Anda di halaman 1dari 45

BANGUNAN GEDUNG

Mengapa harus memiliki Sertifikat Laik Fungsi, SLF

Hery Riyanto
2022
Sertifikat Laik Fungsi, SLF
• (SLF) merupakan sertifikat terhadap bangunan yang telah selesai
dibangun dan telah memenuhi persyaratan kelaikan teknis sesuai
fungsi bangunan. Tanpa SLF, gedung tidak bisa digunakan secara
legal.
• Begitu pentingnya SLF sehingga pengembang yang tidak memiliki
sertifikat ini tidak dapat menerbitkan Akta Jual Beli (AJB), tidak
dapat membuka cabang bank di gedung tersebut, dan tidak dapat
memungut biaya layanan dari penghuni.
• Dengan kepemilikian SLF, pengembang bisa melakukan proses
penyerahan hak milik kepada pembeli, memulihkan masing-
masing unit dan membuat akta akuisisi.
Dasar hukum SLF
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
2. Peraturan Pemerintah (PP) tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
27/PRT/M/2018 tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI Nomor 3
Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2018 tentang Sertifikat Laik
Fungsi Bangunan Gedung
Persyaratan SLF
1. Surat permohonan mengajukan SLF
2. Fotokopi indentitas pemohon atau penangung Jawab (WNI : Kartu Tanda Penduduk
(KTP) WNA : Kartu Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau VISA / Paspor)
3. Jika bukan perseorangan, fotokopi akta Badan Hukum atau Badan Usaha (Akta
pendirian dan perubahan (Kantor Pusat dan Kantor Cabang), SK pengesahan pendirian dan perubahan
yang dikeluarkan oleh instansi terkait dan NPWP Badan Hukum)
4. Fotokopi Bukti Kepemilikan Tanah (Sertifikat Hak Milik/Sertifikat Hak Guna Bangunan
/Sertifikat Hak Pakai dan Surat Perjanjian Kerjasama antara pemilik tanah atau bangunan dan
pengelola bangunan, yang telah disahkan notaris)
5. Fotokopi IMB, Ijin Mendirikan Bangunan (Surat Keputusan IMB, Peta Ketetapan Rencana
Kota (KRK) dan Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB) / Blokplan Lampiran IMB dan Gambar
arsitektur, Struktur dan Instalasi Bangunan lampiran IMB)
6. Berita acara telah disetujui selesainya pelaksanaan bangunan dan sesuai IMB
Persyaratan SLF
7. Laporan Direksi Pengawas (Fotokopi Surat Penunjukan Pemborong dan Dewan Pengawas yang
diikuti Anggota Dewan Pengawasnya, Fotokopi TDR / SIUJK Pemborong dan surat izin bekerja / SIPTB
Direktur Pengawas, Laporan Lengkap Direksi dan Surat Pernyataan dari Koordinator Dewan Pengawas
bangunan telah selesai dilaksanakan dan sesuai IMB
8. Hardcopy dan softcopy gambar as build drawing
9. Untuk bangunan sedang dan tinggi, harus dilengkapi dengan Rekomendasi dan Berita
Acara dari Instansi terkait tentang hasil uji coba instalasi dan kelengkapan bangunan
(Instalasi Listrik Arus Kuat dan Pembangkit Listrik Cadangan / Genset, Instalasi Kebakaran (alarm sistem,
instalasi pemadaman api, hydran, dsb.), Instalasi Transportasi Dalam Gedung (Lift), Instalasi Tata Udara
Dalam Gedung (AC), Instalasi Penyalur Petir, dsb.
9. Foto bangunan
10. Foto Sumur Resapan Air Hujan yang telah diselesaikan dengan gambar SRAH, ukuran
dan perhitungan kebutuhan dan pelaksanaannya
Masa Berlaku SLF

• Bangunan umum memiliki masa berlaku 5 tahun.

• bangunan tempat tinggal memiliki masa berlaku 20 tahun.


