Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia telah mengenal bangunan multi fungsi (mixed-use building) sejak tahun
1960. Perkembangan bangunan multi fungsi di Indonesia dipengaruhi oleh tidak teraturnya tata
ruang sehingga memerlukan alternatif untuk memperbaiki tata ruang yaitu dikembangkannya
bangunan yang berkonsep mixed-use building.

Bangunan multifungsi (Mixed-use Building) yang merupakan bangunan komersial menuntut


adanya aspek kenyamanan bagi pengunjungnya. Penggunaan energi terbesar dalam bangunan
multifungsi (Mixed-use Building) yaitu penggunaan unit pengkondisian udara, terlebih lagi di kota
kendari Sepanjang tahun, suhu biasanya bervariasi dari 23°C hingga 32°C dan jarang di
bawah 22°C atau di atas 34°C.oC menuntut suatu bangunan multifungsi.
Kota Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Indonesia yang diresmikan
sebagai kotamadya (kini kota) dengan UU RI No. 6 Tahun 1995 tanggal 27 September 1995. Kota ini
memiliki luas 296,000 km² (29.600 Ha). Berdasarkan jumlah penduduk Kota Kendari, kepadatan
penduduk Kecamatan dan Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Tahun 2014 sebanyak 162.043
jiwa, di tahun 2015 sebanyak 170.529 jiwa dan di Tahun 2016 sebanyak 181.103 jiwa. Dari data
tersebut Kota Kendari mengalami peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat setiap tahunnya
sehingga permintaan akan hunian penduduk mengalami peningkatan. (BPS. Kota Kendari, 2017)

Dengan dasar pemikiran diatas maka perancangan fisik bangunan berupa “multifungsi
(mixed-use building) di kota Kendari dengan Pendekatan Green Architecture” diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan akan fasilitas akomodasi dan Pariwisata dimana dalam rancangan
bangunannya selain memberikan rasa nyaman dan aman dalam bangunan juga dapat memberikan
solusi yang baik bagi permasalahan global warming untuk kelangsungan hidup makhluk hidup di
masa akan datang. perbaikan kualitas udara indoor, dan Mengurangi dampak lingkungan, misalnya,
berkurangnya penahan air run off dan efek rumah kaca.

B. RUMUSAN MASALAH

Pada rumusan masalah ini nantinya akan dibahas dan dicari solusinya. Pemecahan masalah
disesuaikan dengan kuantitas masalah. Berikut merupakan rumusan masalah, diantaranya:

1. Bagaimana merancang bangunan multi fungsi (mixed-use building) dengan


pendekatan konsep arsitektur hijau (Green arsitekture ) yang dapat mengurangi
penggunaan energi serta desain bangunan menjadi ramah lingkungan ?
C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dalam penulisan ini bagaimana merancang bangunan multi fungsi (mixed-use
building) dengan pendekatan konsep arsitektur hijau (Green arsitekture )

BAB II
PEMBAHASAN

A. Batasan teknis

1. Lokasi tanah

Lokasi yang dipilih untuk merancang bangunan mixed use berada di kecamatan kadia,
kadia adalah salah satu kecamatan / camat yang ada di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Melalui kantor kecamatan ini, warga dapat mengurus berbagai bentuk perizinan.
Beberapa perizinan yang sering dibuat terkait dengan penerbitan izin usaha mikro kecil
(IUMK), rekomendasi surat pengantar SKCK, surar keterangan domisili, surat izin menutup
jalan untuk pembangunan atau acara, pengesahaan surat keterangan miskin, dispensasi nikah,
rekomendasi dan pengesahaan permohonan cerai, belum nikah, dan nikah. Surat-surat lainnya
yang dapat diurus terkait perizinan tertentu seperti surat eksplorasi air tanah, penggalian mata
air, surat perubahan penggunaan tanah, waris, hingga wakaf. Ada banyak fungsi dan tugas lain
dari kantor kecamatan, segera kunjungi kantor kecamatan terdekat ini untuk informasi
layanan-layanan lainnya.

