71/PMK.02/2013
A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan
Dasar hukum kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematik lengkap adalah
sebagai berikut :
a. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
b. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
c. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
d. Undang-undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
e. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2021 tentang Pendaftaran Tanah;
f. Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang
g. Peraturan Presiden No. 48 tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional;
h. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia No. 16 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Negara
Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;
i. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 23
tahun 2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
j. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi;
1
k. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 4 tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan;
l. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6
Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap;
m. Petunjuk Teknis Pengukuran dan pemetaan Bidang Tanah Sistematis Lengkap Nomor :
01/JUKNIS-100.Hk.02.01/I/2021 tanggal 4 Januari 2021.
2. Gambaran Umum
2
Lengkap adalah pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang dilaksanakan secara
sistematik lengkap mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap. Kegiatan ini
dilaksanakan pada lokasi desa/kelurahan yang belum pernah ditunjuk sebagai lokasi PTSL
dimana persentase bidang belum terdaftar lebih banyak dibandingkan bidang terdaftar.
Tujuan dari pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah secara sistematik lengkap
mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap baik dalam rangka diantaranya:
1. Waktu pelaksanaan relatif lebih cepat dibandingkan pelaksanaan pengukuran dan
pemetaan bidang tanah secara sporadik;
2. Mobilisasi dan koordinasi petugas ukur lebih mudah dilaksanakan;
3. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang belum terdaftar dan yang sudah
terdaftar dalam satu wilayah desa/kelurahan;
4. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang bermasalah dalam satu wilayah
desa/kelurahan.
5. Persetujuan batas sebelah menyebelah (asas contradictoir delimitatie) relative lebih
mudah dilaksanakan.
B. Penerima Manfaat
Manfaat terdaftarnya bidang-bidang tanah, antara lain:
1. Internal Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Tersedianya data bidang-bidang tanah yang terpetakan sebagai dasar dalam pendaftaran
tanah, redistribusi tanah, pengadaan tanah, penyediaan data untuk penyelesaian sengketa
pertanahan serta pemetaan tematik berbasis bidang tanah.
2. Eksternal Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Bagi para stakeholder terkait adalah membantu penyediaaan data spasial bidang tanah
untuk pendataan pajak, kepastian Asset BMN terkait dengan tanah, pertanian, perkebunan,
perpajakan, serta mendukung pemetaan dalam rangka one map policy.
Bagi masyarakat dengan telah diterbitkannya Peta Bidang Tanah maka diperoleh kepastian
letak, bentuk dan luas bidang tanah yang dimiliki masyarakat sebagai dasar penerbitan
sertipikat hak atas tanah yang dikuasai sehingga masyarakat tersebut tersedia akses
permodalan atau sumber-sumber ekonomi lainnya yang bermanfaat bagi penambahan
modal usaha.
3
b. Pengukuran secara fotogrametris (delineasi dan suplesi data di lapangan) untuk
seluruh bidang tanah dengan memperhatikan:
● Overlay data bidang tanah (KW1-KW6);
Kegiatan pengukuran bidang tanah adalah kegiatan mengumpulkan data fisik bidang tanah
yang meliputi :
1. Penetapan batas bidang tanah,
2. Pengukuran batas bidang tanah,
3. Pemetaan bidang tanah, dan
4. Menjalankan prosedur dan memasukkan data dan informasi yang berkaitan dengan data
fisik bidang tanah di aplikasi KKP dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang pengukuran dan Pemetaan bidang tanah.
4
terdaftar. Kemampuan petugas ukur untuk melaksanakan Pengukuran bidang tanah dan
peningkatan kualitas Bidang Tanah Terdaftar adalah 30 bidang tanah per hari. Hasil yang
diperoleh adalah Gambar Ukur, Peta Bidang Tanah dan Daftar Tanah.
Pengukuran dan pemetaan bidang tanah Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
dilaksanakan setelah desa/kelurahan atau nama lain yang setingkat tersebut ditetapkan
menjadi lokasi Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap. Dalam menetapkan lokasi sebaiknya
mempertimbangkan ketersediaan Peta Dasar untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Selain itu, agar dapat dicapai pemetaan lengkap desa demi desa, maka dalam
penetapan lokasi wajib memperhatikan seluruh bidang tanah dalam satuan wilayah
desa/kelurahan tersebut dapat diukur dan dipetakan secara lengkap.
Peta dasar dapat berupa Peta foto udara (dari wahana pesawat udara atau Unmanned Aerial
Vehicle (UAV)/drone), Citra satelit resolusi tinggi (CSRT) atau peta garis. Apabila foto udara
atau CSRT yang akan digunakan masih berupa data mentah (raw data) maka perlu dikoreksi
secara geometrik terlebih dahulu. Apabila peta dasar belum tersedia, pembuatan peta dasar
bisa dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengukuran dan/atau pemetaan bidang tanah.
Prinsip dasar pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah harus memenuhi kaidah-kaidah teknis pengukuran dan pemetaan
sehingga bidang tanah yang diukur dapat dipetakan dan dapat diketahui letak, batas dan
luas di atas peta serta dapat direkonstruksi batas-batasnya di lapangan.
