Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENGAJARAN ISBD DI PERGURUAN TINGGI

A. Peran ISBD dalam Membangun Kepribadian Mahasiswa


Tujuan pendidikan nasional Indonesia mengantar peseta didik untuk
mewujudkan individu, warga negara sebagai pribadi anggota masyarakat madani
dengan karakteritik: demokratis, kepastian hukum, egalitarian, penghargaan terhadap
human-dignity, kemajuan budaya dan bangsa dalam satu kesatuan, dan religius.
Untuk membekali perserta didik dengan kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki
oleh setiap lulusan diantaranya nilai-nilai sosial dan budaya/Dalam konteks demikian
pembelajaran Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) di perguruan menjadi sangat
penting dan strategis.
Sebagai mata kuliah instutional, kedudukan mata kuliah ISBD di masing-
masing perguruan tinggi berbeda-beda. Secara histori substansi matakuliah ISBD
telah lama diajarkan kepada mahasiswa di perguruan tinggi dalam dua matakuliah,
yaitu: ISD (Ilmu Sosial Dasar) dan IBD (Ilmu Budaya Dasar). Namun sejak tahun
2004 dua matakuliah tersebut diintegrasikan menjadi matakuliah ISBD. Peran dan
fungsi dalam menggerakkan dan meningkatkan sasaran pembelajaran kemampuan
berkehidupan bermasyarakat bagi lulusan perguruan tinggi dapat disebut manunggal,
Karena itu, kedua matakuliah itu (ISD dan IBD) mulai tahun 2004 bobot SKS yang
selama ini masing-masing dua, dapatlah dipandang sebagai satu matakuliah dengan
bobot sekurang-kurangnya dua SKS (Dirjen Dikti, 2003).

B. ISBD dalam Konteks Pendidikan Umum


Tujuan pendidikan umum yang sangat luas yaitu mewujudkan manusia yang
memiliki kehidupan pribadi yang memuaskan, keluarga yang bahagia, memiliki
hubungan sosial, mempunyai tanggungjawab sebagai warga negara, berbudaya, dan
berperan aktif dalam memecahkan problematika yang dihadapi oleh dirinya maupun
masyarakat. Dengan kata lain, bahwa ISBD merupakan upaya pendidikan yang
diarahkan untuk membantu mehasiswa agar memiliki daya tangkap, persepsi dan
penalaran yag luas dan tajam berkenaan dengan gejala- gejala sosial dan budaya
dalam rangka pembentukan dan pengembangan kepribadian untuk berkehidupan
bermasyarakat.
BAB II
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

A. Fungsi Akal dan Budi Bagi Manusia


Akal budi terdiri dari kata akal dan budi. Akal berarti daya pikir, pikiran,
ingatan. Budi berarti alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk
menimbang baik dan buruk (KBB1: 1989). Jadi akal budi adalah alat batin yang
merupakan paduan antara kemampuan berfikir manusia dengan perasaan untuk
menimbang baik dan buruk. Akal dan budi yang membedakan manusia dengan
makhluk Tuhan lain. Kadar akal dan budi seseorang berbeda antara orang satu dengan
orang lain, begitu juga dengan kelompok, masyarakat serta suku bangsa. Ilmu
pengetahuan membawa manusia maju. Kemajuan ilmu pengetahuan hendaknya tetap
diarahkan kepada peningkatan harkat dan martabat manusia.
Tinggi dan rendahnya harkat dan martabat manusia ditentukan oleh seberapa
jauh manusia mentaati dan memperhatikan nilai-nilai yang dianut, baik oleh yang
bersangkutan maupun lingkungan. Bila manusia dengan akal budinya dapat menganut
dan memperhatikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh individu dan masyarakat
maka manusia tersebut termasuk manusia yang memiliki harkat dan martabat tinggi.

