Anda di halaman 1dari 29

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

I. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa adalah sistem yang terdiri dari pengembangan, perolehan, pemeliharaan dan
penggunaan sistem komunikasi yang rumit. Ketika digambarkan sebagai sistem komunikasi
simbolis, bahasa secara tradisional dilihat sebagai terdiri dari tiga bagian: tanda, makna, dan
kode. Tergantung pada modalitas, struktur bahasa dapat didasarkan pada sistem suara
(ucapan), gerakan (bahasa isyarat), atau simbol grafis atau taktil (penulisan). Bahasa adalah
media wahana untuk mengekspresikan pikiran yang sudah ada secara independen dari kata-
kata dan struktur gramatikal. Bahasa juga berkontribusi pada pembentukan pemikiran dan
dimana bahasa yang berbeda berkontribusi kepada aspek pemikiran yang berbeda pula.
Bahasa Indonesia memiliki akarnya dalam bahasa Melayu. Bahasa Indonesia, yang
berasal dari bahasa Melayu, adalah anggota rumpun bahasa Austronesia, yang meliputi
bahasa dari Asia Tenggara dan Samudra Pasifik, dengan jumlah yang lebih kecil di benua
Asia. Indonesia terdiri dari ratusan kelompok etnis dan bahasa asli yang berbeda, dengan
kelompok etnis terbesar dan dominan secara politik adalah orang Jawa. Identitas bersama
telah berkembang, yang didefinisikan oleh bahasa nasional, keragaman etnis, pluralisme
agama dalam populasi mayoritas Muslim, dan sejarah kolonialisme dan pemberontakan
melawannya. Bahasa sebagai sistem komunikasi yang dinamis dapat menggambarkan latar
belakang atau kejadian tertentu yang berlangsung pada suatu waktu yang spesifik dan dapat
berubah pada situasi lainnya. Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk mengetahui sejarah,
fungsi, serta peranan Bahasa Indonesia dalam aktivitas serta perkembangan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dipaparkan permasalahan yang akan
dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana asal usul sejarah perkembangan bahasa Indonesia sebelum
kemerdekaan dan setelah kemerdekaan?
2. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Indonesia?
3. Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia I-1


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan kedalam beberapa tujuan,
yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui asal usul sejarah perkembangan bahasa Indonesia sebelum
kemerdekaan dan setelah kemerdekaan.
2. Mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Indonesia.
3. Mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah sejarah dan perkembangan bahasa
Indonesia yaitu dapat mengetahui sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia mulai dari
asal usul bahasa Indonesia dari sebelum kemerdekaan sampai dengan setelah kemerdekaan
hingga peristiwa-peristiwa penting sejarah Indonesia sampai dengan era kemerdekaan atau
pada saat ini.

1.5 Sistematika Pembahasan


Proses pengerjaan makalah tentang “Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia”
dilakukan dengan jangka waktu satu minggu. Penyusunan materi tersebut dimulai dari
penyusunan laporan yang berisikan tentang Pendahuluan, Pembahasan hingga Penutup.
Sistematika pembahasan berisi mengenai BAB I, BAB II, dan BAB III.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang penulisan laporan, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika pembahasan.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang sejarah perkembangan bahasa Indonesia yang meliputi
asal usul bahasa Indonesia yang dimulai dari sejarah perkembangan bahasa Indonesia
sebelum kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan. Selain itu terdapat tonggak atau
peristiwa penting sejarah perkembangan bahasa Indonesia dari awal penciptaan bahasa
Indonesia hingga saat ini, dan perkembangan bahasa Indonesia di era kemerdekaan. Selain
itu juga berisi tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia yang meliputi kedudukan

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia I-2


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan terkait dengan materi sejarah dan
perkembangan bahasa Indonesia serta saran yang diharapkan untuk kedepannya agar dapat
lebih baik.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia I-3


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

II. BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia memiliki sejarah jauh lebih panjang daripada Republik Indonesia
itu sendiri. Hal tersebut dilihat dari asal usul bahasa Indonesia dari sebelum kemerdekaan
sampai dengan setelah kemerdekaan hingga peristiwa-peristiwa atau tonggak penting
sejarah bahasa Indonesia dari awal penciptaan bahasa Indonesia hingga saat ini.
2.1.1 Asal Usul Bahasa Indonesia
Asal usul bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu dan termasuk ke dalam
rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Indonesia telah digunakan sebagai lingua franca di
Nusantara sejak abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya.
Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Bahasa Melayu
Pasar sangat mudah dimengerti, ekspresif, memiliki toleransi kesalahan yang sangat besar
dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para
penggunanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa Melayu Pasar adalah bahasa
yang sangat lentur. Selain Melayu Pasar, terdapat pula istilah Melayu Tinggi. Pada masa
lalu, bahasa Melayu Tinggi digunakan di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera,
Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa Melayu Tinggi lebih sulit daripada Melayu Pasar karena
penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak se-ekspresif bahasa Melayu Pasar.
Pemerintah kolonial Belanda menganggap kelenturan bahasa Melayu Pasar dapat
mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Pemerintah kolonial Belanda berusaha
meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan
penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Akan tetapi, bahasa
Melayu Pasar sudah telanjur digunakan oleh banyak pedagang yang melintasi Indonesia.
A. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang
menyatakan hal tersebut ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit tahun 683 M
(Palembang); Talang Tuwo tahun 684 M (Palembang); Kota Kapur tahun 686 M (Bangka
Barat); dan Karang Brahi tahun 688 M (Jambi). Prasasti-prasasti tersebut bertuliskan huruf
Pranagari berbahasa Melayu Kuno Bahasa Melayu Kuno tidak hanya dipakai pada zaman
Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli), juga ditemukan prasasti tahun 832 M dan di

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-1


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Bogor, ditemukan prasasti yang berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa
Melayu Kuno.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku pelajaran agama Buddha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
penghubung antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, yang juga digunakan
untuk berkomunikasi dengan para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang mempelajari agama Buddha
di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di Sriwijaya, terdapat bahasa yang bernama
Koen-luen (I-Tsing, 159), Kou-luen (I-Tsing, 183), Koen-luen (Ferrand, 1919), Kw'enlun
(Alisjahbana, 1971: 1089), Kun 'lun (Parnikel, 1977: 91), Kun'lun (Prentice, 1978: 19), yang
berdampingan dengan Sanskerta. Bahasa yang dimaksud I-Tsing adalah bahasa penghubung
(lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Menurut Nuryanto (2015),
berbagai batu bertulis (prasasti) kuno juga ditemukan seperti:
1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang Tahun 683
2. Prasasti Talang Tuo di Palembang Tahun 684
3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat Tahun 686
4. Prasasti Karang Brahi, Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi Tahun 688
Masing-masing bertulis Pra-Nagari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno, memberi
petunjuk kepada kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah
dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya (Halim, 1979: 6-7). Prasasti-prasasti
yang juga tertulis didalam bahasa Melayu Kuno terdapat di Jawa Tengah (Prasasti
Gandasuli, tahun 832) dan di Bogor (Prasasti Bogor, tahun 942). Kedua prasasti di Pulau
Jawa itu memperkuat pula dugaan kita bahwa bahasa Melayu Kuno pada waktu itu tidak saja
dipakai di Pulau Sumatra, tetapi juga dipakai di Pulau Jawa. Berdasarkan bukti
sejarah bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu memiliki berfungsi sebagai
berikut.
1. Bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan
hidup dan sastra
2. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antar
suku di Indonesia.
3. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, terutama di sepanjang
pantai, baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun bagi pedagang-pedagang
yang datang dari luar Indonesia.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-2


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

4. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.


Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak semakin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis (seperti tulisan pada batu nisan
di Minye Tujoh, Aceh, tahun 1380 M), maupun hasil susastra abad ke-16 dan ke-17 (seperti
Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan
Bustanussalatin). Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama İslam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh
masyarakat Nusantara karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Awal mula penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada Kongres Pemuda Kedua di
Jakarta, dicanangkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.
Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, yaitu bahasa Jawa (sebenarnya merupakan
bahasa mayoritas pada saat itu) sebagai dasar bahasa Indonesia, tetapi beliau memilih bahasa
Indonesia yang didasarkan dari bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.
Ki Hajar Dewantara menjabarkan bahwa yang dinamakan "Bahasa Indonesia” adalah
bahasa Melayu yang sesungguhnya berasal dari "Melayu Riau”. Namun, bahasa Indonesia
yang dikenal saat ini adalah bahasa Melayu Riau yang sudah ditambah, diubah, atau
dikurangi menurut keperluan zaman dan alam baru sehingga bahasa itü mudah dipakai oleh
seluruh rakyat Indonesia. Pembaruan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia harus
dilakukan oleh kaum ahli yang beralam baru, yaitu alam kebangsaan Indonesia
(Kridalaksana, 1991 dalam Ahmad dan Alek, 2016).
Selanjutnya, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
Persatuan, sekaligus menjadi identitas bangsa Indonesia. Apabila bahasa Indonesia sebagai
unsur dari sistem negara tidak lagi mampu memberikan ketiga fungsi tersebut, maka akan
terjadi guncangan pada sistem sosial-budaya Indonesia. Misalnya, semua orang yang
menghadiri suatu acara kenegaraan menggunakan bahasa yang mereka anggap benar
sehingga mengacaukan acara kenegaraan tersebut. Oleh karenanya, bahasa Indonesia
sebagai bahasa pemersatu bangsa memberikan suatu aturan baku dalam berbahasa dan juga
dapat menjembatani penuturnya untuk dapat saling mengerti.
Berikut beberapa alasan mengapa bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa
persatuan Republik Indonesia. Beberapa alasan tersebut di antaranya:

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-3


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

1. Jika bahasa Jawa yang digunakan sebagai bahasa nasional, suku-suku bangsa
lain akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan golongan mayoritas di
Republik Indonesia.
2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu
Riau. Ada tingkatan-tingkatan kesopanan pada bahasa Jawa, yaitu halus, biasa,
dan kasar. Tingkat kesopanan tersebut digunakan untuk berbicara dengan orang
yang berbeda usia, derajat, ataupun pangkat. Bila pengguna kurang memahami
budaya Jawa, maka ia dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
3. Bahasa Melayu Riau dan bukan bahasa Melayu Pontianak, Banjarmasin,
Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kuta dipilih sebagai bahasa
nasional dengan pertimbangan:
a. Suku Melayu berasal dari Riau. Bahkan, Sultan Malaka yang terakhir pun
melarikan diri ke Riau setelah Malaka direbut oleh Portugis.
b. Sebagai lingua franca, bahasa Melayu Riau yang paling sedikit terkena
pengaruh, misalnya pengaruh dari bahasa Tionghoa Hokkien, Tio Ciu, Ke,
ataupun pengaruh dari bahasa Iainnya.
4. Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di wilayah Nusantara. Pada
1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia, yaitu Malaysia,
Brunei Darussalam, dan Singapura. Dengan menggunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa persatuan, diharapkan dapat menumbuhkan semangat
patriotisme dan nasionalisme di kawasan Republik Indonesia dan negara-negara
di sekitarnya.
Dengan terpilihnya bahasa Melayu Riau sebagai bahasa pemersatu, para pejuang
kemerdekaan bersatu seperti pada masa perkembangan Islam di Indonesia. Namun, kali ini
dengan tujuan persatuan dan kebangsaan. Kemudian, dilakukan standardisasi (pembakuan)
bahasa Indonesia dengan nahu (tata bahasa) dan kamus baku. Hal ini telah dilakukan pada
zaman Penjajahan Jepang.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah
Putusan Kongres Pemuda Indonesia Tahun 1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai
berikut.
Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang
satu, ssssssssstanah Indonesia.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-4


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa sssssssssIndonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa Persatuan,
bahasa sssssssssIndonesia.
Pernyataan yang pertama yaitu pengakuan bahwa pulau-pulau yang bertebaran dan
lautan yang menghubungkan pulau-pulau yang merupakan wilayah Republik Indonesia
sekarang adalah satu kesatuan tumpah darah (tempat kelahiran) disebut Tanah Air Indonesia.
Pernyataan yang kedua yaitu pengakuan bahwa manusia-manusia yang menempati bumi
Indonesia itu juga merupakan satu kesatuan yang disebut bangsa Indonesia. Pernyataan yang
ketiga tidak merupakan pengakuan “berbahasa satu”, tetapi merupakan pernyataan tekad
kebahasaan yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan,
yaitu bahasa Indonesia (Halim, 1983: 2- 3). Butir ketiga menjadi pijakan atas pengakuan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dari segi pemaknaan, bahasa persatuan menjadi
wahana pemersatu seluruh elemen bangsa. Artinya bangsa Indonesia mempersatukan diri
berdasarkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berkat ikrar Sumpah Pemuda di atas, keberadaan atau eksistensi bahasa Indonesia
telah diterima di masyarakat Indonesia pada saat itu. Menurut Kridalaksana (1991),
penerimaan itu menyebabkan orang Indoensia melihat bahasa Indonesia yang menjadi
bahasa persatuan bangsa Indonesia, dan bukan bangsa lain, sebagai bahasa yang lain
daripada bahasa Melayu.
Sepuluh tahun kemudian, atau tepatnya tanggal 25—28 Juni 1938, diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia (KBI) I di Solo. KBI I diselenggarakan atas prakarsa
perseorangan, jadi spontanitas sangat menandai suasananya. Dalam suratnya kepada redaksi
Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1983, Mr. Soemanang
mengatakan, pencetus KBI ialah Raden Mas Soedardjo Tjokrosisworo, seorang wartawan
harian Soeara Oemoem Surabaya, yang pada waktu itu rajin sekali menciptakan istilah-
istilah baru, dan sangat tidak puas dengan pemakaian bahasa dalam surat-surat kabar Cina
(Kridalaksana, 1991).
Soedardjo Tjokrosisworo menanyakan kepada Soemanang bagaimana kalau
diadakan Kongres Bahasa Indonesia. Soedardjo sanggup menggerakkan pengusaha-
pengusaha dan tokoh-tokoh di Solo, dan Soemanang kemudian menyanggupi untuk
menghubungi tokoh-tokoh dan kaum terpelajar di Jakarta. Mereka berdua berhasil
meyakinkan para penulis yang tergabung dalam Poedjangga Baroe serta para jurnalis, guru,

