Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bahasa Indonesia digunakan untuk tujuan tertentu dan konteks tersebut
yang menentukan ragam bahasa yang digunakan. Terdapat berbagai macam
ragam bahasa , misalnya saja seseorang yang menggunakan bahasa Indonesia
dalam orasi politik menggunakan ragam bahasa yang berbeda dari orang lain
yang menggunakannya untuk menyampaikan khotbah jumat atau bahan kuliah
(Anshari dkk, 2013:41).
Pembahasan lebih lanjut dalam tulisan ini lebih mengkhusus pada ragam
bahasa , ragam bahasa ilmiah dan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik/ilmiah, ragam bahasa yang
digunakan adalah ragam bahasa ilmiah. Selain hal tersebut dalam berkomunikasi
diharapkan dapat menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. Ragam
bahasa ilmiah memiliki ciri khas: cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan
konsisten. Pengertian dan karakteristik dari ragam ilmiah perlu untuk diketahui
khususnya bagi pelajar atau mahasiswa yang senantiasa menggunakan bahasa
Indonesia ragam ilmiah dalam dunia kependidikannya. Pada penulisan ilmiah,
bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang mengungkapkan buah pikiran
sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang seksama dalam bidang
ilmu pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu, dengan sistematika
penulisan tertentu, serta isi, fakta, dan kebenarannya dapat dibuktikan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Bahasa adalah alat komunikasi lingual manusia, baik
secara lisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak
dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa
tidak dapat ditinggalkan.

Bahasa Indonesia dikenal sebagi bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata


dalam bahasa Indonesia dapat ditambahkan dengan bentuk lain, yaitu imbuhan.
Imbuhan mengubah bentuk dan makna bentuk dasar yang dilekati imbuhan itu.
Karena sifat itulah, imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa yang baik dan benar
merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah karena bahas
merupakan sarana komunikasi ilmiah pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan
kosakata yang baik akan sulit bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan
gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan
saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, dimana kejelasan
kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.
Begitu juga dalam hal ragam bahasa dalam konsep ilmiah yang menuntut
kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, seperti karya tulis
dan alporan penelitian harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau
terpelajar dan bukan bahasa informal atau pergaulan. Ragam bahasa terdiri atas
dasar media/sarana, penutur, dan pokok persoalan. Atas dasar media, ragam
bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan tulis. Atas dasar penuturnya, terdapat
beberapa ragam yaitu dialek, terpelajar, resmi, dan takresmi. Dari segi pokok
persoalan, ada berbagai ragam antara lain ilmu, hukum, niaga, jurnalistik, dan
sastra.Ragam bahasa dalam konsep ilmiah hendaknya mengikuti ragam bahasa
yang penuturnya adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu. Ragam bahasa ini
mengikuti kaidah bahasa baku untuk menghindari ketaksaan atau ambiguitas
makna karena ragam bahasa ilmiah tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian,
ragam bahasa dalam konsep ilmiah diusahakan tidak mengandung bahasa yang
sifatnya kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik. Tujuannya adalah agar
karya tersebut dapat tetap dipahami oleh pembaca yang tidak berada dalam
situasi atau konteks saat karya tersebut diterbitkan.
Maka dari itu, tulisan ini hadir sebagai salah satu media untuk membantu
mahasiswa memahami tentang ragam bahasa , ragam bahasa ilmiah dan bahasa
indonesia yang baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian ragam bahasa ?
1.2. 2 Apa macam-macam ragam bahasa yang digunakan ?
1.2.3 Apa pengertian ragam bahasa ilmiah ?
1.2.4 Apa pengertian dan karakteristik bahasa Indonesia ragam ilmiah ?
1.2.5 Bagaimana bahasa Indonesia yang baik dan benar ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui tentang pengertian ragam bahasa.


1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam ragam bahasa yang digunakan.
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian ragam bahasa ilmiah.
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik bahasa Indonesia ragam
ilmiah.
1.3.4 Untuk mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.4 Manfaat Penulisan


1.

Teoritis
Sebagai tambahan wawasan tentang ragam bahasa, ragam bahasa ilmiah dan
bahasa indonesia yang baik dan benar . Selain itu, untuk dapat memahami
ciri dan karakteristiknya sehingga dapat diterapkan dalam penggunaanya.

2.

Praktis
a.

Bagi pelajar
Sebagai sarana atau sumber belajar untuk lebih paham tentang ragam
bahasa, ragam bahasa ilmiah dan bahasa indonesia yang baik dan benar.

