujuan dari penulis. Pembaca juga dapat
langsung menyesuaikan gaya membaca yang sesuai dengan apa yang dibacanya.
Seperti saat membaca bahasa sastra yang banyak mengandung makna kiasan yang
dapat membuat pembaca menafsirkan sendiri tentang apa yang dimaksud oleh
penulis. Berbeda halnya saat kita membaca bahasa hukum, dimana kata-kata yang
digunakan lebih membosankan, menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti karena
istilah-istilah yang jarang kita dengar dan kurang komunikatif, maka kita harus
membaca perlahan agar dapat memahami maksud dan isi wacana tersebut.
16
1. Cendekia
Bahasa Indonesia bersifat cendikia artinya Bahasa Indonesia itu mampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu
membentuk pernyataan yang tepat dan sesksama. Hal ini sejalan dengan pendapat
Soedradjad (2010) bahwa bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang
tepat dan seksama, sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara
tepat oleh pembaca.
4. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat
keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan
17
kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan
utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal
dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat),
ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei
formal.
18
2. Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan
konotatif dan tidak bermakna ganda. Contoh: Sampai saat ini masyarakat desa
Bojongsoang belum memperoleh penerangan yang memadai. (tidak lugas)
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna
ganda, yaitu informasi atau listrik. Perbaikan: Sampai saat ini masyarakat desa
Bojongsoang belum memperoleh informasi yang memadai atau sampai saat
ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh listrik yang memadai.
3. Berkomunikasi dengan pikiran dari pada perasaan
19
20
Perbaikan: Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu
akan menguap.
9. Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh
penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.
10. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh: Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan: Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman
satu meter.
Adapun beberapa ciri-ciri atau karakteristik dari bahasa Indonesia ragam ilmiah
yang diungkapkan oleh Anshari, dkk (2013) bahwa bahasa Indonesia memiliki
karakteristik cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat pragmentaris, bertolak
dari gagasan, format dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
Bahasa Indonesia bersifat cendikia artinya bahasa Indonesia itu mampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu
membentuk pernyataan yang tepat dan seksama. Sementara itu, sifat lugas dan jelas
dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas
dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna
yang ditimbulkan adalah makna lugas. Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga
menghindari penggunaan kalimat pragmentaris. Kalimat pragmentaris adalah kalimat
yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adanya keinginan penulis
menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan
yang diungkapkan (Anshari, dkk 2013:42).
Setiap ragam bahasa memiliki ciri khasnya masing-masing. Menurut Nazar
(2004: 9), ciri ragam Bahasa Indonesia Ilmiah sebagai berikut:
21
1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah pada
bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukan
kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat diterima akal
sehat (logis).
3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini
tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat. Jadi,
kalimat yang digunakan efektif.
4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang sebenarnya.
5. Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat isi/ bernas. Oleh sebab itu, penggunaan
kata dalam kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tepat.
6. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu langsung menuju
pada sasaran.
7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan sistematis.
8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir.
2.4.1 Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis dan Presentasi
Ilmiah
Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi
ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta,
konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempat hal tersebut secara hasil penelitian,
secara tertulis, dan lisan. Itu berarti, pada saat menulis tulisan ilmiah penulis harus
berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat
yang cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari
gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Sifat-sifat bahasa
Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata, pengembangan kalimat,
pengembangan paragraf, kecermatan dalam penggunaan ejaan, tanda baca, dan aspekaspek mekanik lainnya.
22
1.
a. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan
pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris
dan objektif.
b. Kertas kerja
Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada
makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris
dan objektif. Makalah sering ditulis untuk disajikan dalam kegiatan penelitian dan
tidak untuk didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam
seminar atau lokakarya.
c. Laporan Praktik Kerja
Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil
temuan di lapangan atau instansi perusahaan tempat kita bekerja. Jenis karya ilmiah
ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang diploma III (DIII).
d. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis
berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S1). Karya ilmiah ini ditulis untuk
meraih gelar sarjana.
e. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru
dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih
mendalam dari skripsi (karya ilmiah S2). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar
magister.
f. Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang
dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S3).
Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.
23
2.
Presentasi Ilmiah
Presentasi ilmiah merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah.
Kegiatan itu berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah. Agar presentasi ilmiah
dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan, yakni:
1) Menarik minat dan perhatian peserta.
2) Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas.
3) Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang
penyaji dapat menggunakan media yang menarik (media visual seperti gambar
dengan warna yang menarik, ilustrasi, dll.), mengetahui latar belakang peserta, dan
menjaga suara agar tidak monoton serta terdengar jelas oleh seluruh peserta yang
berada di suatu ruangan. Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada madalah
yang dibahas, penyaji harus menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi
penjelasan singkat dan padat terhadap butir-butir inti. Untuk menjaga etika dapat
dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang dapat merugikan (menyinggung
perasaan) orang lain.
Tata Cara dan Etika Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah akan berhasil jika penyaji
menaati tata cara yang lazim. Pertama, penyaji perlu memberi informasi kepada
peserta secara memadai. Informasi tersebut akan dipahami dengan baik jika peserta
memperoleh bahan tertulis, baik bahan lengkap maupun bahasan presentasi
powerpoint. Jika diperlukan, bahan dapat dilengkapi dengan ilustrasi yang relevan.
Apabila bahan ditayangkan, harus dipastikan bahwa semua peserta dapat melihat
24
layar dan dapat membaca tulisan yang disajikan. Kedua, penyaji menyajikan bahan
dalam waktu yang tersedia. Untuk itu, penyaji perlu merencanakan penggunaan
waktu dan menaati panduan yang diberikan oleh moderator. Ketiga, penyaji menaati
etika yang berlaku di forum ilmiah karena forum ilmiah merupakan wahana bagi
ilmuwan dan akademisi dari berbagai disiplin ilmu saling asah otak dan hati serta
bertukar berbagai informasi akademik, baik sebagai hasil pemikiran maupun hasil
penelitian. Dalam forum tersebut, ada beberapa peran yang dimainkan oleh aktor
yang berbeda, yakni penyaji, pemandu (moderator), notulis, peserta, dan teknisi.
Semua pihak wajib melakukan tugasnya dan menjaga agar jalannya presentasi ilmiah
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
2.5.1
26
rapi. Barangkali kita masih ingat kasus seorang pengusaha sukses, yang oleh
petugas protokol ditolak menghadiri acara
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk tujuan tertentu dan
konteks ini akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan
(Faisol, 2012:1) . Faisol (2012) juga menjelaskan bahwa bahasa Indonesia ilmiah
adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok
masyarakat terpelajar. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Sebagai kegiatan yang
bersifat resmi, ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
ragam bahasa Indonesia baku. Jadi, bahasa Indonesia ilmiah adalah ragam bahasa
Indonesia baku yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat
terpelajar.
Puspandari (2008:10) dalam karyanya menuturkan ragam bahasa ilmu yang
ditunjukkan pada bagan berikut.
27
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia baku yang digunakan
untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat terpelajar. Bahasa Indonesia ragam
ilmiah, memliki ciri khas cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan
konsisten.
B. Saran
1. Bagi pelajar
Tulisan ini dibuat sebagai wadah untuk menambah wawasan tetang
pemahaman bahasa Indonesia ragam ilmiah sekiranya dapat digunakan dan
dimanfaatkan demi kemajuan ilmu pengetahuan.
2.
Pengajar/Pendidik
Berbagai macam literature yang menunjang pembelajaran dapat diperoleh
dengan mudah, tulisan ini diharapkan menjadi salah satu literature yang
dapat membantu untuk menanamkan pemahaman tentang ragam ilmiah
29
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Abdullah Dola, Ahyar Anwar, Akmal Hamsa, Salam, Juanda, Ramly,
Mayong Maman, Azis, Nensilianti, Idawati, Helena, Nurwaty Syam, Asia,
Suarni Syamsaguni, Muhammad Rapi, Achmad Tollo, Muhammad, Johar
amir, sulastriningsih, A. wardihan, Syamsudduha, Kembong Daeng, Enung
Maria, Taufik, Usman, Bachtiar Syamsuddin, Andi Fatimah Yunus, Hajrah,
dan Faisal. 2013. Mata Kuliah Pengenbangan Kepribadian Bahasa Indonesia.
Badan pengembangan bahasa dan sastra indonesia dan daerah fakultas bahasa
dan sastra universitas negeri makassar
Faisol, Muhammad. 2012. Pengertian Bahasa Indonesia Ilmiah. Arikel Online.
(http://ishals.student.umm.ac.id/2012/02/03/pengertian-bahasa-indonesiailmiah) diakses pada 7 maret 2013.
Puspandari, Dyas. 2008. Bahasa Indonesia Hand Book (Sifat Ragam Bahasa Ilmu).
Bandung : Polytechnic Telkom.
ii
iii
30