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-5


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

dan peminat-peminat lain. Jadi, pemrakarsa Kongres ini bukannya ahli bahasa profesional,
melainkan wartawan pencinta bahasa Indonesia. Mereka kemudian menyusun suatu
“Pengurus Komite” di Jakarta sebagai berikut:
Ketua Kehormatan : Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat
Ketua : Dr. Poerbatjaraka
Wakil Ketua : Mr. Amir Sjarifoeddin
Penulis : Soemanang
Armijn Pane
Katja Soengkana
Bendahara : Soegiarti, Mr.
Nj. Santoso-Maria Ulfah
KBI I di Solo diselenggarakan selama tiga hari, dari tanggal 25 Juni sampai dengan
27 Juni 1938. Berikut ini ialah susunan acara KBI I.
1. Sabtu, 25 Juni jam 8 sampai 11 malam
a. Penyerahan kongres oleh Ketua Komite Penerimaan kepada Pengurus
Kongres.
b. Pembukaan dari ketua kongres Dr. Poerbatjaraka.
c. Menerima ucapan selamat.
2. Minggu 26 Juni mulai jam 9 pagi
Rapat terbuka yang akan berbicara:
Sanoesi Pane : Sejarah Bahasa Indonesia
Ki Hadjar Dewantara : Bahasa Indonesia di dalam perguruan
H.B. Perdi (Hoofdbestuur : Bahasa Indonesia di dalam persuratkabaran
Persatuan Jurnalis Indonesia)
Mr. Amir Sjarifoeddin : Menyesuaikan kata dan faham asing kepada
Bahasa Indonesia
Mr. Muh. Yamin : Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa kebudayaan Indonesia
3. Minggu 26 Juni pada malam harinya
Rapat tertutup buat memperdalam tentang soal-soal yang dikemukakan rapat
terbuka, serta untuk menarik kesimpulan
4. Senin 27 Juni mulai jam 9 pagi
Rapat terbuka yang akan berbicara

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-6


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

T. Soekardjo Wirjopranoto : Bahasa Indonesia di dalam perwakilan


T. St. Takdir Alisjahbana : Pembaharuan bahasa dan usaha
mengaturnya
T. K. St. Pamoentjak : Tentang ejaan Bahasa Indonesia
T. Sanoesi Pane : Tentang Institut Bahasa Indonesia
T. M. Tabrani : Mencepatkan penyebaran Bahasa Indonesia
5. Selama tanggal 28 Juni siang dan malamnya disediakan untuk rapat tertutup.
Salah satu hasil nyata ialah bahwa setelah selesai KBI I ini fraksi nasional dalam
Volksraad yang dipimpin oleh M. Hoesni Thamrin memutuskan untuk memakai
bahasa Indonesia dalam pandangan umum dewan tersebut—suatu hal yang
menimbulkan reaksi negatif dari penjajah (Belanda). Surat kabar Kebangoenan
yang dipimpin oleh Sanoesi Pane dalam terbitannya pada tanggal 22 Juni 1938
menyatakan bahwa penyelenggaraan KBI menandai bahwa “... Bahasa
Indonesia soedah sadar akan persatoeannja, boekan sadja dalam artian politik,
akan tetapi dalam artian keboedajaan jang seloeasloeasnja.” Topik-topik KBI I,
seperti pengindonesiaan kata asing, penyusunan tata bahasa, pembaruan ejaan,
pemakaian bahasa dalam pers, dan pemakaian bahasa dalam undang-undang
dipandang sangat relevan dengan perkembangan bahasa Indonesia saat itu dan
masa-masa setelahnya (baca: fase bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara
dan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional).
B. Perkembangan Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan
Gerakan nasionalis membawa Bahasa Indonesia ke status bahasa nasional untuk
menolak Belanda. Namun, hilangnya Belanda dengan cepat merupakan kasus yang sangat
tidak biasa dibandingkan dengan negara-negara terjajah lainnya, dimana bahasa kolonial
pada umumnya terus berfungsi sebagai bahasa politik, birokrasi, pendidikan, teknologi, dan
bidang penting lainnya untuk waktu yang signifikan setelah kemerdekaan. Soenjono
Dardjowidjojo bahkan mengatakan bahwa, "Bahasa Indonesia mungkin satu-satunya bahasa
yang telah mencapai status bahasa nasional dalam arti sebenarnya" karena ia benar-benar
mendominasi di semua bidang masyarakat Indonesia. Kemudahan yang melenyapkan
Bahasa Indonesia dari bekas kekuasaan kolonialnya mungkin dapat dijelaskan sebanyak
mungkin oleh kebijakan Belanda. Berbeda dengan Perancis, Spanyol dan Portugis, yang
mengejar kebijakan kolonial asimilasi, atau bahkan Inggris, Belanda tidak berusaha
menyebarkan bahasa mereka diantara penduduk pribumi. Kenyataannya, mereka secara

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-7


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

sadar mencegah penyebaran bahasa dengan menolak memberikan pendidikan, terutama di


dalam Bahasa Belanda, kepada orang Indonesia asli sehingga mereka tidak akan melihat diri
mereka sebagai sederajat. Selain itu, Belanda berharap untuk mencegah orang Indonesia dari
meningkatkan status sosial dengan mengambil unsur-unsur budaya Belanda. Dengan
demikian, hingga tahun 1930-an, mereka mempertahankan rezim minimalis dan
memungkinkan Melayu menyebar dengan cepat di seluruh nusantara.
Dominasi Belanda pada waktu itu meliputi hampir semua aspek, dengan forum-
forum resmi yang mengharuskan penggunaan Belanda, meskipun sejak Kongres Pemuda
(1928) penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional disepakati sebagai salah satu
alat dalam perjuangan pro-kemerdekaan. Oleh karena itu, Mohammad Husni Thamrin
mengecam tindakan yang meremehkan Indonesia. Setelah beberapa kritik dan protes,
penggunaan bahasa Indonesia diizinkan sejak sesi Volksraad yang diadakan pada bulan Juli
1938. Pada saat mereka mencoba melawan penyebaran bahasa Melayu dengan mengajarkan
bahasa Belanda kepada penduduk asli, itu sudah terlambat, dan pada tahun 1942, Jepang
menaklukkan Indonesia dan melarang penggunaan bahasa Belanda. Tiga tahun kemudian,
masyarakat Indonesia sendiri secara resmi menghapuskan bahasa dan menjadikan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional negara baru.
Pada tahun 1945 ketika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, bahasa
Indonesia secara resmi dinyatakan sebagai bahasa nasional seperti yang dipaparkan kedalam
Undang-undang Dasar Tahun 1945 disahkan sebagai Undang-ndang Dasar Negara Republik
Indonesia. Didalam UUD 1945 pasal 36 disebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa
Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai
bahasa negara. Setelah itu, bahasa Indonesia sudah digunakan secara luas. Selama periode
itu, bahasa Melayu kemudian menjadi standar sebagai bahasa Indonesia adalah bahasa utama
perdagangan dan perjalanan. Selain itu, merupakan bahasa yang digunakan untuk
penyebaran Islam di abad 13 ke 17, serta bahasa pengantar yang digunakan oleh misionaris
Portugis dan Belanda yang mencoba untuk mengubah masyarakat pribumi menjadi Kristen.
Kombinasi dari semua faktor ini berarti bahwa bahasa itu sudah dikenal sampai tingkat
tertentu oleh sebagian besar penduduk, dan itu bisa lebih mudah diadopsi sebagai bahasa
nasional daripada yang lain. Selain itu, terdapat bahasa kesultanan Brunei dan Malaysia
masa depan, dimana beberapa nasionalis Indonesia memiliki klaim.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-8


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Selama 53 tahun pertama kemerdekaan Indonesia, dua presiden pertama negara itu,
Soekarno dan Suharto senantiasa memelihara rasa persatuan nasional yang diwujudkan oleh
Bahasa Indonesia, dan bahasa tetap menjadi komponen penting dari identitas Indonesia saat
ini melalui program perencanaan bahasa yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
politik, pendidikan, dan pembangunan bangsa secara umum, Indonesia menjadi salah satu
dari beberapa kisah sukses bahasa pribumi yang secara efektif mengambil alih posisi seorang
penjajah negara untuk menjadi pejabat de jure dan de facto. bahasa. Hal tersebut menjadi
suatu cerita yang unik dan tidak biasa, terutama mengingat dominasi historis orang Jawa;
beragam koleksi masyarakat mampu berkompromi untuk menyatukan bangsa. Saat ini,
bahasa Indonesia terus berfungsi sebagai bahasa identitas nasional sebagaimana yang
dipikirkan oleh Kongres Pemuda Indonesia, dan juga berfungsi sebagai bahasa pendidikan,
keaksaraan, modernisasi, dan mobilitas sosial. Meskipun masih menjadi bahasa kedua bagi
sebagian besar warga negara Indonesia, hal tersebut tidak diragukan lagi bahwa bahasa
bangsa Indonesia secara keseluruhan, karena telah sukses yang tak tertandingi sebagai faktor
dalam pembangunan bangsa dan penguatan identitas Indonesia.
Fase bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara memiliki durasi waktu terlama,
sejak tanggal 18 Agustus 1945 melalui penetapan Pasal 36 UUD 1945, hingga Seminar
Politik Bahasa pada tahun 1999. Fase ini diawali dengan peristiwa Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan
sehari kemudian bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi negara melalui Pasal 36
UUD 1945. Dengan begitu, terjadilah tanda pergeseran fase, awalnya bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara.
Kemudian muncullah Ejaan Suwandi pada tahun 1947. Menurut Sudaryanto (2018),
ejaan Suwandi merupakan sistem ejaan Latin untuk bahasa Indonesia sesudah Proklamasi
Kemerdekaan yang dimuat dalam Surat Keputusan Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan, Mr. Soewandi, No. 264/Bhg. A tanggal 19 Maret 1947 yang merupakan
penyederhanaan atas Ejaan van Ophuijsen, antara lain, adalah perubahan oe menjadi u.
Sistem Ejaan Suwandi bernama lain Ejaan Republik. Disebut Ejaan Republik karena bangsa
Indonesia saat itu tengah menunjukkan rasa nasionalisme yang tinggi, termasuk di dalam
bahasa. Di mata mereka, Ejaan van Ophuijsen dianggap sebagai bagian dari pengaruh
penjajah Belanda karena yang menyusun ejaan itu ialah orang Belanda, Charles Adriaan van
Ophuijsen.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-9


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Selanjutnya, diadakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28


Oktober—2 November 1954. Berbeda dengan KBI I di Solo yang diselenggarakan atas
prakarsa pribadi-pribadi, KBI II ini diselenggarakan oleh Pemerintah, yaitu Jawatan
Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan2. Untuk melaksanakan
KBI II disusun Panitia Penyelenggara yang terdiri dari:
Ketua : Sudarsana
Wakil Ketua : Dr. Slametmuljana
Panitera I : Mangatas Nasution
Panitera II : Drs. W.J.B.F. Tooy
Panitera III : Nur St. Iskandar
Anggota : Pudjowijatno
Anggota : Amir Hamzah Nasution
Anggota : La Side
Menurut Kridalaksana (1991), keputusan KBI II tidak menjadi keputusan, melainkan
Pemerintah Republik Indonesia benar-benar menyusun Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa
Indonesia. Dengan sejarahnya yang panjang dari tahun 1956, hasil Panitia ini menjadi
embrio Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada tahun 1972. Memang
diakui, ada keputusan KBI yang lain, tetapi yang paling meninggalkan bekas tentulah soal
ejaan tersebut.Singkat kata, KBI II ada tindak lanjutnya, khususnya ke arah pembaruan
ejaan, dari Ejaan Suwandi ke EYD. Terkait EYD, Sudaryanto (2018) menjelaskan bahwa
sistem ejaan bahasa Indonesia yang sebagian besar sama dengan sistem ejaan Malaysia, yang
termuat dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tanggal 16 Agustus 1972 dan menjadi ejaan
resmi bahasa Indonesia sampai tahun 2015. Perbedaannya dengan Ejaan Suwandi, antara
lain, adalah huruf j menjadi y, dj menjadi j, nj menjadi ny, ch menjadi kh, tj menjadi c, dan
sj menjadi sy
Berikutnya, diselenggarakan dua acara kebahasaan secara berturut-turut yang
menjadi embrio berdirinya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa-Badan Bahasa
(d/h Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa-Pusat Bahasa), yaitu Praseminar Politik
Bahasa Nasional (1974) dan Seminar Politik Bahasa Nasional (1975). Halim (1984a &
1984b) mengungkapkan bahwa melalui dua acara kebahasaan tersebut, dicapai rumusan
politik bahasa nasional, yaitu kebijakan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan
ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengelolaan keseluruhan masalah bahasa.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-10