1.5 Metode Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi
tentang latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan metode
penulisan makalah ini. Bab II merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang
tinjauan pustaka, yang membahas materi/pokok bahasan. Bab III merupakan
bagian terakhir yang berisi kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang
baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan
teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa
Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam
situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.

Setiap ragam bahasa memiliki ciri khasnya masing-masing. Menurut Nazar


dalam Faisol (2012:1) ciri ragam bahasa Indonesia ilmiah sebagai berikut:
1.

Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah
pada bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa
(pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).

2.

Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat diterima
akal sehat (logis).

3.

Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini
tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat.
Jadi, kalimat yang digunakan efektif.

4.

Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang sebenarnya.

5.

Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat isi. Oleh sebab itu, penggunaan
kata dalam kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tepat.

6.

Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu langsung
menuju pada sasaran.

7.

Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan
sistematis.

8.

Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan
salah tafsir.

2.2 Macam-Macam Ragam Bahasa

Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya mempunyai
kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Dalam
suasana akrab, penutur bahasa biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat pendek,
kata-kata dan ungkapan yang maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh peserta
percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana resmi, seperti dalam pidato resmi,
ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam rapat resmi biasanya digunakan kalimat-kalimat
panjang, pilihan kata, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah bahasa yang
benar. Brenstein menamakan kedua ragam bahasa yang terakhir ini masing-masing
sebagai ragam ringkas (restricted code) dan ragam lengkap (elaborate code).

1. Ragam Lisan dan Ragam Tulisan


Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan berdasarkan jenis kesatuandasarnya
(Halim, 1998). Dilihat dari wujud kesatuan dasar ini ragam bahasa dapat pula
dibedakan antara ragam lisan dan ragam tulisan. Kesatuan dasar ragam tulisan adalah
huruf. Tidak semua bahasa terdiri atas ragam lisan dan tulisan, tetapi pada dasrnya
semua bahasa memiliki ragam lisan.

a. Ragam Bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of
speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan
dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini,
pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka,
gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.Ragam bahasa lisan adalah
ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu
sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam bahasa
baku lisan didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri
kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta
kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan
menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara
lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.
Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut
sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciricirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan
dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai
ragam tulis.
Ciri-ciri ragam lisan :
1. Memerlukan orang kedua/teman bicara,
2. Tergantung situasi, kondisi, ruang dan waktu,
3. Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh,
4. Berlangsung cepat,
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu,
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi,
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Yang termasuk dalam ragam lisan diantaranya pidato, ceramah, sambutan,


berbincang- bincang, dan masih banyak lagi. Semua itu sering digunakan
kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama ngobrol atau
berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara
penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.

b. Ragam Bahasa Tulis


Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita
berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan
kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya
kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda
baca dalam mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis:
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
3) Tidak terikat ruang dan waktu; dan
4) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kekurangan ragam bahasa tulis adalah sering terjadi kesalahan tanggapan
antara pembaca dan penulis. Selain itu, ragam bahasa tulis dapat
menyebabkan kurang jelasnya penyampaian makna yang dimaksud.
Hubungan antara lisan dan ragam tulisan adalah timbal balik. Ragam tulisan
melambangkan ragam lisan dengan pengertian bahwa kesatuan ragam tulisan
melambangkan ragam tulisan, yaitu huruf melambangkan kesatuan-kesatuan
dasar lisan, yaitu bunyi bahasa dalam bentuk yang dapat dilihat. Hubungan
perlambangan antara kedua ragam bahasa itu tidak jarang menimbulkan kesan
bahwa struktur lisan sama benar dengan struktur ragam tulisan. Dalam
kenyataan, kedua ragam bahasa itu pada dasarnya berkembang menjadi dua
sistem bahasa yang terdiri atas perangkat kaidah yang tidak seluruhnya sama.
8

Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku
juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur menghilangkan unsur-unsur
tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak berlaku seluruhnya bagi
ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam bentuk selengkap
mungkin.
Dalam hubungan dengan bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah
ragam lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa,
sehingga kedua ragam itu memrlukan pembakuan yang berbeda, sesuai
dengan perkembangannya sebagai bahasa perhubungan antar daerah dan antar
suku selama berabad-abad di seluruh Indonesia (Teew, 1961; Halim, 1998).

