Anda di halaman 1dari 14

Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan

1. 1. Syarat dan Ketentuan Pembangunan dan Pengembangan


2. I. Bangunan Gedung II. Perumahan dan Kawasan Permukiman III. Rumah Susun IV. Pusat
Perbelanjaan V. Kawasan Industri VI. Perhotelan VII. Perkantoran Outline 2
3. I. Bangunan Gedung Dasar Hukum: • Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung • Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang •
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung • Peraturan Pemerintah Nomor
15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 3
4. • Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
29/PRT/M/2006 Tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung •
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan • Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi • Peraturan Daerah DKI
Jakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung • Peraturan Daerah Ibukota DKI
Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 4
5. • Peraturan Daerah Ibukota DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi • Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 1999
tentang Bangunan Gedung Hijau • Peraturan Gubernur Nomor 129 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Pemberian Pelayanan di Bidang Perizinan Bangunan • Peraturan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 85 Tahun 2006 tentang Pelayanan Penerbitan Perizinan Bangunan •
Keputusan Gubernur Nomor 640 Tahun 1992 tentang Ketentuan Terhadap Pembebasan
Lokasi/Lahan Tanpa Izin 5
6. A. Pre-Construction 1. Izin Lokasi • Izin lokasi merupakan dasar untuk melakukan
pembebasan lahan dalam rangka pemanfaatan ruang. • Surat keputusan pemberian Izin
Lokasi ditandatangani oleh Bupati/Walikotamadya atau, Gubernur untuk Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. 6
7. No. Kegiatan usaha Skala Luas Tanah 1. Perumahan dan Pemukiman 400 Ha (1 Propinsi)
4.000 Ha (seluruh Indonesia) 2. Kawasan resort perhotelan 200 Ha (1 Propinsi) 4.000 Ha
(seluruh Indonesia) 3. Kawasan Industri 400 Ha (1 Propinsi) 4.000 Ha (seluruh Indonesia) 7
8. Izin Lokasi diberikan untuk jangka waktu sebagai berikut: • Izin Lokasi seluas sampai
dengan 25 Ha : 1 (satu) tahun; • Izin Lokasi seluas lebih dari 25 Ha s/d 50 Ha : 2 (dua) tahun;
• Izin Lokasi seluas lebih dari 50 Ha : 3 (tiga) tahun. 8
9. Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta Keputusan Gubernur Nomor 640 Tahun 1992 tentang
Ketentuan Terhadap Pembebasan Lokasi/Lahan Tanpa Izin dari Gubernur Kepala DKI Jakarta
(“Kepgub No 640/1992”) Pembebasan lokasi/lahan pada jalur jalan protokol yang dilakukan
oleh Badan/Perorangan seluas 5.000 m2 atau lebih Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan
Lokasi/Lahan (“SP3L”) WAJIB 9
10. 2. Keterangan Rencana Kota (Advice Planning) • Keterangan rencana kabupaten/kota
adalah informasi tentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang diberlakukan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota pada lokasi tertentu. Pada praktiknya, pemerintah daerah
setempat akan mendelegasikan kewenangan tersebut kepada dinas terkait, di Jakarta
disebut Dinas Tata Ruang. • Pemerintah daerah wajib memberikan surat keterangan
rencana kabupaten/ kota untuk lokasi yang bersangkutan kepada setiap orang yang akan
mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung. • Keterangan rencana
kabupaten/kota, digunakan sebagai dasar penyusunan rencana teknis bangunan gedung. 10
11. • Surat keterangan rencana kabupaten / kota merupakan ketentuan yang berlaku untuk
lokasi yang bersangkutan dan berisi: ▫ fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada
lokasi bersangkutan; ▫ ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan; ▫ jumlah
lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan KTB yang diizinkan; ▫ garis
sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan; ▫ KDB maksimum
yang diizinkan; ▫ KLB maksimum yang diizinkan; ▫ KDH minimum yang diwajibkan; ▫ KTB
maksimum yang diizinkan; dan ▫ jaringan utilitas kota. 11
12. 3. Izin Peruntukan • Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah diberikan berdasarkan izin
lokasi. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah merupakan dasar untuk permohonan
mendirikan Bangunan. 12
13. Keputusan Gubernur Nomor 41 Tahun 2001 tentang Tata Cara Penerimaan Kewajiban
dari Pemegang SIPPT kepada Pemerintah DKI Jakarta Surat Izin Penunjukan Penggunaan
Tanah (“SIPPT”) Perusahaan Real Estate dan/atau Perusahaan Property dan/atau Developer
dan/atau Yayasan dan/atau Perorangan yang memperoleh SIPPT dari Pemerintah DKI
Jakarta untuk membangun perumahan dan/atau permohonan hak atas Tanah dalam Daerah
DKI Jakarta surat izin penunjukan penggunaan tanah yang diberikan kepada para
pengembang dalam rangka pengembangan suatu kawasan dan/atau guna permohonan hak
atas tanah 13
14. 4. Status Hak atas Tanah • Undang-Undang Nomor 50 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (“UUPA”) • Hak-hak atas Tanah: a. Hak Milik Hak milik adalah
hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. b. Hak
Guna Bangunan Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling
lama 30 tahun. 14
15. c. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian
sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan
dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA. 15
16. d. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai diatas Hak Pengelolaan • Hak Pengelolaan
(“HPL”) adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain berupa perencanaan peruntukandan
penggunaan tanah, penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan
bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak
ketiga. • Tanah HPL dapat diberikan atau dibebankan dengan hak-hak atas tanah yaitu Hak
Guna Bangunan (“HGB”) dan Hak Pakai (“HP”). HGB atas tanah HPL dan HP atas tanah HPL
diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk
berdasarkan usul pemegang HPL kepada calon pemegang HPL. 16
17. 5. Bangunan Gedung Hijau • Bangunan gedung hijau adalah bangunan gedung yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien dari sejak
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, pemeliharaan, sampai dekonstruksi. •
Penyelenggaraan bangunan gedung dengan jenis dan luasan tertentu wajib memenuhi
persyaratan bangunan gedung hijau. • Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi
bangunan gedung baru dan bangunan gedung eksisting. 17
18. • Bangunan gedung dengan dengan jenis dan luasan tertentu wajib memenuhi
persyaratan bangunan gedung hijau, sebagai berikut: 18 No. Fungsi Skala Bangunan 1.
