A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan
Dasar hukum kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematik lengkap adalah
sebagai berikut :
a. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
b. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
c. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
d. Undang-undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
e. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2021 tentang Pendaftaran Tanah;
f. Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang
g. Peraturan Presiden No. 48 tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional;
h. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia No. 16 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Negara
Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah;
i. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 23
tahun 2019 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
j. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi;
k. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 4 tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan
1
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan;
l. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6
Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap;
m. Petunjuk Teknis Pengukuran dan pemetaan Bidang Tanah Sistematis Lengkap Nomor :
01/JUKNIS-100.Hk.02.01/I/2021 tanggal 4 Januari 2021.
2. Gambaran Umum
Pasal 19 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
(UUPA) menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang jo Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional jo. Keputusan
Presiden Nomor 121/P/2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019, ditugaskan untuk melaksanakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan termasuk kegiatan Program Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap bertanggungjawab kepada Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi.
Kegiatan Program Pendaftaran Tanah yang dilaksanakan sejak tahun 1981 merupakan
kegiatan pendaftaran tanah pertama kali dalam rangka penerbitan sertipikat hak atas tanah
sebagai surat tanda bukti hak yang diperuntukkan bagi Warga Negara Indonesia atau badan
hukum/lembaga sosial dan keagamaan. Dengan diberikan tanda bukti hak (sertipikat) atas
bidang tanah kepada Warga Negara Indonesia atau badan hukum/lembaga sosial dan
keagamaan akan memberikan jaminan kepastian hukum hak atas tanah sehingga dapat
meminimalisir terjadinya permasalahan agraria (sengketa, konflik dan perkara pertanahan),
meningkatkan nilai aset serta dapat dijadikan jaminan pinjaman ke Bank untuk menambah
modal kegiatan usaha sehingga pensertipikatan tanah secara massal melalui Kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap merupakan salah satu kegiatan pertanahan yang
mendapat tanggapan positif dari masyarakat.
Untuk lebih meningkatkan pencapaian penyelesaian target tepat waktu dan tepat sasaran
serta untuk mencapai hasil yang optimal kinerja dan keuangan dalam rangka percepatan
pendaftaran tanah, maka kegiatan pensertipikatan Pendaftaran Tanah dilaksanakan melalui
pendaftaran tanah sistematik lengkap. Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
bertujuan melakukan pengukuran dan pemetaan dalam satuan wilayah desa/keluarahn
secara lengkap. Selain pendaftaran tanah pertama kali secara serentak, dilaksanakan pula
pemutakhiran data dan Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan serta
penaataan kembali bidang-bidang tanah terdaftar untuk disesuaikan dengan kondisi lapangan
saat pengambilan data. Melalui Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap Desa Lengkap
diharapkan diperoleh Peta Bidang Tanah Desa Lengkap termasuk Pembaruan Bidang Tanah
Terdaftar belum Terpetakannya secara lengkap dan utuh desa demi desa atau kelurahan demi
kelurahan. Salah satu tahapan dalam kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap adalah
pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang dilaksanakan secara sistematik lengkap
mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap. Kegiatan ini dilaksanakan pada
2
lokasi desa/kelurahan yang belum pernah ditunjuk sebagai lokasi PTSL dimana persentase
bidang belum terdaftar lebih banyak dibandingkan bidang terdaftar.
Tujuan dari pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah secara sistematik lengkap
mengelompok dalam satu wilayah desa/kelurahan lengkap baik dalam rangka diantaranya:
1. Waktu pelaksanaan relatif lebih cepat dibandingkan pelaksanaan pengukuran dan
pemetaan bidang tanah secara sporadik;
2. Mobilisasi dan koordinasi petugas ukur lebih mudah dilaksanakan;
3. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang belum terdaftar dan yang sudah
terdaftar dalam satu wilayah desa/kelurahan;
4. Dapat sekaligus diketahui bidang-bidang tanah yang bermasalah dalam satu wilayah
desa/kelurahan.
5. Persetujuan batas sebelah menyebelah (asas contradictoir delimitatie) relative lebih
mudah dilaksanakan.
B. Penerima Manfaat
Manfaat terdaftarnya bidang-bidang tanah, antara lain:
1. Internal Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Tersedianya data bidang-bidang tanah yang terpetakan sebagai dasar dalam pendaftaran
tanah, redistribusi tanah, pengadaan tanah, penyediaan data untuk penyelesaian sengketa
pertanahan serta pemetaan tematik berbasis bidang tanah.