2. Ragam Baku dan Nonbaku


Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan kepada siapa
ia berbicara, dimana, tentang masalah apa, kapan dan dalam suasana bagaimana.
Dengan adanya pertimbangan semacam itu, timbullah ragam pemakaian bahasa
sesuai dengan fungsi dan situasinya (Suwito, 1983).
Situasi di kantor, di depan kelas, dalam ruangan rapat resmi, dalam
berdiskusi, berpidato,

memimpin rapat resmi, dan sebagainya

merupakan

situasi/suasana resmi (formal). Dalam situasi/suasana seperti ini hendaknya dipakai


ragam resmi atau formal yang biasa disebut dengan istilah ragam bahasa baku atau
dengan singkat ragam baku. Ragam baku ini selain digunakan dalam suasana seperti
yang telah disinggung di atas, juga digunakan dalam surat menyurat resmi,
administrasi pemerintahan, perundang-undangan Negara, dan dalam karya-karya
ilmiah. Sebaliknya, situasi di dalam rumah tangga, di pinggir jalan, di warungwarung, di pasar, di lapangan olahraga, dan sebagainya merupakan situasi/suasana
yang tak resmi (informal). Dalam suasana seperti ini hendaknya kita menggunakan
ragam bahasa tak resmi (informal) yang biasanya disebut dengan istilah ragam bahasa
takbaku (nonbaku) atau dengan singkat ragam takbaku (nonbaku). Jadi, pemakaian
bahasa di luar suasana formal (resmi) dan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi

antarsahabat, antaranggota keluarga di rumah, dan antarpembeli kesemuanya


digolongkan ke dalam ragam takbaku.
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang
dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam
bahasa ini lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundangundangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran,
dan sebagainya.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan
sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1)
dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4)
didukung oleh ragam bahasa lisan.

Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:


a) Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten.
b) Penggunaan Kata-Kata Baku
Kata-kata yang dipakai adalah kata-kata umum dan sudah lazim digunakan
atau yang frekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim
atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan
pertimbangan- pertimbangan khusus.
c) Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan (EYD). EYD mengatur mulai dari penggunaan
huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur
serapan, sampai pada penggunaan tanda baca.
d) Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan

10

Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum
pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa
Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal
daerah.
e) Penggunaan Kalimat Secara Efektif
Kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan
denganlisan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang
di maksud pembicara atau penulis.
Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah
bahasa, dengan kata lain ragam-ragam selebihnya (termasuk dialek)
merupakan ragam nonbaku. Dari sudut kebahasaan, terdapat perbedaan antara
ragam baku dan nonbaku antara lain tata bunyi, tata bentukan, kosa kata, dan
tata kalmat. Dalam BI ejaan yang diakui baku adalah EYD, sehingga
penulisan yang tidak sesuai dengan EYD adalah ejaan nonbaku. Sayangnya
dalam BI belum ada pengaturan yang tuntas mengenai pelafalan, sehingga
batas antara baku dan nonbaku masih agak kabur meski tetap ada batas-batas
tertentu yang memisahkan keduanya.
Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku
adalah ragam bahasa yang dilambangakan dan diakui oleh sebagian besar
warga masyarakat pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku
berisi rujukan yang menentukan benar tidaknya pemakaian bahasa, baik
ragam lisan maupun ragam tulisan, sedangkan ragam takbaku selalu ada
kecenderungan untuk menyalahi norma/kaidah bahasa yang berlaku.

3. Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Fungsional

a.

Ragam Bahasa Ilmiah

Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah:


1) Bahasa Indonesia ragam baku;
2) Pengunaan kalimat efektif;

11

3) Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;


4) Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian
kata dan istilah yang bermakna kias.
5) Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi
tulisan; dan
6) Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan Antaralinea.

b. Ragam Bahasa Sastra


Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak
mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya
melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam
bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi
pembaca.
c. Ragam Bahasa Iklan
Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri
ragam bahasa iklan. Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif dan
propogandis.
d. Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti
transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi.diagnosis, infus, dan
USG adalah contoh istilah dalam bidang kedokteran.