Fungsi hunian, gedung rumah susun > 50.000 m2 2. fungsi usaha, bangunan gedung
perdagangan > 50.000 m2 3. fungsi usaha, bangunan gedung perdagangan > 50.000 m2 4.
bangunan gedung yang memiliki lebih dari satu fungsi dalam 1 (satu) massa bangunan, >
50.000 m2 5. fungsi usaha, bangunan gedung perhotelan, > 20.000 m2 6. fungsi sosial dan
budaya, bangunan gedung pelayanan kesehatan > 20.000 m2 7. fungsi sosial dan budaya,
bangunan gedung pelayanan pendidikan > 10.000 m2
19. Persyaratan teknis bangunan gedung hijau untuk bangunan gedung baru meliputi: 1.
efisiensi energi; 2. efisiensi air; 3. kualitas udara dalam ruang; 4. pengelolaan lahan dan
limbah; dan 5. pelaksanaan kegiatan konstruksi. 19
20. • Pengawasan atas pelaksanaan ketentuan bangunan gedung hijau secara teknis dan
operasional dilakukan oleh Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan DKI Jakarta.
Penilaian dan pengawasan tersebut dilakukan pada bangunan gedung baru dan gedung
eksisting • Penilaian dan pengawasan pada bangunan gedung baru dilakukan melalui
penilaian terhadap dokumen perencanaan teknis bangunan gedung. Dokumen tersebut
dibuat oleh perencana yang sudah memiliki izin pelaku teknis bangunan (“IPTB”) yaitu surat
izin yang dapat dipakai untuk perencanaan, pengawasan dan pengkajian. • Terhadap
dokumen perencanaan teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan
bangunan gedung hijau, selanjutnya dapat diterbitkan IMB. 20
21. • Gedung eksisting merupakan gedung dalam tahap pelaksanaan konstruksi dan/atau
sudah dalam tahap pemanfaatan pada saat Peraturan Gubernur Jakarta No.38/2012
tentang Bangunan Gedung Hijau ditetapkan. • Penilaian dan pengawasan pada bangunan
gedung eksisting dilakukan melalui: a. pemeriksaan lapangan sesuai tahapan pelaksanaan
konstruksi; b. pelaksanaan uji coba; dan c. pelaksanaan program konservasi yang mencakup
bidang energi, air, kualitas udara dalam ruang dan kenyamanan termal. • Pelaksanaan
konstruksi, pelaksanaan hasil uji coba dan pelaksanaan program konservasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf c diatas yang telah memenuhi persyaratan bangunan gedung hijau,
selanjutnya diterbitkan SLF. 21
22. B. Construction 1. Izin Pendahuluan • Sebelum IMB diterbitkan, permohonan dapat
mengajukan Permohonan Izin Pendahuluan (“IP”), IP diberikan untuk melakukan kegiatan
membangun sesuai tahapan kegiatan pelaksanaan pembangunan sambil menunggu
terbitnya izin definitif. • IP terdiri dari dari: a. IP Persiapan Izin untuk melakukan kegiatan
pelaksanaan pagar proyek, bangsal kerja, pematangan tanah, pembongkaran bangunan
atau bangunan-bangunan lama. 22
23. b. IP Pondasi Izin untuk melakukan kegiatan pekerjaan pondasi yang meliputi:
penggalian tanah, dewatering, pelaksanaan pondasi dan/atau pemancangan pondasi
bangunan atau bangunan-bangunan. c. IP Struktur Menyeluruh Izin untuk melakukan
kegiatan pelaksanaan struktur bangunan atau bangunan-bangunan secara menyeluruh. d. IP
Menyeluruh Izin untuk melakukan kegiatan pelaksanaan struktur bangunan atau bangunan-
bangunan sampai selesai. 23
24. 2. TPAK (Tim Penasehat Arsitektur Kota) Tim ahli di bidang teknis arsitektur dan
perkotaan yang bertugas memberikan pertimbangan teknis kepada Gubernur terhadap
perencanaan bangunan gedung kriteria tertentu. Kriteria bangunan yang harus mendapat
penilaian TPAK adalah: • Bangunan gedung lebih dari 8 lantai; • Bangunan gedung yang
berada di sepanjang jalan protokol; • Bangunan gedung dengan kriteria pelestarian; •
Bangunan gedung yang berada diatas dan/atau di bawah tanah atau air yang melintasi
prasarana dan sarana umum. 24
25. 3. TPKB (Tim Penasihat Konstruksi Bangunan) Tim ahli di bidang teknis
struktur/konstruksi yang bertugas memberikan pertimbangan teknis kepada Gubernur
terhadap perencanaan bangunan gedung kriteria tertentu. Kriteria bangunan yang harus
mendapat rekomendasi TPKB adalah: • Bangunan gedung lebih dari 8 (delapan) lantai; •
Bangunan gedung dengan struktur khusus; • Bangunan yang didirikan diatas daerah
reklamasi atau memiliki potensi likuifaksi; dan • Bangunan gedung dengan ketinggian lebih
dari 40 m (empat puluh meter). 25
26. 4. TPIB (Tim Penasihat Instalasi Bangunan) Tim ahli di bidang teknis instalasi bangunan
gedung yang bertugas memberikan pertimbangan teknis kepada Gubernur terhadap
perencanaan bangunan gedung kriteria tertentu. Kriteria yang harus mendapatkan
rekomendasi TPIB adalah: • Bangunan yang menggunakan daya listrik dari PLN atau diesel
genset lebih dari 500 (lima ratus) kVa; • Bangunan dengan luas lantai lebih dari 5000 m2
(lima ribu meter persegi) atau ketinggian lebih dari 8 (delapan) lantai; 26