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Hal serupa juga menjadi fokus perhatian pada Seminar Politik Bahasa tahun 1999
(Sudaryanto, 2018).
Berkat rumusan politik bahasa nasional itu, Pemerintah melalui Badan Bahasa dapat
melakukan pengembangan bahasa dan pembinaan bahasa. Kridalaksana (2011) menjelaskan
bahwa pengembangan bahasa adalah usaha untuk memperluas pemakaian bahasa di luar
masyarakat bahasa yang bersangkutan melalui pengajaran bahasa, media massa, dan lain-
lain. Sudaryanto (2017) menjelaskan bahwa pembinaan bahasa adalah upaya untuk
meningkatkan mutu penggunaan bahasa, antara lain, mencakupi peningkatan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berbahasa yang dilakukan, misalnya melalui jalur
pendidikan dan pemasyarakatan. Melalui kedua usaha itu, kelak posisi bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi negara semakin kokoh.
C. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional
Fase bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional merupakan kelanjutan dari fase
sebelumnya, yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara. Fase ini ditandai adanya
Kongres Internasional IX Bahasa Indonesia di Jakarta, pada tanggal 28 Oktober—1
November 2008. Tema kongres tersebut adalah “Bahasa Indonesia Membentuk Insan
Indonesia Cerdas Kompetitif di Atas Pondasi Peradaban Bangsa”. Penggunaan kata
internasional pada nama kongres itu mengisyaratkan bahwa saatnya bahasa Indonesia
menjadi bahasa internasional. Setahun kemudian, terbitlah UndangUndang (UU) Nomor 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan yang
kian mendukung peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional (Pasal
44 ayat (1).
Pasal 44 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2009 berbunyi, “Pemerintah meningkatkan
fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan
berkelanjutan.” Melalui pasal tersebut, Pemerintah dalam hal ini Badan Bahasa, berupaya
meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap,
sistematis, dan berkelanjutan. Salah satunya adalah melalui pengajaran Bahasa Indonesia
bagi Penutur Asing (BIPA). Kemudian, Badan Bahasa membuat unit baru guna
melaksanakan Pasal 44 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2009 bernama Pusat Pengembangan
Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK).
Salah satu usaha yang telah dilakukan oleh PPSDK adalah penerbitan buku ajar BIPA
Sahabatku Indonesia sebanyak 6 seri. Enam seri itu meliputi A1 (prapemula), A2 (pemula),
B1 (pramadya), B2 (madya), C1 (pralanjut), dan C2 (lanjut). Melalui penerbitan buku ajar

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-11


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Sahabatku Indonesia itu, kelak pengajaran BIPA di Indonesia, khususnya Program Beasiswa
Darmasiswa Republik Indonesia, memiliki standardisasi buku ajar. Selain itu, PPSDK juga
rutin mengirimkan guru-guru BIPA ke luar negeri, dengan masa tugas 4—5 bulan. Kelak,
usaha-usaha PPSDK itu dapat mendorong terciptanya peningkatan fungsi bahasa Indonesia
menjadi bahasa internasional.
2.1.2 Tonggak Sejarah Bahasa Indonesia
Berikut beberapa peristiwa penting berkaitan dengan perkembangan bahasa
Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1. Tahun 1901, Ejaan resmi bahasa Melayu disusun oleh Ch. A. van Ophuijsen
yang dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2. Tahun 1908, Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan
yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat),
yang kemudian diubah menjadi Balai Pustaka pada 1917. Balai Pustaka
menerbitkan berbagai jenis buku, seperti novel Siti Nurbaya (Marah Rusli) dan
Salah Asuhan (Abdul Muis), bukubuku penuntun bercocok tanam, dan buku
kesehatan. Buku-buku tersebut sangat membantu penyebaran bahasa Melayu di
kalangan masyarakat luas.
3. Tanggal 28 Oktober 1928, Peristiwa Sumpah Pemuda merupakan momen yang
paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada
peristiwa ini, pemuda Indonesia mamancangkan tonggak yang kukuh bagi
perjalanan bahasa Indonesia melalui salah satu butir sumpah yang mereka
ucapkan, yaitu: Kami, putra-putri Indonesia, mengaku berbahasa satu, bahasa
Indonesia.
4. Tahun 1933, Berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya
sebagai Pujangga Baru, yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan
kawan-kawan.
5. Tanggal 25 - 28 Juni 1938, Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil
kongres tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan
dan budayawan Indonesia saat itu.
6. Tanggal 18 Agustus 1945. Undang-Undang Dasar RI 1945 ditandatangani. Salah
satu pasał di dałam UUD 1945 (Pasał 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-12


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

7. Tanggal 19 Maret 1947. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai


pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
8. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan
merupakan salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan
dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
9. Tanggal 16 Agustus 1972. H. M. Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia,
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
melalui pidato kenegaraan dan dikuatkan dengan Keputusan Presiden No. 57
Tahun 1972.
10. Tanggal 31 Agustus 1972. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah yang secara resmi berlaku di seluruh wilayah
Indonesia (Wawasan Nusantara).
11. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978. Kongres Bahasa Indonesia III yang
diselenggarakan di Jakarta merupakan peristiwa penting bagi bahasa Indonesia.
Kongres yang diadakan dałam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-
50 ini memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928. Selain iłu, kongres ini juga berusaha memantapkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
12. Tanggal 21 Oktober - 6 November 1983. Kongres Bahasa Indonesia IV
diselenggarakan di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dałam rangka
memperingati hari Sumpah Pemuda Yang ke-55. Dałam putusan kongres,
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih
ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dałam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, yang mewajibkan semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai.
13. Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988. Kongres Bahasa Indonesia V
diselenggarakan di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira 700 pakar bahasa
Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta łamu dari negara sahabat, seperti
Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia.
Peristiwa penting yang terjadi pada kongres ini adalah dipersembahkannya
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, yang

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-13


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

merupakan karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada


pencinta bahasa di Nusantara.
14. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1993. Kongres Bahasa Indonesia VI
diselenggarakan di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari
Indonesia dan 53 peserta łamu dari mancanegara yang meliputi Australia, Brunei
Darussalam, Jerman, Hong Kong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea
Selatan, dan Amerika Serikat. mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa ditingkatkan menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta
mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
15. Tanggal 26 - 30 Oktober 1998. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan
di Hotel Indonesia, Jakarta Kongres iłu mengusulkan dibentuknya Badan
Pertimbangan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Keanggotaan terdiri dari tokoh masyarakt dan pakar yang memiliki
kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
b. Tugas Badan Pertimbangan Bahasa adalah memberikan nasihat kepada
pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan
peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
16. Tanggal 14 - 17 Oktober 2003. Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan
di Kongres ini menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa. Hal ini
dikarenakan para pemuda mendeklarasikan penggunaan satu bahasa, yaitu
bahasa Indonesia, pada peristiwa Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
Diharapkan, dengan adanya Bulan Bahasa pada bulan Oktober setiap tahunnya
dan Kongres Bahasa Indonesia setiap lima tahun sekali, masyarakat dapat
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
17. Tanggal 28 Oktober - l November 2008. Kongres Bahasa Indonesia IX. Kongres
ini akan membahas tiga persoalan utama: (l) bahasa Indonesia; (2) bahasa
daerah; dan (3) penggunaan bahasa asing. Kongres berłempat di Jakarta,
tepatnya di Hotel Bumi Karsa, Jakarta Selatan. Secara umum, Kongres Bahasa
Indonesia IX ini bertujuan untuk meningkatkan peran bahasa dan sastra
Indonesia dałam mewujudkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif
menuju Indonesia yang bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban unggul.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-14