2.3 Ragam Bahasa Ilmiah


Bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa yang disusun menggunakan ejaan bahasa
Indonesia yang telah disempurnakan dan digunakan untuk kepentingan ilmiah. Menurut
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia Nomor :
0543a/U/1987 menyatakan bahwa Bahasa Indonesia telah mempunyai kaidah penulisan
(ejaan) yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau
lebih dikenal dengan istilah EYD. Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku :Pedoman

12

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Contoh kesalahan pada


penulisan ejaan:
Salah

Benar

Keterangan

Manca negara

Mancanegara

Pemisahan kata yang tidak dapat


berdiri sendiri

Minum air putih

Minum air-putih

Gabungan

kata

yang

dapat

menimbulkan salah penfsiran


Menindak lanjuti

Menindaklanjuti

Kata jadian berimbuhan gabung depan


dan belakang ditulis serangkai

Sehingga pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf


penulisan bahasa ilmiah yang baik

pada

adalah sesuai dengan kaidah pada bahasa

Indonesia baku. Seperti halnya kata yang dipilih merupakan kata yang bermakna
denotatif dan bersifat obyektif. Yang dimaksud bermakna denotatif adalah kata-kata
yang bermakna sebenarnya. Sedangkan kata-kata yang bersifat obyektif adalah katakata yang bersifat netral, tidak memihak dan tidak berorientasi pada gagasan yang
dibahas. Sehingga pembaca tidak menebak-nebak, berprasangka, bahkan salah tafsir
dari kata-kata yang diungkapkan oleh penulis.
Bahasa yang digunakan dalam bahasa ilmiah adalah bahasa pasif, yang
dimaksud bahasa pasif adalah bahasa yang mengungkapkan bahwa penulis hanya
berperan sebagai media penyampai maksud, dan bukan sebagai pelaku.Sehingga
jangan sampai melakukan kesalahan pembentukan kalimat pasif dari kalimat aktif
intransif.
Selain itu, agar pembaca terhindar dari kata-kata yang bermakna ganda, maka
bahasa ilmiah diungkapkan secara lugas dan lengkap, yang dimaksud lugas dan
lengkap adalah penyampaian yang langsung menuju pada sasaran yang dituju,
sehingga para pembaca dapat memahami maksud dan tujuan dari penulis dengan baik
dan tepat tanpa adanya kesalah pahaman dan penafsiran. Contohnya ada pada kata

13

memperlebarkan, kata ini memiliki makna ganda yaitu memperlebar atau


melebarkan. Kata-kata semacam ini yang seharusnya dihindari, tetapi jika penulis
tetap ingin menggunakan kata-kata tersebut, sebaiknya penulis dapat lebih
memperjelas maksud dari kata-kata tersebut.
Karena ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa yang digunakan oleh
kaum terpelajar, maka kata-kata yang digunakan dalam bahasa ilmiah bersifat formal,
contohnya dapat kita lihat dalam tabel berikut:

Formal

Non-Formal

Mengapa

Ngapa

Pria

Cowok

Menyapu

Nyapu

Kata-kata non-formal tersebut sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari


oleh masyarakat awam, karena masyarakat telah terbiasa dan merasa lebih mudah
untuk megucapkannya, terutama dikalangan kaum muda. Namun kata-kata nonformal tidak termasuk dalam ragam bahasa ilmiah karena kata-kata non formal bukan
merupakan ejaan yang telah disempurnakan.
Konsistensi atau keajegan dalam menulis harus tetap dijaga, seperti pemilihan
kata, penggunaan singkatan, frasa, klausa, kalimat, tanda baca dan paragraf. Sehingga
pembaca dengan mudah memahami jalan pikiran penulis tanpa merasa adanya
hambatan seperti jurang yang memisahkan kalimat satu dengan kalimat selanjutnya.
Selain itu dalam sebuah paragraf yang baik hanya ada satu ide pokok dan terdiri dari
kalimat-kalimat yang mendukung satu ide pokok yang terkandung didalam paragraf
tersebut. Contoh sebuah paragraf dari sebuah artikel berita menyatakan persetujuan
tentang jembatan yang akan dibangun di desa suka maju. Maka semua kalimat yang
ada di dalam paragraf tersebut menyatakan tentang persetujuan dilaksanakannya
pembangunan jembatan di desa suka maju. Jangan sampai ada kalimat yang memiliki
makna tersirat tentang keburukan-keburukan, dampak negatif dari pembangunan

