Anda di halaman 1dari 8

Format KAK dan RAB sesuai PMK Nomor

232/PMK.02/2020

11

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE


KEGIATAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN BIDANG TANAH
DENGAN LUASAN KURANG DARI 10 Ha

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan


Nasional
Unit Eselon I Pengusul : Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan
Program : Pengelolaan Pertanahan Nasional
Hasil : Peta Bidang Tanah dengan luasan kurang dari 10 Ha
Unit Eselon II/Satker : Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng
Kegiatan : Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah
Indikator Kinerja Kegiatan : Terukur dan Terpetakannya Batas Bidang Tanah
Jenis Keluaran (Output) dan Satuan Ukur : Jumlah Bidang Tanah yang Ditetapkan Batasnya (Bidang)
Volume : 8.400 Bidang
Suboutput/ Kategori : Pengukuran bidang tanah
Klasifikasi Rincian Output (KRO) : 6413.BAH Pelayanan Publik Lainnya
Rincian Output (KRO) : 6413.BAH.003 Layanan Pengukuran Bidang Tanah Luas <
10 Ha (Kantah)

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan
Kegiatan Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dilaksanakan berdasarkan :
a. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Pokok Agraria;
a. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria
dan Tata Ruang;
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 48 tahun 2020 tentang Badan Pertanahan
Nasional;
c. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 23
tahun 2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
d. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 4 tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 38 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan;
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 2021 tentang Pendaftaran
Tanah;

1
f. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun
2021 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.;
g. Petunjuk Teknis Pendaftaran Tanah Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 materi Pengukuran dan Pemetaan;
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 128 Tahun 2015 jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan
Pertanahan Nasional;
i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 51/PMK.02/2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.02/2010 tentang Indeks dalam Rangka
Penghitungan Penetapan Tarif Pelayanan PNBP Pada Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia;
j. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 tentang Persetujuan
Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Badan Pertanahan
Nasional.

2. Gambaran Umum
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
dan Kantor Pertanahan, Kantor Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
dan fungsi Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
Dalam menyelenggarakan tugas, Kantor Pertanahan mempunyai fungsi:
a) penyusunan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan tugas
pertanahan;
b) pelayanan, perijinan, dan rekomendasi di bidang pertanahan;
c) pelaksanaan survei, pengukuran, dan pemetaan dasar, pengukuran, dan pemetaan
bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik, dan survei potensi tanah;
d) pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, dan penataan
pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan wilayah tertentu;
e) pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah, pemeliharaan
data pertanahan dan administrasi tanah aset pemerintah;
f) pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan
tanah kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat;
g) penanganan konflik, sengketa, dan perkara pertanahan;
h) pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah;
i) pengelolaan Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS);
j) pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat, pemerintah dan
swasta;
k) pengkoordinasian penelitian dan pengembangan;
l) pengkoordinasian pengembangan sumberdaya manusia pertanahan;
m) pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana,
perundang-undangan serta pelayanan pertanahan.

2
Dalam rangka pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi tersebut dan berdasarkan PMNA
Nomor 3 Tahun 1997, Kantor Pertanahan mempunyai kewenangan untuk melaksanakan
kegiatan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah dengan luasan kurang dari 10
Hektar. Kegiatan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang dilaksanakan oleh
Kantor Pertanahan dapat berupa kegiatan yang dibiayai oleh negara melalui Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (Rupiah Murni) atau dibiayai oleh masyarakat melalui
permohonan rutin yang diterima oleh Kantor Pertanahan. Yang menjadi persamaan dari
kegiatan dari dua sumber pembiayaan ini adalah bahwa kegiatan survei, pengukuran dan
pemetaan bidang tanah dilaksanakan dalam rangka pendaftaran tanah. Produk terakhir dari
kegiatan pendaftaran tanah adalah sertipikat tanah yang harus diserahkan kepada masyarakat
atau badan hukum sebagai pemohon.
Sebagai satu kegiatan dari serangkaian kegiatan pendaftaran tanah, kegiatan survei,
pengukuran dan pemetaan bidang tanah menghasilkan output antara yang selain harus bisa
dipertanggungjawabkan kepada pemohon, output tersebut harus dapat digunakan sebagai
bahan untuk melanjutkan rangkaian kegiatan pendaftaran tanah selanjutnya oleh bagian lain.
Output antara dimaksud adalah Peta Bidang Tanah, yang setelah dilakukan proses
pemeriksaan tanah dan pendaftaran hak akan menjadi output terakhir adalah Surat Ukur.