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Bidang tanah Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap Sistematik Lengkap :
Tahapan pekerjaan secara garis besar dapat dilihat pada flowchart berikut :
5
6
Obyek pengukuran dan pemetaan bidang tanah Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
adalah seluruh bidang tanah yang belum terdaftar maupun telah terdaftar yang ada dalam
satu atau bagian dari desa/ Kelurahan secara lengkap.
A. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi pada dasarnya adalah dilaksanakan dalam rangka mencapai data
bidang tanah lengkap untuk desa/kelurahan. Sehingga diharapkan hasil dari pengukuran
PTSL ini adalah desa-desa lengkap hasil penetapan lokasi. Kegiatan penetapan lokasi
dilaksanakan berdasarkan keadaan data bidang tanah saat ini dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
● Kualitas Data (KW1, KW2, KW3, KW4, KW5, KW6)
● Luas Area (Perbandingan luas Bidang K1 dan data Kwalitas lainnya dengan luas
lokasi)
B. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran
Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran dapat menggunakan foto udara, citra satelit resolusi
tinggi maupun peta garis selama tidak menyalahi ketentuan yang diatur oleh Direktorat
Pengukuran dan Pemetaan Dasar Pertanahan dan Ruang. Khusus untuk peta dasar
pendaftaran yang dihasilkan melalui pemotretan udara dan citra satelit, harus
dilaksanakan proses referensi dari citra atau foto yang digunakan ke sistem koordinat
tanah sehingga menghasilkan citra tegak.
Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan dilakukan pada seluruh bidang tanah yang ada
dalam penetapan lokasi tanpa terkecuali. Hasil dari kegiatan ini merupakan Calon Peta
Bidang Tanah Lengkap dari seluruh area Penetapan Lokasi.
b) Pemasangan tanda batas bidang tanah oleh pemilik tanah atau kuasanya.
Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan apabila dianggap perlu
juga pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut. Untuk
sudut-sudut batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh benda-benda yang
terpasang secara tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu patok penguat
7
pagar kawat, tidak harus dipasang tanda batas. Bahan, bentuk, ukuran serta kontruksi
tanda-tanda batas sesuai Pasal 22 PMNA No. 3 Tahun 1997.
c) Penunjukan tanda batas bidang tanah oleh pemilik tanah/kuasanya. Dalam hal
pengukuran dan atau pemetaan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkapsistematik
lengkap, penunjukan batas dapat diwakili oleh perangkat desa/kelurahan/kampung
atau ketua RT, RW, kepala dusun atau nama lainnya.
d) Pelaksanaan
1. Pengukuran Lapangan
Setelah penetapan batas dan pemasangan tanda-tanda batas selesai dilaksanakan,
maka dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah.
Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkapsistematik lengkap dapat dilaksanakan dengan menggunakan
metode pengukuran terestrial, fotogrametris, pengamatan satelit atau kombinasi
dari ketiga metode tersebut.
Pada tahapan pengukuran ini dilaksanakan oleh Koordinator dan Petugas Ukur
dengan dibantu oleh 2 (dua) orang Pembantu Ukur lokal di lapangan. Tugas
petugas pengukuran adalah sebagai berikut :
a. melaksanakan pengukuran bidang tanah berdasarkan penetapan batas yang
disepakati oleh pemilik tanah yang berbatasan;
b. membuat gambar ukur;
c. waktu maksimal yang dibutuhkan untuk penyelesaian pengukuran dan
pemetaan bidang tanah adalah 12 (dua belas) hari kerja.
d. apabila terjadi kendala pengukuran di lapangan, dibuat berita acara antara
petugas ukur dengan pemohon.
Peralatan yang dibutuhkan adalah :
a. Alat pengukur jarak (Meteran, EDM)
b. Theodolit Digital
c. Total Station
d. Software Pengukuran dan Pemetaan
e. Komputer atau Laptop
Adapun tahapan kegiatannya, terdiri dari :
a. Survei Pendahuluan
Untuk dapat melakukan pengikatan, maka perlu dilakukan Orientasi ke tugu KDKN
Orde 3 terdekat dan perlu dilakukan Orientasi Situasi serta Orientasi Batas Bidang
Tanah.
b. Pengikatan KDKN dan Bentang Alam
Titik-titik batas bidang tanah perlu dilakukan pengikatan ke KDKN terdekat
sebelum dilakukan pengukuran bidang tanah.
c. Pengukuran Batas Bidang Tanah
Pengukuran batas bidang tanah dilakukan untuk menentukan letak geografis
bidang tanah, untuk menentukan bentuk geometris, luas, situasi bidang tanah, dan
terutama untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai unsur
pengembalian batas-batas apabila karena sesuatu hal batas-batas bidang tanah
tersebut hilang. Selain dilakukan pengukuran bidang tanah juga dilakukan
pembuatan toponimi untuk penamaan situasi pada bidang tanah tersebut seperti
8
detil alam, dll. Pada tahapan ini juga dilakukan pengolahan data sementara dalam
rangka pembuatan Gambar Ukur.
d. Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan
Dalam rangka menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap pada
Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap perlu dilakukan Pembaruan Bidang Tanah
Terdaftar belum Terpetakan dalam satu desa/kelurahan yang menjadi obyek
pengukuran dan/atau pemetaan bidang tanah sistematik lengkap.