14

jembatan tersebut, karena secara tidak langsung kalimat tersebut dapat bermakna
penolakan terhadap pembangunan jembatan di desa suka maju dan akan
menimbulkan kebingungan terhadap pembaca. Kepaduan sebuah paragraf dalam
sebuah wacana dapat juga dilakukan dengan cara mengulang bagian yang dianggap
penting ke dalam sebuah kalimat dibagian akhir paragraf.
Penggunaan tanda baca yang tepat juga perlu diperhatikan, coba bandingkan
ketiga kalimat ini:
1. Dia sudah menyuruhmu pergi!
2. Dia sudah menyuruhmu pergi?
3. Dia sudah menyuruhmu pergi.
Walaupun kata-kata di ketiga kalimat tersebut sama, namun memiliki arti yang
berbeda karena tanda baca yang berbeda pula. Pada kalimat pertama jika dibaca maka
akan seperti memberitahukan bahwa dia sudah menyuruhmu untuk pergi dan
diucapkan dengan nada tinggi seperti membentak, sedangkan pada kalimat kedua jika
dibaca akan menanyakan apakah dia sudah menyuruhmu pergi dengan nada bertanya
untuk memastikan hal tersebut. Berbeda hal dengan kalimat ketiga, pada kalimat
ketiga seperti memberi tahu bahwa dia sudah menyuruhmu pergi dengan nada datar.
Dari contoh tersebut kita dapat mengetahui betapa pentingnya penggunaan tanda baca
untuk memberi penekanan pada sebuah kalimat tersebut.
Ide yang diungkapkan dalam ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa yang
digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kaum terpelajar, maka bahasa ilmiah juga
bersifat informatif, yang dimaksud informatif adalah memberikan sebuah informasi
pengetahuan yang diungkapkan secara langsung dan berdasarkan fakta. Ide atau
informasi tersebut benar-benar sesuai dengan fakta yang diterima, serta dapat
dibuktikan secara nyata. Sehingga ide yang diungkapkan dapat diterima dengan akal
sehat dan bukan sesuatu yang mengada-ada. Ide yang diungkapkan dalam bahasa
ilmiah juga berisi dan padat, yang dimaksud padat dan berisi adalah semua hal yang
ingin disampaikan telah terangkum dalam wacana tersebut tanpa adanya kata-kata
yang berlebih dan tidak perlu.

15

Kesalahan yang sering dilakukan oleh penulis adalah kesalahan dalam penalaran,
dimana hal-hal yang diungkapkan tidak masuk akal dan dapat menimbulkan
kerancuan. Selain itu terkadang penulis melakukan pemborosan kata, yang dimaksud
pemborsan kata adalah menggunakan kata-kata yang memiliki makna sama atau
dalam kalimat tersebut terdapat unsur yang tidak berguna. Contohnya pada kalimat
Saya akan segera turun kebawah., kalimat ini salah karena terjadi pemborosan kata
dimana kata turun pasti menunjukkna kearah bawah. Maka kalimat yang benar adalah
Saya akan segera turun. atau Saya akan segera ke bawah.. Maka penulis harus
pintar dalam memilih kata-kata yang akan digunakan.
Dalam penulisan bahasa ilmiah tidak asal menulis saja. Seperti yang telah
dijelaskan diatas, bahwa bahasa ilmiah memiliki ciri khas seperti cendikia dimana
setiap pemilihan kata harustepat, gaya bahasa sesuai EYD, bermakna tunggal, ringkas
dan padat, dan bersifat informatif. Sehingga gaya bahasa, kata-kata yang digunakan
sesuai dengan karya ilmiah, paper, skripsi yang dibuat dan para pembaca dapat
mengetahui langsung tentang jenis dan tujuan dari penulis. Pembaca juga dapat
langsung menyesuaikan gaya membaca yang sesuai dengan apa yang dibacanya.
Seperti saat membaca bahasa sastra yang banyak mengandung makna kiasan yang
dapat membuat pembaca menafsirkan sendiri tentang apa yang dimaksud oleh
penulis. Berbeda halnya saat kita membaca bahasa hukum, dimana kata-kata yang
digunakan lebih membosankan, menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti karena
istilah-istilah yang jarang kita dengar dan kurang komunikatif, maka kita harus
membaca perlahan agar dapat memahami maksud dan isi wacana tersebut.

2.4 Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah


Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia yang
digunakan dalam menulis karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempatnya, bahasa
Indonesia diharapkan bisa menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik
secara tertulis maupun lisan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki

16

karakteristik cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak


dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.

1. Cendekia
Bahasa Indonesia bersifat cendikia artinya Bahasa Indonesia itu mampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu
membentuk pernyataan yang tepat dan sesksama. Hal ini sejalan dengan pendapat
Soedradjad (2010) bahwa bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang
tepat dan seksama, sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara
tepat oleh pembaca.