B. Proses Pembudayaan Manusia dan Perubahan Kebudayaan


Kebudayaan terwujud sebagai hasil interaksi antara mansia denngan segala isi
alam raya. Koentjaraningrat (1983: 2) menjelaskan unsur-unsur kebudayaan yang
bersifat universal yang disebut isi pokok kebudayaan dunia meliputi:
(1) Sistem religi
(2) Sistem dan organisasi
(3) Sistem
(4) Bahasa sebagai media komunikasi, misalnya bahasa tulis dan bahasa lisan
(5) Kesenian
(6) Sistem mata pencaharian hidup
(7) Sistem teknologi dan peralatan

Demikian manusia menciptakan kebudayaan untuk memenuhi kebutuhannya.


Manusia berbudaya karena manusia berjiwa (cipta, rasa dan karsa). Peristiwa
kebudayaan adalah soal kejiwaan. Budaya diperoleh dengan cara belajar. Budaya
selalu berubah dari waktu-kewaktu, seiring perubahan yang terjadi pada akal manusia.
BAB III
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

A. Pengertian Manusia Sebagai Individu dan Anggota Masyarakat


Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai karakter yang khas menurut
corak kepribadiannya sehingga antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
pasti berbeda. Demikian juga sebagai bagian manusia Indonesia tentu mempunyai
karakter yang khas sehingga kepribadian manusia Indonesia berbeda dengan
kepribadian dengan kepribadian manusia bangsa lain. Sebagai makhluk sosial,
manusia harus mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Pada dasamya, manusia
tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan manusia lain. Dan harus disadari bahwa
manusia memang menjadi bagian kelompok sosial dalam kehidupannya yang
mempunyai keanekaragaman dalam berperilaku, berbudaya, ras, dan agarna.

B. Faktor Penyebab Hidup Bermasyarakat


Setiap manusia memiliki hasrat-hasrat dan kecenderungan bernaluri untuk
hidup bermasyarakat diantaranya kecenderunagn sosial, harga diri, kecenderungan
untuk patuh, kecenderungan meniru, kecendenrungan bergaul, kecenderungan
simpatik dan tolong menolong, hasrat berjuang, hasrat kebebasan, haqsrat seksual,
hasrat bersatu, hasrat kesamaan keturunan.

C. Faktor Penghambat Hidup Bermasyarakat


- kemajuan ilmu pengetahuan dan penyebaran terhadap hasil yang telah dilakukan
- lingkungan masyarakat modern yang mana eksistensi kehidupan pribadi sangat
besar
- alat-alat komunikasi modern terbuka luas untuk mengadakan hubungan dengan
banyak orang tanpa berkumpul

D. Jenis Tatanan Hidup Berkelompok


- Status (kedudukam)
- Status simbol (symbol status)
- Peranan (role)
- Kepemimpinan (leadership)
- Group (kelompok)
E. Status dan Peranan Kepemimpinan Kelompok
Kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses.
Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu yang komplek dari hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai
suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang
atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formalleadhership) yaitu
kepemimpinan yang tersimpul dalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena
pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan
kepemimpinan. Perbedaan antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi
(informal leadheship) adalah kepemimpinan yang resmi didalam pelaksanaannya
selalu harus berada diatas landasan- landasan atau peraturan-peraturan resmi.
Sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas. Kepemimpinan tidak resmi,
mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikian
didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat.
Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan
hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan
masyarakat. Walaupun seorang pemimpin yang resmi tidak boleh menyimpang dari
peraturan-peraturan resmi yang menjadi landasannya, akan tetapi dapat melakukan
kebijakan yang dapat memancarkan kemampuan mereka sebagai pemimpin.

F. Perubahan dan Stratifikasi Sosial


Proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya
ciri-ciri tertentu, antara lain: (1) Tidak ada masyarakat yang berhenti
perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara
lambat atau cepat; (2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu
akan diikuti dengan perubahan pada lembaga sosial lainnya; (3) Perubahan-perubahan
sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisisasi yang bersifat sementara
karena berada didalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh suatu
reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah dan nilai-nilai baru; (4) perubahan
tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena kedua bidang
mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
BAB IV
MANUSIA DAN PERADABAN

