Anda di halaman 1dari 55

PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN

DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP


KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
BAB 1
UMUM
Perencanaan system mekanikal dan elektrikal Akan di rancang dengan pedoman pada
beberapa kriteria yang antara lain:
 Infrastruktur kelistrikan yang sesuai dan menjamin keselamatan
manusia, peralatan dan gedung
 Biaya operasional yang efisien
 System yang sederhana
 Mudan dalam pengoperasian, pengontrolan dan pemeliharaan
 Memenuhi standar nasional Indonesia dan internasional

A. DATA BANGUNAN
Nama : Pembangunan Gudang
Lokasi : TARIK KOLOT Kab. Bogor
Fungsi Bangunan : Bangunan Gudang Distribusi

No Bangunan Luas M² Elevasi


1 GUDANG 1 EXISTING 2,520 600
2 GUDANG 2 BARU 2,856 600
3 WC 1 7,5 600
4 POS JAGA 1 18 200
5 POS JAGA 2 45 200
6 TOILET 45 150
7 DAPUR 27 300
8 R SERVICE 324 300
9 WC 2 7,5 150
10 R. GENSET 77 200
11 TPS 8 200
12 MUSHOLAH 42 200
13 R, ARSIP 1 88 200
14 R. ARSIP 2 238 200

  Total Bangunan 14.2571

1
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

Bangunan ini Secara Umum akan dilengkapi dengan Sistem M & E sbb:
a. Ventilasi terdiri dari system distribusi Udara Segar dan system
Pembuangan Udara panas, sedangkan Air Conditioning terdiri dari AC
split dan cassete
b. Plumbing/ hidrolik terdiri dari Air Bersih, Air Kotoran, Air Kotor Kimia,
dan Air Hujan
c. Sistem listrik yang mempunyai sumber daya listrik dari PLN dan Diesel
Generating set sebagai sumber emergency, distribusi daya, penerangan,
kotak kontak biasa dan tenaga, penangkal petir dan grounding

B. PERATURAN DAN ACUAN


i. Listrik Arus Kuat (LAK)
 PerMenaker No. 12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Instalasi dalam Bangunan
 SNI 6197:2011, Tentang konservasi enegi pada system pencahayaan
 SNI 04-0255-2011 PUIL 2011
 SN IEC 62561 -4 :2012 Komponen system proteksi Petir (KSPP) bagian 4:
Peryaratan Untuk Menjepit Konduktor
 SNI IEC60423:2010 Tentang system koonduit untuk Managemen Kabel –
diameterluar Konduit untuk instalasi listrik dan ulir untuk conduit dan fiting
 SNI – 03 – 7015 – 2004 Tentang system Proteksi petir pada bangunan
 SNI – 03 – 6574 – 2001 Tentang tata cara perencanaan system pencahayaan
darurat, tanda system peringatan bahaya pada bangunan
 SNI – 03 – 6575 – 2001 Tentang Tata cara perencanaan system pencahayaan
Buatan pada bangunan
 SNI – 03 – 7018 – 2001 Tentang system pemasok daya Darurat dan siaga (SPDD)
 Peratutran Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP)1983
 Kep Men PU no. 378/KPTS/1978, UDC : 699.887.2 Tentang pedoman
perencanaan Penangkal Petir
 Standar Peraturan – Peraturan Dan ketentuan – ketentuan yang berlaku Khusu
Pada Operator Penyedia Listrik Setempat (PLN)
 Standar – Standar Lain seperti IEC, JIS,BS,VDE,AVE,AS,DIN,ASTM,ISO dan
lain lainnya sejauh tidak bertentangan dengan standar dan peraturan – peraturan
yang berlaku di Indonesia
2
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

ii. LISTRIK ARUS LEMAH (LAL)


 Undang Undang No. 28 Tahun 2012 Tentang Bangunan Hijau
 PerMen PUNo. 2 PRT/M/2015 Tentang Bangunan Hijau
 PerMenaker No. 12 Tahun 2015 Tentang keselamatan Instalasi Dalam bangunan
 KepMen PU No. 26/PRT/M/2008 Tentang ketentuan Teknis Pengaman terhadap
bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
 SNI – 04 – 0255 -2011 tetang PUIL
 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatiks no 1 tahun 2014 Tentang
peryaratan teknis Perangkat telekomunikasi
 Peraturan KAPOLDA No. 2 tahun 2015 Tentang kewajiban Memasang Kamera
CCTV
 SNI – 04 – 7042 – 2004 Tentang Pesawat Telp Analog
 National Fire Protektion Association (NFPA) 72, 2010
 Toa Design of public Address System Notional Quality of sound System
 Sony CATV Equipment
 Data teknis produk di bidang peralatan Fire Alarm yang di buatoleh Pabrik dari
berbagai negara
 NFPA standar

iii. Plambing (PL)


 Undang – Undang No. 28 Tahun 2012 TPeraturaentang Bangunan Hijau
 PerMen PUNo. 2 PRT/M/2015 Tentang Bangunan Hijau
 PerMenaker No. 12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Instalasi dalam Bangunan
 SNI – 04 – 0255 -2011 tetang PUIL dan SNI 0225-2011 dan amandemennya
 PerMen Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014Tentang Baku Mutu Air Limbah
bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
 SNI 8153:2015 Tentang Sistem Plambing pada bangunan gedung
 SNI 03 – 6373 – 2000 Tentang Tata Cara Pemilihan dan pemasangan Vent pada
sitem plambing
 Perencanaan dan pemeliharaan system plambing, Sofyan Nur bambang dan
Morimura
3
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

iv. Pemadam Kebakaran/ Fire Fighting (FF)


 Undang – Undang No. 28 Tahun 2012 tentang Bangunan Hijau
 PerMen PUNo. 2 PRT/M/2015 Tentang Bangunan Hijau
 PerMenaker No. 12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Instalasi dalam Bangunan
 Peraturan Menteri Pekerjaan umum No. 26/PRT/M/2008 tgl 30 Desember 2008,
TentangKetentuan teknis Pengaman Terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
geedung dan lingkungan
 SNI – 04 – 0255 -2011 tetang PUIL dan SNI 0225-2011 dan amandemennya
 SNI 03 – 1745 – 2000 Tentang tata cara perencanaan pipa tegak dan slang untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
 SNI 03 – 3989 – 2000 Tentang tata cara perencanaan system Sprinkler otomatik
untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan Gedung dan lingkungan
 SNI 03 – 6570 – 2001 Tentang instalasi pompa yang di pasang tetap untuk
proteksi kebakaran
 KepMen PU No. 26/PRT/M/2008 Tentang ketentuan Teknis Pengaman terhadap
bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
 Kepmenneg PU No. 20/PRT/M/2009 Tentang Manajemenpenanggulangan
kebakaran perkotaan
 Mechanical & Elektrical for Buildings
 NFPA, Highrisk building fire and safety TAhun 2013
 NFPA, 72 2010
 NFPA – 10 Stadar for Fire Extinguisher
 NFPA – 13, Standar for Instalation For sprinkler
 NFPA – 14, Standar For Instalation stand pipe and hose sytem
 NFPA – 20, Stsandar for The instalatioan Centrifugal fire pump
 Mc. Guiness, Stein & Reynolds

v. Tata Udara Gedung (TUG)


 Undang – Undang No. 28 Tahun 2012 tentang Bangunan Hijau
 PerMen PUNo. 2 PRT/M/2015 Tentang Bangunan Hijau
 KepMen PU R.I. No. 10/2000
4
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
 KepMen PU No. 26/PRT/M/2008 Tentang ketentuan Teknis Pengaman terhadap
bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan

BAB V PAsal 5.8 Tentang Ventilasi Mekanik dan system Pengendali Asap
 SNI 03 – 6572 – 2001, Tentang Tata cara Perencanaan Sitem Ventilasi dan
Pengkondisian Udara pada bangunan gedung
 SNI 03 – 6571 – 2001 Tentang Sitem Pengendali asap kebakaran pada bangunan
gedung
 Pasal 5 : Sistem Pengendali asap dan penerapannya
 Pasal 5.3 : Sistem presurasi tangga kebakaran
 SNI 03 – 6390 – 2011 konversi Energi system Tata udara
 SNI 03 – 6389 – 2011 konversi energy Selubung bangunan pada bangunan
gedung

5
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

LAPORAN PERENCANAAN
SISTEM ELEKTRIKAL

PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG


PT. NIAGA TAMA
LEUWI SADENG
KAB BOGOR

PERENCANA :

Ir. IRWAN ABDURAHMAN


NO. SKA. 1.4.401.2.144.28.1150902

Disiapkan Untuk:

Penilaian dari badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP)


Kab. Bogor
MARET 2021

6
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

7
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
BAB 2

SISTEM LISTRIK ARUS KUAT

( LAK )

2.1 PENDAHULUAN

Dalam laporan perencanaan ini kegiatan yang akan di lakukan adalah ,pembangunan gudang
distribusi produkbarang jadi hasil produksi, untuk di distribusikan ke setiap outlet atau agen ,
perihal yang harus dilakuan agar nanti maksud dan tujuan di bangunnya Gudang Distribusi ini
sesuai dengan Perencanaan yang dilakukan adalah sebagai upaya penyediaan saranan untuk
kegiatan pembangunan Gudang distribusi ini dengan berbagai fasilitas pendukung yang di
perlukan Gudang distribusi untuk suatu Khusus dalam hal kegiatan perencanaan bidang system
listrik arus kuat yang akan di lakukan nanti akan terdiri dari penyediaan daya listrik yang
kontinyunitasnya terjamin, instalasi listrik yang baik dan handal yang akan di gunakan untuk
lampu penerangan, peralatan elektro atau pun mekanis, peratan instalasi perlawanan kebakaran
dan lain lain

