Anda di halaman 1dari 14

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)/TERM OF REFERENCE (TOR)

PELAYANAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH 2023

Kementerian Negara / : Kementeriaan Agraria dan Tata Ruang/Badan


Lembaga Pertanahan Nasional
Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan
Pendaftaran Tanah/Direktorat Pengatura
Pendaftaran Tanah dan Ruang
Satker : Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng
Program : Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan
Sasaran Program : Peningkatan Pendaftaran Tanah untuk Kepastian
Hak Atas Tanah dan Ruang
Indikator Kinerja Program : 1. Prosentase jumlah bidang tanah terdaftar
nasional
2. Prosentase jumlah bidang tanah bersertipikat
yang diperkarakan di Pengadilan Tata Usaha
Negara maupun Perdata
Kegiatan : Pendaftaran Tanah dan Ruang
Sasaran Kegiatan : Terlaksananya pendaftaran tanah dan pendaftaran
ruang bawah tanah dan ryang atas tanah yang
berkepastian hukum dan berbasis elektronik
Indikator Kinerja Kegiatan : 1. Jumlah Kebijakan teknis terkait pengaturan
pendaftaran tanah, pemeliharaan data dan
informasi
2. Jumlah bidang tanah dan ruang terdaftar
Klasifikasi Rincian Output : Pelayanan Publik kepada Masyarakat (6416.QAA)
(KRO)
Indikator Klasifikasi Rincian : Jumlah Bidang Tanah Terdaftar
Output
Rincian Output (RO) : 1. SHAT PTSL ASN Kategori 1 s.d. 6
2. SHAT PTSL PM Kategori 1 s.d. 6
3. SHAT Non Sistematis Kategori 1 s.d. 6
4. SHAT Redistribusi Tanah
5. SHAT Konsolidasi Tanah
Indikator Rincian Output : Jumlah Bidang Tanah Bersertipikat Terdaftar
Volume : 45 (empat puluh lima)
Satuan Ukur : Bidang

A. Latar Belakang
a. Dasar Hukum :
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam;

1
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 128 Tahun 2015
tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
5. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
(Lembaran Negara Tahun 2018 Nomor 172);
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2020
tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2020
tentang Badan Pertanahan Nasional;
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1980
tentang Organisasi dan Tata Kerja Penyelenggaraan Landreform;
9. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah jo. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap;
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2019 tentang Konsolidasi
Tanah;
12. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan;
13. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksaan Tanah;
14. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas
Tanah dan Kegiatan Pendaftaran Tanah Tertentu;

2
15. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
16. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan.
b. Gambaran Umum
Ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
mengamanatkan kepada pemerintah untuk melaksanakan kegiatan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia dalam
rangka memberikan jaminan kepastian hukum kepemilikan hak atas
tanah. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas pemerintahan yang
diemban oleh Badan Pertanahan Nasional. Berdasarkan ketentuan
Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
2020, dinyatakan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas
tersebut, Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi
antara lain yaitu perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
penetapan hak dan pendaftaran tanah.
Pendaftaran tanah sampai dengan tahun 2019 telah mencapai
± 82 (lebih kurang delapan puluh dua) juta bidang dari ± 126 (lebih
kurang seratus dua puluh enam) juta bidang tanah di seluruh wilayah
Republik Indonesia, capaian ini belum optimal, oleh karena itu
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
menetapkan Kegiatan Pendaftaran Tanah sebagai Prioritas Nasional
yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Mengingat masih banyaknya bidang tanah yang belum terdaftar
di wilayah Indonesia maka diperlukan kegiatan percepatan legalisasi
aset yang dilaksanakan melalui program prioritas pertanahan. Obyek
dari kegiatan tersebut meliputi tanah-tanah milik masyarakat, badan
hukum/lembaga sosial keagamaan, dan tanah yang dimiliki langsung
oleh negara/instansi pemerintah;
Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mewujudkan pengelolaan administrasi pertanahan yang baik guna
mencapai tujuan pendaftaran tanah adalah melaksanakan kegiatan
legalisasi aset pertanahan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara
sporadik oleh masyarakat maupun secara sistematis oleh pemerintah
melalui program Sertipikasi Non Sistematis, Redistribusi Tanah,

3
Konsolidasi Tanah, Prona, Ajudikasi, Sertipikasi Barang Milik Negara
dan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).
Saat ini Kegiatan Redistribusi Tanah, Konsolidasi Tanah, dan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dalam rangka
Pendaftaran Tanah menjadi Program Prioritas Nasional Legalisasi Aset
dengan melakukan pensertipikatan dan pendataan tanah dalam suatu
wilayah Desa/Kelurahan menuju Desa/Kelurahan lengkap sebagai
integrasi tata ruang dan pertanahan guna mewujudkan “tanah untuk
ruang hidup yang memakmurkan dan menenteramkan”.

B. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah jajaran Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional, Kantor Pertanahan, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan masyarakat dengan manfaat sebagai berikut:
1. Untuk Kementerian Agaria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional:
a. mengatasi ketimpangan P4T;
b. penataan akses dan aset Tanah Obyek Reforma Agraria; dan
c. penyelesaian konflik dan sengketa pertanahan.
2. Untuk Pemerintah dan/atau Kementerian/Lembaga lainnya:
a. mendukung RTRW dan rencana Pembangunan Daerah;
b. menghemat pengeluaran/anggaran untuk pembebasan tanah;
c. peningkatan PAD melalui PBB dan pajak daerah lainnya;
d. tersedianya tanah untuk prasarana, sarana dan utilitas; dan
e. menyelesaikan konflik dan sengketa pertanahan.
3. Untuk Masyarakat:
a. kepastian hukum atas tanah;
b. peningkatan nilai tanah;
c. peningkatan kualitas lingkungan;
d. tidak tergusur; dan
e. peningkatan produktivitas dan kesejahteraan.
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola,
yaitu dengan cara melakukan tahapan sebagai berikut:
a. Sertipikasi Hak Atas Tanah PTSL ASN, PM dan Non Sistematis
1) Perencanaan

4
Penyelenggaraan PTSL dilaksanakan melalui kegiatan PTSL,
atau gabungan dari kegiatan PTSL dengan program
dan/atau kegiatan lain, yaitu:
a) Program Sertipikasi Lintas Sektor;
b) Program sertipikasi massal swadaya masyarakat;
c) Program atau kegiatan sertipikasi massal redistribusi
tanah objek landreform, konsolidasi tanah, dan
transmigrasi; atau
d) program atau kegiatan sertipikasi massal lainnya, atau
gabungan dari beberapa/seluruh kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan
PTSL, maka secara bertahap:
a) Kepala Kantor Pertanahan menetapkan lokasi
penyebaran target PTSL yang dikonsentrasikan pada
beberapa desa/kelurahan dan/atau kecamatan; dan
b) Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
menetapkan lokasi penyebaran target PTSL yang
dikonsentrasikan pada beberapa kabupaten/kota dalam
satu provinsi. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dapat melakukan mobilisasi/penugasan
pegawai dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Kantor Pertanahan ke Kantor
Pertanahan lain dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan ketersediaan sumber daya
manusia yang ada di lingkungan Kantor Pertanahan
dan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
2) Penetapan Lokasi
Kantor Pertanahan menetapkan lokasi kegiatan PTSL di
wilayah kerjanya, Penetapan lokasi dapat dilakukan dalam
satu wilayah desa/kelurahan atau secara bertahap dalam
satu hamparan.
Dalam hal lokasi terdiri dari beberapa desa/kelurahan,
diupayakan agar desa/kelurahan yang menjadi objek PTSL
letaknya berdekatan. Penetapan lokasi dilampiri dengan
peta lokasi.

5
3) Persiapan
Kepala Kantor Pertanahan melakukan persiapan
pelaksanaan kegiatan PTSL dengan menyiapkan:
a) sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan PTSL;
b) sumber daya manusia;
c) kebutuhan transportasi;
d) koordinasi dengan aparat pemerintah lainnya; dan
e) alokasi anggaran.
4) Pembentukan dan Penetapan Panitia Ajudikasi PTSL dan
Satuan Tugas
Kepala Kantor Pertanahan membentuk dan menetapkan
Panitia Ajudikasi PTSL dan Satuan Tugas (Satgas) yang
dituangkan dalam bentuk keputusan. Panitia Ajudikasi
PTSL terdiri atas:
a) Ketua merangkap anggota, yang dijabat oleh pegawai
Kantor Pertanahan;
b) Wakil Ketua bidang fisik merangkap anggota, yang
dijabat oleh pegawai Kantor Pertanahan yang
memahami urusan infrastruktur pertanahan;
c) Wakil Ketua bidang yuridis merangkap anggota, yang
dijabat oleh pegawai Kantor Pertanahan yang
memahami urusan hubungan hukum pertanahan;
d) Sekretaris, yang dijabat oleh pegawai Kantor Pertanahan;
e) Kepala Desa/Kelurahan setempat atau Pamong
Desa/Kelurahan yang ditunjuknya; dan
f) Anggota dari unsur Kantor Pertanahan, sesuai
kebutuhan.
Dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya
manusia, setiap Panitia Ajudikasi PTSL dapat dibentuk untuk lebih
dari 1 (satu) atau untuk beberapa wilayah kecamatan dengan
melibatkan unsur perangkat setiap desa/kelurahan yang
bersangkutan.
Ajudikasi PTSL dibantu oleh Satgas Fisik, Satgas Yuridis dan
Satgas Administrasi. Satgas Fisik terdiri dari unsur Aparatur Sipil
Negara Kementerian, Pegawai Tidak Tetap/Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri Kementerian, Surveyor Kadaster Berlisensi, Asisten

