SEBAGAI
ADMINISTRASI
PERENCANAAN
Pendahuluan
Pengertian Perizinan
Izin menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge merupakan suatu persetujuan dan
penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan
tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan
Dalam arti luas, izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau
perbuatan tertentu yang secara umum dilarang. Sehingga, Perizinan merupakan
salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian
yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat.
Fungsi dan Tujuan Perizinan
• Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
• Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang
benar, batal demi hukum.
• Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangannya.
• Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
• Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang
wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan memberikan ganti
kerugian yang layak.
• Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang
menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan peraturan pemerintah.
3
Jenis Perizinan
Jenis Perizinan
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terdapat izin yang dapat diberlakukan oleh
pemerintah daerah yaitu:
Bab V pasal 20, di bagian standar pelayanan publik, menyatakan bahwa dalam melaksanakan kegiatan terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia, setiap penyelenggara, WAJIB :
– Mengikutsertakan masyarakat
– Dilaksanakan dengan PRINSIP:
• Tidak diskriminatif,
• Terkait langsung dengan jenis pelayanan,
• Berkompeten dan mengutamakan musyawarah,
• Memperhatikan keberagaman.
(lanjutan)
UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik
Selain itu dalam pengelolaan Sarpras dan/atau Fasilitas Pelayanan Publik, penyelenggara melakukan pengadaan
SESUAI dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dilakukan atas dasar PRINSIP :
– (1) Efektivitas
– (2) Efisiensi
– (3) Transparansi
– (4) Akuntabilitas
– (5) Berkesinambungan
Perpres No. 97 tahun 2014
Tentang PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
– Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) merupakan suatu sistem pelayanan secara terintegrasi dalam satu
kesatuan proses, dari awal permohonan hingga penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu.
– Pembuatan PTSP ini diharapkan dapat memperpendek dan mempermudah pelayanan, murah dan terjangkau,
dan memberikan kepastian serta perlindungan hukum kepada masyarakat luas.
– PTSP didasarkan atas dasar PRINSIP:
• Keterpaduan,
• Ekonomis,
• Koordinasi,
• Pelimpahan wewenang,
• Akuntabilitas
• Aksesibilitas.
5
Problematika Perizinan
1. Inkonsistensi Peraturan
2. Inkonsistensi Pajak
5. Kualitas Infrastruktur
Problematika
Perizinan – Data BKPM (Badan
Koordinasi Penanaman
Modal) 2018
Daftar Pustaka
Adrian, Sutedi. 2011. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta: Sinar Grafika.
Republik Indonesia. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.