Kegiatan Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan berlaku untuk
bidang tanah yang sudah bersertipikat maupun bidang tanah yang belum
bersertipikat.
Pembaruan data dilakukan sebagai kegiatan peningkatan kualitas data untuk
mendukung pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematik
lengkap. Kegiatan pengumpulan informasi tersebut diantaranya meliputi :
1) Informasi toponimi (nama-nama obyek penting di lapangan seperti tempat
ibadah, perkantoran, sekolahan, pasar, obyek wisata dll)
2) Informasi nama jalan, RT/RW, sungai, saluran
3) Informasi penggunaan tanah dan atau pemanfaatan tanah
4) Informasi NIB terhadap bidang tanah sertipikat yang belum mempunyai NIB
5) Informasi peta koordinat TM30 terhadap bidang tanah sertipikat yang masih
berkoordinat lokal
6) Informasi nama desa/kelurahan yang baru apabila ada pemekaran wilayah
desa/kelurahan lama
7) Informasi nilai tanah dan/atau informasi tambahan lain yang diperlukan.
9
deliniasi harus mencantumkan koordinat titik batasnya dan/atau ukuran
panjangan sisi bidang tanah hasil pengukuran di lapangan dan hasil deliniasi.
⮚ Gambar ukur hasil pengukuran fotogrametris terdiri dari formulir gambar ukur
dan peta kerja hasil deliniasi yang telah ditandatangai oleh Petugas Ukur atau
oleh Surveyor Kadaster Berlisensi.
⮚ Gambar ukur yang dihasilkan dengan cara pengukuran teristris dan atau
pengamatan satelit yang data ukurannya dalam bentuk digital (GPS, dll ), terdiri
dari formulir gambar ukur dan print out hasil hitungan dan hasil plotting bidang
tanah.
⮚ Gambar Ukur hasil dari kegiatan pengukuran dan/atau pemetaan bidang tanah
sistematik lengkap harus dilengkapi dengan tanda tangan dari pemilik/kuasa
sebagai penunjuk batas dan diketahui oleh aparat Desa/Kelurahan untuk
memenuhi azas kontradiktur delimitasi.
⮚ Tanggal Pengukuran diisi dengan tanggal pada saat pengukuran.
10
4) Peta Bidang Tanah bukan merupakan tanda bukti/alas hak bidang tanah
seseorang, hanya digunakan untuk bahan pengumuman dalam rangka
penerbitan sertipikat hak atas tanah. Peta Bidang Tanah masih harus
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh panitia pemeriksa tanah dalam
rangka penerbitan sertipikat hak katas tanah.
11
Hasil dari pengukuran dan pemetaan pada tanah terdaftar digunakan sebagai dasar
melakukan updating peta pendaftaran. Untuk bidang tanah KW1, KW2, dan KW3
dilakukan reposisi bidang hasil sesuai dengan pengukuran dan pemetaan yang
dilakukan. Terhadap bidang KW4, KW5, dan KW6 dilakukan proses pemetaan bidang
tanah tersebut pada peta pendaftaran sesuai dengan hasil pengukuran yang
dilaksanakan. Hasil dari reposisi dan pemetaan ulang bidang disatukan menjadi Peta
Bidang Tanah Lengkap dalam area penetapan lokasi.
Kondisi geografis dan luasan rata-rata per desa untuk jawa dan luar jawa relative sangat
berbeda oleh karena itu sehingga dalam penyusunan Standar Biaya Keluaran (SBK) dibedakan
ke dalam beberapa kategori yaitu kategori Jawa Bali, Kategori Luar Jawa dan Kategori
Kepulauan.
Adapun biaya rangkaian kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah antara lain :
a. Kategori Luar Jawa : Rp. 240.492,- untuk 1 hektar luasan tanah, mencakup wilayah provinsi
di luar Pulau Jawad an Pulau Bali.
b. Kategori Jawa Bali : Rp. 433.529,- untuk 1 hektar luasan tanah, mencakup wilayah provinsi
di Pulau Jawad an Pulau Bali.
c. Kategori Kepulauan : Rp. 406.000,- untuk 1 bidang tanah untuk wilayah kepulauan. Suatu
wilayah termasuk kategori Kepulauan apabila wilayah tersebut merupakan wilayah
kepulauan dan menuju lokasi harus menyeberangi lautan dan memerlukan transportasi
khusus untuk menuju lokasi.
Kegiatan PBT PTSL Desa Lengkap Jawa Bali dibebankan pada DIPA Kantor Pertanahan
Kabupaten Buleleng TA 2023 menargetkan sebanyak 1.091 Hektar dengan anggaran sebesar Rp.
472.980.000,- (Empat ratus tujuh puluh dua juta sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah).
12