Lokasi Banguanan proyek ini berada di Desa Tarik Kolot Kab. Bogor profinsi Jawa barat

Laporan Perencanaan ini di buat dan dipersiapkan Untuk mendapat penilaian dari Badan
Terpadu Satu Pintu (BPTSP) Kabupaten Bogor

8
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
2.2 DATA BANGUNAN

Nama : Pembangunan Gudang


Lokasi : Tarik Kolot Kab. Bogor
Fungsi Bangunan : Bangunan Gudang Distribusi

No Bangunan Luas M² Elevasi


1 GUDANG 1 EXISTING 2,520 600
2 GUDANG 2 BARU 2,856 600
3 WC 1 7,5 600
4 POS JAGA 1 18 200
5 POS JAGA 2 45 200
6 TOILET 45 150
7 DAPUR 27 300
8 R SERVICE 324 300
9 WC 2 7,5 150
10 R. GENSET 77 200
11 TPS 8 200
12 MUSHOLAH 42 200
13 R, ARSIP 1 88 200
14 R. ARSIP 2 238 200

  Total Bangunan 14.2571

9
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
2.3. LINGKUP PERENCANAAN ELEKTRIKAL

A. Instalasi Tegangan Rendah

a. Kabel TR
b. Panel Distribusi Utama TR lengkap dengan Proteksinya
c. Panel Distribusi perbangunan
a. Penerangan dalam dan Luar gedung
b. Kotak Kontak biasa dan Khusus

B. Instalasi pembumian (Grounding) Sistem Listrik dan Peralatan

C. Instalasi Proteksi Petir

D. Instalasi Catu daya Pengganti Khusus

E. Instalasi kabel Tahan Api Untuk semua system Emergensi dan evakuasi

2.4 KRITERIAN PERENCANAAN

1. Sumber Daya Listrik : Sumber daya Listrik Dari PLN dengan Kapasitas 33 Kva
menjadi Tegangan Rendah 380/230 V, dengan system 3 phasa mengunakan
sambungan daya terpakai masing 100% sebesar 33 Kva. Di perhitungkan dari beban
total terpasang adalah 38,6 kva beban terpakai Total (60%) yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan operasional Gudang
2. Tegangan System Distribusi Tenaga Listrik ke titik beban 380/220 Volt 50 Hz
3. Sumber cadangan Daya Penggantian Khusus (CDPK) dari Diesel Generating Set
dengan kapasitas 33 Kva 380/230Volt , 50 Hz
4. Penerangan Darurat Dengan Baterai
 Fungsi dari penerangan darurat ini adalah sebagai penerangan sementar pada
saat diesel Genetaring set belum dapat mensuply daya listrik, ketika terjadi
gangguan pada jaringan Sumber listrik dari PLN
 Penerangan Darurat ini sangat penting terutama pada area pabrik, yang dapat
mencegah kepanika dan bisa di fungsikan sebagai sebagai penerangan tanda
arah jalan keluar atau EXIT
 Sebagai Sumber Listriknya, di pergunakan Nicad baterai yang di lengkapi
dengan pengisian
10
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
 Penerangan darurat di pasang pada lokasi – lokasi tertentu, antara lain:
o Pintu Keluar
o Gang Koridor
o Ruang Panel
o Ruang Kontrol
o Ruang Mesin
5. Sumber Utama di ambil dari GArdu distribusi PLN yang kemudian di
distribusikan ke panel Sub distribusi yang melayani panel panel beban tiap
bangunan

6. Faktor kebutuhan (Demand Factor)


a. Penerangan : 0,75 – 0,8
b. Kotak Kontak : 0,6 – 0,8
c. Fan : 0,85 – 1,0
d. Pompa Pompa
1. Motor I : Beban Penuh
2. Motor II : 50%
3. Motor Lainnya : 25%
4. Faktor Keserempakan (Diver Factor) : 1,2 – 1,25
5. Rugi Jatuh Tegangan (Voltage Drop)
A. Msksimum Jatuh tegangan Antara panel Distribusi utama sampai ketitik
beban penerangan terjauh adalah 3%
B. Maksimum Jatuh tegangan antara Panel Distribusi Utama sampai ke titik
beban selain penerangan adalah 5%
7. Tingkat penerangan (Iluminasi)
1. Ruang Rapat : 300 Luk
2. Ruang Kerja : 350 Luk
3. Gudang : 100 Luk
4. Pekerjaan kasar : 100 – 200 Luk
5. Pekerjaan Menengah : 200 – 500 Luk
6. Pekerjaan Halus : 500 – 1000 Luk

11
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
7. Pemeriksaan Warna : 750 Luk
8. M & E Room : 150 – 200 Luk
9. Parking Area : 50 – 100 Luk
10. Toilet : 150 – 200 Luk
11. Musholah : 200 Luk
12. Lampu darurat : 20 % dari Total Kebutuhan Lumen

2.5. REFERENSI DAN STANDARD PERENCANAAN

Refrensi dan Standar yang akan di pakai Sebagai acuan atau dasar dalam
perencanaan instalasi system Listrik arus Kuat pada bangunan ini adalah :

2.5.1. SNI -0225 – 2011, Tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik

2.5.2 SNI 03-6197-2000 Tentang Konversi emergensi system Pencahayaan pada


bangunan gedung

2.5.3 SNI 03-6574-2001, Tentang Tata cara perencanaan Pencahayaan Darurat,


Tanda arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung

2.5.4 SNI 03-7015-2004, Tentang system proteksi Petir pada Bangunan Gedung

2.5.5 Petunjuk dan pengarah yang merupakan kebutuhan dan kerangka acuan dari
pihak pemilik dan pemakai bangunan

2.5.6 Buku – Buku, Brosur dan Penjelasan – penjelasan lain yang dikeluarkan
oleh pihak pabrik pelaralatan – pelaralatan elektro mekannis yang akan di
pakai

2.5.7 Refrensi dari pekerjaan yang sejenis sebagai bahan pembanding terhadap
perencanaan yang akan dilakukan

2.6 URAIAN SITEM


1. Dari Panel Meter PLN Tegangan Rendah dengan Kapasitas 53 Kva di
distribusikan melalui panel MDP ke seluruh bangunan

12
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
2. Daya PLN yang menuju ke panel Distribusi tegangan Rendah di back up oleh
CDPK (Genset) sebagai daya cadangan yang bekerja secara interlock dengan
kapasitas 60Kva Kapasitas Back up 100%
3. Didalam system pembagian beban sebagai berikut :

A. Khusus Beban Pemadam Kebakaran, Seperti Pompa Hidrant dan semua


peralatan penunjang baik untuk peringatan bahaya kebakaran, pemadam
kebakaran dan evakuasi di gunakan untuk mengurangi /menghilangkan
bahaya lanjut dai suatu ganguan pada peralatan dan system distribusi adalah :

a. Proteksi Hubung Singkat (Short Circuit)


b. Proteksi Beban Lebih (Over Load)
c. Proteksi Gangguan Tegangan Lebih (Over Voltage)
d. Proteksi Sambaran Petir (Lihgting Strik) dan surja hubung (Switching surge)
e. Proteksi terhadap Harmonik
f. Proteksi kehilangan Phasa
g. Proteksi Arus Bocor

B. Grounding Sistem listrik akan dilakukan system TN-C, Grounding Khusus


harus disiapkan untuk peralatan elektronik yang sensitive

C. Sistem Penangkal Petir Yang akan digunakan adalah jenis Radius dengan
perhitungan yang sesuai denga refrensi pabrikan

2.7. JENIS – JENIS BEBAN LISTRIK

Jenis beban Listrik pada bangunan pabrik terdiri dari :

- Pengelompokan Pemakai
- Prioritas pemakai
- Kebutuhan daya listrik
- System suplai daya listrik
- Rencana pengembangan
- System pengontrolan pemakaian daya listrik

2.7.1 Kebutuhan Daya Listrik

13
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
1. Besarnya kebutuhan daya listrik di tentukan berdasarkan data – data beban
listrik yang terpasang, baik pada setiap bangunan maupun yang terpusat pada
bangunan tertentu
2. Berdasarakan besarnya kebutuhan daya tersebut, Maka dapat di tentukan :
3. Kapasitas Diesel Generator set Sebagai Sumber Back Up dalam keadaan
Darurat, Yaitu 50 Kva Silen Prime Rating
1. Jenis dan ukuran penampang kabel terdapat pada Gambar system wiring
2. Kapasitas penyambungan daya listrik dari PLN sebesar 33Kva

1. SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK


Sistem Distribusi daya listrik / jaringan listrik pada gedung di rencanakan
brdasarkan analisa pemakaian daya listrik dan pengelompokan nya
2. MATERIAL DAN PERALATAN UTAMA

1. Kabel TR
Tegangan Kerja : 600 – 1000 Volt
Isolasi jenis : PVC
Konduktor : Tembaga
Temperatur Maksimal : 70ºC
Standar : SNI, SPLN, SII, IEC
Jenis : NYFGBY, NYY,NYM,NYYHY,AWG
2. Panel TR
Tegangan Kerja : 230 / 380 V AC, 50 Hz
IP : 54
Form : Form 2B
Standar : IEC, SNI
3. Kabel Tahan Api
Tegangan Kerja : 600 – 1000 Volt
Isoalsi : Mineral Sheet
Konduktor : Tembaga
Temperatur maksimum :750ºC
Standar : IEC, SNI
14
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
Jenis : FRC