Biaya Pengurusan Sertifikat Laik Fungsi
• Setiap pengembang atau pemilik gedung dapat mengajukan permintaan SLF melalui
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) di tingkat
Kecamatan, Suku Dinas, atau Dinas terkait di daerahnya.
• Pemerintah daerah akan melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan
permohonan penerbitan SLF. Apabila persyaratan permohonan telah lengkap, maka
SLF akan diterbitkan paling lama 3 hari setelah persyaratan dinyatakan lengkap.
• Apabila persyaratan belum lengkap, maka pemerintah daerah menyampaikan bahwa
SLF tidak dapat diterbitkan.
• Adapun biaya pengurusan SLF adalah gratis alias tidak dipungut biaya apapun. Hal ini
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tetang bangunan gedung.
Pembebasan biaya ini karena SLF merupakan sebuah jaminan yang diberikan
pemerintah daerah terhadap kelayakan dan keamanan bangunan yang akan ditempati
ataupun disinggahi masyarakat.
IMB (Izin Mendirikan Bangunan)

Izin Mendirikan Bangunan atau IMB adalah surat bukti dari Pemerintah


Daerah bahwa pemilik bangunan gedung dapat mendirikan bangunan sesuai
fungsi yang telah ditetapkan dan berdasarkan rencana teknis bangunan
gedung yang telah disetujui oleh Pemerintah Daerah. Adapun landasan
hukum yang meregulasi Izin Mendirikan Bangunan adalah:
• Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
• Undang-Undang nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
• Peraturan Presiden RI No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Cara Mengurus IMB