B. Penerima Manfaat
C. Strategi Pencapaian Keluaran (Output)
1) Metode Pelaksanaan
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dengan luasan
kurang dari 10 Hektar dan dalam rangka efisiensi serta efektifitas pekerjaan, maka
pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dapat dilakukan dengan dua cara :
a) Swakelola, dimana kegiatan pengukuran dilaksanakan oleh petugas ukur Kantor
Pertanahan setempat
2) Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan pekerjaan secara garis besar dapat dilihat pada flowchart berikut :

3
4
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Bidang tanah metode swakelola terdiri
dari :
a) Persiapan
Tahapan persiapan kegiatan pengukuran dan pemetaan, meliputi :
1. Pemeriksaan kelengkapan berkas permohonan
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah mulai dari penerimaan berkas
permohonan di loket pelayanan, pemeriksaan kelengkapan berkas permohonan
pengukuran, sampai dengan pemberian disposisi bahwa berkas permohonan telah
lengkap dan dapat ditindaklanjuti. Pemeriksaan bekas didasarkan pada Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
dan Pengaturan Pertanahan.
2. Pembukuan/entry data Permohonan (DI 302)
Setelah berkas diterima dan dicek kelengkapannya
3. Penelitian Dokumen, penyiapan data dan peta
Petugas yang terlibat dalam tahapan ini adalah dari petugas yang ditunjuk sampai
dengan Kepala Kantor yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan produk
pelayanan nantinya.
Berdasarkan PMNA Nomor 3 Tahun 1997, setelah petugas pengukuran menerima
perintah pengukuran, maka segera melakukan persiapan sebagai berikut :
a. memeriksa tersedianya sarana peta seperti peta pendaftaran atau peta dasar
pendaftaran atau peta lainnya pada lokasi yang dimohon;
b. merencanakan pengukuran di atas peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran
atau peta-peta lainnya yang memenuhi syarat, apabila tanah yang dimohon
belum mempunyai gambar situasi/surat ukur;
c. dalam hal tidak terdapat peta pendaftaran atau peta dasar pendaftaran atau peta
lain yang memenuhi syarat, maka segera disiapkan perencanaan pembuatan peta
pendaftaran;
d. memeriksa tersedianya titik dasar teknik disekitar bidang tanah yang dimohon;
e. dalam hal tidak terdapat titik dasar teknik di sekitar bidang tanah yang akan
diukur, meminta kepada pemohon untuk menyiapkan tugu titik dasar teknik
minimal 2 (dua) buah dan bentuknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(4).
f. apabila kegiatan pengukuran bidang tanah diperlukan, mengadakan persiapan-
persiapan, seperti menyiapkan formulir-formulir untuk pengukuran seperti
gambar ukur, formulir pengukuran poligon,;
g. memberikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon mengenai waktu
penetapan batas dan pengukuran.
Bahan yang dibutuhkan adalah :ATK, Fotocopy bahan pendukung, biaya jasa petugas
administrasi
Dana yang dibutuhkan :
 Belanja bahan
 Belanja Barang Non Operasional Lainnya

5
b) Pelaksanaan
Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan memenuhi persyaratan baik teknis maupun
administrasi, maka perlu dilakukan pemeriksaan hasil pengukuran. Pemeriksaan meliputi kualitas :
a. Pemeriksaan administrasi pengukuran meliputi : surat tugas pengukuran, pemeriksaan
DI 302,305,pemeriksaan alas hak, dll.
b. Pemeriksaan/Koreksi/Verifikasi Data Ukur termasuk Gambar Ukur dan kelengkapan
informasi di dalamnya.
c. Pemeriksaan/ Koreksi/Verifikasi Peta Bidang Tanah dan Peta Pendaftaran.
d. Pemeriksaan/Koreksi/Verifikasi Pembuatan Surat Ukur
e. Pemeriksaan/Koreksi/Verifikasi Pemetaan Indeks Grafis

Peralatan yang dibutuhkan adalah :


a. Software Pemetaan
b. Komputer
c. ATK
Biaya yang dibutuhkan : biaya jasa pemeriksa (Honor yang terkait dengan output)