4. Penangkal Petir
Type : Radius 85 (NFC 17 -102 )

2.9 Lampiran

1. Sistem Elektrikal
2. Tabel Beban Listrik
3. Kemampuan Hantar Arus
4. Kuat penerangan
5. Susut Tegangan
6. Arus Hubung Singkat
7. Level Proteksi dan jarak sambaran petir
8. Kapasitor Bank

15
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

LAMPIRAN 1
SISTEM KELISTRIKAN

16
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

LAMPIRAN 3

CONTOH PERHITUNGAN KHA

1. Kemampuan Hantar Arus


Perhitungan Kemanpuan Hantar arus DIamaksudkan untuk menghitung arus
desainyangn mempertimbangkan factor koreksiterhadap pemasangan kabel dan
factor temperature linfkungan kera srta factor reduksi terhadap pemasangan multi
sirkit
a. Kemampuan Hantar Arus (KHA)
Besar kemampuan Hantar Arus Suatu kabel adalah sebagai berikut:
P
I= ……….A
√ 3 . V .Cosҩ
I
I '=
K
……….A
K= K 1 x K 2 x K 3
Dimana :
I = Arus Nominal
V = Tegangan Phase ke phase 380 volt
P = Daya nominal Beban (W)
I' = KHA kabel yang di perlukan
K = Faktor Efisien
K1 = Faktor Koreksi
K2 = Faktor koreksi temperature
K3 = Faktor Reduksi Untuk Pemasangan Multi Sirkit
2. SKOPE PERHITUNGAN
PANEL METER – PUTR – SDP
b. KHA Panel Meter PLN ke Panel SDP GUDANG BARU
 Panel PUTR = 33.384 Watt

17
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
 I = 33.384/(√ 3 x 380 x 0,8)
= 63,47Amper
 K1 = 0,94 (dalam rak kabel )
 K2 = 0,87 (Pada temperatur 40ºC)
 K3 = 1 ( 1 Sirkit Menuju panel TM)
 K = 0,92 x 0,87 x 1
= 0,8
 I' = 63/ 0,8
= 78,75. Amper (KHA minimal)
 Kabel yang di gunakan= 4 X 25 mm²)
c. Dari Panel PUTR ke Panel SDP GUDANG BARU/2
 Panel SDP GUDANG BARU= 12.640 Watt
 I = 12,640 /(√ 3 x 380 x 0,8)
= 24 Amper
 K1 = 0,94 (dalam rak kabel )
 K2 = 0,87 (Pada temperatur 40ºC)
 K3 = 1 ( 1 Sirkit Menuju panel TM)
 K = 0,92 x 0,87 x 1
= 0,8
 I' = 24 / 0,8
= 30 Amper (KHA minimal)
 Kabel yang di gunakan= 4 x 6 mm²

18
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

LAMPIRAN 4
CONTOH PERHITUNGAN KUAT PENERANGAN

Perhitungan kuat penerangan


Dalam menentukan titik lampu, di karenakan ruangan ini sangat luas dan tinggi
maka di perhitungan titik lampunya sebagai berikut:
Adapun Rumus yang digunakan adalah:

E x  L x W
N=
Ø  x LLF  x CU x n 
Dimana :
N = jumlah titik lampu

E = Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)

L = Panjang Ruang(Meter)

W = Lebar Ruang (Meter)

Ø = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux

LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8)

CU = coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %)

n = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu

1. Ruang Gudang Baru


Ruangan gudang dengan panjang 84 mtr, lebar 32 mtr, tinggi kap lampu adalah 7
mtr, menggunakan Lampu Industrial High Bay led 150 watt ,dengan target LUX
150:

N = 200 x 84 x 32
20.000 x 0,7 x 65% x1
= 537600
9100
= 60 titik

19
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

o Penerangan Jalan kawasan


Panjang keliling site plan Gudang baru panjang 640 mtr, dengan jarak antar
lampu 35 mtr maka di dapatkan jumlah titik dengan kapasitas led 100 watt

Menentukan Jumlah titik Lampu T=L/S+1


Dimana : T = Julah Titik Lampu
L = Panjang Jalan
S = Jarak Tiang Ke Tiang
T = 480/40+ 1
= 12 Dengan daya 100 watt/lampu

20
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

LAMPIRAN 5
CONTOH PERHITUNGAN DROP TEGANGAN

Perhitungan Drop Voltage


Perihitungan voltase drop adalh untuk mendapatkan persentase voltase drop antara
terminasi (Panel) pemasok daya ke terminasi (Panel) beban yang di hubungkan oleh
kabel atau konduktor lain dengan kriteria voltase drop maksimum yang di ijinkan sesuai
dengan PIUL adalah 3% untuk sirkit penerangan dan 5% untuk sirkit beban lainnya
Besar besaran sebagai masukan adalah unkuran diameter kabel, panjang kabel dan besar
beaban yang di layani :
Rumus yang di gunakan adalah:

∆V = ( b . Iʙ . L ) x (Rac . Cosҩ + Xac .sin ҩ )

P
Iʙ = √3 . V .Cosҩ

∆V
∆V% = V x 100%

∆V = Drop Tegangan
b = adalah koefisien sama dengan 1 untuk sirkit trifase
V = Tegangan kerja 3 phasa (380 V )
P = Besar Beban
Cosҩ = 0,8
Sinҩ = 0,6

Iʙ = Arus beban (A)


L = Panjang kabel
Rac = Resistansi AC konduktor yang di ambil pada Suhu 70ºC
Xac = Reaktansi AC konduktor (Ω)

21
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

PERHITUNGAN DROP TEGANGAN DARI TRAFO KE MDP


1. Panel Meter PLN KE PUTR
- MDP B = 33.384Watt
- Iʙ = P/ (√ 3 .V . cos ҩ
= 33,384/( 1,73 x 380 x 0,8 )
= 63,4 Amp
- Konduktor = NYY 4 x 25 mm²
- L = 20 mtr (0,010 Km)
- Rac = 0,870Ω/Km
- Xac =0,358Ὠ/Km
- ∆V1 = ( b . Iʙ . L ) x (Rac . Cosҩ + Xac .sin ҩ )
= (1 x 63,4 x 0,02) x (0,870 x 0,8 + 0,358 x 0,6 )
= 1,15 Volt
2. Dari PUTR ke Panel GUDANG BARU/2
- MDP 1 = 12.640 Watt
- Iʙ = P/ (√ 3 .V . cos ҩ
= 12,640/( 1,73 x 380 x 0,8 )
= 24,4Amp
- Konduktor = NYY 4 X 10mm²
- L = 150mtr (0,15 Km)
- Rac = 2.190Ω/Km
- Xac = 0,269Ὠ/Km
- ∆V1 = ( b . Iʙ . L ) x (Rac . Cosҩ + Xac .sin ҩ )
= (1 x 24,4 x 0,15) x (2.190x 0,8 + 0,269x 0,6 )
= 7 Volt

TOTAL DROP TEGANGAN PADA PANEL PENERANGAN GUDANG


∆V% = 1,15 V + 7V = 8 Volt
= (8,15/380) X 100
= 2,1 % (Maksimum 5 %)

22
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

LAMPIRAN 6
CONTOH PERHITUNGAN ARUS HUBUNG PENDEK (SHORT CIRCUIT)
Perhitungan arus hubung pendek memerlukan data data dari seluruh system yang akan
beropersasi antara lain:
- Daya hubung pendek di jaringan tegangan menengah PPLN
- Daya atau kapasitas transformator step down dengan semua data – data yang mengikut
- Data mengenao penghantar atau kabel yang akan dipakai baik mengenai dimensi maupun
panjangnya
Arus hubung pendek yang akan di tentukan antara lain adalah di up system networking
terminasi panel distribusi tegangan rendah (PDTR) dan beberapa terminasai panel – panel
beban, perhitungan yang di gunakan metode MVA
1. Rumus dan Notasi
Perhitungan Short Circuit pada Trafo:
- MVAsc Jaringan Up strean (PLN) = 500 MVA MVA

Pt [ MVA ] x 100
- MVAsc Transformator = MVA
Zsc [ %]

KV ²
- MVAsc Penghantar = Zk MVA

MVAsc−1 x MVASC −2
- Psc. 1-2 = MVAsc−1+ MVAsc−2 MVA

Psc .1−2
- Isc = KA
√3 x KV
Dimana :
Pt = Daya transformer
Zsc = Impedansi hubung pendek transformator [%]
KV = Voltase line ke line yang diterapkan [KV]
Psc 1-2 = Daya Hubung Pendek [MVA]
Isc = Arus hubung pendek [KA]
Xk = Reaktansi kabel Line ke netral [Ω]
23
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
zk = Impedansi kabel Line ke Netral [Ω]
MVAsc = Daya hubung pendek [MVA]

3. SKEMA

P.PLN

MDP
MVAsc 1

MVAsc 2
SDP

LOAD

3. SKOP PERHITUNGAN
Panel Meter – MDP – SDP.

a. Panel Meter Ke PUTR


- Konduktor = NYY 4 x 25mm²
- L = 0.050 Km
- Rk = 0,870Ω /Km x 0,010m = 0,0087 Ω
- Xk = 0,312 x 0.010km = 0,00312 Ω
- Zk = √ (0.0087 2+0,0035 2) = 0,0092425321 Ω
- MVAsc2 = 0,38²/0,0347321896 = 15,6 MVA

b. Kabel dari Panel PUTR KE PANEL GUDANG 2 /BARU


- Konduktor = NYY 4 x 10 mm²
- L = 0.15 km
- Rk = 2,190Ω /km x 0,15m = 0,3285 Ω
24
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
- Xk = 0,269 x 0.15km = 0,04035 Ω
- Zk = √ (0,32852 +0,040352 ) = 0,33096883917 Ω
- MVAsc2 = 0,38²/ 0,1060683270 = 0,4 MVA

