38 Tahun 2007 menetapkan 9 (Sembilan) kewenangan Pemerintah di
bidang pertanahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi, yaitu: a. Pemberian izin lokasi b. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan c. Penyelesaian sengketa tanah garapan d. Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan e. Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian kelebihan tanah maksumum dan tanah absentee f. Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat g. Pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong h. Pemberian izin membuka tanah i. Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten/kota Keputusan Menteri Dalam Negeridan Otonomi Daerah No. 50 Tahun 2000 tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang mencantumkan ketentuan tentang Kewenangan Dinas Pertanahan Kabupaten/Kota, yang meliputi: a. Penyelenggaraan tata guna tanah dan tata ruang b. Penyelenggaraan pengaturan dan penguasaan tanah c. Penyelenggara pengaturan dan pengurusan hak-hak atas tanah d. Penyelenggaraan pengukuran dan pendaftaran tanah e. Penyelenggaraan administrasi pertanahan f. Penetapan kerangka dasar kerangka daerah dan pelaksanaan pengukuran kerangka dasar kadastral daerah g. Penanganan penyelesaian masalah dan sengketa pertanahan serta peningkatan partisipasi masyarakat Urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi ditetapkan dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, yaitu: a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasarana umum e. Penanganan bidang kesehatan f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial g. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota j. Pengendalian lingkungan hidup k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan n. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota p. Urusan wajib yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan Perizinan pemanfaatan ruang mencakup: a. Izin Prinsip b. Izin Lokasi c. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) d. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) e. Izin-izin lain yang berkaitan Jenis-jenis perizinan: a. Izin Prinsip 1. Izin Prinsip adalah salah satu dokumen perizinan yang diterbitkan pada tahap awal kepada setiap orang/badan usaha yang berencana memanfaatkan ruang kabupaten/kota. 2. Izin Prinsip berisi pernyataan tentang suatu rencana kegiatan pemanfaatan ruang yang secara prinsip telah sesuai dengan RTRW oleh karenanya diperkenankan. 3. Izin Prinsip sebagai persyaratan untuk permohonan izin lokasi. 4. Izin Prinsip diterbitkan dan ditandatangani oleh bupati/walikota setelah memenuhi seluruh persyaratan yang ditentukan. b. Izin Lokasi 1. Izin Lokasi adalah izin tahap kedua setelah izin prinsip yang harus dipenuhi oleh pemohon guna lebih mempersiapkan rencana pemanfaatan ruang kabupaten/kota khususnya untuk: • Rencana pengembangan kegiatan/sarana prasarana dari kawasan yang sebelumnya telah ada dan telah memperoleh izin prinsip. • Pengadaan tanah dan pengurusan ha katas tanah. 2. Tanah yang ditunjuk dalam permohonan izin lokasi adalah yang peruntukannya telah sesuai dengan RTRW. 3. Izin Lokasi diterbitkan dalam bentuk keputusan. 4. Bupati/Walikota mendelegasikan wewenang penandatanganan dan penerbitan izin lokasi kepada Kepala Dinas. 5. Izin Lokasi tidak diperlukan untuk rencana pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pertanahan dikecualikan namun tetap harus memiliki izin prinsip sebelum rencana kegiatan dilaksanakan. 6. Kepada pengelola kegiatan harus terlebih dahulu mengetahui rencana peruntukan tata ruang pada lokasi tanah yang dimiliki. 7. RTRW, RDTR, Rencana Zonasi, Kawasan khusus dapat dilihat/dipelajari pada papan-papan pengumuman di Dinas, Bappeda, Kecamatan, Kelurahan. c. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) 1. Izin penggunaan pemanfaatan tanah adalah izin tahap ketiga atau terakhir dari proses perencanaan kegiatan pemanfaatan ruang sebagai penegasan legalitas rencana pemanfaatan ruang telah sesuai dengan izin-izin terdahulu yaitu izin prinsip dan izin lokasi. 2. Izin penggunaan pemanfaatan tanah diterbitkan dalam bentuk Keputusan. 3. Bupati/walikota mendelegasikan wewenang penandatanganan dan penerbitan izin penggunaan pemanfaatan tanah kepada Kepala Dinas. 4. Izin penggunaan pemanfaatan tanah merupakan persyaratan untuk menempuh izin berikutnya yaitu IMB sebagai tahap pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang. d. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 1. IMB merupakan izin operasional pelaksanaan pemanfaatan ruang khususnya tahap dimulainya pekerjaan fisik atas tanah yang telah dikuasai hingga selesai. 