2. Lugas dan Jelas


Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan
gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara
langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa
Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan
isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah
dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan
yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan
muncul pada kalimat yang sangat panjang.

3. Menghindari Kalimat Fragmentaris


Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat
fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat
terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam
beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.

4. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat
keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan

17

kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan
utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal
dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat),
ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei
formal.

5. Objektif dan Konsisten


Sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal
tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata seperti kosa kata, bentuk kata,
dan struktur kalimat. Sementara sifat konsisten yang ditampakkan pada penggunaan
unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain dan istilah yang sesuai dengan kaidah dan
semuanya digunakan secara konsisten.

6. Bertolak dari Gagasan


Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam
ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada
gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimatkalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan
penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

7. Ringkas dan Padat


Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa
yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat
merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa.
Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang
terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan
kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat
atau paragraph yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.

18

Menurut Puspandari (2008:10) mengungkapkan bahwa ragam ilmu memiliki


sifat sabagai berikut:
1. Baku
Ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu,
ragam bahasa ilmu mengikuti kaidah-kaidah baku, yakni EYD, dan dalam
ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata,
struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan.
Contoh: Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain
sebagainya, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia
bagian timur kita terpaksa serahkan kepada penguasa asing. (tidak Baku)
Pada kalimat di atas terdapat kata dan struktur yang tidak baku, yaitu:
dikarenakan, dan lain sebagainya, dan kita terpaksa serahkan. Kalimat diatas
dapat diperbaiki sebagai berikut.
Karena kekurangan modal, tenaga, daa lain-lain, maka proyek pembangunan
sarana telekomunikasi di Indonesia Timur terpaksa kita serahkan kepada
pengsaha asing. (Baku)

2. Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan
konotatif dan tidak bermakna ganda. Contoh: Sampai saat ini masyarakat desa
Bojongsoang belum memperoleh penerangan yang memadai. (tidak lugas)
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna
ganda, yaitu informasi atau listrik. Perbaikan: Sampai saat ini masyarakat desa
Bojongsoang belum memperoleh informasi yang memadai atau sampai saat
ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh listrik yang memadai.
3. Berkomunikasi dengan pikiran dari pada perasaan

19

Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan


atau hemat, dan tidak emosional. Contoh: Sebaiknya letak kampus tidak dekat
dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab
jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti

itu kegiatan belajar akan

mengalami gangguan. (tidak efisien)Perbaikan: Sebaiknya letak kampus tidak


berdekatan dengan tempat-tempat yang ramai supaya kegiatan belajar tidak
terganggu. (efisien)
4. Kohesif
Agar tercipta hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam
kalimat maupun dalam alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu
dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat
penghubung, seperti kata-kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.
5. Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna
atau ide pokok.
6. Mengutamakan Kalimat Pasif
Contoh: Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.
Perbaikan: Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
7. Konsisten
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah,
singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.
8. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam
ilmiah dapat diterima akal. Contoh: Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar
lagi juga akan menguap. (tidak logis)

20

Perbaikan: Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu
akan menguap.
9. Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh
penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.
10. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh: Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan: Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman
satu meter.
Adapun beberapa ciri-ciri atau karakteristik dari bahasa Indonesia ragam ilmiah
yang diungkapkan oleh Anshari, dkk (2013) bahwa bahasa Indonesia memiliki
karakteristik cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat pragmentaris, bertolak
dari gagasan, format dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten.
Bahasa Indonesia bersifat cendikia artinya bahasa Indonesia itu mampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu
membentuk pernyataan yang tepat dan seksama. Sementara itu, sifat lugas dan jelas
dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas
dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna
yang ditimbulkan adalah makna lugas. Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga
menghindari penggunaan kalimat pragmentaris. Kalimat pragmentaris adalah kalimat
yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adanya keinginan penulis
menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan
yang diungkapkan (Anshari, dkk 2013:42).
Setiap ragam bahasa memiliki ciri khasnya masing-masing. Menurut Nazar
(2004: 9), ciri ragam Bahasa Indonesia Ilmiah sebagai berikut:

21

1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah pada
bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukan
kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat diterima akal
sehat (logis).
3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini
tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat. Jadi,
kalimat yang digunakan efektif.
4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang sebenarnya.
5. Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat isi/ bernas. Oleh sebab itu, penggunaan
kata dalam kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tepat.
6. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu langsung menuju
pada sasaran.
7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan sistematis.
8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir.