BESAR ARUS HUBUNG PENDEK

1. Gangguan di Trafo Panel PLN

MVAsc−1 x MVAsc−2
- Psc = MVAsc−1+ MVAsc−2

= 500 x 1,25
500 + 1,25

MV Asc 1 = 2,5 MVA

Psc
- Isc =
√ 3. E
2,5
= √3 .0,38 = 0,5 KA

2. Gangguan di PUTR

MVAsc−1 x MVAsc−2
- Psc = MVAsc−1+ MVAsc−2
= 2,5 x 15,6
2,5 + 15,6
= 31,2 MVA

Psc
- Isc =
√ 3. E
31,2
= √3 .0,38 = 6,8 KA

3. Gangguan di Panel GUDANG BARU/2

MVAsc−1 x MVAsc−2
- Psc = MVAsc−1+ MVAsc−2
= 31,2 x 0,4
31,2+ 0,4
= 0,3 MVA
25
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

Psc
- Isc =
√ 3. E
0,3
= √3 .0,38 = 0,08KA

LAMPIRAN 7
 Penangkal Petir dan Grounding
A. Standard, Peraturan proteksi petir dan grounding
 PUIL 2011
 SNI 0225:2011/Amd1.2013
 SNI 03 – 7015 – 2004
 NF C 17-102 juli 1995

Konduktor proteksi dan ikatan fungsional harus dihubungkan secara individu ke terminal
pembumian utama sedemikian sehingga jika salah satu konduktor terdiskoneksi,
hubungan semua konduktor lain masih aman.

26
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

27
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

untuk bangunan gudang tersebut setelah di perhitungkan dengan table di atas adalah:
1. Indek A = 3
2. Indek B = 0
3. Indek C = 3
4. Indek D = 1
5. Indek E = 7
Total Indek adalah : 14 ( jadi masuk Katagori sangat perlu)
Perkiraan sambaran petir R = 14, berdasarkan pedoman Perencanan Penangkal Petir nilai
tersebut menunjukan gedung gudang memiliki bahaya sambaran petir sangat besar, sehingga
sangat perlu adanya sistem penangkal petir.
Perhitungan tingkat proteksi perhitungan tingkat proteksi ditentukan dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) 03-7014.1-2004 dengan menggunakan data hari guruh, data ukuran
bangunan/daerah, area proteksi, frekuensi sambaran langsung setempat (Nd), dan frekuensi
sambaran tahunan (Nc) yang diperbolehkan pada struktur, dengan terlebih dahulu
menghitung kerapatan sambaran ke tanah (Ng).
 Penangkal Petir dan Grounding
0.1. Konsep pemilihan sistem penangkal petir menggunakan ELS
Konsep pemilihan sistem penangkal petir menggunakan ELS didasarkan pada
beberapa hal, diantaranya :
a. Dimensi dan lokasi bangunan gedung
- Panjang ( a ) = 161 m
- Lebar (b) = 83 m
- Tinggi ( h ) = 10 m
- Lokasi = Gbm lifestyle, BOGOR
b. Kelas Bangunan = Bangunan Komersial

28
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
c. Jumlah hari guruh rata-rata pertahun (Berdasarkan data dari BMG tahun 1999, pada
SNI 03-7015-2004)
- Hari guruh rata-rata pertahun (Td) = 201
- IKL = 55,15
- Tingkat Kerawanan Petir = Tinggi
- Frekuensi sambaran petir tahunan = 10 ¯4/ tahun (Nc)
Perhitungan penentuan kebutuhan bangunan akan proteksi petir berdasarkan
peraturan umum instalasi penangkal petir.
0.2. Penentuan Tingkat Proteksi
1. Kerapatan sambaran petir ke tanah rata-rata per tahun (Ng)
Ng = 0,04 x IKL 1,25 / km² / tahun
= 0,04 x 55.15 1,25 / km² / tahun
= 6.0 / km² / tahun
2. Area cakupan ekuivalen
Ae = a.b + (6 h (a + b)) + 9. 3,14 . h²
= 161 . 83 + (6 . 10 (161 + 83)) + 9. 3,14 . 10²
= 30,829 m²

3. Frekuensi sambaran petir langsung (Nd)


Nd = Ng x Ae x 10 – 6 / tahun
= 6,0 x 30.829 x 10 – 6 / tahun
= 0,184 / tahun
4. Efisiensi sistem penangkal petir (Ec)
Ec = 1 – ( Nc / Nd )
= 1 – ( 0,1 / 0,184 )
= 0,456
Berdasarkan tabel efisiensi SPP sehubungan tingkat proteksi didapat E ≥ Ec, maka
dengan Ec = 0,429 bangunan gedung ini mempunyai tingkat proteksi I. (Berdasarkan
SNI 03-7015-2004).

29
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
0.3. Jarak Sambaaran Petir
Ds= jarak sambaran (m)
I = arus puncak petir (kA)
k = konstanta = 10
α = kontanta = 0,65
maka Daerah sambaran (Ds) dapat dihitung :
Ds = k Iα
= 10 x 3 0,65
= 20 m
Untuk melindungi atap dipasang vertical terminal udara di lantai atap dengan tinggi
air terminal direncanakan 1 m.
r = √2x Ds xh – (h)2 dan d=<r√
h = tinggi terminal udara, h =1,5 m
Ds= zona daerah proteksi, Ds = 20 m
r = radius proteksi
d = jarak spasi antar terminal udara
r = √2 x 20 m x 1,5 m – (1,5 m)2
= 7,5 m
d = 7,5 m x √2
= 10,6 m
≈ 10 m
Jadi jarak spasi antar terminal maksimum 10 m.
Jarak titik Grounding untuk petir adalah tiap 20 m sesuai dengan jumlah down
konduktor berdasarkan standar SNI 03 – 7015 – 2004. Tentang system proteksi petir
pada bangunan Gedung.
Metoda yang digunakan dalam perancangan sistem penangkal petir ini adalah
rolling sphere (bola gelinding).

Zona daerah perlindungan dari suatu air terminal dapat dihitung dengan
menggunakan

30
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
rumus :

DS = K . I°

Dimana DS = Jarak Sambaran (meter)

I = arus puncak petir (kA)

K = Konstanta = 10

 = Konstan = 0,65

Diketahui untuk bangunan ini level proteksinya adalah level I, dimana sesuai
dengan IEC-62305 untuk level I (lihat tabel) :

I = 3 kA
DS = K.Iα

DS = 10.30,65

DS = 10.2,042

DS = 20.042

DS = 20 meter

Dengan metoda bola bergulir ini, maka didapat tinggi penempatan air terminal yaitu

1,5 meter dari bidang atau lantai tertinggi.

31
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
LAMPIRAN 8
PERHITUNGAN KAPASITOR BANK
Perhitungan kapasitor bank dimaksud Untuk memperbaiki factor system kerja, pemasangan
kapasitor bank ini akan memberikan daya reaktif yang di prlukan pada system

Perbaikan factor kerja akan memakai kapasitor sebesar : Q.c = (Q.1 – Q.2) VAR

Besar beban Di PDTR: 53 kva ( 42.400Watt )

Q.1 = P.Tg ҩ.1............Dimana cos ҩ.1 = 0,70 (Sebelum Pemakaian Kapasitor)

Q.2 = P.Tg ҩ.2 ……...Dimana cos ҩ.2 = 0,92 (Sesudah pemakaian Kapasitor Bank)

Q.c = P. (Tg Cos⁻¹ 0,70 – Tg Cos ⁻¹ 0,92)

Q.c = P. ( 1,02 – 0,43 )

Q.c = 33,384 x 0,59

= 19,6 Kvarh

Kapasitor bank berkapasitas 20 KVAR 4 STEP DENGAN KAPASITAS

4 X 5mf

32
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
BAB 3
INSTALASI SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH
(LAL)

3.1. PENGINDERA API ( FIRE ALARM )


3.1. 1. UMUM
Yang dimaksud dengan sistem file alarm adalah sistem deteksi awal bila terjadi bahaya
kebakaran, dimana pada waktu terjadi bahaya kebakaran akan memberikan indikasi
secara audio maupun visual, dari mana asal kebakaran itu dimulai, sehingga dapat
diambil tindakan pencegahan lebih lanjut.
3.1.2. LINGKUP PEKERJAAN
1. Sistem Fire Alarm ( Pusat control dari sistem deteksi dan Alarm kebakaran).
2. Instalasi Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran.
3. Interface dengan Sistem Mekanikal Elektrikal yang lain pada kondisi darurat.

3.1.3 DASAR DAN STANDAR PERENCANAAN


Dasar perencanaan serta ketentuan pemilihan material, peralatan maupun instalasi
diterapkan berdasarkan standart dan peraturan yang telah ditentukan, antara lain :
a. Standar Nasional Indonesia No.SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara perencanaan
Bangunan dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung.
b. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1746-2000 tentang Tata cara Perencanaan
dan pemasangan Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung
c. SNI 04-7019-2004 tentang pasokan daya listrik darurat menggunakan energy
tersimpan.
d. SNI 04-7018-2004 tentang sistem pasokan daya listrik darurat siaga.
e. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret
2000, tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
g. Standar Nasional Indonesia No. SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011)
h. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-3985-2000 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran Untuk Mencegah
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
i. Pedoman Teknis Prasamaran Rumah Sakit Sistem Prokteksi Kebakaran Aktif yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI.
j. Nasional Fire Protection Association (NFPA) 72, 2013.