6
Surveyor Kadaster Berlisensi dan/atau KJSKB yang diketuai oleh
Wakil Ketua bidang fisik Panitia Ajudikasi PTSL.
Satuan Tugas Yuridis terdiri dari unsur Aparatur Sipil Negara
Kementerian, Pegawai Tidak Tetap/Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri Kementerian, Perangkat Desa/Kelurahan, perangkat
RT/RW/Lingkungan, organisasi masyarakat, Bintara Pembina Desa
(BABINSA), Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (BHABINKAMTIBMAS) dan/atau unsur masyarakat
lainnya yang diketuai oleh Wakil Ketua bidang yuridis Panitia
Ajudikasi PTSL. Satuan Tugas Administrasi terdiri dari unsur
Aparatur Sipil Negara Kementerian, dan dapat dibantu oleh Pegawai
Tidak Tetap/Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Kementerian
yang diketuai oleh Sekretaris Panitia Ajudikasi PTSL.
Dalam hal diperlukan, Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional dapat menugaskan Aparatur Sipil Negara dari
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional atau Kantor Pertanahan
sebagai Satgas Fisik, Satgas Yuridis atau Satgas Administrasi untuk
membantu pelaksanaan kegiatan PTSL di Kantor Pertanahan lain
dalam satu wilayah provinsi.
5) Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan
beserta Panitia Ajudikasi PTSL, Satgas Fisik dan Satgas
Yuridis.
6) Pengumpulan Data Fisik dan Pengumpulan Data Yuridis
Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan pemeliharaan
data fisik dan data yuridis penetapan hak dan pendaftaran
tanah menggunakan daftar isian, blanko, peta dan daftar
lainnya serta isian atau entri yang ada dalam aplikasi KKP.
Pengumpulan data fisik dilaksanakan melalui kegiatan
pengukuran dan pemetaan bidang tanah.
Pengumpulan data yuridis meliputi pengumpulan alat bukti
mengenai kepemilikan atau penguasaan tanah, baik bukti
tertulis, keterangan saksi dan/atau pernyataan yang
bersangkutan.
7) Penelitian Data Yuridis untuk Pembuktian Hak
Untuk keperluan pembuktian hak, Panitia Ajudikasi PTSL
melakukan penelitian data yuridis.

7
8) Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis serta
Pengesahannya
Rekapitulasi data yuridis yang sudah dituangkan di dalam
Risalah Penelitian Data Yuridis mengenai bidang-bidang
tanah yang sudah dipetakan dalam peta bidang-bidang
tanah, dimasukkan dalam Daftar Data Yuridis dan Data
Fisik Bidang Tanah.
Untuk memenuhi asas publisitas dalam pembuktian
pemilikan tanah, data yuridis dan data fisik bidang tanah
dan peta bidang-bidang tanah diumumkan dengan
menggunakan formulir Pengumuman Data Fisik dan Data
Yuridis (DI 201B) selama 14 (empat belas) hari kalender di
Kantor Panitia Ajudikasi PTSL dan Kantor Kepala
Desa/Kelurahan.
Pihak yang berkepentingan diberikan kesempatan untuk
mengajukan keberatan mengenai Pengumuman Data Fisik
dan Data Yuridis (DI 201B) selama jangka waktu
pengumuman.
Setelah masa pengumuman berakhir, data fisik dan data
yuridis disahkan oleh Panitia Ajudikasi PTSL yang dibuat
dalam bentuk Berita Acara Pengesahan Pengumuman Data
Fisik dan Data Yuridis (DI 202).
9) Penegasan Konversi, Pengakuan Hak, dan Pemberian Hak
Dalam hal bidang tanah data fisik dan data yuridisnya
memenuhi syarat untuk diterbitkan Sertipikat Hak Atas
Tanah (Kluster 1), maka berdasarkan Berita Acara
Pengesahan Data Fisik dan Data Yuridis, Ketua Panitia
Ajudikasi PTSL menindaklanjuti dengan:
a) menegaskan konversi menjadi Hak Milik atas nama
pemegang hak yang terakhir, untuk bidang tanah yang
alat bukti tertulisnya lengkap dan yang alat bukti
tertulisnya tidak lengkap tetapi ada keterangan saksi
maupun pernyataan yang bersangkutan, dan memberi
catatan pada Risalah Penelitian Data;
b) menetapkan pengakuan/penegasan sebagai Hak Milik,
untuk bidang tanah yang alat bukti kepemilikannya
tidak ada tetapi telah dibuktikan dengan kenyataan
penguasaan fisiknya selama 20 (dua puluh) tahun
secara