2.4.1 Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Menulis dan Presentasi
Ilmiah
Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi
ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta,
konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempat hal tersebut secara hasil penelitian,
secara tertulis, dan lisan. Itu berarti, pada saat menulis tulisan ilmiah penulis harus
berusaha keras agar bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat
yang cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari
gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Sifat-sifat bahasa
Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata, pengembangan kalimat,
pengembangan paragraf, kecermatan dalam penggunaan ejaan, tanda baca, dan aspekaspek mekanik lainnya.

22

1.

Menulis Karya Ilmiah


Jenis-jenis karya ilmiah dapat dibedakan atas berikut.

a. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan
pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris
dan objektif.
b. Kertas kerja
Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada
makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris
dan objektif. Makalah sering ditulis untuk disajikan dalam kegiatan penelitian dan
tidak untuk didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam
seminar atau lokakarya.
c. Laporan Praktik Kerja
Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil
temuan di lapangan atau instansi perusahaan tempat kita bekerja. Jenis karya ilmiah
ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang diploma III (DIII).
d. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis
berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S1). Karya ilmiah ini ditulis untuk
meraih gelar sarjana.
e. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru
dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih
mendalam dari skripsi (karya ilmiah S2). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar
magister.
f. Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang
dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S3).
Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.
23

Bagaimana halnya dalam presentasi ilmiah? Ketika melakukan presentasi ilmiah,


presenter dituntut agar bahasa Indonesia lisan yang digunakan diwarnai oleh sifatsifat ragam bahasa Indonesia ilmiah sebagaiana dikemukakan di atas. Sementara itu,
beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap bisa dimanfaatkan, misalnya
adanya kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan
intonasi, jeda, dan unsur suprasegmental lainnya.

2.

Presentasi Ilmiah
Presentasi ilmiah merupakan kegiatan yang lazim dilakukan dalam dunia ilmiah.
Kegiatan itu berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah. Agar presentasi ilmiah
dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan, yakni:
1) Menarik minat dan perhatian peserta.
2) Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas.
3) Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang
penyaji dapat menggunakan media yang menarik (media visual seperti gambar
dengan warna yang menarik, ilustrasi, dll.), mengetahui latar belakang peserta, dan
menjaga suara agar tidak monoton serta terdengar jelas oleh seluruh peserta yang
berada di suatu ruangan. Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada madalah
yang dibahas, penyaji harus menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi
penjelasan singkat dan padat terhadap butir-butir inti. Untuk menjaga etika dapat
dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang dapat merugikan (menyinggung
perasaan) orang lain.
Tata Cara dan Etika Presentasi Ilmiah Presentasi ilmiah akan berhasil jika penyaji
menaati tata cara yang lazim. Pertama, penyaji perlu memberi informasi kepada
peserta secara memadai. Informasi tersebut akan dipahami dengan baik jika peserta
memperoleh bahan tertulis, baik bahan lengkap maupun bahasan presentasi
powerpoint. Jika diperlukan, bahan dapat dilengkapi dengan ilustrasi yang relevan.
Apabila bahan ditayangkan, harus dipastikan bahwa semua peserta dapat melihat
24

layar dan dapat membaca tulisan yang disajikan. Kedua, penyaji menyajikan bahan
dalam waktu yang tersedia. Untuk itu, penyaji perlu merencanakan penggunaan
waktu dan menaati panduan yang diberikan oleh moderator. Ketiga, penyaji menaati
etika yang berlaku di forum ilmiah karena forum ilmiah merupakan wahana bagi
ilmuwan dan akademisi dari berbagai disiplin ilmu saling asah otak dan hati serta
bertukar berbagai informasi akademik, baik sebagai hasil pemikiran maupun hasil
penelitian. Dalam forum tersebut, ada beberapa peran yang dimainkan oleh aktor
yang berbeda, yakni penyaji, pemandu (moderator), notulis, peserta, dan teknisi.
Semua pihak wajib melakukan tugasnya dan menjaga agar jalannya presentasi ilmiah
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.