33
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
k. Data teknis dari produk di bidang peralatan Fire Alarm yang dibuat oleh pabrik-
pabrik dari berbagai Negara

3.1.4 KRITERIA PERANCANGAN


1. Sistem Fire Alarm yang digunakan pada gedung ini adalah Sistem Semi Addressable
dimana peralatan utama Fire Alarm menggunakan tipe Addressable sedangkan
detector menggunakan kombinasi antara detector addressable dan detector
konvensional.
2. Sistem dilengkapi Catu daya 2 sumber yaitu Listrik PLN atau pembangkit tenaga
listrik darurat dan Battere.
3. Sistem deteksi adalah system deteksi otomatis oleh detector dan sensor lain serta
system manual seperti pada titik panggil manual ( Manual Call Point ).
4. Pembagian Zona kebakaran dimaksudkan untuk memudahkan petugas menentukan
route gerak yang cepat menuju daerah kebakaran
5. Ruangan dengan fungsi khusus dengan cakupan luas area proteksi tidak lebih dari
satu detector menggunakan jenis detector Addressable. Sedangkan area area Umum
dengan cakupan luas area proteksi lebih dari satu detector menggunakan system
zoning area menggunakan detector konvensional dengan bantuan addressable modul
dan resistor supervise pada setiap zone.
6. Penetapan jenis penginderaan / detector yang dipilih disesuaikan dengan fungsi
ruang.
7. Penetapan peralatan utama Panel kontrol MCFA diletakkan diruang control dilantai
dasar.
8. Penetapan panel Bantu (Annunciator) sebagai duplikat informasi dari MCFA
diletakkan pada Pos Satpam.
9. Penetapan tombol isyarat kebakaran (Manual Call Point) ditempatkan pada area
terbuka dan sering dilalui orang (daerah umum), didekat setiap jalan keluar dan pada
setiap hydrant box dengan ketentuan teknis matrial serta standar pemasangan sesuai
dengan standar SNI.
10. Alarm Bell digunakan untuk memberikan indikasi alarm secara akustik pada saat
diberi catu daya oleh sinyal alarm dari sentral MCFA. Ditempatkan secara tersebar
pada setiap lantai.
11. Flasher Lamp digunakan untuk memberikan indikasi alarm secara visual pada saat
diberi catu daya oleh sinyal MCFA. Ditempatkan secara tersebar pada setiap lantai
sehingga dapat terlihat pada jarak tertentu sebagai tambahan peringatan bagi
penderita tuna rungusebagai indikasi secara visual kepadanya
12. Fire Intercom digunakan untuk berkomunikasi pada saat terjadi kebakaran atau pada
saat pemeliharaan berkala.
13. Flow Switch diletakan pada pipa cabang springkler tiap lantai.

34
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
14. Kabel yang dipakai untuk Riser dan Control ke system mekanikal elektrikal lainnya
adalah kabel tahan Api ( FRC )
3.1.5 PERHITUNGAN TEKNIS
1. Dari total kebutuhan deteksi system terdapat 46 addres detector, 21 address modul
detector, 27 address modul breakglass, 27 address modul horn & strobe light, 11 address
modul flowswitch dan address modul control PAC. Total terdapat 143 Address maka
diperlukan MCFA dengan kapasitas 1 Loop 250 address.
2. Cakupan area deteksi maksimum untuk smoke detector adalah pada jarak 7.5 meter
dari detector untuk menghindari blank spot detection dikarenakan cakupan area yang
berbentuk lingkaran, maka kita tentukan luas area cakupanberbenttuk kubusnya. Panjang
sisi kubus adalah = 2x(sin45 x 5.3) = 10.6 meter. Jarak maksimum antar detector tipe Heat
adalah 10.6 M.
3. Cakupan area deteksi maksimum untuk smoke detector adalah pada jarak 5.3 meter
dari detector untuk menghindari blank spot detection dikarenakan cakupan area yang
berbentuk lingkaran, maka kita tentukan luas area cakupanberbenttuk kubusnya. Panjang
sisi kubus adalah = 2x(sin45 x 5.3) = 7.49 meter. Jarak maksimum antar detector tipe Heat
adalah 7.49 M.
4. Untuk menentukan kuat sinyal audio pada Fire horn kita tentukan dulu Output audio
minimum sesuai standar SNI 03-3985-2000 pada point 12.2.4. tentang Alarm Kebakaran,
untuk ruang dengan tingkat kebisingan normal yang tinggi, tingkat kekerasan suara
minimal 5 dB (A) lebih tinggi dari kebisingan normal. Asumsi kebisingan normal tertinggi
adalah area parker yaitu 80dB (A), maka pada titik terjauh dari Fire horn haruslah 80+5
dB = 85 dB,dengan memperhitungkan Atenuasi kekerasan suara pada jarak maksimum 30
meter yaitu = -20log30 = 30dB,maka kita pilih Fire horn denganspesifikasi teknis SPL =
85+30 = 115dB
3.1.6 URAIAN SINGKAT SISTEM
Secara garis besar, system pengindera kebakaran bekerja sebagai berikut :
1) Master Control Fire Alarm (MCFA) mendapatkan supply daya listrik dari sumber daya
listrik PLN. Dalam kondisi darurat emergency daya listrik PLN dipadamkan oleh
system dan beralih ke sumber saya backup Genset dengan output tegangan 220 Volt, 1
Phase, 50 Hz dilengkapi dengan Rectifier yang mengubah tegangan DC yang
diperlukan oleh System Fire Alarm. Power Supply dilengkapi dengan back-up power
dengan battered an charger unit yang akan mengisi battere secara otomatis, sehingga
battere selalu dalam kondisi penuh.
2) Panel genset akan secara otomatis menghidupkan (start) genset ketika suplai listrik
dari PLN Gagal / Padam akibat trigger dari MCFA.
3) Pada waktu alarm detector kebakaran, manual callpoint beroperasi atau flow switch
untuksprinkler maka alarm bell akan berbunyi pada lokasi :
 Daerah dimana detector kebakran, manual callpoint itu berada dan terangkai

35
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
 Main fire alarm panel dimana selain bunyi bell juga ditunjukan secara visual
dariamana alarm itu berasal.
4) Sumber kebakaran dapat dipantau oleh petugas melalui MCFA yang berada diruang
control maupun pada Annuciator pada ruang Security
5) Setelah tanda terjadinya kebakaran terindikasi pada MCFA, maka petugas dapat
memeriksa langsung pada daerah yang terindikasi secara tepat
6) Setelah petugas yang bertanggung jawab terhadap systemfire alarm maka dapat
dilakukan tindakan me-reset (cancel) alarm tersebut bila hanya terjadi “fault alarm”,
tetapi bila signal alarm masih tetap menunjukan bahaya maka dapat dilakukan
pembicaraan lewat emergency telephone dengan zone, dmana alarm itu berasal dan
selanjutnya dapat ditentukan langkah berikutnya.
 Apabila sumber kebakaran dapat diatasi maka “alarm“ dapat di “cancel“ dan
keadaan dapat normal kembali
 Kalua ternyata keadaan cukup membahayakan maka “bell alarm” yang terdapat
pada lokasi yang terjadi kebakaran dapat di bunyikan kembali selanjutnya dapat
diadakan cara – cara evakuasi, dan pemberitahuan daerah terjadinya sumber
kebakaran kepada personal – personal yangbertanggung jawab terhadap system
pencegahan bahaya kebakaran yang terjadi.
 Kalau ternyata keadaan sangat membahayakan maka “General Alarm Total”
gedung dapat dibunyikan sehingga dapat diadakan cara – cara evakuasi dan
tindakan lainnya seperti yang sudah dijelaskan tersebut diatas.
 Komunikasi antar petugas jagadengan petugas pemeriksa yang lain dilakukan
melaui system fighting telephone, dimana outlet telephone ditiap lantai diletakan di
fire hose cabinet hydrant (Hydrant Box).
 Tetapi apabila sumber kebakaran tidak dapat dipadamkan dan menjalar kelantai
berikutnya, maka general alarm total dapat diaktifkan secara manual.
7) Dalam keadaaan darurat kebakaran Main Control Fire Alarm (MCFA) secara otomatis
mengatifkan peralatan – peralatan sebagai berikut :
 Mematikan system AC melaui pemutus daya pada panel pembagi daya AC di
panel utama
 Memonitor pompa – pompa kebakaran.
 Memberikan sinyal kebakaran ke system tata suara untuk evakuasi
8) Dalam keadaan bahaya yang tidak dapat ditanggulangi control fire alarm akan
menurunkan semua passenger lift ke lantai dasar dan seluruh pintu lift secara otomatis
terbuka dan tidak dapat di operasikan, kecuali lift kebakaran yang dapat dioperasikan
dengan memecahkan break glass dan menekan tombol fireman switch yang berada
pada sisi luar pintu lift dapat dioperasikan secara independen ( manual ) dengan cara
menekan tombol – tombol lantai yang berada dalam car lift.