27. • Bangunan yang memiliki basement kecuali bangunan gedung fungsi hunian rumah
tinggal tunggal dan deret; • Bangunan yang dilengkapi Instalasi Pendeteksi Pemadam
Kebakaran, lift, dan eskalator; • Bangunan yang menggunakan Building Automation System
(BAS); • Bangunan dengan penggunaan khusus, meliputi: Rumah Sakit kelas A, B, dan C,
serta pabrik dan gudang dengan luas lantai lebih dari 800 m2 , hotel, mall dan apartemen; •
Bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum seperti pelabuhan, terminal, bandara dan
lain-lain. 27
28. 5. Izin Pelaku Teknis Bangunan (IPTB) • Adalah izin yang diberikan oleh Dinas
Pengawasan dan Penertiban Bangunan Gedung kepada pelaku bangunan gedung yang
terdiri dari perencana, pengawas pelaksanaan, pemelihara, dan pengkaji teknis bangunan
gedung. • Setiap orang yang akan membangun bangunan gedung harus menunjuk penyedia
jasa perencanaan konstruksi yang memiliki IPTB dari Kepala Dinas Pengawasan dan
Penertiban Bangunan Gedung. 28
29. 6. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) • IMB merupakan dasar dalam mendirikan bangunan
dalam rangka pemanfaatan ruang. • IMB diberikan setelah pemohon memperoleh
dokumen seperti SIPPT, surat bukti kepemilikan tanah, Ketetapan Rencana Kota (KRK), dan
penilaian TPAK, TPKB, dan TPIB untuk jenis bangunan tertentu. 29
30. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung • Perda
DKI Jakarta No. 7/2010 Perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Pemilik
bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, dan/atau mengurangi
bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis yang berlaku • IMB
30
31. C. Post-Construction 1. Sertifikat Laik Fungsi (SLF) • Sertifikat yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah terhadap bangunan gedung yang telah selesai dibangun dan telah
memenuhi persyaratan kelaikan fungsi berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi
bangunan gedung sebagai syarat untuk dapat dimanfaatkan. 2. Bukti Kepemilikan Bangunan
Gedung • Surat keterangan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pemilik
bangunan gedung sebagai bukti kepemilikan bangunan gedung yang telah selesai dibangun
berdasarkan IMB dan SLF sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis yang berlaku,
31
32. Dasar Hukum: Perumahan: • Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman • Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang
• Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 7 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang II. Perumahan dan
Permukiman 32
33. 33 Bangunan Gedung: → lihat pada penjelasan halaman 3-5 Lingkungan: • Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup •
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan • Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup • Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
34. Lalu Lintas: • Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan • Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan
Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas 34
35. A. Definisi Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat. 35
36. B. Pre-Construction 1. Persyaratan Administratif 2. Persyaratan Teknik 3. Persyaratan
Ekologi 4. Persyaratan Lain 36
37. 1. Persyaratan Administratif a. Izin Usaha Perumahan Izin Usaha Perumahan merupakan
izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan pengembang perumahan untuk memulai
pelaksanaan kegiatan produksi/operasi. Berdasarkan Pasal 31 ayat (12) Peraturan Kepala
BKPM Nomor 5 Tahun 2013, menyatakan bahwa Penanam Modal Asing yang telah memiliki
Izin Usaha yang diterbitkan oleh PTSP BKPM, PTSP KPBPB atau PTSP KEK sebagai izin untuk
memulai operasi, tidak diperlukan lagi untuk memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah. 37
38. 38 b. Izin lokasi → lihat pada penjelasan halaman 6-9 c. Keterangan Rencana Kota
(Advice Planning) → lihat pada penjelasan halaman 10-11 d. Izin Peruntukan → lihat pada
penjelasan halaman 12-13 e. Status Hak atas Tanah → lihat pada penjelasan halaman 14-16
39. 2. Persyaratan Teknis Persyaratan struktur bangunan • Setiap bangunan gedung harus
memenuhi persyaratan fungsi utama bangunan. • Fungsi bangunan gedung dapat
dikelompokkan dalam fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan
budaya, dan fungsi khusus. 39
40. 3. Persyaratan Ekologis Analisa Dampak Lingkungan/UKL-UPL Bidang usaha yang wajib
AMDAL adalah: 40 No Jenis Kegiatan Skala 1. Pembangunan Bangunan Gedung - Luas lahan
≥ 5 ha - Bangunan ≥ 10.000 m2 2. Pembangunan Perumahan dan kawasan Permukiman
dengan pengelola tertentu: a. Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha a. Kota besar, luas ≥ 50 ha a.
Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha a. Untuk keperluan settlement transmigrasi ≥ 2000 ha
41. • Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak sesuai dengan kriteria wajib AMDAL
diwajibkan mempunyai UKL-UPL. Izin Lingkungan • Izin lingkungan adalah izin yang
diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal
atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan. 41
42. 4. Persyaratan Lain a. Analisa Dampak Lalu Lintas • Analisa dampak lalu lintas adalah
setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang akan
menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas. • Pengembang atau pembangun
melakukan analisis dampak lalu lintas dengan menunjuk lembaga konsultan yang memiliki
tenaga ahli bersertifikat. 42
43. • Hasil analisis dampak lalu lintas harus mendapat persetujuan dari: (i) menteri yang
bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, untuk
jalan nasional; (ii) gubernur, untuk jalan provinsi; (iii) bupati, untuk jalan kabupaten
dan/atau jalan desa; (iv) walikota, untuk jalan kota. • Untuk memperoleh persetujuan
diatas, pengembang atau pembangun harus menyampaikan hasil analisis dampak lalu lintas
kepada menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan, gubernur, bupati, atau walikota sesuai dengan kewenangannya. 43
44. Kegiatan-kegiatan yang wajib dilakukan analisa dampak lalu lintas, adalah sebagai
berikut: • Pusat kegiatan berupa: (i) kegiatan perdagangan (pusat berbelanjaan mall dan
pertokoan). (ii) perkantoran, (iii) industri, (iv) fasilitas pendidikan, (v) fasilitas pelayanan
umum, dan/atau kegiatan lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan lalu
lintas • Permukiman berupa: (i) perumahan dan permukiman, (ii) rumah susun dan
apartemen; dan/atau (iii) permukiman yang dapat menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan
lalu lintas • Infrastruktur berupa: (i) akses ke dan dari jalan tol, (ii) pelabuhan, (iii) banda
udara, (iv) terminal, (v) stasiun kereta api, (vi) pool kendaraan, (vii) fasilitas parkir untuk
umum; dan/atau (viii) infrastruktur lainnya. 44
45. b. Hunian Berimbang • Adalah perumahan dan kawasan permukiman yang dibangun
secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal dan rumah
deret antara rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah, atau dalam bentuk
rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun komersial, atau dalam bentuk
rumah tapak dan rumah susun umum. 45
46. Perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman diatur dengan
skala sebagai berikut: a. perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 15 (lima
belas) sampai dengan 1.000 (seribu) rumah; b. permukiman dengan jumlah rumah
sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) sampai dengan 3.000 (tiga ribu) rumah; c. lingkungan
hunian dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) sampai dengan 10.000
(sepuluh ribu) rumah; d. kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000
(sepuluh ribu) rumah. 46
47. • Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang
harus memenuhi persyaratan komposisi sebagai berikut: (i) Komposisi jumlah rumah
merupakan perbandingan jumlah rumah sederhana, jumlah rumah menengah, dan jumlah
rumah mewah. Perbandingan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 3 : 2 : 1 yaitu 3 (tiga)
atau lebih rumah sederhana berbanding 2 (dua) rumah menengah berbanding 1 (satu)
rumah mewah. (ii) Komposisi luasan lahan merupakan perbandingan luas lahan untuk
rumah sederhana, terhadap luas lahan keseluruhan. Luasan lahan rumah sederhana
tersebut, sekurang-kurangnya 25% dari luas lahan keseluruhan dengan jumlah rumah
sederhana sekurang-kurangnya sama dengan jumlah rumah mewah ditambah jumlah
rumah menengah. 47
48. (iii) Dalam hal hanya membangun rumah mewah, setiap orang wajib membangun
sekurang-kurangnya 2 (dua) rumah menengah dan rumah sederhana 3 (tiga) kali jumlah
rumah mewah yang akan dibangun. (iv) Dalam hal hanya membangun rumah menengah,
setiap orang wajib membangun rumah sederhana sekurang-kurangnya 1 ½ (satu setengah)
kali jumlah rumah menengah yang akan dibangun. (v) Dalam hal Pengembang tidak dapat
membangun rumah sederhana, Pengembang perumahan dapat membangun Rumah Susun
Umum yang jumlahnya senilai dengan harga kewajiban membangun Rumah Sederhana
dalam satu hamparan yang sama. 48
49. C. Construction Izin Mendirikan bangunan → lihat pada penjelasan halaman 29-30 49
50. D. Post-Construction 1. Sertifikat Laik Fungsi → lihat pada penjelasan halaman 31 2.
Bukti Kepemilikan Bangunan Gedung → lihat pada penjelasan halaman 31 50
51. Dasar hukum • Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun •
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun • Peraturan Gubernur
DKI Jakarta Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pembangunan Rumah Susun Sederhana •
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang Bentuk dan
Tatacara Pengisian Serta Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun III. Rumah Susun 51
52. 52 Bangunan Gedung: → lihat pada penjelasan halaman 3-5 Lingkungan: → lihat pada
penjelasan halaman 33 Lalu Lintas: → lihat pada penjelasan halaman 34
53. A. Definisi • Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional,
baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. 53
54. 1. Persyaratan Administratif a. Izin lokasi → lihat pada penjelasan halaman 6-9 b.
Keterangan Rencana Kota (Advice Planning) → lihat pada penjelasan halaman 10-11 c. Izin
Peruntukan → lihat pada penjelasan halaman 12-13 d. Status Hak atas Tanah → lihat pada
penjelasan halaman 14-16 54
55. 2. Persyaratan Teknis Persyaratan Struktur Bangunan Setiap bangunan gedung harus
memenuhi persyaratan fungsi utama bangunan. Fungsi bangunan gedung dapat
dikelompokkan dalam fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan
budaya, dan fungsi khusus. 3. Persyaratan Ekologi AMDAL/UKL-UPL → lihat pada penjelasan
halaman 41-42 55
56. 4. Persyaratan lain a. Pertelaan • Pertelaan menunjukkan batas yang jelas dari masing-
masing satuan rumah susun, bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama beserta
uraian nilai perbandingan proporsionalnya, dalam bentuk gambar dan penjelasan. •
Pengembang wajib meminta pengesahan dari Pemerintah Daerah setelah memperoleh izin
Rencana Fungsi dan Pemanfaatan. 56
57. b. Analisa Dampak Lalu Lintas → lihat pada penjelasan halaman 43-45 c. Pengembang
yang membangun rumah susun umum milik dan rumah susun komersial dalam masa
transisi sebelum terbentuknya PPPSRS wajib mengelola rumah susun. Masa transisi tersebut