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

18. Tanggal 28 - 31 Oktober 2013. Kongres Bahasa Indonesia X dilaksanakan di


Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Kongres ini diikuti oleh 1.168 peserta dari
seluruh Indonesia dan peserta-peserta lain dari luar negeri, antara lain dari
Jepang, Rusia, Pakistan, Jerman' Belgia, Brunei Darussalam, Singapura,
Malaysia, Tiongkok, Italia, dan Timor Leste. Kongres tersebut
merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemerintah perlu memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
melalui penerjemahan dan penerbitan, baik nasional maupun internasional,
untuk mewujudkan konsep-konsep IPTEKS berbahasa Indonesia guna
menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi ke seluruh lapisan
masyarakat.
b. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa perlu berperan lebih aktif
dalam melakukan penelitian, diskusi, penataran, penyegaran, simulasi, dan
pendampingan dalam implementasi Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
c. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) perlu bekerja sama dałam upaya meningkatkan
pemakaian bahasa dałam buku materi pelajaran.
d. Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi hasil-hasil pembakuan bahasa
Indonesia untuk kepentingan pembelajaran bahasa Indonesia dalam rangka
memperkukuh jati diri dan membangkitkan semangat kebangsaan.
e. Pembelajaran bahasa Indonesia perlu dioptimalkan sebagai media
pendidikan karakter untuk meningkatkan martabat dan harkat bangsa.
f. Pemerintah perlu memfasilitasi studi kewilayahan yang berhubungan
dengan sejarah, persebaran, dan pengelompokan bahasa dan sastra untuk
memperkukuh
g. Pemerintah perlu menerapkan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI)
untuk menyeleksi dan mempromosikan pegawai, baik di lingkungan
pemerintah maupun swasta, guna memperkuat jati diri dan kedaulatan
NKRI, serta memberlakukan UKBI sebagai "paspor bahasa” bagi tenaga
kerja asing di Indonesia.
h. Pemerintah perlu menyiapkan formasi dan menempatkan tenaga fungsional
penyunting dan penerjemah bahasa di lembaga pemerintahan dan swasta.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-15


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

i. Untuk mempromosikan jati diri dan kedaulatan NKRI dalam rangka misi
perdamaian dunia, pemerintah perlu memperkuat fungsi Pusat Layanan
Bahasa (National Language Center) yang berada di bawah tanggung jawab
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
j. Kualitas dan kuantitas kerja sama dengan berbagai pihak asing untuk
menginternasionalkan bahasa Indonesia perlu terus ditingkatkan dan
dikembangkan, baik di tingkat komunitas ASEAN maupun dunia
internasional, dengan dukungan sumber daya yang maksimal.
k. Pemerintah perlu melakukan "diplomasi total" untuk menginternasionalkan
bahasa Indonesia dengan melibatkan seluruh komponen bangsa.
l. Presiden/wakil presiden dan pejabat negara perlu melaksanakan Undang-
Undang RI Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan dan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden
dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya secara konsekuen.
m. Perlu ada sanksi tegas bagi pihak yang melanggar Pasal 36 dan Pasal 38
UndangUndang Nomor 24 Tahun 2009 sehubungan dengan kewajiban
menggunakan bahasa Indonesia untuk nama dan media informasi yang
merupakan pelayanan umum.
n. Pemerintah perlu menggiatkan sosialisasi kebijakan penggunaan bahasa dan
pemanfaatan sastra untuk mendukung berbagai bentuk industri kreatif.
o. Pemerintah perlu lebih meningkatkan kerja sanıa dengan komunitas-
komunitas sastra dalam membuat model pengembangan industri kreatif
berbasis tradisi lisan, Program penulisan kreatif, dan penerbitan bükü sastra
yang dapat diapresiasi siswa dan peminat sastra lainnya.
p. Pemerintah perlu nıengoptinıalkan penggunaan teknologi införnıatika
dalanı pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
q. Pelindungan bahasa-bahasa daerah dari ancaman kepunahan periu
dipayungi dengan produk hukum di tingkat pemerintah daerah secara
menyeluruh.
r. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa perlu meningkatkan
perencanaan dan penetapan korpus bahasa daerah untuk kepentingan

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-16


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

pengayaan dan peningkatan daya ungkap bahasa Indonesia sebagai bahasa


penjaga kemajemukan Indonesia dan pilar penting NKRI.
s. Pemerintah perlu memperkuat peran bahasa daerah pada jalur pendidikan
formal melalui penyediaan kurikulum yang berorientasi pada kondisi dan
kebutuhan faktual daerah dan pada jalur pendidikan nonformal/informal
melalui pembelajaran bahasa berbasis komunitas.
t. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa perlu meningkatkan
pengawasan penggunaan bahasa untuk menciptakan tertib berbahasa secara
proporsional.
u. Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang mendukung
eksistensi karya sastra, termasuk produksi dan reproduksinya, yang
menyentuh identitas budaya dan kelokalannya untuk mengukuhkan jati diri
bangsa Indonesia.
v. Penggalian karya sastra harus terus digalakkan dengan dukungan dana dan
kemauan politik pemerintah agar karya sastra dapat dinikmati sesuai dengan
harapan masyarakat pendukungnya dan masyarakat dunia pada umumnya.
w. Pemerintah perlu memberikan apresiasi dalam bentuk penghargaan kepada
sastrawan untuk meningkatkan dan menjamin keberlangsungan daya
kreativitas sastrawan sehingga sastra dan sastrawan Indonesia dapat sejajar
dengan sastra dan sastrawan dunia.
x. Lembaga-lembaga pemerintah terkait perlu bekerja sama mengadakan
lombalomba atau festival kesastraan, khususnya sastra tradisional, untuk
memperkenalkan sastra Indonesia di luar negeri yang dilakukan secara rutin
dan terjadwal, selain mendukung festival-festival kesastraan tingkat
internasional yang sudah ada
y. Peran media massa sebagai sarana pemartabatan bahasa dan sastra
Indonesia di kancah internasional perlu dioptimalkan.
z. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) perlu mengingatkan dan memberikan
teguran agar lembaga penyiaran menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar
aa. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menerima usulan dari masyarakat untllk
menyampaikan teguran kepada lembaga penyiaran yang tidak
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-17


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

bb. Diperlukan kerja sama yang sinergis dari semua pihak, seperti pejabat
negara' aparat pemerintahan dari pusat sampai daerah, media massa, I)ewan
Pers' dan Badan Pengernbangan dan Pembinaan Bahasa, demi tcrwujudnya
bahasa mediti massa yang logis dan santun.
cc. l.iterasi pada anak, khususnya sastra anak, perlu ditingkatkan agar nilai-nilal
karakter yang terdapat dala:n sastra anak dipaharni olch anak.
dd. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa harus memperkuat unit yang
bertanggung jawab terhadap sertifikasi pengajar dan penyelenggara Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).
ee. Badan Pengenlbangan dan Pembinaan Bahasa berkoordinasi dengan para
pakar pengajaran BIPA dan praktisi pengajar BIPA mengembangkan
kurikulum, bahan ajar, dan silabus standar, terniasuk bagi komunitas
ASEAN.
ff. Badan Pengetnbangan dan Pembinaan Bahasa Inemfasilitasi pertemuan
rutin dengan SEAMEO Qitep Language, SEAMOLEC, BPKLN
Kemendikbud, dan perguruan tinggi untuk menyinergikan penyelenggaraan
pengajaran BIPA. Pemerintah Indonesia harus mendukung secara moral dan
material pendirian pusat studi/kajian bahasa Indonesia di luar negeri.

2.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia meliputi kedudukan bahasa Indonesia yang
terdiri dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, hingga
fungsi bahasa Indonesia yang terdiri dari fungsi umum dan fungsi khusus.
2.2.1 Kedudukan Bahasa Indonesia
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan
sebagai bahasa nasional tersebut dimiliki oleh bahasa Indonesia sejak dicetuskannya
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan tersebut didasari bahwa bahasa
Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah dipakai sebagai lingua franca selama
berabad-abad sebelumnya diseluruh kawasan tanah air. Pada kenyataannya dalam
masyarakat tidak terjadi persaingan bahasa, yaitu persaingan antara bahasa daerah yang satu
dan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukan sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia memiliki dua kedudukan utama, yaitu sebagai Bahasa Nasional dan sebagai

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-18


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Negara. Sumpah Pemuda merupakan hal utama yang menimbulkan kesadaran
terhadap suatu peristiwa bersejarah, yaitu “Berbahasa yang Satu Bahasa Indonesia”.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan
nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu, dan alat penghubung antarbudaya
antardaerah. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa resmi
kenegaraan, bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa resmi dalam
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah, dan juga bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.

Gambar 2. 1 Kedudukan Bahasa Indonesia


Sumber: Hikmat et.al., 2013
A. Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa nasional berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil perumusan
Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 – 28
Februari 1975 menegaskan bahwa kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai lambang kebanggaan bangsa, lambang identitas nasional, alat pemersatu,
dan alat penghubung antarbudaya antardaerah.
1. Lambang Kebanggaan Nasional
Lambang kebanggaan nasional memunculkan nilai-nilai sosial budaya luhur
bangsa Indonesia. Nilai-nilai keluruhan yang dicerminkan bangsa Indonesia
harus menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi dari kebanggaan
terhadap bahasa Indonesia, maka harus menggunakannya tanpa ada rasa rendah
diri, malu, dan acuh tak acuh. Sehingga harus menggunakannya dengan
memelihara dan mengembangkannya.
2. Lambang Identitas Nasional
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang
bangsa Indonesia. Hal tersebut berarti jika seseorang menggunakan bahasa

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-19


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

Indonesia, maka orang tersebut akan dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu
sifat, tingkah laku, dan wataknya sebagai bangsa Indonesia.
3. Alat Pemersatu
Fungsi dari alat pemersatu tersebut memungkinkan masyarakat Indonesia yang
beragam latar belakang sosial budaya dapat berbeda-beda bahasanya dapat
menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama.
Adanya bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnnya
karena masyarakat Indonesia tidak merasa bersaing oleh masyarakat suku lain.
Adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas
suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah
masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tidak bergoyah
sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah
bahasa Indonesia.
4. Alat Penghubung Antarbudaya Antardaerah
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Adanya
bahasa Indonesia, maka seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek
kehidupan. Sehingga, walaupun memasuki daerah pedalaman yang memiliki
bahasa yang berbeda dengan sukunya. Adanya bahasa Indonesia juga akan
menghubungkan komunikasi antara masyarakat. Sehingga, lancarnya
komunikasi tersebut tentu saja membuat segala aktivitas berjalan lancar dan
dapat berkembang dengan baik dari segi ekonomi, sosial budaya, dan lain
sebagainya.
B. Bahasa Negara
Berdasarkan hasil perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan
di Jakarta pada tanggal 25 – 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa didalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
resmi di lembaga pendidikan, bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional,
danbahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
serta teknologi modern.
1. Bahasa Resmi Kenegaraan
Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah
digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-20


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

1945. Pada saat itu bahasa Indonesia digunakan dalam berbagai upacara,
peristiwa serta kegiatan kenegaraan.
2. Bahasa Pengantar Resmi di Lembaga Pendidikan
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Untuk
memperlancar kegiatan belajar mengajar, materi pelajaran yang berbentuk
media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing. Apabila hal tersebut
dilakukan, maka akan sangat membantu meningkatkan perkembangan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, darimana
pun asal suku anak tersebut, mereka dapat memahami pelajaran karena
menggunakan bahasa Indonesia.
3. Bahasa Resmi dalam Perhubungan pada Tingkat Nasional
Fungsi dari bahasa tersebut yaitu untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintah. Bahasa Indonesia dipakai dalam
hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informas kepada
masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem
administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan dari penyeragaman ini
yaitu agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima
oleh masyarakat.
4. Bahasa Resmi dalam Pengembangan Kebudayaan dan Pemanfaatan Ilmu
Pengetahuan Serta Teknologi Modern
Kebudayaan nasional yang beragam berasal dari masyarakat Indonesia yang
beragam pula. Penyebarluasan ilmu dan teknologi modern agar jangkauan
pemakaiannya dapat lebih luas. Penyebaran ilmu dan teknologi baik melalui
buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun
media cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.
2.2.2 Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki dua fungsi. Fungsi tersebut dibagi kedalam fungsi umum dan fungsi
khusus. Fungsi umum terdiri dari sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan dan
mengekspresikan diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi
sosial, serta sebagai alat kontrol sosial. Adapun fungsi khusus terdiri dari mengadakan

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-21


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan sastra ataupun seni, mempelajari


bahasa-bahasa kuno, dan mengeksploitasi iptek.