9) Indikasi lokasi api harus memberikan informasi yang cepat dan efektif kepada
operator, petugas kebakaran, petugas keamanan gedung dan petugas utilitas gedung
36
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
untuk mengambil tindakan penyelamatan jiwa dan material serta tindakan pemadaman
api
10) Pemberitahuan adanya bahaya api kepada umum dilakukan selektif sesuai dengan
tingkat bahayanya agar tidak menimbulkan kepanikan yang justru mengakibatkan
terganggunya evakuasi akibat kemacetan arus orang.
11) Skematik flow chart system pengindera api kebakaran sebagai berikut

37
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
Flow chart

38
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

3.1.7. MATERIAL DAN PERALATAN


a. Detector panas bertemperatur tetap ( Fix Temperatur Heat Detector )
1. Sesuai untuk ruangan dengan ketinggian ruang tidak melebihi 6 meter.
2. Sesuai dipakai pada tempat yang sering berasap dan berdebu serta bertemperatur
sekelilingnya sering berubah.
3. Luas daerah yang dapat dideteksi sebesar 30-46 m2.
4. Jarak antara dinding dengan detector tidak melebihi 3 meter.
5. Kepekaan : pada aliran udara 1 m/sec dan 125% diatas temperature maximum 570_
60oC, bereaksi dalam 25 – 50 detik.

b. Detektor panas berdasarkan kecepatan naiknya temperatur (Rate of Rise


Detector)
1. Sesuai untuk ruangan dengan ketinggian ruang tidak melebihi 6 meter.
2. Sesuai dipakai pada ruang yang temperature sekelilingnya relative rendah.
3. Dilengkapi dengan sensor suhu maksimum pada 57oC
4. Luas daerah yang dapat dideteksi sebesar 30-46 m2.
5. Jarak pemasangan antara detector tidak melebihi 6 meter .
6. Kepekaan : Pada aliran udara 0.85 m/sec dan 30oC di atas temperature sekeliling
bereaksi dalam 30 detik.

c. Detektor Asap Tipe Optik ( Optical Smoke Detector)


1. Cocok untuk digunakan pada ruangan dengan ketinggian lebih dari 6 meter.
2. Luas daerah yang dapat dilindungi sebesar 60-92 m2, pada ketinggian platfont 4-9
meter.
3. Sesuai dipakai pada ruang – ruang mesin.
4. Jarak antara detector dan dinding tidak melebihi 12 meter untuk ruangan efektif
dan tidak boleh melebihi dari 18 meter untuk ruangan sirkulasi.
5. Jarak antara detector dan dinding tidak melebihi 6 meter.
6. Bekerja pada kepadatan asap sebesar 4% per foot dan dilengkapi juga dengan
sensor suhu maksimum 70oC.

d. Manual Alarm Push Button


Ditempatkan dilintasan umum yang strategis ( mudah terlihat dan terjangkau), bersatu
dengan hydrant box atau dekat pintu keluar dari ruangan yang cukup besar.

39
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
Lampu indikator dan alarm bell ditempatkan di lintasan umum bersatu dengan hydrant
box

e. Main Control Fire Alarm (MCFA)


1. Kapasitas MCFA direncanakan sebesar 1 loop.
2. Main Control Fire Alarm (MCFA) dipasang diruang control
3. Fasilitas Main Control Alarm :
 Switch untuk mereset alarm
 Switch untuk “Lokal Alarm” untuk satu lantai.
 Switch untuk “General Alarm Total” untuk seluruh lantai.
 Switch untuk mengadakan komunikasi dengan lantai dimana terjadinya
kebakaran melalui “Emergency Telephone System” atau “Fire Fighting
Telephone”.
 Switch untuk monitor dan testing dari sistem pengindera kebakaran secara
keseluruhan baik mengenai operasi dari sistem maupun instalasinya.
 Input Fire Alarm untuk :
a. Menghentikan status Pompa kebakaran ( Diesel Hydrant Pump, Electric
Hydrant Pump, Jockey Pump)
b. Memonitor status genset
c. Memonitoring Panel pembagi daya utama tegangan rendah (PDTR)
 Output Fire Alarm untuk :
a. Menghentikan operasi lift penumpang secara otomatis, pada saat terjadi
kebakaran, maka seluruh lift penumpang tidak menerima panggilan dari luar
system dan akan turun ke lantai dasar, pintu membuka secara otomatis lift
penumpang tidak bekerja.
b. Memerintahkan menghidupkan Pressurize Fan.
c. Memberikan sinyal ke system tata usaha untuk evakuasi
d. Memberikan sinyal ke PABX untuk autodial ke dinas kebakaran
e. Memberikan sinyal kepada system Access Control untuk membuat kondisi
pintu yang dikontrol oleh system ini dalam keadaan tidak terkunci
4. Power supply untuk Main Control Fire Alarm :
Power supply untuk main fire alarm panel beroperasi pada:
 Tegangan : 220 volt AC, 1 phase
 Frekuensi : 50 Hz.
 Battery : 4 jam dalam kondisi alarm
Power supply unit emergency yang terdiri dari rectifier unit, battery maupun
charger unknit ditempatkan pada satu cabinet danmerupakan satu kesatuan dengan
main Control Fire Alarm.
f. Bel Tanda Bahaya

40
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
Type yang dipakai adalah DC Vebrating dengan diameter 6 inch dan berkedudukan
lebih dari 90 dB jarak satu meter. Penempatan bell diatur sedemikian rupa dan pada
titik terjauhdari bell tersebut harus tetap terdengan min 75 dB.
g. Lampu Indikator
Type yang dipakai adalah “lamp lens” berwarna merah dengan “bulb” 2 watt atau
sederajat

h. Pengkabelan .
Pengkabelan dari Fire Detector, alarm bell,manual call point, signal lamp, flow switch,
masing masing langsung ke Main Fire Alarm Panel.
Untuk kabel power dari MCFA ke panel indicator menggunakan kabel FRC 2 x 2.5 mm
didalam pipa conduit PVC HI 20 mm2 dan instalasi menggunakan kabel STP AWG #18,
NYA 2 x 1.5 mm2,NYM 3 x 2.5 mm2 didalam pipa conduit PVC HI 20 mm2.
Untuk Fire Fighting Telephone langsung dihubungkan ke FFTC melalui SDF-FFTC
menggunakan kabel ITC 2 x 0.6 mm didalam pipa conduit HI PVC mm2.

i. Panel Indikator ( Annunciator Panel )


Adalah suatu system yang hamper sama cara kerjanya dengan MCFA akan tetapi tidak
dapat mengaktifkan/menonaktifkan peralatan lain.

j. Battere
1. Jenis batere yang digunakan harus jenis dry cell rechargeable, type nicad.
2. Batere ini dapatmemberikan suplai secara normal dan terus menerus ke system selam
24 jam
3. Mampu bekerja minium 4 jam dalam kondisi alarm.

41
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

Lampiran 9
PERHITUNGAN PENGINDERA API

o Contoh Perhitungan Perencanaan detector fire alarm


 AREA KANTOR ME
S = Jarak Detektor Detektor Asap adalah 12 x faktor pengali
Detektor Panas adalah 7 x factor pengali
JDP = Jumlah Detektor Panjang area P = Panjang area = 84 mtr
JDL = Jumlah Detektor Lebar area L = Lebar area = 32 mtr
TJD = Total Jumlah Detektor
Jadi :
S = 84% ( Tinggi Detektor 5mtr ) x 7= 5,88 mtr
JDP = P : S = 84 : 5,88 = 14,2 = 14
JDL = L : S = 32 : 5,88 = 5,4 = 5
Total = 5 x 4 = 70 Sensor ROR