2. Luas tanah

Luas wilayah Kecamatan Kadia adalah 6,48 km2 yang terdiri dari


kelurahan, yaitu : Kelurahan Baruga, Kelurahan Lepo-Lepo,
Kelurahan Wundudopi, Kelurahan Watubangga
Berdasarkan uraian di atas dengan luasan wilayah kecamatan kadia ±
6,48 km2 maka luasan wilayah yang di butuhka untuk merancang bangunan
mixed use adalah ±

3. Peraturan mendirikan bangunan pada lokasi yang di rancang

Peraturan daerah kota Kendari ayat 1 tahun 3013 tentang retribusi


mendirikan bangunan

Bagian Ketiga Izin Mendirikan Bangunan


Pasal 5
(1) IMB ditandatangani oleh Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk.
(2) IMB berlaku selama bangunan yang dimintakan izin tidak mengalami perubahan
bentuk dan fungsinya.
(3) IMB pada bangunan yang berdiri diatas tanah sewa berlaku sampai masa sewa
berakhir, kecuali ada bukti perpanjangan masa sewa.
(4) Pemutakhiran data atas permohonan pemilik bangunan gedung dan/atau
perubahan non teknis lainnya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
(5) Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat membatalkan IMB apabila :
a. 4 (empat) tahun setelah berlakunya IMB, pemegang IMB belum
melaksanakan pekerjaannya;
b. pendirian bangunan tidak sesuai dengan izin atau ketentuan yang berlaku;
c. izin yang telah diberikan didasarkan pada keterangan-keterangan yang
keliru; dan
e. pembangunan menyimpang dari rencana dan syarat-syarat yang
disahkan.
(6) Pembatalan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberikan melalui
Keputusan Walikota dengan disertai alasan pembatalannya.
(7) Pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan setelah terlebih
dahulu ada pemberitahuan dan peringatan secara tertulis kepada Pemegang izin.
(8) Pemegang izin dapat mengajukan keberatan kepada Walikota terhadap
pembatalan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dalam jangka waktu selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterimanya pemberitahuan dan peringatan secara
tertulis.

Pasal 6

(1) Permohonan IMB ditolak apabila :


a. bangunan yang akan didirikan dinilai tidak memenuhi persyaratan
administrasi maupun teknis bangunan gedung;
b. bangunan akan didirikan di atas lokasi/tanah yang penggunaannya tidak
sesuai dengan tinjauan teknis tata ruang dan kajian lingkungan; dan
c. bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
(2) Penolakan permohonan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan
secara tertulis dengan menyebutkan alasan penolakannya.

Pasal 7

IMB dikecualikan dalam h al:


a. merawat/memperbaiki bangunan dengan tidak meru bah denah,
konstruksi maupun arsitektur bangunan semula yang telah diizinkan;
b. mendirikan bangunan yang tidak permanen untuk memelihara binatang
jinak atau taman dengan syarat-syarat sebagai berikut: 1) ditempatkan di halaman
belakang; dan 2) luas tidak melebihi 10 (sepuluh) meter persegi dan tingginya tidak
lebih dari 2 (dua) meter.
c. mendirikan bangunan yang sifatnya sementara paling lama 1 (satu) bulan
dan dipergunakan untuk pameran, perayaan atau pertunjukan;
d. mendirikan dan memperbaiki pagar permanen yang dibuat dari kayu, besi
atau tembok yang tingginya tidak lebih dari 1 (satu) meter dari permukaan tanah;
e» memperbaiki pondasi untuk mesin-mesin dalam gedung;
f. membuat kolam hias, taman dan patung-patung, tiang bendera di halaman
pekarangan rumah;
g. mendirikan perlengkapan bangunan yang pendiriannya telah berizin.

Pasal 8

Setiap orang atau badan dilarang mendirikan bangunan apabila :


a. tidak memiliki IMB;
b. menyimpang dari ketentuan-ketentuan dan/atau syarat-syarat dalam IMB;
c. menyimpang dari rencana pembangunan yang ditetapkan dalam IMB;
d. mendirikan bangunan diatas tanah orang lain tanpa izin pemiliknya atau
kuasanya yang sah.

B. Batasan perancangan

Batasan perancangan selalu memperhatikan prinsip – prinsip arsitrktur hijau,serta


memperhatikan pembahasan yang telah di uraikan di atas.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Negara Indonesia telah mengenal bangunan multi fungsi (mixed-use building) sejak tahun 1960.
Perkembangan bangunan multi fungsi di Indonesia dipengaruhi oleh tidak teraturnya tata ruang
sehingga memerlukan alternatif untuk memperbaiki tata ruang yaitu dikembangkannya bangunan
yang berkonsep mixed-use building.

Arsitektur hijau merupakan suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau berkelanjutan, elemen-elemen yang terdapat
didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya.

Tujuan utama dari green architecture  adalah menciptakan eco desain, arsitektur


ramah lingkungan, arsitektur alami dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau dapat
diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan
yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur hijau meliputi
tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan bangunan.

Anda mungkin juga menyukai