Gambar 2. 2 Fungsi Bahasa Indonesia


Sumber: Hikmat et.al., 2013
A. Fungsi Umum
Fungsi umum pada bahasa Indonesia yaitu sebagai alat untuk mengungkapkan
perasaan atau ekspresi diri, alat komunikasi, alat berintegrasi dan beradaptasi sosial, dan
sebagai alat kontrol sosial.
1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau ekspresi diri
Melalui bahasa dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat
didalam hati dan pikiran. Apapun hal yang hendak disampaikan akan dapat
diterima oleh siapapun. Namun, akan menjadi sulit jika seseorang sedang
marah,sedih, atau bahagia tidak dapat berbahasa. Hal tersebut akan membuat
orang-orang disekitarnya tidak mengerti apa yang diinginkannya. Oleh karena
itu, menulis atau curhat (curahan hati) seringkali dijadikan sebagai alat terapi
untuk mengobati stres.
2. Sebagai alat komunikasi
Berkomunikasi yang baik dengan seseorang membutuhkan bahasa. Bahasa
merupakan sarana agar apa yang ingin disampaikan kepada orang lain dapat
diterima dan dipahami. Penyampaian tersebut dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara verbal maupun non verbal. Komuniasi verbal berkaitan dengan
komunikasi langsung atau dengan lisan, sedangkan non verbal berarti
komunikasi tak langsung atau tulis.
3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial
Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasayang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan
menggunakan bahasa yang tidak resmi pada saat berbicara dengan teman-teman

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-22


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

dan menggunaan bahasa resmi pada saat berbicara kepada orang tua atau yang
dihormati. Kemampuan untuk menentukan pilihan ragam bahasa tersebut akan
sangat membantu dalam berintegrasi didalam masyarakat. Selain itu, dalam
rangka beradaptasi sosial, kemampuan menguasai bahasa daerah tempat
seseorang tinggal akan sangat membantu dalam beradaptasi.
4. Sebagai alat kontrol sosial
Bahasa seringkali dikaitkan dengan kepribadian seseorang. Bagaimana
seseorang menggunakan bahasa akan terlihat bagaimana pandangan hidupnya.
Hal tersebut dapat dilihat bagaimana tuturan seseorang yang tidak berpendidikan
akan jauh berbeda dengan yang berpendidikan ataupun tuturan seseorang yang
beradab dengan yang tidak beradab akan tercermin dari bahasanya tersebut. Oleh
karena itu, bahasa dapat dijadikan sebagai parameter perkembangan sosial.
B. Fungsi Khusus
Fungsi khusus pada bahasa Indonesia yaitu untuk mengadakan hubungan dalam
pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari bahasa-bahasa kuno, dan
mengeksploitasi IPTEK.
1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari
Pada pergaulan sehari-hari, kedua ragam bahasa yaitu bahasa formal dan non
formal digunakan yang disesuaikan dengan waktu dan lawan tutur. Jika dalam
situasi formal atau berhadapan dengan orang yang lebih dihormati atau orang tua
maka bahasa formallah yang digunakan, sebaliknya jika dalam situasi tidak
formal dan berhadapan dengan orang yang lebih muda atau akrab maka bahasa
yang digunakan yaitu bahasa non formal.
2. Mewujudkan seni (sastra)
Bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi saja, melainkan juga merupakan alat
untuk mewujudkan seni, dalam hal tersebut yaitu karya sastra. Seseorang mampu
menyampaikan perasaan estetiknya dan pengalaman literernya dengan
menggunakan bahasa sebagai mediumnya untuk dituangkan dalam karya-karya
sastra seperti puisi, cerpen, novel, maupun naskah drama.
3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno
Bahasa menjadi bukti penting dari peradaban manusia. Kemajuan peradaban
suatu bangsa baik Yunani maupun Romawi dapat terekam sejarahnya karena
penggunaan bahasa dalam tradisi intelektualnya. Hal yang sama terjadi pada

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-23


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

sejarah Melayu kuno yang memiliki khazanah keilmuan yang sangat tinggi.
Namun, karena perbedaan bahasa dan simbol-simbolnya yang masih sulit. Maka
untuk dapat menikmati dan mempelajari semua bukti peradaban masa lalu tidak
ada cara lain selain mempelajari bahasa tersebut.
4. Mengeksploitasi IPTEK
Adanya bahasa mampu membuat manusia mengeksplorasikan segala
keingintahuannya mengenai berbagai aspek kehidupan. Sehinggal lahirlah
teknologi yang selalu hadir untuk mempermudah kehidupan. Bahasa juga
membuat teknologi ini dapat dinikmati dan menyebar ke berbagai sudut dunia.
Pada saat ini, dapat dipastikan bahwa tidak ada orang yang tidak mengenal
teknologi handphone dan tahu bagaimana cara mengoperasikannya.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia II-24


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

III. BAB III


PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang wilayahnya sangat luas dengan penduduk yang
terdiri dari berbagai suku bangsa dengan berbagai bahasa daerah, serta berbagai latar
belakang budaya yang tidak sama. Awal penciptaan Bahasa Indonesia bermula dari sumpah
pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 untuk penggunakan oleh bangsa Indonesia sampai
setelah era kemerdekaan. Bahasa Indonesia mengalami berbagai macam perkembangan. Hal
tersebut dimulai dari:
1. Sumber dari Bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu
2. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928.
Namun, secara yuridis Bahasa Indonesia diakui setelah kemerdekaan Indonesia
yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.
3. Bahasa Melayu diangkat menjadi Bahasa Indonesia karena Bahasa Melayu
digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara serta Bahasa
Melayu juga sangat sederhana dan mudah dipelajari, dan juga Bahasa Melau
tidak memiliki tingkatan bahasa.
Berdasarkan perkembangan tersebut, Bahasa Indonesia telah berkembang menjadi
semakin baik dari masa ke masa sehingga dapat memudahkan dalam penyelesaian masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan kelangsungan dalam komunikasi antar masyarakat.
Jumlah bahasa daerah yang ada di Indonesia tentunya sangat banyak dan memerlukan
penelitian yang lebih tepat serta teliti untuk mengetahuinya. Bahasa Indonesia yang kini
dipakai oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa resmi di Negara Indonesia dan bahasa
perhubungan atau pergaulan setiap hari berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia
bersifat politis, sejalan dengan nama negara merdeka yang diidam-idamkan; negara
Indonesia dan suatu bangsa bersatu yaitu bangsa Indonesia. Bersifat politis karena dengan
rasa bersatu yang ditimbulkannya, semangat untuk berjuang bersama-sama dalam mengejar
kemerdekaan lepas dari penjajahan akan lebih berkobar-kobar. Bangsa Indonesia lebih
merasa terikat dalam satu ikatan karena merasa; satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia III-1


Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

3.2 Saran
Saat ini bahasa Indonesia sudah berkembang dengan pesat. Berdasarkan seluruh
penjelasan diatas, dapat diketahui mengenai sejarah perkembangan bahasa Indonesia
dimulai dari asal usul bahasa Indonesia dari sebelum kemerdekaan sampai dengan setelah
kemerdekaan. Tak lupa juga dengan diresmikannya bahasa Indonesia pada tanggal 28
Oktober 1928 dengan diikrarkannya sumpah pemuda. Peresmian bahasa Indonesia tersebut
tidak terlepas dari kesadaran dan semangat para pemuda Indonesia akan perlunya pembinaan
bahasa dan kesastraan Indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus
menjunjung tinggi nilai-nilai kebahasaan dan mengamalkan sumpah pemuda yang
mengandung arti yaitu satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, selain itu sebagai generasi
muda harus bangga menggunakan bahasa kita yaitu bahasa Indonesia.

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia III-2

Anda mungkin juga menyukai