A. Pengertian Adab dan Peradaban


"Adab" adalah kata asal dari "peradaban" yang artinya akhlak, kesopanan,
moral dan kehalusan budi, budi luhur. Manusia beradab yaitu manusia yang memiliki
akhlak yang mulia yang berbudi pekerti luhur, memiliki moral yang tinggi dan
kebalikannya adalah manusia yang "biadab". Manusia yang tidak bermoral, kejam
keji berperilaku kasar dan tidak berbudi pekerti, jahat. Peradaban berasal dari kata
adab, yang dalam bahasa Arab berarti kesopanan, kehormatan, tata krama, budi
bahasa, baik perangainya. Peradaban artinya kemajuan budaya batin, kecerdasan
berfikir, perkembangan pengetahuan dan kecakapan, sehingga memungkinkan orang
memiliki tabiat "beradab". Sebagaimana manusia/bangsa yang beradab, maka tidak
pantas jika diantara kita/anak bangsa ini suka bertindak anarkhis, brutal, sadis, suka
menyerang dan membunuh, merampok uang rakyat dan negara, hujat-menghujat.

B. Peran Manusia sebagai makhluk yang beradap dan Masyarakat Beradab


Manusia memiliki perilaku yang didasarkan pada adanya akal sehat, berfkir
dan kecerdasan, rasa sosial, kemasyarakatan, hidup bersama, bekerjasama rasa
kesusilaan, etis, menghargai norma kemanusiaan dan kesopanan, rasa keindahan,
kebersihan, kerapihan, kebagusan, keelokan, seni dan kerajinan, rasa keagamaan, rasa
iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, merasa sebagai makhluk, tunduk dan
patuh kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Masyarakat adab adalah masyarakat yang
berpendidikan tinggi sopan dan berbudi pekerti luhur (berbudaya), berahklak dan
berkesopanan serta memiliki rasa toleransi, tepo seliro yang tinggi.

C. Evolusi Peradaban dan Tahapan Peradaban


Peradaban mengalami evolusi, termasuk juga kebudayaan. Perkembangan
budaya menjadi ciri khas dan milik manusia dalam suatu masyarakat. Peradaban juga
berarti tahapan pada evolusi budaya. Evolusi buday sengan beradapan merupakan
jalur yang sejalan yang dilalui oleh proses perkembangan budaya masyarakat yang
bersangkutan.
D. Tradisi, Modernisasi, dan Masyarakat Madani
Tradisi menurut pengertian adab adalah kebiasaan, norma kesopanan dan
hukum. Pengertian tradisi dijelaskan oleh De Hann, adalah suatu perilaku peradaban
yang menyangkut seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi dan teknik serta ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan keguanaan praktis, berlaku secara turun temurun
yang diikat oleh adanya hukurn (norma) adat selalu dipertahankan.Contohnya orang
muda lebih sopan berbicara dengan orang tua menunduk kepalanya.
Proses pembangunan sangat identik dengan proses modernisasi yaitu suatu
bentuk upaya untuk mengubah masyarakat dan kebudayaannya menuju masyarakat
budaya baru (dari masyarakat tradisional) proses perubahan ini sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Masyarakat madani (civil society) memiliki karakteristik sebagai berikut
Masyarakat yang mengakui hakekat kemanusiaan (dignity of man), Pengakuan akan
hidup bersama, Mengetahui hak asasi manusia dalam kehidupan demokrasi,
Mengakui adanya masyarakat yang memiliki budaya Bhineka, Masyarakat yang
memiliki kesukarelaan, keseimbangan, kemandirian, kesadaran nilai hukum, keadilan
dan kebenaran.