2. Eksternal Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN
Bagi para stakeholder terkait adalah membantu penyediaaan data spasial bidang tanah untuk
pendataan pajak, kepastian Asset BMN terkait dengan tanah, pertanian, perkebunan,
perpajakan, serta mendukung pemetaan dalam rangka one map policy.
Bagi masyarakat dengan telah diterbitkannya Peta Bidang Tanah maka diperoleh kepastian
letak, bentuk dan luas bidang tanah yang dimiliki masyarakat sebagai dasar penerbitan
sertipikat hak atas tanah yang dikuasai sehingga masyarakat tersebut tersedia akses
permodalan atau sumber-sumber ekonomi lainnya yang bermanfaat bagi penambahan modal
usaha.
3
● Overlay data bidang tanah (KW1-KW6);
● Pemetaan partisipasi masyarakat;
● Peningkatan kualitas data seluruh bidang tanah (termasuk K4):
i. Reposisi bidang tanah sesuai hasil pengukuran (fotogrametris),
ii. Landing bidang tanah K4 sesuai hasil pengukuran (fotogrametris).
● Pengukuran terhadap bidang tanah yang belum terdaftar
(fotogrametris);
● Pengumpulan data IP4T tiap bidang tanah.
5. Waka Ajudikasi melakukan Kontrol Kualitas untuk Persetujuan Perbaikan Data Bidang
Tanah yang sudah terdaftar dan K4 serta Persetujuan Plotting Bidang Tanah tersebut di
KKP oleh Ketua Ajudikasi;
6. Waka Ajudikasi melakukan:
a. Replotting bidang tanah yang sudah terdaftar (sudah dilakukan peningkatan kualitas
data);
b. Identifikasi Bidang Tanah Belum Terdaftar;
7. Tim PTSL melakukan Identifikasi Bidang Tanah yang Belum Terdaftar Apakah
Pengukurannya Sudah Memenuhi Unsur Kadastral/ Belum. Pelaksanaan ini terbagi
menjadi 2 kegiatan, antara lain:
a. Pembuatan Bidang Tanah yang Memenuhi Unsur Kadastral;
b. Klasifikasi bidang tanah IP4T.
8. Waka Ajudikasi melakukan Plotting Bidang Tanah Belum Terdaftar pada Peta Pendaftaran
(di KKP) dan Pembuatan Peta Bidang Tanah untuk Bidang Tanah yang Memenuhi Unsur
Kadastral.
9. Ketua Ajudikasi membuat Pengumuman Peta Pendaftaran, Validasi Bidang Tanah dan
Pengesahan PBT.
10.Kepala Kantor Pertanahan menerbitkan Peta Pendaftaran Desa Lengkap.
Kegiatan pengukuran bidang tanah adalah kegiatan mengumpulkan data fisik bidang tanah
yang meliputi :
1. Penetapan batas bidang tanah,
2. Pengukuran batas bidang tanah,
3. Pemetaan bidang tanah, dan
4. Menjalankan prosedur dan memasukkan data dan informasi yang berkaitan dengan data
fisik bidang tanah di aplikasi KKP dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang pengukuran dan Pemetaan bidang tanah.
4
Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap. Dalam menetapkan lokasi sebaiknya
mempertimbangkan ketersediaan Peta Dasar untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Selain itu, agar dapat dicapai pemetaan lengkap desa demi desa, maka dalam
penetapan lokasi wajib memperhatikan seluruh bidang tanah dalam satuan wilayah
desa/kelurahan tersebut dapat diukur dan dipetakan secara lengkap.
Peta dasar dapat berupa Peta foto udara (dari wahana pesawat udara atau Unmanned Aerial
Vehicle (UAV)/drone), Citra satelit resolusi tinggi (CSRT) atau peta garis. Apabila foto udara
atau CSRT yang akan digunakan masih berupa data mentah (raw data) maka perlu dikoreksi
secara geometrik terlebih dahulu. Apabila peta dasar belum tersedia, pembuatan peta dasar
bisa dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengukuran dan/atau pemetaan bidang tanah.
Prinsip dasar pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka penyelenggaraan
pendaftaran tanah harus memenuhi kaidah-kaidah teknis pengukuran dan pemetaan
sehingga bidang tanah yang diukur dapat dipetakan dan dapat diketahui letak, batas dan luas
di atas peta serta dapat direkonstruksi batas-batasnya di lapangan.