3.2. TATA USAHA (SOUND SYSTEM)


3.2.1 UMUM
System Tata Suara ( Sound System ) merupakan system yang digunakan untuk
mendistribusikan informasi ( audio ) dalam system emergency atau Evakuasi, Public
Address, Background Music ataupun Sistem Pemanggil Sopir.
3.2.3 LINGKUP PEKERJAAN
Perencanaan sistem instalasi tata suara ( sound system ) meliputi :
a. Pusat Kontrol Sistem Tata Suara
42
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
b. Sistem Distribusi Suara
c. Car-call yang berfungsi sebagai media pemanggil sopir di area – area parkir.
3.2.3 DASAR STANDAR PERENCANAAN
Standar dan peraturan instalasi yang dipakai guna menentukan material peralatan
maupun cara instalasi adalah standard an peraturan yang telah ditentukan penggunannya:
a. Standar Nasional Indonesia No.SNI 03-1735-2000 tentang tata cara perencanaan
Bangunan dan akses Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung.
b. Standar Nasional Indonesia No.SNI 03-1746-2000 tentang tata cara perencanaan dan
Pemasangan Sarana jalan keluar untuk Penyelematan terhadap Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Gedung.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
d. Standar Nasional Indonesia No. SNI 04-0225-2011 tentang persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2011 ( PUIL 2011).
e. SNI 04-7019-2004 tentang pasokan daya listrik darurat menggunakan energy
tersimpan
f. SNI 04-7018-2004 tentang system pasokan daya listrik darurat dan siaga.
g. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tanggal 1 maret
2000, tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan lingkungan.
h. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi Kebakaran Aktif yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI.
i. National Fire Protection Association (NFPA) 72,2013.
j. Data teknis dari produk di bidang peralatan tata Suara yang dibuat oleh pabrik-
pabrik dari berbagai negara.
3.2.4 KRITERIA PERANCANGAN
a. Control Panel Emergency, paging dan music system mencakup rak control, modul
kontril address (modulated address control),amplifier, loudspeaker, volume control
dan pengkabelan.
b. Demi kemudahan pemeliharaan dan tingkat pemakaian yang relatif lama, maka
peralatan utama harus bersifat modular dengan teknologi elektronik yang terbaik.
c. Pada waktu kebakaran, semua program akan di override atau diganti dengan sirine
tanpa memperhatikan posisi switch pada masing – masing zone selection di selector.
d. Switch Override Emergency harus mampu mengaktifkan seluruh speaker pada
gedung ini, walaupun volume control berada pada posisi off.
e. Untuk mencegah Radio Frequency Interfence (RFI), peralatan tata suara harus
ditanahkan
f. System tata suara harus bebas dari gangguan elektro magnetic, hum dan cakap silang
yang dapat ditimbulkan dari peralatan lainnya.
43
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
g. System tata suara di public area akan dirancang dengan mempertimbangkan fungsi
dan lokasi dari pada ruangan. Ini termasuk kualitas suara, loudness dan fidelity
h. Sentral Sound System akan berfungsi untuk tiga (3) program :
1) Sirene generator untuk peringatan kebakaran dan all car untuk evakuasi
2) Pemilihan zona paging
3) Cassete tape recorder/player untuk back ground music di tempat - tempat umum.
i. Peralatan pada sentral sound system terdiri dari sumber – sumber suara ( microfone,
sirene generator and chimney generator), pre-amplifier, power amplifier, switching
facility, monitoring system dan main distribution frame.
j. Metode tranmittingaudio signal akan menggunakan signal installation tegangan 100
Volt. Masing – masing speaker akan dilengkapi dengan maching transformer untuk
mendapatkan kesesuaian audio signal pada areanya.
k. Kerja system tata suara tersebut diatas sebagai berikut :
1) System akan menggunakan amflifier type table-top, cassete tape recorder yang
terpasang didalam rak, yang dapat menghasilkan efek suara.
2) Penyiaran background music tetap dapat dioperasikan dari ruang sentral sound
sytem.
3) Pada waktu kebakaran, semua program yang ada akan di override oleh
emergency controldari sentral sound system, dan sirine kebakaran akan
menggantikannya.
l. Battery stand-by type Sealed alkaline free maintenance akan disediakan memenuhi
kapasitas untuk perawatan system dengan waktu operasi selama 15 menit.
m. Volume Control akan disediakan diruangan – ruangan Meeting, administrasi dan lain
– lain

3.2.5 PERHITUNGAN TEKNIS


A. Jarak Antara Ceiling Speaker
Tingkat level suara dari suatu sumber adalah :
( P1)
a  10 log
( P0) (dB)
Dimana :
A = level suara (dB)
P1 = daya suara (Watt)
P0 = daya referensi (1 Watt)
Didapat :
P1
P 0 = 10 (a/10)
Bila ada beberapa sumber suara masing – masing mempunyai kuat suara antara lain :
a. dB; b.dB; c.dB ….. dan seterusnya maka di hitung :
P1
P 0 = 10 (a/10)

44
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
P2
P 0 = 10 (a/10)
P3
P 0 = 10 (a/10), …dst
Level suara total :
 P1 P 2 P3 
a  10 log  
 P0 P0 P0  (dB)
Atau
a  10log (10 (a/10)+ 10 (b/10)+ 10 (c/10)+ ….)(dB)
Kuat suara yang diterima jarak x meter dari speaker yang mempunyai kuat suara
sebesar a dB, akan mengikuti definisi:
a1= a-20 log (x) (dB)
dimana :
a1 =sound level pada jarak x meter
pada suatu tempat diantara dua buah ceilingspeaker, terdapat tiga sumber suara, yaitu
dari masing – masing speaker dan dari tingkat kebisingan sekitarnya.
Untuk menghitung dan menentukan :
a. Besar nya input power yang dibutuhkan speaker
b. Jarak antar speaker
Dilakukan langkah perhitungan sebagai berikut :
1) Tentukan tingkat kebisingan (noise level)= N (dB)
2) Tentukan besarnya margin sound level diatas noise level = M (dB)
3) Hitung level suara yang didengar pada jarak x meter dari speaker
SPLtotal = ( N + M ) dB
N + M = 10 log ( 10N + 10 (a2/10) + 10 (a3/10))
Didapat harga :
a2 = a3 = level suara pada jarak x meter dari masing – masing speaker
4) Pilih input power untuk speaker :
5) Umumnya speaker tersedia dengan matching trafo yang sudah di-tap pada 1 watt
dan 3 watt
Misalnya dipilih tap 1 watt dengan SPL pada 1 watt/ 1 meter = SPL 1
Untuk menghitung jarak x menggunakan rumus ;
a2= a3 = SPL 1 – 20 log x
atau
SPL1  a2
log x 
20
SPL1  a2
x  10 exp
20
Untuk menghitung jarak antara speaker, digunakan rumus segitiga siku – siku :

45
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
2
L
x  ( P  1)   
2 2

2
2
L
   x  ( P  1)
2 2

2
Dimana :
L = jarak antara speaker
P = tinggi plafon
Lm = jarak telinga ke lantai
X = jarak telinga ke speaker
Bila harga L yang didapat terlalu dekat maka dihitung lagi dengan memilih speaker
dengan tap 3 watt dengan SPL pada w/1m = SPL 3.

B. Contoh perhitungan speaker


i. Ceiling speaker
Tinggi ceiling = 3m
Noise level = 75 db
Margin = (75+10) dB
= 85 dB
85 dB = 10 log ( 10 (75/10) + 10 (a2/10) + 10 (a3/10))
a2 = a3 81,5 dB
dipilih ceiling speaker dengan tap 2 watt dan SPL 94,8 dB/2W/1m
a2 = SPL – 20 log x
20 log x = (94,8-81,5) dB
= 13,3 dB
X = 4,62 m
Jarak antara speaker :
2
L
   x  ( P  1)
2 2

2
= 21, 34 – 4
L = 8,32 m
Dengan mempertimbangkan bahwa volume control/attenuator akan dipasang
untuk menurunkan input power 0-12 dB maka dipasang jarak antar speaker 6-7 m.
ii. Horn speaker
Noise level N = 80 dB
Margin M = 15 dB
Jangkauan X = 30 db
SPL/1W/1m = 112dB
46
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
Daya yang dibutuhkan :

N  M 20 log X  SPL / 1W / 1m
P  10 exp
10
80  50  20 log 30  112
P  10 exp
10
P  17,95Watt
Dipilih horn speaker dengan daya 15-24 watt

iii. Pemilihan Speaker


Berdasarkan perhitungan diatas untuk memenuhi speaker sound pressure sebesar
78,6 dB dipilih speaker dengan output sound pressure 89 dB (1m, 1 watt ).

iv. Pemilihan Amplifier


1. Amplifier output impedance < combied impedance of speaker.
2. Rated amplifier power > total speaker input.
3. Rated amplifier load impedance < combined speaker unit impedance.
4. Dengan line voltage 100 volt, speaker input impedance 3,2 kOhm maka speaker
input = 3 watt
5. Total kapasitas amplifier > total watt input speaker.

v. Car-Call System
1. Horn Speaker
 Max sound pressure level 1 watt 1 m = 108 dB
 Input watt required = 15 watt
2. Pemilihan amplifier sama seperti pasal 4 di atas.

3.2.6 URAIAN SINGKAT SISTEM


a. Ruang Kontrol Operator dilengkapi dengan peralatan untuk menyiarkan salah satu
program secara serentak ke seluruh speaker dalam bangunan sebagai informasi atau
pengumuman.
b. Dengan Power Amplifier yang berkekuatan cukup dan melalui Kontrol Panel,
Program disalurkan ke seluruh bangunan gedung (secara selektif). Volume control
dipakai untuk mengatur besar kecilnya suara yang dikeluarkan dari speaker.
c. Apabila terjadi kebakran maka system paging akan mengambil alih semua siaran
secar otomatis dan mengumumkan ke seluruh zone dengan suara penuh mengikuti
prosedur system Fire Alarm yang ditentukan. Penyebaran informasi mengikuti
gradasi kebakaran yang terjadi.

47
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

3.2.7 MATERIAL DAN PERALATAN

No Nama Peralatan Spesifikasi

48
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN

1. Sound System / Audio Ampli- Frequency Respon : 20-18.000hz


fier
2. Input impedence : 1-4 k ohm
Volume Control ( Attenuator ) Rated Power :6W
Input Voltage : 100 volt
3. Output power : 0 dBv
Mixer Pre Ampli – Fier Frequency Response : 30-20.000 hz
1 dB
4. Output Power : 3 W, 100 V
Ceiling Speaker SPL : 89 dB/1m/1w
Frequency Response : 100 – 8.000 hz
Coverage Angle : 100o
5. Output Power : 15 W, 100 V
Column Speaker Fire Proof SPL : 89 dB/1m/1w
Frequency Response : 100 – 8.000 Hz
Coverage Angle : 100o
6. Type : Dynamic Microphone
Paging Microphone Output imped. At 1 kht : 600 ohm balanced
Frequency Range : 100 – 8.000 Hz
Indicator : Chime Lamp; red led
Lamp, green lamp
7. Frequency : 400/750 Hz, output
Emergency Sirene Generator Level 100v.
Indicator Lamp : Red Lamp

3.3. SISTEM TELEKOMUNIKASI


3.3.1 UMUM
Secara garis besar, system instalasi telepon pada bangunan ini menggunakan system
sambungan langsung PT. TELKOM