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak penyerahan pertama kali sarusun kepada
pemilik. d. Pengembang wajib memfasilitasi terbentuknya PPPSRS paling lambat sebelum
masa transisi berakhir. 57
58. f. Rumah Susun Umum Pengembang wajib menyediakan rumah susun umum minimal
20% dari total luas rumah susun komersial yang dibangun. g. Izin Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik • Izin untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. •
Izin usaha penyediaan tenaga listrik dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) tahun dan dapat diperpanjang. • Izin usaha penyediaan tenaga listrik dapat diberikan
oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota berdasarkan wilayah usahanya. 58
59. C. Construction 1. Izin Pendahuluan → lihat pada penjelasan halaman 22-23 2. TPAK →
lihat pada penjelasan halaman 24 3. TPKB → lihat pada penjelasan halaman 25 4. TPIB →
lihat pada penjelasan halaman 26-27 5. IPTB → lihat pada penjelasan halaman 28 6. Izin
Mendirikan Bangunan → lihat pada penjelasan halaman 29-30 59
60. D. Post-Construction 1. Sertifikat Laik Fungsi Pengembang wajib mengajukan
permohonan sertifikat laik fungsi kepada bupati/walikota setelah menyelesaikan seluruh
atau sebagian pembangunan rumah susun sepanjang tidak bertentangan dengan IMB. →
lihat pada penjelasan halaman 31 2. Bukti Kepemilikan Bangunan → lihat pada penjelasan
halaman 31 60
61. 3. Akta Pemisahan Tanah • Merupakan tanda bukti pemisahan rumah susun atas
satuan- satuan rumah susun yang meliputi bagian bersama, benda bersama dan tanah
bersama yang didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempat yang nantinya akan disahkan
oleh Gubernur. Akta pemisahan ini diperlukan sebagai dasar dalam penerbitan sertifikat hak
milik atas satuan rumah susun. • Pengembang wajib meminta pengesahan isi akta
pemisahan kepada Pemerintah Daerah. Akta pemisahan setelah disahkan harus didaftarkan
oleh pengembang pada Kantor Pertanahan setempat. 61
62. Dasar Hukum Pusat Perbelanjaan • Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-
DAG/PER/12/2003 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern • Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56/M-
DAG/PER/9/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M-
DAG/PER/12/2003 • Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 44 Tahun 2003 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Perpasaran Swasta IV. Pusat Perbelanjaan 62
63. 63 Bangunan Gedung: → lihat pada penjelasan halaman 3-5 Lingkungan: → lihat pada
penjelasan halaman 33 Lalu Lintas: → lihat pada penjelasan halaman 34
64. A. Definisi Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau
beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horisontal, yang dijual atau
disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan
perdagangan barang 64
65. B. Pre-Construction 1. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) Adalah izin untuk dapat
melaksanakan usaha pengelolaan Pusat Perbelanjaan. Perusahaan pengelola Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang telah memperoleh izin usaha,
termasuk IUPP, tidak diwajibkan memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). 65
66. Untuk mendapat Izin Usaha Pusat perbelanjaan, harus mempunyai izin-izin sebagai
berikut: a. Izin Prinsip izin yang diberikan oleh Gubernur Jakarta atau Bupati/Walikota dalam
rangka memulai usaha. b. Izin Lokasi → lihat pada penjelasan halaman 6-9 66
67. c. Izin Gangguan (HO) Pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau
badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak
termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah. (Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perizinan
Tempat Usaha Berdasarkan Undang-Undang Gangguan) 67
68. e. Rencana Kemitraan dengan Usaha Kecil Setiap penyelenggaraan kegiatan usaha
perpasaran swasta diwajibkan menyediakan ruang tempat usaha bagi usaha kecil dan/atau
usaha informal/pedagang kaki lima. (i) Untuk jenis penyelenggaraan usaha perpasaran
dengan luas efektif lantai usaha minimal 200 m2 s/d 500 m2 harus menyediakan ruang
tempat usaha bagi usaha kecil atau usaha informal/pedagang kaki lima sebesar 10% dari
luas efektif lantai usaha dan tidak dapat diganti dalam bentuk lain 68
69. 69 (ii) Untuk jenis penyelenggaraan usaha perpasaran swasta dengan luas efektif lantai
usaha di atas 500 m2 harus menyediakan ruang tempat usaha bagi usaha kecil atau usaha
informal/pedagang kaki lima seluas 20% dari luas efektif lantai usaha dan tidak dapat
diganti dalam betuk lain (iii) Penyediaan ruang tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam
huruf (i) ditetapkan dan digambarkan dalam Rencana Tata Letak Bangunan dan atau dalam
awal proses perizinan penyelenggaraan usaha perpasaran swasta. Penyediaan ruang tempat
usaha dapat dipenuhi didalam bangunan dan/atau bangunan yang terletak pada satu areal
atau kawasan yang dimiliki dan dikuasai pengusaha perpasaran swasta
70. 2. Persyaratan lain: a. AMDAL/UKL-UPL → lihat pada penjelasan halaman 41-42 b.
Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Setempat, meliputi: (i) Struktur penduduk
menurut mata pencaharian dan pendidikan (ii) Tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga
(iii) Tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk di masing-masing daerah sesuai dengan
data sensus Badan Pusat Statisitik (BPS) tahun terakhir (iv) Rencana kemitraan dengan
UMKM (v) Penyerapan tenaga kerja 70
71. (vi) Ketahanan dan pertumbuhan pasar tradisional sebagai sarana UMKM (vii)
Ketersediaan fasilitas sosial dan umum (viii) Dampak positif dan negatif atas pendirian Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern terhadap Pasar Tradisional atau toko eceran tradisional
yang ada sebelumnya; dan (ix) Tanggung jawab sosial perusahaan yang diarahkan untuk
pendampingan bagi pengelolaan pasar tradisional. c. Analisa Dampak Lalu Lintas: → lihat
pada penjelasan halaman 43-45 71
72. d. Persyaratan lain Pusat Perbelanjaan wajib menyediakan barang dagangan produksi
dalam negeri paling sedikit 80% dari jumlah dan jenis barang yang diperdagangkan. Dalam
hal tertentu, Menteri dapat memberikan izin penyediaan barang dagangan produksi dalam
negeri kurang dari 80% setelah mempertimbangkan rekomendasi dari Forum Komunikasi
Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan. 72
73. C. Construction 1. Izin Pendahuluan → lihat pada penjelasan halaman 22-23 2. TPAK →
lihat pada penjelasan halaman 24 3. TPKB → lihat pada penjelasan halaman 25 4. TPIB →
lihat pada penjelasan halaman 26-27 5. IPTB → lihat pada penjelasan halaman 28 6. Izin