1. Mendatangi kantor Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BTSP)


setempat.
2. Jika bangunan yang ingin dibangun berukuran di bawah 500 m2,
maka dapat mendatangi loket Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
di kecamatan setempat.
3. Isi formulir pengajuan pengukuran tanah.
4. Lakukan pembayaran biaya pengukuran.
5. Tunggu sekitar satu minggu, untuk melakukan pengukuran tanah
dan gambar denah bangunan oleh petugas.
6. Lalu gambar denah yang berupa blueprint akan dijadikan dasar
pembuatan IMB.
Syarat IMB Rumah Tinggal
• Gambar denah, tampak (minimal 2 gambar), potongan (minimal 2 gambar), rencana pondasi,
rencana atap, rencana sanitasi dan site plan sebagai syarat IMB.
• Gambar konstruksi beton serta penghitungannya.
• Gambar konstruksi baja serta penghitungannya.
• Hasil penyelidikan tanah serta uji laboratorium mekanika tanah untuk bangunan berlantai 2 atau
lebih.
• Surat keterangan kepemilikan tanah/sertifikat HM (Hak Milik)/HGB (Hak Guna Bangunan).
• Surat persetujuan tetangga, untuk bangunan berimpit dengan batas persil.
• Surat kerelaan tanah bermaterai Rp6.000 dari pemilik tanah yang diketahui oleh lurah serta camat,
apabila tanah bukan milik pemohon.
• Surat Perintah Kerja (SPK) apabila pekerjaan diborongkan.
• Ada izin usaha (HO) untuk bangunan komersial.
• Ada izin prinsip dari pejabat kepala daerah bila lokasi bangunan menyimpang dari Tata Ruang Kota
untuk syarat IMB terakhir.
Syarat IMB Bangunan Umum (sd 8 lt)
• Formulir permohonan syarat IMB.
• Surat pernyataan tidak sengketa (bermaterai).
• Surat Kuasa (jika dikuasakan).
• KTP dan NPWP ( pemohon dan/yang dikuasakan).
• Surat Pernyataan Keabsahan dan Kebenaran Dokumen.
• Bukti Pembayaran PBB.
• Akta Pendirian (Jika pemohon atas nama perusahaan/badan/yayasan).
• Bukti kepemilikan tanah (surat tanah).
• Ketetapan Rencana Kota (KRK)/RTLB.
• SIPPT (untuk luas tanah > 5.000 m2).
• Gambar rancangan arsitektur (terdiri atas gambar situasi, denah, tampak, potongan, sumur resapan) direncanakan oleh arsitek yang memiliki IPTB,
diberi notasi GSB, GSJ dan batas tanah).
• Gambar konstruksi serta perhitungan konstruksi dan laporan penyelidikan tanah (direncanakan oleh perencana konstruksi yang memiliki IPTB).
• Gambar Instalasi (LAK/LAL/SDP/TDP/TUG).
• IPTB (Izin Pelaku Teknis Bangunan) arsitektur, konstruksi dan instalasi (legalisir asli).
• Izin Mendirikan Bangunan lama dan lampirannya (untuk permohonan merubah/menambah bangunan).
Syarat IMB Bangunan Umum (diatas 9 lt)
• Formulir Pendaftaran Izin Mendirikan Bangunan sebagai syarat IMB pertama.
• Fotokopi KTP dan NPWP Pemohon
• Fotokopi Sertifikat Tanah, yang telah dilegalisir notaris
• Fotokopi PBB Tahun terakhir
• Menyertakan Ketetapan Rencana Kota (KRK) dan Rencana Tata Letak Bangunan (RTLB/ Blokplan) dari BPTSP
• Mencantumkan fotokopi Surat Izin Penunjukkan Penggunaan Tanah (SIPPT) dari Gubernur, apabila luas tanah daerah perencanaan 5.000 M2 atau lebih.
• Gambar rancangan arsitektur (terdiri atas gambar situasi, denah, tampak, potongan, sumur resapan) direncanakan oleh arsitek yang memiliki IPTB, diberi
notasi GSB, GSJ dan batas tanah)
• Rekomendasi hasil persetujuan Tim Penasehat Arsitektur Kota (TPAK), apabila luas bangunan 9 Lantai atau lebih,
• Hasil Penyelidikan Tanah yang dibuat oleh konsultan,
• Persetujuan Hasil Sidang TPKB, apabila ketinggian bangunan 9 lantai atau lebih dan atau bangunan dengan basement lebih dari 1 lantai, atau bangunan
dengan struktur khusus.
• Gambar Instalasi (LAK/LAL/SDP/TDP/TUG)
• Rekomendasi UKL/UPL dari BPLHD apabila luas bangunan 2.000 sampai dengan 10.000 M2, atau rekomendasi AMDAL apabila luas bangunan lebih dari
10.000 M2.
• Surat Penunjukan Pemborong dan Direksi Pengawas Pelaksanaan Bangunan dari Pemilik Bangunan.
• Surat Kuasa (jika dikuasakan).
Sanksi Bangunan yang Tidak Punya IMB
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 Pasal 39 tentang Bangunan Gedung, sanksi yang
diterapkan berupa pembongkaran apabila bangunan:
1. Tidak layak fungsi dan tidak dapat diperbaiki
2. Dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan bangunan
gedung
dan/atau lingkungannya
3. Tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan
UU Nomor 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja
• Jika dulu dalam membangun maupun mengubah bentuk suatu
bangunan, pemilik bangunan Gedung harus mengantongi surat Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota terlebih dahulu.
• Namun, sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
2021 tentang Bangunan Gedung, kini Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) resmi tidak diberlakukan dan digantikan oleh Persetujuan
Bangunan Gedung (PBG).
UU Nomor 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja
• PBG menerapkan konsep norma, standar, pedoman, dan kriteria (NSPK). Sebelumnya IMB harus dibereskan
dulu sebelum dapat membuat bangunan, maka PBG memungkinkan pembangunan dapat langsung
dilaksanakan sepanjang pelaksanaannya memenuhi standar.
• Selain PBG, pemilik bangunan perlu memiliki Surat Bukti Kepemilikan Bangunan (SBKBG). SBKBG nantinya
harus mencantumkan informasi fungsi bangunan dan klasifikasi bangunan seperti Pasal 4 dan Pasal 9.
• Pada Pasal 275 mengatur SBKBG yang meliputi informasi mengenai kepemilikan bangunan, alamat
bangunan, status hak atas tanah, nomor PBG, nomor Sertifikat Laik Fungsi (SLF).
• Dokumen lainnya adalah Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Menurut Pasal 297, SLF perlu diperpanjang dalam
jangka waktu 20 tahun untuk rumah tinggal dan 5 tahun untuk bangunan gedung lainnya.
• Baik PBG, SLF, dan SBKBG diajukan oleh pemohon melalui sebuah situs bernama Sistem Informasi
Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG) di laman www.simbg.pu.go.id. Nantinya izin-izin itu akan
diterbitkan oleh pemerintah daerah.
• Sementara itu Pasal 347 Ayat 1 mengatur bahwa bangunan gedung yang telah memperoleh perizinan
dikeluarkan oleh pemda kabupaten kota sebelum berlakunya PP 16/2021, maka izinnya dinyatakan masih
tetap berlaku.
PP No 16 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung

• dijadikan sebagai dasar hukum terbitnya Persetujuan Bangunan


Gedung (PGB)
• Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) adalah perizinan yang
diberikan kepada pemilik bangunan Gedung untuk membangun
baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat
bangunan Gedung sesuai dengan standar teknis bangunan.
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) 
• IMB dihapus dan diganti menjadi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kapaten/ Kota dengan Mengacu pada NSPK dari Pemerintah Pusat
• Persyaratan Teknis diubah menjadi Standar Teknis yang diatur secara rinci guna menjamin
Keselamatan, Kesehatan, Kenyamanan dan Kemudahan bagi Masyarakat
• Penerbitan PBG, SLF, SBKBG dan RTB harus dilaksanakan melalui SIMBG, sehingga menjamin
keseragaman pelayanan dan standarisasi penerapan Teknis di seluruh Indonesia
• Proses penerbitan PBG yang lebih Jelas dengan batas waktu terukur, Pemenuhan standar Teknis
melalui Penyedia Jasa Bersertifikat dalam setiap tahapan Penyelenggaraan Bangunan Gedung
• Fungi pengawasan oleh Pemerintah Daerah hadir melalui proses Konsultasi bersama Tim Profesi Ahli
(TPA) pada tahap penerbitan PBG dan mekanisme inspeksi oleh penilik bangunan pada tahap
Konstruksi Bagunnan Gedung
• Peran Arsitek yang diakui Pemerintah melalui lisensi menjamin pelindungan dan pengembangan
Keprofesian Arsitek Indonesia
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) 
• fungsi dari bangunan Gedung yang terdiri dari 5 jenis diantaranya yaitu fungsi hunian,
fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi social budaya, dan fungsi khusus.
• klasifikasi dari tingkat kompleksitas (sederhana, tidak sederhana, dan khusus),
tingkat permanensi (permanen dan nonpermanen), tingkat risiko bahaya
kebakaran (tinggi sedang, rendah), lokasi (padat, sedang, dan renggang) dan
ketinggian bangunan gedung (pencakar langit, tinggi, sedang, dan rendah).
• bangunan-bangunan yang didirikan nantinya tidak menyebabkan dampak negative
terhadap Pengguna dan lingkungan sekitarnya. Oleh karenya itu, seluruh standar teknis
harus dipenuhi sebelum dilakukannya pelaksanaan konstruksi.
• PBG ini juga diwajibkan untuk suatu bangunan yang nantinya mengalami perubahan
fungsi, atau disebut PGB perubahan.
• untuk bangunan-bangunan yang sudah berdiri namun tidak memenuhi kesesuaian
penetapan fungsi dalam PBG, maka akan dikenakan sanksi administrative.
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) 
• Pelaksanaan konstruksi harus dilaksanakan setelah pemilik bangunan Gedung mendapatkan PBG yang
dikeluarkan dari Pemerintah Daerah dan kini semuanya dilakukan melalui system online.
• pemohon harus melengkapi dokumen rencana teknis yang berupa dokumen rencana arsitektur, dokumen
rencana struktur, dokumen rencana utilitas dan dokumen spesifik teknis bangunan Gedung, kemudian
diajukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Pemerintah Daerah Provinsi kemudian diperiksa
dan disetujui.
• pemohon akan mendapatkan rekomendasi penerbitan pemenuhan standar teknis kemudian Dinas Teknis
akan menerbitkan Surat Pernyataan Pemenuhan Standar Teknis yang dijadikan dasar untuk diterbitkannya
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).
• melakukan pembayaran retibusi daerah yang telah ditetapkan. Penerbitan PBG ini dilakukan melalui Sistem
Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG).
• Selain Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), pemilik Gedung juga perlu memiliki 2 (dua) jenis izin bangunan
lainnya seperti Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan Surat Bukti Kepemilikan Bangunan (SBKBG). Untuk bangunan
Gedung yang telah berdiri dan belum memiliki surat Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), maka terlebih
dahulu pemilik Gedung harus mengurus Sertifikat Laik Fungsi (SLF) baru bisa memperoleh Persetujuan
Bangunan Gedung (PBG).
• Bagi bangunan Gedung yang telah memperoleh perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021, makai zin tersebut masih tetap berlaku sampai
dengan izin tersebut berakhir.
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) 
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) 
PELAKU PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG

Tim Profesional Tim yang terdiri atas Profesi Ahli yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah Kab/Kota
Ahli (TPA) dari basis data SIMBG untuk memberikan Pertimbangn Teknis dalam
Penyelenggaran Bangunan Gedung
Tim yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kab/Kota yang terdiri atas instansi terkait
Tim Penilai
penyelenggara BG untuk memberikan pertimbangan teknis dalam proses penilaian
Teknis (TPT)
dokumen rencana teknis BG rumah tinggal serta pemeriksaan dokumen permohonan
SLF perpanjangan
Penilik Orang Perseorangan yang memiliki kompetensi dan diberi tugas oleh Pemerintah
Daerah untuk melakukan Inspeksi terhadap penyelenggaraan BG
Tim atau perseorangan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Teknis untuk mengelola
Sekretariat
pelaksanaan tugas TPA, TPT dan Penilik.
Tenaga Teknis Kementrian dan/atau organisasi perangkat daerah yang bertanggung
Pengelola
Teknis BGN
jawab dalam pembinaan BGN yang ditugaskan untuk membantu
kementrian/lembaga dan/atau oraganisasi perangkat daerah dalam pembangunan
BGN
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) 