8
terus menerus termasuk pendahulu-pendahulunya, dan
memberi catatan pada Risalah Penelitian Data Yuridis;
c) mengusulkan keputusan pemberian hak, untuk bidang
tanah yang merupakan tanah Negara dengan
mengusulkan secara kolektif kepada Kepala Kantor
Pertanahan dengan menggunakan Daftar Usulan
Pemberian Hak Milik/Guna Bangunan/Pakai
(Sistematis) (DI 310) dan dilampiri dengan Risalah
Penelitian Data Yuridis, DI 201B dan DI 201C.
Kepala Kantor Pertanahan menetapkan Keputusan
Pemberian Hak yang dilakukan secara kolektif dan
memberikan catatan pada halaman terakhir Daftar
Usulan Pemberian Hak Milik/Guna Bangunan/Pakai
(Sistematis) (DI 310).
10) Pembukuan Hak
Penegasan Konversi dan Pengakuan hak dan Penetapan
Keputusan Pemberian Hak dibukukan hak milik, hak guna
bangunan, hak pakai dan/atau wakaf dalam buku tanah
yang bersangkutan.
11) Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah
Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan wakaf yang
sudah didaftar dalam buku tanah dan memenuhi syarat
untuk diberikan tanda bukti haknya, diterbitkan sertipikat
hak atas tanah.
12) Pendokumentasian dan Penyerahan Hasil Kegiatan
Panitia Ajudikasi PTSL melakukan pengumpulan,
pengelompokan, pengolahan, dan penyimpanan data PTSL,
yang meliputi:
a) dokumen data yuridis yang terdiri dari identitas
pemegang hak, alas hak, berita acara yang dibuat
panitia, bukti pengumuman, Berita Acara Pengesahan
data fisik dan data yuridis dan surat keputusan
pemberian hak;
b) dokumen data fisik: data pengukuran dan perhitungan
hasil pengukuran, gambar ukur, peta bidang tanah, dan
surat ukur;
c) daftar isian pendaftaran tanah dan hak atas tanah; buku
tanah;
d) Sertipikat Hak Atas Tanah;

9
e) bukti-bukti administrasi keuangan; dan
f) data administrasi lainnya.
Penyimpanan data dapat dilakukan dalam bentuk
elektronik.
13) Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan PTSL dilaksanakan pada
saat:
a) terjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan PTSL;
b) PTSL selesai dilaksanakan.

a. Sertipikasi Hak Atas Tanah Redistribusi Tanah


1) Penyuluhan
Penyuluhan bertujuan memberikan pemahaman kepada
calon subjek penerima manfaat redistribusi tanah. Hal-hal
yang menjadi substansi dalam penyuluhan ini meliputi
pemahaman mengenai tahapan pelaksanaan kegiatan
redistribusi dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi
dalam persyaratan untuk proses penetapan Subjek
Redistribusi tanah.
2) Inventarisasi dan Identifikasi Objek dan Subjek
Inventarisasi objek dan subjek adalah kegiatan pendataan
dalam rangka memastikan keberadaan, status hukum Objek,
dan identitas Subjek. Inventarisasi dilaksanakan dengan
mengumpulkan data primer dan sekunder terkait objek dan
subjek. Hasil kegiatan inventarisasi objek dan subjek adalah
daftar objek dan subjek yang berada dalam lokasi kegiatan
redistribusi tanah. Daftar subjek dan objek kemudian diolah
dengan data pendukung lainnya dan direkap sebagai dasar
dalam melaksanakan identifikasi.
Identifikasi merupakan kegiatan mengumpulkan dan
memeriksa dokumen pendukung, penelitian lapang,
pengumpulan keterangan/penjelasan dari calon penerima
redistribusi serta penelaahaan data objek dan subjek.