49
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
3.3.2 LINGKUP PEKERJAAN
a.Komunikasi intern dalam gedung
b. Komunikasi keluar local
c.Interface dengan system electronic lain
3.3.3 STANDAR DAN PERATURAN
Standar dan Peraturan yang digunakan adalah edisi terakhir yang masih berlaku dan
berkaitan langsung dengan system telepon, antara lain :
1. UU No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
2. PP No. 52/2000 Tentang Telekomunikasi Indonesia
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
4. SNI 04-7019-2004 tentang pasokan daya listrik darurat menggunakan energy
tersimpan
5. SNI 04-7018-2004 tentang system pasokan daya listrik darurat dan siaga.
6. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret 2000,
tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
7. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi Kebakaran aktif yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 53, 11 Juli 2000 tentang
penyelenggaraan Telekomunikasi
9. Keputusan Dirjen Postel No. 179/Dirjen/ 1998 Penetapan Persyaratan Teknis Alat/
Perangkat telekomunikasi untuk Pesawat Telephone Analog.
3.3.4 KRITERIA PERANCANGAN
Sistem Telekomunikasi gedung ini menggunakan Sistem Sentral Terminal di MDF-TP
( Main Distribution Frame-Telephone) dan dihubungkan ke setiap lantai melalui TBTP (
Terminal Box telephone ). Dari TBTP pada setiap lantai akan di distribusikan ke masing
– masing unit ruang yang memerlukan sambungan telepon, PABX telepon dipasang
untuk kebutuhan manajemen gedung sesuai dengan jumlah extention yang diperlukan.
Pengkabelan dari MDF ke Terminal box pada tiap – tiap lantai menggunakan indoor
cables multi pairs yang dipasang dengan rak vertical. Pengkabelan dari terminal box ke
tiap – tiap outlet telepon menggunakan indoor cable single pair dalam conduit PVC dan
diletakan diatas rak kabel horizontal. Dari peralatan telephone dihubungkan ke busbar
grounding di ruang control lantai dasar, kemudian dari busbar dihubungkan ke bak
control pentanahan. Besar tahanan maksimal 1 Ohm. Sumber Listrik Utama adalah
PLN/Genset dan dilengkapi dengan Battery backup 4 jam.
3.3.5 PERHITUNGAN TEKNIS
Line Telekomunikasi yang disediakan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan yaitu 5
lines/50ext yang melalui system PABX dan MDF dengan kapasitas 2x30 pairs sehingga
dapat mendukung seluruh fungsi telekomunikasi internal maupun external.
50
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
3.3.6 URAIAN SINGKAT SISTEM
Pada bangunan ini direncanakan pemilik akan berlangganan langsung dengan PT.
TELKOM semua distribusi direct telephone maupun extention telephone menuju TBTP
yang berada di tiap lantai selanjutnya disalurkan ke titik – titik telepon. Kabel instalasi
outlet telepon dalam gedung menggunakan kabel tipe ITC ( Indoor Telephone cable ).
PABX digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada kondisi kebakaran dan telah diputuskan
bahwa kondisinya adalah General Alarm maka PABX akan mendapatkan trigger dari
MCFAuntuk melakukan dial up ke extention pada pos satpam atau ruang FCC ataupun
extention lain yang telah ditentukan guna memberitahukan bahwa telah terjadi kebakaran
pada bangunan dan memerlukan bantuan dari dinas pemadam kebakaran terdekat.
3.3.7 MATERIAL DAN PERALATAN
a. PABX
PABX 3 line/30 ext
b. MDF
Berkapasitas 2x30 pairs
c. TBTP
TBTP ditempatkan pada masing – masing lantai sesuai dengan jumlah kebutuhan
extention.

3.4. SISTEMSECURITY / IP CCTV


3.4.1 UMUM
CCTV ( Closed Circuit Television ) digunakan untuk membantu pengawasan kegiatan
operasi dalam gedung, baik pengguna maupun pengunjung ataupun ruangan serta lokasi lain
melalui video kamera, diman hasil gambar dapat diamati melalui TV monitor.

3.4.2 LINGKUP PEKERJAAN


a) Sistem Kontrol Pusat CCTV
b) Peralatan dan Instalasi CCTV

3.4.3 STANDAR PERENCANAAN


a. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan
Bangunan dan Akses Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung.
b. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan
Bangunan dan Pemasangan Sarana Jalan keluar untuk Penyelamatan terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
d. Peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum/Dirjen Cipta Karya.

51
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
e. Standar Nasional Indonesia No. SNI 04-0225-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2011 (PUIL 2011).
f. Data teknis dari produk di bidang peralatan CCTV yang dibuat oleh pabrik – pabrik dari
berbagai negara.
3.4.4 KRITERIA PERANCANGAN
a. System CCTV yang digunakan adalah CCTV berbasis IP.
b. Camera CCTVyang direncanakan menggunakan Colour CCTV Camera untuk memonitor
keamanan didalam & di sekilling gedung sesuai yang diperlukan (area parker, lobby lift
dll) sesuai gambar rencana.
c. Peralatan penunjang adalah sebagai berikut :
1) Pengadaan dan pemasangan lensa standard an watau wide angle lens.
2) Pengadaan dan pemasangan mounting bracket/switcher.
d. Pengadaan peralatan pusat control :
1) TV monitor 32”
2) Server / Network Video Recorder ( NVR ) menggunakan eksisting
3) PC Client
e. Kabel
1) Untuk sistem CCTV akan menggunakan kabel Unshielded Twiested Pairs ( UTP )
category 6

3.4.5 PERHITUNGAN TEKNIS


a. Perbandingan lebar sensor terhadap lebar object sama dengan perbandingan
panjang focus lensa terhadap jarak kamera ke object.
h/H = FL/D
 h = Lebar Sensor,
 H = Lebar Object,
 FL = Panjang Fokus Lensa
 D = Jark Kamera ke Obyek
Maka didapat D = FL.H/h
Untuk kamera dengan image format : 1/3” h= 4,8 mm
Panjang focus lensa ( FL ) = 8 mm
Lebar Obyek = 1600 mm
Jarak yang didapat = 8 x 1600/4.8 = 2667 mm
Dengan demikian maka untuk mendapatkan visual dengan lebar object 1,6 meter, kamera
dengan ukuran lensa1/3” ketika di setting Panjang focus lensa ( Focal Length ) nya pada
8 mm, maka dibutuhkan jarak pemasangan kamera dari obyek yaitu minimum 2,67
meter.

52
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
b. Menghitung Kebutuhan Storage CCTV
1 hari = 24 (jam)x 60 (menit) x 60 (detik)
Bitrate = 512 bit/s
Kebutuhan hardisk = bitrate x jumlah hari
= 512 x 86400
= 33177600 bit
= 44236800 bytes
= 43200 Mb
= 4.32 GB Kebutuhan Storage 1 hari untuk kamera H. 264 1080p
Dengan konfigurasi resolusi 1080p 10fps
Jumlah storage kamera dengan konfigurasi diatas adalah = 16 x 4.32 GB = 69.12 GB
Total kebutuhan Storage CCTV dalam 1 bulan adalah = 69.12x30
= 2073.6 GB
= 2.1 TB
3.4.6 URAIAN SINGKAT SISTEM
1) CCTV Camera ditempatkan pada posisi sesuai dengan perencanaan
2) Peralatan Utama ditempatkan pada Ruang Security
3) Sistem ini akan memonitor segala kegiatan yang terjangkau dengan kamera dan
selanjutnya ditampilkan pada TV Monitor baik secara slide ( kamera bergantian)
maupun manual.
3.4.7 KETENTUAN TEKNIS
Peralatan kamera yang digunakan adalah Indoor Fixed Dome Camera. Fixed Dome
camera indoor akan ditempatkan pada ceiling atau plafond. Kamera yang digunakan
adalah color dengan fasilitas night mode, yang artinya kamera secara otomatis berubah
menjadi BW bila iluminasi cahaya didaerah tersebut minim. Kamera harus mempunyai
resolusi tinggi dan harus mempunyai tombol – tombol menu pengaturan seperti level,
white balanced, Day dan Night Mode, dan menu tersebut bias ditampilkan pada monitor
( On Screen Display ). Fixed Camera indoor difungsikan untuk memantau orang yang
bukan karyawan / karyawan uyang memasuki ruangan, atau karyawan yang sedang
bekerja.

3.4.8 MATERIAL PERALATAN

53
PEMBANGUNAN BANGUNAN GUDANG LAPORAN
DESA TARIK KOLOT KEC. CITEUREUP
KABUPATEN. BOGOR PERENCANAAN
No Peralatan Spesifikasi
.

Type : IP
Image Device : 1/2.7” type CMOS sensor
Effective Pixels : 1920 x 1080
Resolution Rate : Full HD 3 MP
Minimum Illumination : 0.24 Lux, B/W 0 Lux (IR On)
1 Camera Lens Type : 3.3-10 mmvarifocal
Compression Format : H.264, MPEG-4,MJPEG
Day/Night : Yes
Detection : Motion, audio, tampering
Network : 10BASE-T/100BASE-TX (RJ-45)
Power Requirements : PoE ( Class 1)(IEEE802.3af compliant)

2 Hub Port: min. 24 port auto sensing 10/100 Base TX


Dimension : Standard rack mount 19”
Type : Manageable

3 Fiber Optic Cable Type : Fiber Optic Multi mode


Core : 4 core or as drawings
Attenuation : 0.40db/km at 1.310nm & 0.21db/km at 1.550nm

4 UTP Cable Type : UTP Cable cat 6


Core : 4 core or as drawings

54

Anda mungkin juga menyukai