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Bidang tanah Pendaftaran Tanah
Sistematik Lengkap Sistematik Lengkap :
Tahapan pekerjaan secara garis besar dapat dilihat pada flowchart berikut :
5
6
Obyek pengukuran dan pemetaan bidang tanah Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap adalah
seluruh bidang tanah yang belum terdaftar maupun telah terdaftar yang ada dalam satu atau
bagian dari desa/ Kelurahan secara lengkap.
A. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi pada dasarnya adalah dilaksanakan dalam rangka mencapai data bidang
tanah lengkap untuk desa/kelurahan. Sehingga diharapkan hasil dari pengukuran PTSL ini
adalah desa-desa lengkap hasil penetapan lokasi. Kegiatan penetapan lokasi dilaksanakan
berdasarkan keadaan data bidang tanah saat ini dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
:
● Kualitas Data (KW1, KW2, KW3, KW4, KW5, KW6)
● Luas Area (Perbandingan luas Bidang K1 dan data Kwalitas lainnya dengan luas lokasi)
B. Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran
Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran dapat menggunakan foto udara, citra satelit resolusi tinggi
maupun peta garis selama tidak menyalahi ketentuan yang diatur oleh Direktorat Pengukuran
dan Pemetaan Dasar Pertanahan dan Ruang. Khusus untuk peta dasar pendaftaran yang
dihasilkan melalui pemotretan udara dan citra satelit, harus dilaksanakan proses referensi dari
citra atau foto yang digunakan ke sistem koordinat tanah sehingga menghasilkan citra tegak.
Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan dilakukan pada seluruh bidang tanah yang ada dalam
penetapan lokasi tanpa terkecuali. Hasil dari kegiatan ini merupakan Calon Peta Bidang Tanah
Lengkap dari seluruh area Penetapan Lokasi.
b) Pemasangan tanda batas bidang tanah oleh pemilik tanah atau kuasanya.
Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan apabila dianggap perlu juga
pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut. Untuk sudut-sudut
batas yang sudah jelas letaknya karena ditandai oleh benda-benda yang terpasang secara
tetap seperti pagar beton, pagar tembok atau tugu patok penguat pagar kawat, tidak harus
dipasang tanda batas. Bahan, bentuk, ukuran serta kontruksi tanda-tanda batas sesuai Pasal
22 PMNA No. 3 Tahun 1997.
c) Penunjukan tanda batas bidang tanah oleh pemilik tanah/kuasanya. Dalam hal pengukuran
dan atau pemetaan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkapsistematik lengkap, penunjukan
7
batas dapat diwakili oleh perangkat desa/kelurahan/kampung atau ketua RT, RW, kepala
dusun atau nama lainnya.
d) Pelaksanaan
1. Pengukuran Lapangan
Setelah penetapan batas dan pemasangan tanda-tanda batas selesai dilaksanakan, maka
dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah. Pelaksanaan
pengukuran dan pemetaan bidang tanah Pendaftaran Tanah Sistematik
Lengkapsistematik lengkap dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode
pengukuran terestrial, fotogrametris, pengamatan satelit atau kombinasi dari ketiga
metode tersebut.
Pada tahapan pengukuran ini dilaksanakan oleh Koordinator dan Petugas Ukur dengan
dibantu oleh 2 (dua) orang Pembantu Ukur lokal di lapangan. Tugas petugas pengukuran
adalah sebagai berikut :
a. melaksanakan pengukuran bidang tanah berdasarkan penetapan batas yang
disepakati oleh pemilik tanah yang berbatasan;
b. membuat gambar ukur;
c. waktu maksimal yang dibutuhkan untuk penyelesaian pengukuran dan pemetaan
bidang tanah adalah 12 (dua belas) hari kerja.
d. apabila terjadi kendala pengukuran di lapangan, dibuat berita acara antara petugas
ukur dengan pemohon.
Peralatan yang dibutuhkan adalah :
a. Alat pengukur jarak (Meteran, EDM)
b. Theodolit Digital
c. Total Station
d. Software Pengukuran dan Pemetaan
e. Komputer atau Laptop
Adapun tahapan kegiatannya, terdiri dari :
a. Survei Pendahuluan
Untuk dapat melakukan pengikatan, maka perlu dilakukan Orientasi ke tugu KDKN Orde 3
terdekat dan perlu dilakukan Orientasi Situasi serta Orientasi Batas Bidang Tanah.
b. Pengikatan KDKN dan Bentang Alam
Titik-titik batas bidang tanah perlu dilakukan pengikatan ke KDKN terdekat sebelum
dilakukan pengukuran bidang tanah.
c. Pengukuran Batas Bidang Tanah
Pengukuran batas bidang tanah dilakukan untuk menentukan letak geografis bidang
tanah, untuk menentukan bentuk geometris, luas, situasi bidang tanah, dan terutama
untuk mendapatkan data ukuran bidang tanah sebagai unsur pengembalian batas-batas
apabila karena sesuatu hal batas-batas bidang tanah tersebut hilang. Selain dilakukan
pengukuran bidang tanah juga dilakukan pembuatan toponimi untuk penamaan situasi
pada bidang tanah tersebut seperti detil alam, dll. Pada tahapan ini juga dilakukan
pengolahan data sementara dalam rangka pembuatan Gambar Ukur.
d. Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan
Dalam rangka menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap pada Pendaftaran
Tanah Sistematik Lengkap perlu dilakukan Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum
8
Terpetakan dalam satu desa/kelurahan yang menjadi obyek pengukuran dan/atau
pemetaan bidang tanah sistematik lengkap.
Kegiatan Pembaruan Bidang Tanah Terdaftar belum Terpetakan berlaku untuk bidang
tanah yang sudah bersertipikat maupun bidang tanah yang belum bersertipikat.
Pembaruan data dilakukan sebagai kegiatan peningkatan kualitas data untuk mendukung
pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematik lengkap. Kegiatan
pengumpulan informasi tersebut diantaranya meliputi :
1) Informasi toponimi (nama-nama obyek penting di lapangan seperti tempat ibadah,
perkantoran, sekolahan, pasar, obyek wisata dll)
2) Informasi nama jalan, RT/RW, sungai, saluran
3) Informasi penggunaan tanah dan atau pemanfaatan tanah
4) Informasi NIB terhadap bidang tanah sertipikat yang belum mempunyai NIB
5) Informasi peta koordinat TM30 terhadap bidang tanah sertipikat yang masih
berkoordinat lokal
6) Informasi nama desa/kelurahan yang baru apabila ada pemekaran wilayah
desa/kelurahan lama
7) Informasi nilai tanah dan/atau informasi tambahan lain yang diperlukan.
9
penunjuk batas dan diketahui oleh aparat Desa/Kelurahan untuk memenuhi azas
kontradiktur delimitasi.
⮚ Tanggal Pengukuran diisi dengan tanggal pada saat pengukuran.
10
1) Daerah pemukiman, komersial dan/atau industri, ketelitian yang digunakan
adalah 0,3mm x skala peta;
2) Daerah non-pemukiman, non-komersial, non-industri adalah 0,5mm x skala
peta.
⮚ Kendali mutu pengelolaan data pada aplikasi KKP
1) Validasi data spasial
2) Validasi data tekstual
Output dari kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah adalah Gambar Ukur dan Peta Bidang
Tanah.
11
4. Transport dan Uang Saku Petugas Ukur
Kondisi geografis dan luasan rata-rata per desa untuk jawa dan luar jawa relative sangat berbeda oleh
karena itu sehingga dalam penyusunan Standar Biaya Keluaran (SBK) dibedakan ke dalam beberapa
kategori yaitu kategori Jawa Bali, Kategori Luar Jawa dan Kategori Kepulauan.
Adapun biaya rangkaian kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah antara lain :
a. Kategori Luar Jawa : Rp. 120.480,- untuk 1 hektar luasan tanah, mencakup wilayah provinsi di luar
Pulau Jawad an Pulau Bali.
b. Kategori Jawa Bali : Rp. 433.529,- untuk 1 hektar luasan tanah, mencakup wilayah provinsi di Pulau
Jawad an Pulau Bali.
c. Kategori Kepulauan : Rp. 406.000,- untuk 1 bidang tanah untuk wilayah kepulauan. Suatu wilayah
termasuk kategori Kepulauan apabila wilayah tersebut merupakan wilayah kepulauan dan menuju
lokasi harus menyeberangi lautan dan memerlukan transportasi khusus untuk menuju lokasi.
12