E. Peradaban dan Problematikanya Bagi Kehidupan Manusia


Timbulnya revolusi industri, urbanisasi, ledakan penduduk, perkembangan
teknologi dan kesenian. Hal ini menyebabkan lahimya ideology modern, globalisasi
dan lain sebagainya. Problematik kehidupan ini disebabkan karena: (a) Kemajuan
media komunikasi bagi adab dan peradaban manusia; (b) Kemajuan IPTEKS bagi
adab dan peradaban manusia; (c) Pertumbuhan dan perkembangan demografi terhadap
adab dan peradaban manusia; dan (d) Era globalisasi meningkatnya: kerjasama, arus
lalu lintas perdagangan, daya saing/persaingan, dan kualitas sumber daya manusia.
BAB V
MANUSIA, NILAI, MORALITAS, DAN HUKUM

A. Nilai Moral Sebagai Sumber Budaya dan Kebudayaan


Manusia sebagai makhluk sosial-budaya tidak terlepas dari nilai-nilai, baik
nilai kebenaran, nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai keindahan maupun nilai-nilai
keagamaan. Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi atau individu
maupun kelompok, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma, dan moral.
Nilai-nilai, norma dan moral tersebut berfungsi memberi motivasi dan arahan bagi
seluruh anggota masyarakat dalam bersikap, berbuat dan bertingkah laku.

B. Norma, Etika, dan Moral


Norma merupakan patokan atau pedoman hidup bagi manusia baik secara
pribadi maupun dalam hubungan antar pribadi (interpersonal). Filsafat etika adalah
salah satu cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat baik buruk tingkah laku
manusia. Etika dan moral selalu dikaitkan dengan masalah akhlak, budi pekerti atau
kesusilaan. Bagaimana hubungan antara etika dengan moral. Etika berupa aturan-
aturan, misalnya etika pergaulan yaitu aturan bagaimana bergaul yang baik, kode etik
guru, kode etik dokter, kode etikjaksa, dsb. Kalau etika berupa aturannya, maka moral
merupakan buah atau hasilnya.

C. Moralitas dan Hukum


Tujuan hukum ialah mengatur tata tertib hidup bermasyarakat sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku. Sedangkan moral bertujuan mengatur tingkah laku
manusia sesuai dengan tuntutan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat, Hukum
berisikan perintah dan larangan agar manusia tidak berbuat melanggar aturan-aturan
hukum baik tertulis maupun tidak tertulis. Moral menuntut manusia untuk bertingkah
laku baik tidak melanggar nilai-nilai etika atau moral. Berbeda dengan hukum, maka
moralitas terletak dalam kegiatan batin manusia. Moral berkaitan dengan masalah
perbuatan manusia, pikiran serta pendirian tentang apa yang baik dan apa yang tidak
baik, mengenai apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan seseorang. Dikatakan
moralnya baik apabila sikap, tingkah laku dan perbuatannya sesuai dengan pedoman
sebagaimana digariskan oleh ajaran Tuhan, hukum yang ditetapkan pemerintah serta
kepentingan umum.
BAB VI
MANUSIA, SAINS, DAN TEKNOLOGI

A. Manusia dan Ipteks


Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan, di samping makhluk
lainnya. Kelahirannya di dunia dilengkapi dengan potensi, seperti akal, budi, karsa,
dan karya, yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan lainnya, Karena itu,
manusia merupakan makhluk paling sempurna. Dengan akal yang dimilikinya,
manusia mempunyai kemampuan berpikir. Hasil dari pemikiran manusia melahirkan
apa yang kita sebut dengan ilmu pengetahuan dan menghasilkan teknologi. Karena itu
dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan dan teknologi yang
digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan berserta
isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi,
mengolah dan memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

B. Fungsi Manifes Ilmu Peengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia


Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi instrumen penting bagi manusia
untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di sekitarnya
yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Dengan teknologi manusi
mampu mengeksploitasi sumber daya alam hutan untuk kesejahteraanya. Penebangan-
penebangan kayu di hutan selain untuk memenuhi kebutuhan kayu untuk perumahan
dan lainnya, juga dapat mendatangkan devisa bagi negara.