2.5 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

2.5.1

Bahasa Indonesia yang Baik


Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang sesuai
dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan
bicara, dan sesuai dengan topik pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik
tidak selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa
Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut
golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang baik
juga dapat diartikan bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab,
seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola
hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak
terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam
kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan
hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu
memperhatikan norma bahasa

2.5.2 Bahasa Indonesia yang Benar


25

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai


dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang
benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau
kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi
kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah
penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan
digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten,
pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah
bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak
benar/tidak baku. Oleh karena itu, kaidah yang mengatur pemakaian bahasa
itu meliputi kaidah pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat,
pembentukan paragraf, penataan penalran, serta penerapan ejaan yang
disempurnakan. Kaidah-kaidah itu diungkapkan lebih lanjut pada bagian lain,
dengan dilengkapi contoh yang salah dan contoh yang benar.
2.5.3 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Jika bahasa diibaratkan pakaian, kita
akan menggunakan pakaian renang pada saat akan berenang di kolam renang
sambil membimbing anak-anak belajar berenang. Akan tetapi, tentu kita akan
mengenakan pakaian yang disetrika rapi, sepatu yang mengkilat, dan seorang
laki-laki mungkin akan menambahkan dasi yang bagus pada saat ia
menghadiri suatu pertemuan resmi, pada saat menghadiri pesta perkawinan
rekan sejawat, atau pada saat menghadiri sidang DPR. Akan sangat ganjil
bukan, jika pakaian yang disetrika, sepatu mengkilap, dasi, dan sebagainya
itu digunakan untuk berenang. Demikian juga kita akan dinilai sebagai orang
yang kurang adab jika menghadiri acara dengar pendapat di DPR dengan
pakaian renang karena di sana ada ketentuan yang sudah disepakati bahwa
siapa pun yang akan menghadiri acara resmi di DPR harus berpakaian

26

rapi. Barangkali kita masih ingat kasus seorang pengusaha sukses, yang oleh
petugas protokol ditolak menghadiri acara

dengar pendapat di DPR

karena pengusaha yang "nyentrik" itu tidak menggunakan pakian rapi.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk tujuan tertentu dan
konteks ini akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan
(Faisol, 2012:1) . Faisol (2012) juga menjelaskan bahwa bahasa Indonesia ilmiah
adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok
masyarakat terpelajar. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Sebagai kegiatan yang
bersifat resmi, ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
ragam bahasa Indonesia baku. Jadi, bahasa Indonesia ilmiah adalah ragam bahasa
Indonesia baku yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat
terpelajar.
Puspandari (2008:10) dalam karyanya menuturkan ragam bahasa ilmu yang
ditunjukkan pada bagan berikut.

27

Mahasiswa didasarkan dan berada di dunia akademi/ilmiah dan ragam bahasa


Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah, yang memliki ciri khas : cendekia,
lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan
objektif, ringkas dan padat, dan konsisten (Faisol, 2012:1).

28

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia baku yang digunakan
untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat terpelajar. Bahasa Indonesia ragam
ilmiah, memliki ciri khas cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan
konsisten.
B. Saran
1. Bagi pelajar
Tulisan ini dibuat sebagai wadah untuk menambah wawasan tetang
pemahaman bahasa Indonesia ragam ilmiah sekiranya dapat digunakan dan
dimanfaatkan demi kemajuan ilmu pengetahuan.
2.

Pengajar/Pendidik
Berbagai macam literature yang menunjang pembelajaran dapat diperoleh
dengan mudah, tulisan ini diharapkan menjadi salah satu literature yang
dapat membantu untuk menanamkan pemahaman tentang ragam ilmiah

29

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Abdullah Dola, Ahyar Anwar, Akmal Hamsa, Salam, Juanda, Ramly,
Mayong Maman, Azis, Nensilianti, Idawati, Helena, Nurwaty Syam, Asia,
Suarni Syamsaguni, Muhammad Rapi, Achmad Tollo, Muhammad, Johar
amir, sulastriningsih, A. wardihan, Syamsudduha, Kembong Daeng, Enung
Maria, Taufik, Usman, Bachtiar Syamsuddin, Andi Fatimah Yunus, Hajrah,
dan Faisal. 2013. Mata Kuliah Pengenbangan Kepribadian Bahasa Indonesia.
Badan pengembangan bahasa dan sastra indonesia dan daerah fakultas bahasa
dan sastra universitas negeri makassar
Faisol, Muhammad. 2012. Pengertian Bahasa Indonesia Ilmiah. Arikel Online.
(http://ishals.student.umm.ac.id/2012/02/03/pengertian-bahasa-indonesiailmiah) diakses pada 7 maret 2013.
Puspandari, Dyas. 2008. Bahasa Indonesia Hand Book (Sifat Ragam Bahasa Ilmu).
Bandung : Polytechnic Telkom.

ii

iii

30

Anda mungkin juga menyukai