PB SL SLF KT RTB
Lai Tidak
G F n
k Laik

Perencan Pelaksana Pemanfaat Pembongkar


an an an an

Pembanguna
n
KI Pelestari KT
Keterangan
an
PBG : Persetujuan Bangunan Gedung
SLF : Sertifikat Laik Fungsi
SLFn : Sertifikat Laik Fungsi (Perpanjangan)
RTB : Rencana Tata Letak Bangunan
KI : Kajian Identifikasi
KT : Kajian Teknis
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) 
• Pemeriksaan pemenuhan Standar Teknis dilakukan melalui tahap:
 pemeriksaan dokumen rencana arsitektur; dan
 pemeriksaan dokumen rencana struktur dan MEP
• Hasil pemeriksaan dituangkan dalarn berita acara yang dilengkapi
kesimpulan Tim Profesi Ahli yang memuat:
 rekomendasi penerbitan surat Pernyataan Pemenuhan Standar Teknis; atau
 rekomendasi pendaftaran ulang PBG.
PP 16 Tahun 2021 Pasal 255

• Surat Pernyataan Pemenuhan Standar Teknis digunakan untuk


memperoleh PBG dengan dilengkapi perhitungan teknis untuk retribusi.
PP 16 Tahun 2021 Pasal 258
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) 
Tahap Tahap Tahap Pelaksanaan dan
Konsultasi Penerbitan PBG Pengawasan Konstruksi

(*5)
(*2) (*3) (*4)
(*1) Proses Proses Pelaksanaan
Mulai Pemeriksaaan Sesuai Penerbita
Dokumen dan Pengawasan
Retribusi n Konstruksi
PBG
Tidak Sesuai

Penjelasan:
(*1) : Pemohon (tidak ada durasi waktu) melengkapi dokumen Standar Teknis. (*3) :1. Kepala Dinas (Dinas Teknis) melakukan penetapan retribusi. Operator (D inas
Perizinan} melakukan penagihan retribusi kepada pemohon.
(*2) : 1. Sekretariat (Dinas Teknis) (1 hari kerja) melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen. 2. Pemohon melakukan pembayaran retribusi. durasi waktu pada tahap Penerb1tan PBG
Dalam hal dokumen tidak sesuai, maka akan dikembalikan kepada pemohon. maks1mal 2 han keria lldak termasuk waktu pembayaran
2. TPT & TPA (Dinas Teknis} (3-25 hari kerja} melakukan pemeriksaan oleh pemohon
kebenaran dokumen rencana ars1tektur, struktur, mekanikal elektrikal, dan perpipaan. Dalam (*4) : Kepala Dinas (Dinas Teknis) melakukan pengesahan PBG.
hal apabila dokumen tidak sesuai, maka akan dikembalikan kepada pemohon.
3. Sekretariat (Dinas Teknis) (1 hari kerja} melakukan perh1tungan teknis
(*5) :Proses ini dijelaskan pada Bagan Proses Pelaksanaan dan Pengawasan
untuk retribusi.
4. Kepala Dinas Teknis (Dinas Teknis} (1 hari kerja)melakukan pengesahan Konstruksi serta Pemanfaatan
"Surat Pemenuhan Standar Teknis".
Penyelenggaraan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
Penerbitan SLFdan SBKBG dilakukan bersamaan melalui SIMBG.

Proses penerbitan SLFdan SBKBG dilaksanakan paling lama 3 (tiga) hari


kerja sejak surat pernyataan kelaikan fungsi diunggah melalui SIMBG.

Untuk Bangunan Gedung Baru, SLFditerbitkan berdasarkan proses


inspeksi saat konstruksi oleh penilik Bangunan.