Mendirikan Bangunan → lihat pada penjelasan halaman 29-30 73
74. D. Post-Construction 1. Sertifikat Laik Fungsi → lihat pada penjelasan halaman 31 2.
Bukti Kepemilikan Bangunan → lihat pada penjelasan halaman 31 74
75. E. Izin-Izin Lainnya 1. Proyek 2. Operasional I 3. Operasional II 75
76. a. Ijin Loading Test Pemda / Dinas P2K Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 129 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemberian Pelayanan di Bidang Perizinan
Bangunan. • Ijin Loading Test adalah ijin yang diberikan untuk melakukan kegiatan di
lapangan untuk pertana kalinya yaitu berupa loading test atau pemancangan. • Untuk
melakukan pemasangan pondasi tiang pancang diperlukan Izin Pendahuluan Pondasi b. Ijin
Commisioning Test Dinas P2K / Dept. Pekerjaan Umum Asli c. Ijin Membangun Prasarana
Dept. Pekerjaan Umum Asli Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.42 Tahun
2013 Izin Membangun Prasarana yang selanjutnya disingkat IMP adalah izin dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang diberikan kepada pemohon unluk membangun prasarana jalan
dan jembatan serta sumber daya air. 1. Proyek 76
77. d. Ijin Peil Banjir Dept. Pekerjaan Umum Asli Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI
Jakarta No. 43 Tahun 2013 tentang Pelayanan Perizinan dan Pemeriksaan Teknis Prasarana
Bidang Pekerjaan Umum e. Ijin Pelaksanaan Pembuatan Sumur Bor Dept. Pertambangan &
Energi Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 129 Tahun 2010 tentang
Pemanfataan Air Kawasan Sentral Bisnis • Setiap orang atau badan usaha yang akan
memanfaatkan air tanah Kawasan Sentral Bisnis di Daerah terlebih dahulu harus izin dari
Kepala BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) • Izin yang harus dimiliki adalah:
a. Izin pemboran air tanah. Izin ini dapat diberikan apabila: (1) Permohonan izin telah
memenuhi persyaratan administrasi dan teknis (2) Hasil pemeriksaan laboratoris kualitas air
b. Izin pemanfaatan air tanah. 77
78. f. Ijin Pendahuluan Penggunaan Bangunan - IPPB Pemda / Dinas P2K Dasar Hukum:
PerGub DKI Jakarta No. 85/2006 • Izin Penggunaan Bangunan yang selanjutnya disingkat IPB
adalah izin yang diberikan untuk menggunakan bangunan.
• IPB Pendahuluan adalah izin penggunaan bangunan sementara yang diberikan pada
sebagian bangunan atau seluruh bangunan dengan jangka waktu selama 6 (enam) bulan.
g. Ijin Penyambungan Saluran Kotoran Kantor Pengkajian Perkotaan & Lingkungan (KPPL)
Asli 78
79. h. Pengesahan Pemakaian Sementara Bejana Tekanan Dept. Tenaga Kerja Asli Dasar
Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 19 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan
Penggunaan Pesawat, Instalasi, Mesin, Peralatan, Bahan, Barang dan Produksi Teknis
Lainnya (“PerGub No. 19/2008”) • Bejana tekan adalah selain pesawat uap di dalamnya
terdapat tekanan yang melebihi dari tekanan udara dan dipakai untuk menampung gas atau
campuran gas termasuk udara, baik langsung maupun tidak langsung yang dapat
membahayakan keselamatan dan/atau kesehatan pekerja. • Bejana tekan merupakan ruang
lingkup dari penyusunan peraturan pesawat, instalasi, mesin, peralatan, bahan, barang dan
produk treknis. • Setiap perusahaan yang melakukan perencanaan, pembuatan,
pemasangan, pemakaian, perbaikan, perubahan teknis, pembongkaran atau pemusnahan
pesawat, instalasi, mesin, peralatan, bahan, barang dan produk teknis lainnya harus
memiliki izin dari Kepala Dinas 79
80. 2. Operasional I a. Ijin Genset Departemen Tenaga Kerja Dasar Hukum: PerGub No.
19/2008 Genset merupakan pesawat tenaga produksi yang adalah ruang lingkup dari
PerGub No. 19/2008 b. Ijin Gondola Departemen Tenaga Kerja Dasar Hukum: PerGub No.
19/2008 Gendola merupakan ruang lingkup dari PerGub No. 19/2008 c. Ijin Frequency
Handy Talky (HT) Deparpostel/Polisi d. Ijin Instalasi Penyalur Petir Departemen Tenaga Kerja
Dasar Hukum: PerGub No. 19/2008 Instalasi Penyalur Petir merupakan ruang lingkup dari
PerGub No. 19/2008 80
81. e. Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik → lihat pada penjelasan halaman 59 f. Ijin Lift
Departemen Tenaga Kerja Dasar Hukum: PerGub No. 19/2008 Lift merupakan ruang lingkup
dari PerGub No. 19/2008 g. Ijin PABX PT. Telkom 81
82. h. Ijin Pemanfaatan Lahan Parkir Pemda / Dinas Perparkiran Dasar Hukum: Peraturan
Daerah DKI Jakarta No. 102 Tahun 2013 tentang Penyediaan dan Penyelenggaraan Fasilitas
Parkir di Luar Ruang Milik Jalan • Setiap Penyelenggara yang memiliki lebih dari 5 (lima) SRP
atau luas area parkir lebih dari 125 m2 (seratus dua puluh lima meter persegi) wajib
memiliki izin dari Gubernur melalui Kepala UP Perparkiran. i. Ijin Pemasangan Antena &
Parabola Kodam / Telkom j. Ijin Pengesahan Tanki Hydrosphor k. Rekomendasi untuk
instalasi Hydrant &Sprinkler Dinas Pemadam Kebakaran 1 Tahun Asli 82
83. l. Ijin Pengelolaan Air Limbah / STP Dept. Pertambangan & Energi Dasar Hukum:
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122 tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah
Domestik • Bangunan rumah tinggal dan bangunan non rumah tinggal wajib mengelola air
Iimbah domestik sebelum dibuang ke saluran umum/drainase kota. • Air limbah domestik
adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perumahan, rumah susun,
apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan toko, rumah sakit, mall, pasar
swalayan, balai pertemuan, hotel industry, sekolah, baik berupa grey water (air bekas)
ataupun black water (air kotor/tinja) 83
84. m. Surat Ijin Penggunaan Air Baku / Tanah - SIPA Dept. Pertambangan & Energi Dasar
Hukum: Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah Izin pemakaian air
tanah • Izin untuk memperoleh hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah • Pemakaian
air tanah merupakan kegiaatan penggunaan air tanah yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat dan kegiatan bukan usaha • Izin pemakaian
air tanah diberikan oleh bupati/walikota • Dapat diberikan kepada perseorangan, badan
usaha, instanso pemerintah atau badan sosial Izin pengusahaan air tanah • Izin untuk
memperoleh hak guna usaha air dari pemanfaatan air tanah • Pengusahaan air tanah
merupakan kegiatan penggunaan air tanah bagi usaha yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan:(i)bahan baku produksi, (ii)pemanfaatan potensi, (iii) media usaha; atau (iv)
bahan pembantu atau proses produksi. • Diberikan oleh bupati/walikota
85. 3. Operasional II a. Rekomendasi untuk IPB Dinas Pemadam Kebakaran 5 Tahun Asli b.
Rekomendasi untuk Pemasangan Alarm Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran 5 Tahun Asli
c. Rekomendasi untuk Pemasangan Pressurized Fan Dinas Pemadam Kebakaran 5 Tahun Asli
d. Rekomendasi Pembuangan Air Limbah / STP Dept. Pekerjaan Umum 3 Bulan Asli Dasar
Hukum: Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 220 Tahun 2010 tentang Perizinan
Pembuangan Air Limbah • Setiap orang atau badan hukum yang wajib Amdal atau UKL/UPL
dan semua dokumen lingkungan singkatnya, yang membuang air limbah ke perairan umum
wajib memiliki izin dari Gubernur • Untuk memperoleh izin, dilakukan melalui tahapan: a.
Pengajuan permohonan izin; b. Analisis dan evaluasi permohonan izin; dan c. Penetapan izin
85
86. f. Ijin Papan Reklame Dasar Hukum: Peraturan Daerah DKI Jakarta No 7 Tahun 2004
tentang Penyelenggaraan Reklame • Setiap penyelenggaraan reklame harus terlebih dahulu
mendapat izin tertulis penyelenggaraan reklame dari Gubernur dengan menunjuk satu
Dinas yang berkompeten. g. Pengesahan Pemasangan/ Pemakaian Mesin/ Motor Diesel
Dept. Tenaga Kerja Asli Dasar Hukum: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 19 Tahun
2008 tentang Tata Cara Perizinan Penggunaan Pesawat, Instalasi, Mesin, Peralatan, Bahan,
Barang dan Produksi Teknis Lainnya • Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala
daya upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan/atau pennyakit
akibat kerja. 86
87. Dasar Hukum Perindustrian: • Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang
Perindustrian • Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri •
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35/M- IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis
Kawasan Industri • Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 05/M- IND/PER/2/2014 Tahun
2014 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri dan Izin Perluasan Kawasan
Industri E. Kawasan Industri 87
88. 88 Bangunan Gedung: → lihat pada penjelasan halaman 3-5 Lingkungan: → lihat pada
penjelasan halaman 33 Lalu Lintas: → lihat pada penjelasan halaman 34
89. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiataan industri yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan
kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. A. Definisi 89
90. 1. Persetujuan Prinsip • Persetujuan Prinsip merupakan persetujuan awal terhadap
rencana investasi yang akan ditanamkan oleh calon investor. • Terdapat 2 hal yang dijadikan
pertimbangan persetujuan prinsip, yaitu: a. Bidang usaha; b. Ketersediaan lahan/kesesuaian
peruntukan lahan dengan kegiatan yang diajukan. B. Pre-Construction 90
91. Perusahaan Kawasan Industri yang telah memperoleh persetujuan prinsip paling lama 2
(dua) tahun, wajib telah: a. Memiliki izin gangguan (HO); → lihat pada penjelasan halaman
68 b. Memiliki izin lokasi; → lihat pada penjelasan halaman 6-9 c. Melaksanakan
penyediaan/penguasaan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Memiliki izin lingkungan; → lihat pada penjelasan halaman 41-42 91
92. e. Melakukan penyusunan rencana tapak tanah; f. Melakukan pematangan tanah; g.
Melaksanakan perencanaan dan pembangunan prasarana dan sarana penunjang serta
pemasangan instalasi/peralatan yang diperlukan dalam Kawasan Industri; h. Memiliki tata
tertib kawasan industri; dan i. Menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil, dan
menengah. 92
93. 2. Izin Peruntukan → lihat pada penjelasan halaman 12-13 3. Izin Usaha Kawasan
Industri Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Bupati/Walikota, atas permohonan Perusahaan Kawasan Industri yang telah dilengkapi
dengan beberapa syarat khususnya laporan kondisi lapangan untuk dapat dioperasikan dan
kegiatan pembangunan fisik sarana prasarana yang telah dilakukan. 93
94. 4. Analisa Dampak Lalu Lintas: → lihat pada penjelasan halaman 43-45 5. Persyaratan
Lain Menyediakan lahan bagi kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah minimal 2% dari
luas kaveling industri 94
95. C. Construction 1. Izin Pendahuluan → lihat pada penjelasan halaman 22-23 2. TPAK →
lihat pada penjelasan halaman 24 3. TPKB → lihat pada penjelasan halaman 25 4. TPIB →
lihat pada penjelasan halaman 26-27 5. IPTB → lihat pada penjelasan halaman 28 6. Izin