2. Ketentuan menyangkut pelaksanaan pekerjaan fisik maupun persyaratan yang harus dipenuhi untuk permohonan IMB adalah sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung dengan menyertakan pula izin prinsip, izin lokasi dan izin penggunaan pemanfaatan tanah. 3. Izin Mendirikan Bangunan Gedung diberikan oleh pemerintah daerah kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah, melalui proses permohonan izin mendirikan bangunan gedung. 4. Pemerintah daerah wajib memberikan surat keterangan rencana kabupaten/kota untuk lokasi yang bersangkutan kepada setiap orang yang akan mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung. 5. Izin mendirikan bangunan gedung merupakan satu-satunya perizinan yang diperooleh dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang menjadi alat pengendali penyelenggaraan bangunan gedung. 6. Proses pemberian izin mendirikan bangunan gedung harus mengikuti prinsip- prinsip pelayanan prima dan murah/terjangkau. 7. Pemerintah daerah menyediakan formulir permohonan izin mendirikan bangunan gedung yang informatif yang berisikan antara lain: • Status tanah (tanah milik sendiri atau milih pihak lain). • Data pemohon/pemilik bangunan gedung (nama, alamat, tempat/tanggal lahir, pekerjaan, nomor KTP, dll), data lokasi (letak/alamat, batas-batas, luas, status kepemilikan, dll). • Data rencana bangunan gedung (fungsi/klasifikasi, luas bangunan gedung, jumlah lantai/ketinggian, KDB, KLB, KDH, dll) • Data penyedia jasa konstruksi (nama, alamat, penanggung jawab penyedia jasa perencana konstruksi), rencana waktu pelaksanaan mendirikan bangunan gedung dan perkiraan biaya pembangunannya. 8. Sebelum mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung, setiap orang harus sudah memiliki surat keterangan rencana kabupaten/kota yang diperoleh secara cepat dan tanpa biaya. 9. Surat keterangan rencana kabupaten/kota diberikan oleh pemerintah daerah berdasarkan gambar peta lokasi tempat bangunan gedung yang akan didirikan oleh pemilik. e. Izin-izin lain yang berkaitan yaitu izin lingkungan 1. Pemrakarsa mengajukan permohonan izin lingkungan secara tertulis kepada Kepala SKPD Perizinan. 2. Permohonan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dilakukan bersamaan dengan pengajuan: • Penilaian dokumen Amdal dan RKL-RPL • Pemeriksaan UKL-UPL 3. Permohonan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dilengkapi dengan persyaratan: • Izin Prinsip • Dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL • Dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan • Profil usaha dan/atau kegiatan 4. Setelah menerima permohonan izin lingkungan sebagaimana dimaksud, SKPD Perizinan melakukan pemeriksaan kelengkapan administrasi. 5. Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup dikecualikan dari kewajiban Menyusun Amdal sebagaimana dimaksud apabila: • Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatannya berada di kawasan yang telah memiliki Amdal kawasan. • Lokasi rencana Usaha dan/atau kegiatannya berada pada kabupaten/kota yang telah memiliki rencana detil tata ruang kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang Kawasan strategis kabupaten/kota • Usaha dan/atau kegiatannya dilakukan dalam rangka tanggap darurat bencana. 6. UKL-UPL sebagaimana dimaksud disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan. 7. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud wajib sesuai dengan rencana tata ruang. 8. Dalam hal lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, UKL-UPL tidak dapat diperiksa dan wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa. 9. Yang dimaksud “lengkap secara administrasi” adalah kepemilikan bukti antara lain berupa: • Bukti formal bahwa rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan telah sesuai dengan rencana tata ruang. • Bukti formal yang menyatakan bahwa jenis rencana usaha dan/atau kegiatan secara prinsip dapat dilakukan • Tanda bukti registrasi kompetensi bagi lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen Amdal dan sertifikasi kompetensi penyusun Amdal. 10. Hasil analisis dampak lalu lintas sebaagaimana dimaksud merupakan salah satu persyaratan Pengembang atau Pembangun untuk memperoleh: • Izin lokasi • Izin mendirikan bangunan • Izin pembangunan bangunan gedung dengan fungsi khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang bangunan gedung.
Peraturan-lain-nomor-540-Tahun-1990 Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lokasilahan Atas Bidang Tanah Untuk Pembangunan Fisik Kota Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
1 Kajian Teknis Reposisi Bidang Tanah Untuk Pembuatan Peta Desa Lengkap (Studi Kasus Desa Cibatu, Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat)