Anda di halaman 1dari 11

Format KAK dan RAB sesuai PMK Nomor

71/PMK.02/2013

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE


OUTPUT PETA BIDANG TANAH NON SISTEMATIS
TAHUN ANGGARAN 2023

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan


Nasional
Unit Eselon I Pengusul : Direktorat Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan
dan Ruang
Program : Pengelolaan Pertanahan Nasional
Hasil : Gambar Ukur, Peta Bidang Tanah dan Informasi
Pertanahan
Unit Eselon III/Satker : Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng
Kegiatan : Kegiatan Penyelenggaraan Pengembangan Infrastruktur
Keagrariaan di Daerah
Indikator Kinerja Kegiatan : Terukur ,Terpetakannya dan tersedianya Pembaruan
Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan
Jenis Keluaran (output)/Satuan Ukur : Peta Bidang Tanah Kota Lengkap/Bidang
Volume : 5 Bidang
Klasifikasi Rincian Output (KRO) : 6314.QAA Pelayanan Publik kepada Masyarakat
Rincian Output (KRO) : 6314.QAA.U65-U69 PBT Non Sistematis

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan
Dasar hukum kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematik lengkap adalah
sebagai berikut :
a. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
b. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
c. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
d. Undang-undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
e. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2021 tentang Pendaftaran Tanah;
f. Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang
g. Peraturan Presiden No. 48 tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional;
h. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia No. 7 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah;
i. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
23 tahun 2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
j. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata

1
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor
Kadaster Berlisensi;
k. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 38 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan
Kantor Pertanahan;
l. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap;
m. Petunjuk Teknis Pengukuran dan pemetaan Bidang Tanah Sistematis Lengkap Nomor
: 01/JUKNIS-100.Hk.02.01/I/2021 tanggal 4 Januari 2021.

2. Gambaran Umum
Pasal 19 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (UUPA) menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah
diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang jo Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional jo.
Keputusan Presiden Nomor 121/P/2014 tentang Pembentukan Kementerian dan
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019, ditugaskan untuk
melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan termasuk kegiatan Program
Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap bertanggungjawab kepada Kementerian Koordinator
Bidang Ekonomi.

Kegiatan Program Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap yang dilaksanakan sejak tahun
1981 merupakan kegiatan pendaftaran tanah pertama kali dalam rangka penerbitan
sertipikat hak atas tanah sebagai surat tanda bukti hak yang diperuntukkan bagi Warga
Negara Indonesia atau badan hukum/lembaga sosial dan keagamaan.

Dengan diberikan tanda bukti hak (sertipikat) atas bidang tanah kepada Warga Negara
Indonesia atau badan hukum/lembaga sosial dan keagamaan akan memberikan jaminan
kepastian hukum hak atas tanah sehingga dapat meminimalisir terjadinya permasalahan
agraria (sengketa, konflik dan perkara pertanahan), meningkatkan nilai aset serta dapat
dijadikan jaminan pinjaman ke Bank untuk menambah modal kegiatan usaha sehingga
pensertipikatan tanah secara massal melalui Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
merupakan salah satu kegiatan pertanahan yang mendapat tanggapan positif dari
masyarakat.

Untuk lebih meningkatkan pencapaian penyelesaian target tepat waktu dan tepat sasaran
serta untuk mencapai hasil yang optimal kinerja dan keuangan dalam rangka percepatan
pendaftaran tanah, maka kegiatan pensertipikatan Pendaftaran Tanah Sistematik
Lengkapdilaksanakan melalui pendaftaran tanah sistematik lengkap. Melalui pendaftaran
tanah sistematik lengkap, selain pendaftaran tanah pertama kali secara serentak,
dilaksanakan pula pemutakhiran data dan Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum
Terpetakan. Melalui Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkapdiharapkan diperoleh Peta

2
Bidang Tanah beserta Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakannya secara
lengkap dan utuh desa demi desa atau kelurahan demi kelurahan. Salah satu tahapan dalam
kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkapa dalah pengukuran dan pemetaan bidang
tanah yang dilaksanakan secara sistematik lengkap mengelompok dalam satu wilayah
desa/kelurahan lengkap.

Dalam rangka mewujudkan pemetaan kota lengkap dimana sebagian besar bidang tanahnya
telah terdaftar (minimal 80%) maka dilakukan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
bidang belum terdaftar guna melengkapi pemetaan seluruh bidang tanah dalam suatu
wilayah kota/kabupaten. Pengukuran dan pemetaan bidang tanah ini dilakukan secara
sporadik guna melengkapi seluruh bidang tanah agar terpetakan.

B. Penerima Manfaat
Manfaat terdaftarnya bidang-bidang tanah, antara lain:
1. Internal Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Tersedianya data bidang-bidang tanah yang terpetakan sebagai dasar dalam pendaftaran
tanah, redistribusi tanah, pengadaan tanah, penyediaan data untuk penyelesaian sengketa
pertanahan serta pemetaan tematik berbasis bidang tanah.

2. Eksternal Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN


Bagi para stakeholder terkait adalah membantu penyediaaan data spasial bidang tanah
untuk pendataan pajak, kepastian Asset BMN terkait dengan tanah, pertanian, perkebunan,
perpajakan, serta mendukung pemetaan dalam rangka one map policy.
Bagi masyarakat dengan telah diterbitkannya Peta Bidang Tanah maka diperoleh kepastian
letak, bentuk dan luas bidang tanah yang dimiliki masyarakat sebagai dasar penerbitan
sertipikat hak atas tanah yang dikuasai sehingga masyarakat tersebut tersedia akses
permodalan atau sumber-sumber ekonomi lainnya yang bermanfaat bagi penambahan
modal usaha.

C. Strategi Pencapaian Keluaran (Output)


1) Metode Pelaksanaan
Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan pada prinsipnya merupakan kegiatan pendaftaran
tanah pertama kali dalam rangka penerbitan sertipikat hak atas tanah yang diperuntukkan
untuk Warga Negara Indonesia atau badan hukum/lembaga sosial dan keagamaan. Adapun
ruang lingkup Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap meliputi :
1. Penetapan Lokasi;
2. Penyuluhan;
3. Pengumpulan Data/alat bukti/alas hak;
4. Pengukuran Bidang Tanah;
5. Pemeriksaan Tanah;
6. Pengumuman, dalam hal bekas tanah milik adat;
7. Penerbitan SK Hak/Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis
8. Penerbitan Sertipikat;
9. Penyerahan Sertipikat.

3
Kegiatan pengukuran bidang tanah adalah kegiatan mengumpulkan data fisik bidang tanah
yang meliputi :
1. Penyuluhan
2. Penetapan batas bidang tanah,
3. Pengukuran batas bidang tanah,
4. Pemetaan bidang tanah, dan
5. Menjalankan prosedur dan memasukkan data dan informasi yang berkaitan dengan data
fisik bidang tanah di aplikasi KKP dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang pengukuran dan Pemetaan bidang tanah.

2) Tahapan dan Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Bidang tanah Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap Sistematik Lengkap yaitu untuk bidang tanah belum terdaftar.
Kemampuan petugas ukur untuk melaksanakan Pengukuran bidang tanah dan pengumpulan
Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan adalah 5,88 bidang tanah per hari.
Hasil yang diperoleh adalah Gambar Ukur, Peta Bidang Tanah dan Daftar Tanah.
Pengukuran dan pemetaan bidang tanah Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
dilaksanakan setelah desa/kelurahan atau nama lain yang setingkat tersebut ditetapkan
menjadi lokasi Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap. Dalam menetapkan lokasi sebaiknya
mempertimbangkan ketersediaan Peta Dasar untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Selain itu, agar dapat dicapai pemetaan lengkap desa demi desa, maka dalam
penetapan lokasi wajib memperhatikan seluruh bidang tanah dalam satuan wilayah
desa/kelurahan tersebut dapat diukur dan dipetakan secara lengkap.
Peta dasar dapat berupa Peta foto udara (dari wahana pesawat udara atau Unmanned Aerial
Vehicle (UAV)/drone), Citra satelit resolusi tinggi (CSRT) atau peta garis. Apabila foto udara
atau CSRT yang akan digunakan masih berupa data mentah (raw data) maka perlu dikoreksi
secara geometrik terlebih dahulu. Apabila peta dasar belum tersedia, pembuatan peta dasar
bisa dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengukuran dan/atau pemetaan bidang tanah.
Prinsip dasar pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah harus memenuhi kaidah-kaidah teknis pengukuran dan pemetaan
sehingga bidang tanah yang diukur dapat dipetakan dan dapat diketahui letak, batas dan
luas di atas peta serta dapat direkonstruksi batas-batasnya di lapangan.

4
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Bidang tanah Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap Sistematik Lengkap :
Tahapan pekerjaan secara garis besar dapat dilihat pada flowchart berikut :

Pengukuran Bidang Tanah Belum Terdaftar

Ketersediaan Peta Dasar Metode pelaksanaan Petugas pelaksana


Pendaftaran pengukuran dan pemetaan pengukuran dan
Peta Foto Udara bidang tanah pemetaan bidang tanah
Metode terestrial Petugas ukur
Peta Citra Satelit Kementerian
Resolusi Tinggi Metode fotogrametris
ATR/BPN
(CSRT)
Metode pengamatan satelit
Kantor Jasa Surveyor
Peta garis Kadastral Berlisensi
Metode kombinasi
terrestrial, fotogrametris (KJSKB)
dan/atau pengamatan
Surveyor Kadastral
satelit
Berlisensi (SKB)

Proses pengukuran bidang tanah

Penyuluhan
Persiapan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
Pemasangan tanda batas bidang tanah
Penunjukan tanda batas bidang tanah
Penetapan batas bidang tanah

Pelaksanaan pengukuran batas bidang tanah


Transformasi Koordinat
Pemetaan bidang tanah
Pengumpulan Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar
belum Terpetakan
Entri data dan integrasi pada KKP

Pengumuman

Kendali Mutu kegiatan pengukuran dan


pemetaan bidang tanah sistematik
lengkap

Pelaporan

5
Obyek pengukuran dan pemetaan bidang tanah Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
adalah seluruh bidang tanah yang belum terdaftar maupun telah terdaftar yang ada dalam
satu atau bagian dari desa/ Kelurahan secara lengkap.
A. Penyuluhan Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah
Penyuluhan adalah kegiatan sosialisasi untuk memberikan informasi lengkap tentang
kegiatan PTSL. Kehadiran pada kegiatan ini merupakan langkah awal bentuk partisipasi
masyarakat dalam mendukung kegiatan PTSL di wilayah tersebut. Penyuluhan
dilakukan oleh Kantor Pertanahan beserta Panitia Ajudikasi PTSL (Satgas Fisik dan
Satgas Yuridis), termasuk dengan SKB jika pekerjaan pengukuran dilaksanakan oleh
Pihak Ketiga. Output dari kegiatan ini berupa Berita Acara Hasil Penyuluhan.

B. Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah


a) Persiapan kegiatan pengukuran dan pemetaan
Tahapan persiapan kegiatan pengukuran dan pemetaan, meliputi :
1) Inventarisasi sebaran Titik Dasar Teknik (TDT) atau base station (jika
menggunakan metode CORS) sebagai titik pengikatan,
2) Inventarisasi bidang tanah terdaftar dan/atau belum terdaftar,
3) Koordinasi dan sosialisasi dengan instansi lain, perangkat desa, dan
masyarakat,
4) Inventarisasi ketersediaan data pendukung,
5) Penyiapan peralatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah, atau
6) Penyediaan peta kerja.
b) Pemasangan tanda batas bidang tanah oleh pemilik tanah atau kuasanya.
Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan apabila dianggap
perlu juga pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut.
Untuk sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh benda-
benda yang terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu
patok penguat pagar kawat, tidak harus dipasang tanda batas. Bahan, bentuk,
ukuran serta kontruksi tanda-tanda batas sesuai Pasal 22 PMNA No. 3 Tahun
1997.
c) Penunjukan tanda batas bidang tanah oleh pemilik tanah/kuasanya. Dalam hal
pengukuran dan atau pemetaan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkapsistematik
lengkap, penunjukan batas dapat diwakili oleh perangkat
desa/kelurahan/kampung atau ketua RT, RW, kepala dusun atau nama lainnya.
d) Pelaksanaan
1. Pengukuran Lapangan
Setelah penetapan batas dan pemasangan tanda-tanda batas selesai
dilaksanakan, maka dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang-
bidang tanah. Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkapsistematik lengkap dapat dilaksanakan
dengan menggunakan metode pengukuran terestrial, fotogrametris,
pengamatan satelit atau kombinasi dari ketiga metode tersebut.
Pada tahapan pengukuran ini dilaksanakan oleh Koordinator dan Petugas Ukur
dengan dibantu oleh 2 (dua) orang Pembantu Ukur lokal di lapangan. Tugas
petugas pengukuran adalah sebagai berikut :

6
a. melaksanakan pengukuran bidang tanah berdasarkan penetapan batas
yang disepakati oleh pemilik tanah yang berbatasan;
b. membuat gambar ukur;
c. waktu maksimal yang dibutuhkan untuk penyelesaian pengukuran dan
pemetaan bidang tanah adalah 12 (dua belas) hari kerja.
d. apabila terjadi kendala pengukuran di lapangan, dibuat berita acara
antara petugas ukur dengan pemohon.
Peralatan yang dibutuhkan adalah :
a. Alat pengukur jarak (Meteran, EDM)
b. Theodolit Digital
c. Total Station
d. Software Pengukuran dan Pemetaan
e. Komputer atau Laptop
Adapun tahapan kegiatannya, terdiri dari :
a. Survei Pendahuluan
Untuk dapat melakukan pengikatan, maka perlu dilakukan Orientasi ke
tugu KDKN Orde 3 terdekat dan perlu dilakukan Orientasi Situasi serta
Orientasi Batas Bidang Tanah.
b. Pengikatan KDKN dan Bentang Alam
Titik-titik batas bidang tanah perlu dilakukan pengikatan ke KDKN
terdekat sebelum dilakukan pengukuran bidang tanah.
c. Pengukuran Batas Bidang Tanah
Pengukuran batas bidang tanah dilakukan untuk menentukan letak
geografis bidang tanah, untuk menentukan bentuk geometris, luas,
situasi bidang tanah, dan terutama untuk mendapatkan data ukuran
bidang tanah sebagai unsur pengembalian batas-batas apabila karena
sesuatu hal batas-batas bidang tanah tersebut hilang. Selain dilakukan
pengukuran bidang tanah juga dilakukan pembuatan toponimi untuk
penamaan situasi pada bidang tanah tersebut seperti detil alam, dll. Pada
tahapan ini juga dilakukan pengolahan data sementara dalam rangka
pembuatan Gambar Ukur.
d. Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan
Dalam rangka menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap
pada Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap perlu dilakukan Pembaruan
Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan dalam satu desa/kelurahan
yang menjadi obyek pengukuran dan/atau pemetaan bidang tanah
sistematik lengkap.
Kegiatan Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan berlaku
untuk bidang tanah yang sudah bersertipikat maupun bidang tanah yang
belum bersertipikat.
Pembaruan data dilakukan sebagai kegiatan peningkatan kualitas data
untuk mendukung pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
sistematik lengkap. Kegiatan pengumpulan informasi tersebut
diantaranya meliputi :

7
1) Informasi toponimi (nama-nama obyek penting di lapangan seperti
tempat ibadah, perkantoran, sekolahan, pasar, obyek wisata dll)
2) Informasi nama jalan, RT/RW, sungai, saluran
3) Informasi penggunaan tanah dan atau pemanfaatan tanah
4) Informasi NIB terhadap bidang tanah sertipikat yang belum
mempunyai NIB
5) Informasi peta koordinat TM30 terhadap bidang tanah sertipikat
yang masih berkoordinat lokal
6) Informasi nama desa/kelurahan yang baru apabila ada pemekaran
wilayah desa/kelurahan lama
7) Informasi nilai tanah dan/atau informasi tambahan lain yang
diperlukan.
e. Pembuatan Gambar Ukur
 Gambar ukur (DI. 107) pada prinsipnya adalah dokumen yang
memuat data hasil pengukuran bidang tanah yang berupa jarak,
sudut, azimuth, nilai koordinat maupun gambar bidang tanah dan
situasi sekitarnya. Selain data-data tersebut di atas juga dicantumkan
keterangan-keterangan lain yang mendukung untuk memudahkan
dalam penatausahaan gambar ukur. Catatan-catatan pada gambar
ukur harus dapat digunakan sebagai data rekonstruksi batas bidang
tanah apabila karena sesuatu hal titik-titik batas yang ada di
lapangan hilang. Penggunaan gambar ukur tidak terbatas pada satu
bidang tanah saja, tetapi dapat sekaligus beberapa bidang tanah
dalam satu formulir gambar ukur (khusus dalam rangka pendaftaran
sistematik atau massal).
 Gambar Ukur dapat dibuat sesuai dengan format kertas standar A4,
A3, A0 atau dengan format lainnya yang dapat memuat beberapa
bidang tanah dengan ketebalan seperti karton manila.
 Batas-batas bidang tanah harus dipetakan/digambarkan pada
gambar ukur.
 Gambar Ukur yang dihasilkan dengan metode terestris harus
mencantumkan panjang sisi, sudut, dan/atau koordinat bidang tanah
hasil ukuran di lapangan. Sedangkan Gambar Ukur yang dihasilkan
dari metode fotogrametris dengan deliniasi harus mencantumkan
koordinat titik batasnya dan/atau ukuran panjangan sisi bidang
tanah hasil pengukuran di lapangan dan hasil deliniasi.
 Gambar ukur hasil pengukuran fotogrametris terdiri dari formulir
gambar ukur dan peta kerja hasil deliniasi yang telah ditandatangai
oleh Petugas Ukur atau oleh Surveyor Kadaster Berlisensi.
 Gambar ukur yang dihasilkan dengan cara pengukuran teristris dan
atau pengamatan satelit yang data ukurannya dalam bentuk digital
(GPS, dll ), terdiri dari formulir gambar ukur dan print out hasil
hitungan dan hasil plotting bidang tanah.
 Gambar Ukur hasil dari kegiatan pengukuran dan/atau pemetaan
bidang tanah sistematik lengkap harus dilengkapi dengan tanda

8
tangan dari pemilik/kuasa sebagai penunjuk batas dan diketahui oleh
aparat Desa/Kelurahan untuk memenuhi azas kontradiktur
delimitasi.
 Tanggal Pengukuran diisi dengan tanggal pada saat pengukuran.

2. Pemetaan Bidang Tanah


Pada tahapan ini dilaksanakan di kantor oleh Petugas Ukur. Adapun alat yang
dibutuhkan adalah :
a. Software Pengukuran dan pemetaan
b. Komputer
Pemetaan bidang tanah adalah proses pengolahan data dan penggambaran
bidang tanah yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang untuk keperluan pendaftaran tanah. Proses pemetaan bidang
tanah dilakukan secara digital menggunakan aplikasi Autodesk Map (AutoCAD)
dan aplikasi Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP). Setiap bidang tanah
yang dipetakan harus diberi Nomor Identifikasi Bidang (NIB). Pemberian NIB
dilakukan pada saat bidang-bidang tanah tersebut diplot di atas Peta Dasar
Pendaftaran secara digital.
Kegiatan Pemetaan Bidang-bidang Tanah meliputi:
a. Pembuatan Peta Bidang Tanah.
1) Peta bidang tanah adalah hasil pemetaan 1 (satu) bidang tanah atau
lebih pada lembaran kertas dengan suatu skala tertentu yang batas-
batasnya telah ditetapkan dan digunakan untuk pengumuman data
fisik bidang tanah.
2) Peta Bidang Tanah dibuat untuk setiap satuan wilayah
desa/kelurahan (satu RT atau beberapa RT). Gambar bidang-bidang
tanah harus menggambarkan seluruh bidang-bidang tanah pada
satuan wilayah yang telah ditentukan dengan menyesuaikan data
geografis yang ada (misalnya jalan, sungai dan lain-lain ) dan disertai
NIB.
3) Peta Bidang Tanah merupakan produk hasil pengukuran fisik bidang-
bidang tanah di lapangan yang menggambarkan kondisi fisik bidang-
bidang tanah mengenai letak batas dan luas bidang tanah
berdasarkan penunjukan batas oleh pemilik tanah atau yang
dikuasakan pada saat dilakukan pengukuran pengukuran.
4) Peta Bidang Tanah bukan merupakan tanda bukti/alas hak bidang
tanah seseorang, hanya digunakan untuk bahan pengumuman dalam
rangka penerbitan sertipikat hak atas tanah. Peta Bidang Tanah
masih harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh panitia
pemeriksa tanah dalam rangka penerbitan sertipikat hak katas
tanah.
b. Pembuatan Peta Pendaftaran.
c. Pembuatan Daftar Peta Pendaftaran ( DI. 311 A ).
d. Pembuatan Surat Ukur ( DI. 207 ).
e. Pembuatan Daftar Tanah ( DI. 203 ).
f. Pembuatan Daftar Surat Ukur ( DI. 311B ).

9
g. Kendali Mutu
Kendali mutu kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
sistematik lengkap meliputi;
 Kendali mutu peta dasar pendaftaran
Kendali mutu peta dasar pendaftaran mengacu kepada toleransi
peta dasar;
1) Daerah pemukiman, komersial dan/atau industri, ketelitian yang
digunakan adalah 0,3mm x skala peta;
2) Daerah non-pemukiman, non-komersial, non-industri adalah
0,5mm x skala peta.
 Kendali mutu pengelolaan data pada aplikasi KKP
1) Validasi data spasial
2) Validasi data tekstual
Output dari kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah adalah Gambar Ukur dan Peta
Bidang Tanah.

D. Waktu Pencapaian Keluaran (Output)


Keluaran (output) dari kegiatan ini akan dicapai dalam 1 (satu) tahun anggaran dari bulan
Februari sampai dengan Oktober.

E. Biaya Yang Diperlukan


Biaya yang diperlukan dalam kegiatan ini meliputi pengeluaran untuk :
1. Belanja Bahan
2. Biaya Pembantu Ukur
3. Transport dan Uang saku Koordinator
4. Transport dan Uang Saku Petugas Ukur

Kondisi geografis di seluruh Indonesia sangat bervariasi yang berakibat pada perbedaan biaya
perjalanan maupun prestasi penyelesaian sertipikat, sehingga dalam penyusunan Standar Biaya
Keluaran (SBK) dibedakan ke dalam beberapa kategori yaitu kategori I sampai dengan kategori V
sesuai sebaran letak provinsi. Syarat wilayah kepulauan antara lain merupakan wilayah
kepulauan dan menuju lokasi harus menyeberangi lautan dan memerlukan transportasi khusus
untuk menuju lokasi.

Adapun biaya rangkaian kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah antara lain :

a. Kategori I : Rp 422.000,- untuk 1 bidang tanah, mencakup wilayah provinsi Papua, Papua
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara.
b. Kategori II : Rp. 357.100,- untuk 1 bidang tanah, mencakup wilayah provinsi Sulawesi, Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung.
c. Kategori III : Rp. 294.200,- untuk 1 bidang tanah, mencakup wilayah provinsi Sulawesi Barat,
Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo.
d. Kategori IV : Rp. 225.700,- untuk 1 bidang tanah, mencakup wilayah provinsi Kalimantan
Selatan, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung.

10
e. Kategori V : Rp. 159.000,- untuk 1 bidang tanah, mencakup wilayah provinsi Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali.

Kegiatan PBT Non Sistematis Kategori 5 dibebankan pada DIPA Kantor Pertanahan Kabupaten
Buleleng TA 2023 menargetkan sebanyak 5 bidang dengan anggaran sebesar Rp. 795.000-
(Tujuh ratus sembilan puluh lima ribu rupiah).

Singaraja, 15 Juli 2022


Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Buleleng,

Ir. I Komang Wedana, M.Sc.


NIP. 19641027 199403 1 001

11

Anda mungkin juga menyukai