C. Fungsi Laten Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia


Manusia dihadapkan pada tantangan apakah manusia mengendalikan teknologi
atau menjadi budak teknologi. Jawaban terhadap tantangan iru tentu saja adalah
manusia harus mampu mengendalikan teknologi dalam kehidupannya. Perkembangan
teknologi tidak hanya berimplikasi pada kesejahteraan kehidupan mariusia, melainkan
juga mempunyai implikasi moral dan bahkan menjadi faktor destruktif bagi
kehidupan manusia. Contohnya Ilmu kedokteran yang canggih juga memungkinkan
praktik-praktik aborsi. Banyak kasus menunjukkan bahwa terjadi praktik-praktik
pengguguran kandungan yang dilakukan oleh dokter-dokter tertentu di berbagai kota
besar, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia.
BAB VII
MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESETARAAN

A. Makna Pluralitas, Keragaman, Multikultural dalam Masyarakat


Konsep pluralitas mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu (many),
keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda- beda,
heterogen, dan bahkan tidak dapat disamakan. multikulturalisme adalah kesediaan
menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan
perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa maupun agama.

B. Pluralitas Masyarakat Indonesia


Secara vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya polarisasi
sosial berdasarkan kekuatan ekonomi dan politik. Struktur masyarakat terpolarisasi
menjadi sebagian besar orang yang secara ekonomi dan politik lemah yang
menempati lapisan bawah dan sebagian kecil orang yang secara ekonomi dan politik
kuat yang menempati lapisan atas.
Secara horizontal, pluralitas masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya
perbedaan sukubangsa, agama, adat, dan kedaerahan. Perbedaan perbedaan di bidang
kehidupan masyarakat tersebut yang menandai masyarakat Indonesia sebagai
masyarakat majemuk.

C. Contoh Konflik di Indonesia


Kerusuhan di Mataram NTB
di Mataram dan sekitamya pada tanggal 17 Januari 2000, disebabkan oleh
provokasi dari para elit politik tertentu yang menyebabkan terjadinya kerusuhan di
wilayah tersebut. Selain itu, kerusuhan di Mataram juga sebagai dampak dari
fanatisme agama pemeluknya berhadapan dengan agresifitas penyebaran agama lain,
yang sering memicu konflik berdimensi agama. Akibatnya jalur komunikasi tidak
terjalin dengan intens, dan yang terjadi adalah adanya batas-batas sosial di antara
keduanya.
BAB VIII
MANUSIA DAN LINGKUNGAN

A. Hakekat Manusia Sebagai Objek dan Subjek Lingkungan


Manusia hidup dan berkembang di lingkungan masing-masing baik secara
alamiah maupun sosial. Dengan akal pikirannya manusia dalam menjalani kehidupan
melalui proses belajar. Perilaku manusia satu dengan yang lain tidak dapat
disamakan. Hal yang cukup mempengaruhi perilaku manusia tersebut karena faktor
lingkungan di mana dia tinggal. Dengan demikian manusia menjadi obyek sekaligus
subjek dari lingkungan.

B. Dampak dan Resiko Lingkungan Bagi Kehidupan Manusia


Masalah lingkungan yang mengancam umat manusia, sebagian besar
disebabkan oleh komponen manusia juga. Kemiskinan, keterbelakangan, keserakahan,
penerapan teknologi yang tidak tepat, merupakan sebagian dari sebab-sebab
terjadinya masalah lingkungan. Ketidakmampuan manusia mengatur keseimbangan
antara kebutuhan hidupnya dengan kemampuan lingkungan inilah yang telah
menimbulkan masalah lingkungan yang mengancam kehidupannya.

C. Pengembangan dan Pemeliharaan Lingkungan Alam dan Lingkungan Sosial


Budaya
Lingkungan fisis maupun lingkungan sosial dalam pengelolaan dan
pemanfaatannya memerlukan perilaku yang manusiawi, yaitu perilaku yang
didasarkan pada akal budi manusia yang sesuai dengan budaya dan etika sebagai
manusia.

D. Problematika Pengembangan dan Pemeliharaan Lingkungan


Problematika pengembangan dan pemeliharaan lingkungan berkaitan dengan
permasalahan kependudukan yang meliputi perubahan sosoial dalam aspek
kependudukan, tinngkat pertumbuhan penduduk yang cepat, persebaran penduduk
yang tidak merata, pendidikan, kesehatan, perumahan, maslaah transportasi,
penyediaan air bersih dan pengelolaan sampah.

Anda mungkin juga menyukai