3) Pengukuran dan Pemetaan


Lokasi yang akan ditegaskan dan diredsitribusikan harus
dapat dipastikan letak, luas, batas-batas dan status fisiknya.
Baik untuk lokasi secara keseluruhan maupun bidang per
bidang yang ada di dalamnya. Untuk mendapatkan data dan
informasi tersebut diperlukan pengukuran kadastral yaitu
Pengukuran Bidang yang dilakukan di lokasi yang telah

10
dilakukan inventarisasi dan identifikasi objek dan subjek
calon penerima redistribusi.
Dalam tahap pengukuran dan Pemetaan dilakukan pekerjaan
Kontrol Kualitas untuk memastikan kegiatan pengukuran
dan pemetaan bidang serta peta yang dihasilkan sesuai
dengan ketentuan. Pelaksanaan Kontrol Kualitas berupa
Pengawasan Mutu Pemetaan Bidang Tanah dan Verifikasi
dan Validasi Bidang Tanah.
4) Sidang Panitia Pertimbangan Landreform
Sidang Panitia Pertimbangan Landreform (PPL) bertujuan
untuk membahas dan menyeleksi objek dan subjek
redistribusi yang akan ditetapkan. Tanah-tanah negara yang
akan diusulkan untuk ditegaskan/ditetapkan menjadi Tanah
Objek Redistribusi beserta calon subjeknya memerlukan
rekomendasi Panitia Pertimbangan Landreform
Kabupaten/Kota yang tertuang dalam Berita Acara Sidang
dalam rangka penetapan objek dan subjek.
Sebelum Sidang PPL dilakukan penelitian lapang yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi tambahan dan
data pendukung dalam rangka sidang PPL.
5) Penetapan Objek dan Subjek Redistribusi
Usulan Penetapan tanah negara menjadi Tanah Objek
Redistribusi disampaikan oleh kantor pertanahan ke kanwil
BPN provinsi dengan melampirkan semua persyaratan
usulan penetapan. Berdasarkan usulan tersebut, Kantor
Wilayah menyusun Risalah Pengolahan Data yang
merupakan aspek legalitas Penetapan Tanah Objek
Redistribusi. Setelah meneliti seluruh berkas dan
persyaratan maka SK Penetapan ditetapkan oleh Kepala
Kantor Wilayah.
Sedangkan subjek redistribusi tanah ditetapkan oleh
Bupati/Walikota berdasarkan hasil sidang Panitia
Pertimbangan Landreform.
6) Penerbitan SK Redistribusi
Berdasarkan SK Penetapan Objek dan Subjek Redistribusi
selanjutnya diterbitkan SK Redistribusi (Penetapan Hak)
yang merupakan dasar untuk memberikan hak milik atas
tanah Objek redistribusi kepada subjek/penerima tanah
oleh Kepala Kantor Pertanahan.
7) Pembukuan Hak dan Penerbitan Sertipikat

11
Terhadap subjek yang telah memenuhi syarat dan telah
memenuhi kewajibannya maka selanjutnya dilakukan
Pembukuan Hak dan kepada subjek diberikan sertipikat hak
milik atas tanah.
8) Monitoring dan Supervisi Kegiatan Redistribusi Tanah
Tujuan monitoring dan supervisi adalah untuk memastikan
pelaksanaan redistribusi tanah tepat sasaran dan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Monitoring dan supervisi kegiatan redistribusi tanah ini
dilaksanakan oleh petugas Kanwil ke Kabupaten/kota yang
di daerahnya terdapat kegiatan redistribusi tanah.

b. Sertipikasi Hak Atas Tanah Konsolidasi Tanah


1) Pembentukan Tim Penyelenggara Konsolidasi Tanah;
2) Pengumpulan data fisik;
3) Pengumpulan data yuridis (identifikasi subyek dan obyek
peserta konsolidasi tanah);
4) Penyusunan desain dan rencana aksi konsolidasi tanah;
5) Pelepasan Hak Atas Tanah;
6) Penegasan tanah sebagai obyek konsolidasi tanah;
7) Penerapan desain konsolidasi tanah ke lapangan (Stacking
Out);
8) Penerbitan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Objek
Konsolidasi Tanah dan Surat Tanda Bukti Hak Atas Tanah;
9) Supervisi dan monitoring.

D. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini harus dicapai terus menerus setiap tahun anggaran sampai
dengan tahun 2024.
E. Waktu Pencapaian Keluaran (Output)
Pelaksanaan pencapaian keluaran kegiatan ini pada tahun anggaran
2023 setelah DIPA diterima dan dijabarkan ke dalam Petunjuk
Operasional Kegiatan (POK).
F. Biaya Yang Diperlukan
Tahapan yang memerlukan pembiayaan dalam pencapaian
Output/Rincian Output adalah sebagai berikut:
1. Sertipikat Hak Atas Tanah PTSL ASN Kategori 1 s.d. Kategori 6 pada
tahapan:
a. Pengumpulan Data Yuridis;

12
b. Penelitian Data Yuridis untuk Pembuktian Hak/Pemeriksaan
Tanah;
c. Pengesahan Data Fisik dan Yuridis/Penerbitan SK Hak;
d. Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah.
2. Sertipikat Hak Atas Tanah PTSL Partisipasi Masyarakat (PM) Kategori
1 s.d. Kategori 6 tahapan:
a. Penelitian Data Yuridis untuk Pembuktian Hak/Pemeriksaan
Tanah;
b. Pengesahan Data Fisik dan Yuridis/Penerbitan SK Hak;
c. Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah;
3. Sertipikat Hak Atas Tanah Non Sistematis Kategori 1 s.d. Kategori 6
tahapan:
a. Pengumpulan Data Yuridis;
b. Penelitian Data Yuridis untuk Pembuktian Hak/Pemeriksaan
Tanah;
c. Pengesahan Data Fisik dan Yuridis/Penerbitan SK Hak;
d. Penerbitan Sertipikat Hak Atas Tanah.
4. Sertipikat Hak Atas Tanah Redistribusi Tanah tahapan Penerbitan
Sertipikat.
5. Sertipikat Hak Atas Tanah Konsolidasi Tanah tahapan Penerbitan
Sertipikat.
Mengingat kondisi geografis di seluruh Indonesia sangat bervariasi yang
berakibat pada perbedaan biaya perjalananan maupun prestasi
penyelesaian sertipikat, sehingga penggunaan Standar Biaya Keluaran
(SBK) dibedakan ke dalam 6 (enam) kategori sebagai berikut:
1. Kategori pertama (I), adalah kategori wilayah provinsi dengan
kondisi geografis yang paling berat dan rata-rata bidang tanahnya
paling luas;
2. Kategori kedua (II), adalah kategori wilayah provinsi dengan kondisi
geografis lebih ringan dari pada kategori pertama (I), demikian
seterusnya sehingga pengelompokan dilakukan hingga kategori
kelima (V), adalah kondisi geografis wilayah provinsi yang paling
ringan;
3. Kategori keenam (VI), adalah kategori untuk kepulauan di mana
akses transportasi dari Kantor Pertanahan ke lokasi PTSL ditempuh
melalui jalur laut atau sungai, tetapi relatif masih mudah dijangkau;

13
Berikut pembagian kategori wilayah masing masing provinsi:
Wilayah
No Kategori Provinsi
1 I Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua, Maluku Utara, Papua
Barat
2 II Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa
Tenggara Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau
3 III Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat
Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Barat
4 IV Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu
5 V DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali,
Banten
6 VI Kepulauan

Disamping itu, dalam kegiatan sertipikasi hak atas tanah yang akan
diterapkan di beberapa daerah terdapat tahapan kegiatan pengumpulan
data yuridis yang dilakukan dengan partisipasi masyarakat yang
pembiayaannya telah dialokasikan pada kegiatan pemetaan bidang tanah
dengan partisipasi masyarakat, sehingga anggaran untuk pengumpulan
data yuridis dalam kegiatan sertipikasi hak atas tanah yang menggunakan
partisipasi masyarakat dirasionalisasi disesuaikan dengan kebutuhan.

Kegiatan SHAT Redistribusi Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng


TA 2023 menargetkan sebanyak 45 bidang dengan anggaran sebesar Rp.
630.000,- (Enam ratus tiga puluh ribu rupiah). Rincian Anggaran Biaya
(RAB) terlampir.

Singaraja, 15 Juli 2022


Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Buleleng,

Ir. I Komang Wedana, M.Sc.


NIP. 19641027 199403 1 001

14

Anda mungkin juga menyukai