Mendirikan Bangunan → lihat pada penjelasan halaman 29-30 95
96. D. Post-Construction 1. Sertifikat Laik Fungsi → lihat pada penjelasan halaman 31 2.
Bukti Kepemilikan Bangunan → lihat pada penjelasan halaman 31 96
97. VI. Perhotelan Dasar Hukum • Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan • Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor
PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tahun 2013 tentang Standar Usaha Hotel • Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 6 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tahun 2013
tentang Standar Usaha Hotel • Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
PM86/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi 97
98. • Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 132 Tahun 2012 tentang Pendaftaran Usaha
Pariwisata 98
99. 99 Bangunan Gedung: → lihat pada penjelasan halaman 3-5 Lingkungan: → lihat pada
penjelasan halaman 33 Lalu Lintas: → lihat pada penjelasan halaman 34
100. A. Definisi • Hotel adalah penyediaan akomodasi secara harian berupa kamar- kamar di
dalam 1 (satu) bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum,
kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya. 100
101. B. Pre-Construction 1. Persyaratan Administratif 2. Persyaratan Teknik 3. Persyaratan
Ekologi 4. Persyaratan Lain 101
102. 1. Persyaratan Administratif a. Tanda Daftar Sementara Usaha Pariwisata (TDSUP)
Setiap usaha pariwisata yang memerlukan bangunan baru wajib memperoleh TDSUP dari
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. TDSUP hanya dipergunakan
sebagai dasar untuk mengurus SP3L, SIPPT, IMB, AMDAL/UKL-UPL, Izin Gangguan dan Tanda
Daftar Usaha Pariwisata (TDUP), dimana semua akan dijelaskan di halaman berikutnya. 102
103. b. Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) • TDUP adalah dokumen resmi yang
membuktikan bahwa usaha pariwisata yang dilakukan oleh pengusaha telah tercantum di
dalam Daftar Usaha Pariwisata. TDUP merupakan istilah baru menggantikan istilah
sebelumnya, yaitu izin usaha tetap pariwisata. • Permohonan pendaftaran usaha pariwisata
ditujukan kepada Bupati atau Walikota tempat usaha hotel berlokasi. • Untuk DKI Jakarta,
TDUP diajukan secara tertulis ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
Permohonan TDUP dapat dilakukan melalui loket pelayanan pendaftaran usaha pariwisata
atau melalui website. 103
104. c. Izin lokasi/SP3L → lihat pada penjelasan halaman 6-9 d. Keterangan Rencana Kota
(Advice Planning) → lihat pada penjelasan halaman 10-11 e. Izin Peruntukan/SIPPT → lihat
pada penjelasan halaman 12-13 f. Status Hak atas Tanah → lihat pada penjelasan halaman
14-16 104
105. 2. Persyaratan Teknis Persyaratan Struktur Bangunan Setiap bangunan gedung harus
memenuhi persyaratan fungsi utama bangunan. Fungsi bangunan gedung dapat
dikelompokkan dalam fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan
budaya,dan fungsi khusus. 3. Persyaratan Ekologi AMDAL/UKL-UPL → lihat pada penjelasan
halaman 41-42 105
106. 4. Persyaratan lain a. Analisa Dampak Lalu Lintas → lihat pada penjelasan halaman 43-
45 b. Izin Gangguan (HO) → lihat pada penjelasan halaman 68 106
107. C. Construction 1. Izin Pendahuluan → lihat pada penjelasan halaman 22-23 2. TPAK →
lihat pada penjelasan halaman 24 3. TPKB → lihat pada penjelasan halaman 25 4. TPIB →
lihat pada penjelasan halaman 26-27 5. IPTB → lihat pada penjelasan halaman 28 6. Izin
Mendirikan Bangunan → lihat pada penjelasan halaman 29-30 107
108. D. Post-Construction 1. Sertifikat Laik Fungsi → lihat pada penjelasan halaman 31 2.
Bukti Kepemilikan Bangunan → lihat pada penjelasan halaman 31 108
109. VII. Perkantoran Dasar Hukum Bangunan Gedung: → lihat pada penjelasan halaman 3-
5 Lingkungan: → lihat pada penjelasan halaman 33 Lalu Lintas: → lihat pada penjelasan
halaman 34 109
110. A. Pre-Construction 1. Persyaratan Administratif 2. Persyaratan Teknik 3. Persyaratan
Ekologi 4. Persyaratan Lain 110
111. 1. Persyaratan Administratif a. Izin lokasi/SP3L → lihat pada penjelasan halaman 6-9 b.
Keterangan Rencana Kota (Advice Planning) → lihat pada penjelasan halaman 10-11 c. Izin
Peruntukan/SIPPT → lihat pada penjelasan halaman 12-13 d. Status Hak atas Tanah → lihat
pada penjelasan halaman 14-16 111
112. 2. Persyaratan Teknis Persyaratan Struktur Bangunan Setiap bangunan gedung harus
memenuhi persyaratan fungsi utama bangunan. Fungsi bangunan gedung dapat
dikelompokkan dalam fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan
budaya,dan fungsi khusus. 3. Persyaratan Ekologi AMDAL/UKL-UPL → lihat pada penjelasan
halaman 41-42 112
113. 4. Persyaratan lain a. Analisa Dampak Lalu Lintas → lihat pada penjelasan halaman 43-
45 b. Izin Gangguan (HO) → lihat pada penjelasan halaman 68 c. Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik → lihat pada penjelasan halaman 59 113
114. B. Construction 1. Izin Pendahuluan → lihat pada penjelasan halaman 22-23 2. TPAK →
lihat pada penjelasan halaman 24 3. TPKB → lihat pada penjelasan halaman 25 4. TPIB →
lihat pada penjelasan halaman 26-27 5. IPTB → lihat pada penjelasan halaman 28 6. Izin
Mendirikan Bangunan → lihat pada penjelasan halaman 29-30 114
115. C. Post-Construction 1. Sertifikat Laik Fungsi → lihat pada penjelasan halaman 31 2.
Bukti Kepemilikan Bangunan → lihat pada penjelasan halaman 31 115
116. Leks&Co Menara Palma 17 Floor, Suite17-02B Jl. HR. Rasuna Said Blok X2 Kav.6
Kuningan, Jakarta 12950, Indonesia T. +62 21 5795 7550 F. +62 21 5795 7551
www.lekslawyer.com 116

Anda mungkin juga menyukai