Pengesahan Peta Bidang / Surat Ukur


Setelah dilakukan kontrol kualitas, Peta Bidang dan Surat Ukur disahkan oleh Kepala Seksi
Survei, Pengukuran dan Pemetaan serta Kepala Kantor Pertanahan.
Biaya yang dibutuhkan : biaya jasa pemeriksa, biaya jasa tim validasi (Honor yang terkait
dengan output)

1. Pelaporan
a. Pembukuan Hasil Dan Penyimpanan Warkah (di Kantor Pertanahan)
Seluruh berkas warkah pengukuran dari mulai permohonan hingga penyajian hasil baik
soft copy maupun hard copy disimpan dalam Lemari khusus Penyimpanan Warkah dan
dilakukan update database yang tersedia di KKP web dan di Kantor Pertanahan.
b. Penyerahan Hasil
Hasil yang disajikan adalah :
 Peta Bidang Tanah
 Surat Ukur
 Daftar PBT, Daftar Peta Pendaftaran, Daftar SU
 Daftar Tanah
Hasil yang diserahkan kepada pemohon adalah Peta Bidang Tanah dan Surat Ukur yang
dibuktikan dengan Tanda Terima Berkas.
Setelah pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah selesai dilakukan, baik Kantor
Pertanahan maupun pihak ketiga wajib membuat laporan fisik dan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban. Laporan dibuat setiap bulan dan pada tiap triwulan.

Analisis Resiko
Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah merupakan awal dari serangkaian kegiatan
pelayanan pertanahan yang wajib dilaksanakan. Seperti telah diuraikan sebelumnya, tujuan dari
kegiatan pengukuran dan pemetaan ini adalah untuk memberikan kepastian letak, luas serta
posisi yang tepat diperlukan untuk kegiatan sertipikasi bidang tanah. Mengingat bahwa

6
kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah merupakan satu kegiatan dalam rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka sertipikasi bidang tanah, maka apabila kegiatan
pengukuran dan pemetaan bidang tanah tidak dijalankan, akan terjadi bottleneck terhadap
pelayanan sertipikasi bidang tanah.
Selain itu, kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah harus dilaksanakan pada awal
kegiatan sertipikasi bidang tanah. Rangkaian sub-kegiatan yang telah diuraikan diatas
merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pengukuran dan
pemetaan. Oleh karena itu kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah memerlukan
dukungan perencanaan dan penganggaran kegiatan agar rangkaian sub-kegiatan tersebut dapat
dilaksanakan sejak awal tahun anggaran pelaksanaan kegiatan pelayanan pertanahan.
Identifikasi risiko dilaksanakan di awal (perencanaan), dengan melaksanakan identifikasi
tahapan-tahapan kegiatan yang tertuang dalam TOR kegiatan beserta unit kerja pelaksana
kegiatan.

No Titik Kritis Tahapan Jenis Potensi Penyebab Resiko Dampak


Pelaksanaan Kegiatan Resiko
1 Pelaksanaan Tertundanya  Anggaran dan POK yang Mundurnya
Pengukuran lapangan penerbitan belum siap Pelaksanaan
gambar ukur  Satuan anggaran yang Sertipikasi tanah
dan penerbitan tidak memberikan celah
Surat Ukur untuk dapat
dilaksanakan oleh pihak
ketiga

2 Pelaksanaan Tertundanya Anggaran dan POK yang Mundurnya


Pengolahan Data penerbitan PBT, belum siap Pelaksanaan
Peta Sertipikasi tanah
Pendaftaran dan
Surat Ukur

D. Waktu Pencapaian Keluaran (Output)


Keluaran (output) dari kegiatan ini akan dicapai dalam 1 (satu) tahun anggaran 2023.

7
E. Biaya Yang Diperlukan
Biaya yang diperlukan dalam kegiatan ini meliputi pengeluaran untuk :
1. Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi
2. Belanja Bahan
3. Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Kegiatan Layanan Pengukuran Bidang Tanah Luas Kurang dari 10 Ha dibebankan pada DIPA
Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng TA 2023 menargetkan sebanyak 8.400 bidang dengan
anggaran sebesar Rp. 1.034.692.000,- (Satu milyar tiga puluh empat juta enam ratus sembilan
puluh dua ribu rupiah).

Singaraja, 15 Juli 2022


Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Buleleng,

Ir. I Komang Wedana, M.Sc.


NIP. 19641027 199403 1 001

Anda mungkin juga menyukai