Untuk Bangunan Gedung Eksisting, SLFditerbitkan berdasarkan hasil


pemeriksaan kelaikan fungsi oleh Pengkaji Teknis
PP 16 Tahun 2021 Pasal 276
Penyelenggaraan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
 Penerbitan SLFuntuk Bangunan Gedung yang sudah ada (existing) terdiri atas:
a. pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung yang sudah ada (existing);
b. permohonan surat pernyataan pemenuhan Standar Teknis; dan
c. penerbitan SLFdan SBKBG
 Pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung yang sudah ada (existing) dilakukan oleh:
a. Pemilik yang bersertifikat pengkajian teknis atau memiliki unit atau tenaga internal yang
bersertifikat pengkajian teknis; atau
b. penyedia jasa Pengkaji Teknis yang bersertifikat pengkajian teknis.
PP 16 Tahun 2021 Pasal 282

 Demi menjaga kelaikan fungsi sepanjang pemanfaatan BG, SLFharus diperpanjang dalam jangka waktu:
a. 20 (dua puluh) tahun untuk rumah tinggal tunggal dan deret; dan
b. 5 (lima) tahun untuk Bangunan Gedung lainya
 SLFdidahului dengan pemeriksaan kelaikan fungsi.
PP 16 Tahun 2021 Pasal 297
Penyelenggaraan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Fase Konstruksi

 Penyedia jasa pengawasan konstruksi atau manajemen konstruksi membuat daftar


simak hasil pemeriksaan kelaikan fungsi berdasarkan laporan pengawasan, hasil
inspeksi, dan hasil pengujian (commissioning test).

 Surat pernyataan kelaikan fungsi dikeluarkan oleh penyedia jasa pengawasan


konstruksi atau manajemen konsruksi atau Penilik berdasarkan daftar simak.
 Dinas Teknis menindaklanjuti surat pernyataan kelaikan fungsi dengan penerbitan
SLF dan surat kepemilikan Bangunan Gedung.

PP 16 Tahun 2021 Pasal 274


Penyelenggaraan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Bangunan Eksisting
Penyelenggaraan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Bangunan Eksisting

• Untuk bangunan eksisting, pemeriksaan kelaikan fungsi untuk


prosespenerbitan SLF dilakukan dengan memeriksa kesesuaian dokumen:
a.identitas Pemilik,
b.kondisi Bangunan Gedung;
c.kesesuaian dengan KRK;
d.dokumen PBG; dan
e.Informasi Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perawatan
• Dalam hal tidak ada dokumen PBG, pemeriksaan dilakukan dengan
dokumen rencana teknis atau as built drawing yang memuat aspek
keselamatan bangunan gedung
PP 16 Tahun 2021 Pasal 282
Penyelenggaraan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Perpanjangan
Penyelenggaraan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Perpanjangan

 Perpanjangan SLF didahului dengan Pemeriksaan Kelaikan Fungsi


 Pemeriksaaan Kelaikan Fungsi untuk bangunan Gedung Eksisting
Mempertimbangkan Kesesuaian kondisi Lapangan dan/atau gambar
terbangun (As built drawing) terhadap SLF Terakhir serta Standar
Teknis

PP 16 Tahun 2021 Pasal 297


Tim Profesi Ahli, TPA
TPA ( tim profesi ahli ) adalah pakar dari keprofesian atau perguruan tinggi atau
pemerintah yang mendaftarkan diri untuk bekerja dibawah Pemerintah dalam
penyelenggaraan bangunan Gedung memiliki keahlian di bidang antara lain:
• Arsitektur Bangunan dan kota;
• Struktur;
• Mechanical Electrical Plumbing (MEP);
• Kebakaran;
• Cagar Budaya;
• Bangunan Hijau (Green Building);
• Lanskap;
• Interior;
• Keselamatan Konstruksi;
• Pembongkaran;
• keahlian lainnya terkait bangunan.
Tim Profesi Ahli, TPA

Tugas & Fungsi


TPA ditugaskan melakukan konsultasi :
•Rencana bangunan gedung
•Rencana pembongkaran

TPA bertanggung jawab :


•Memberikan pertimbangan teknis rencana pembangunan
•Memberikan pertimbangan teknis rencana pembongkaran
•Memberikan pertimbangan teknis tata ruang kepada Pemerintah
•Memberikan masukan untuk permasalahan bangunan gedung
•Merekomendasikan sertifikasi Bangunan Hijau
Tim Penilai Teknis, TPT
Daftar Simak TPA Struktur
Daftar Simak TPA Struktur
Daftar Simak TPA Struktur
Daftar Simak TPA Struktur
Daftar Simak TPA Struktur
Daftar Simak TPA Arsitektur
Daftar Simak TPA Arsitektur
Daftar Simak TPA Arsitektur
Daftar Simak TPA Arsitektur
Daftar Simak TPA Arsitektur
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai