Anda di halaman 1dari 21

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE)

PETA TEMATIK PERTANAHAN DAN


RUANG DAERAH

KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2021

Kementerian Negara / : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Lembaga Pertanahan Nasional

Unit Eselon II/Satker : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional


Provinsi/Kantor Pertanahan
Program : Pengelolaan Pertanahan Daerah
Sasaran Program : Terpenuhinya Data dan Informasi Pertanahan
secara lengkap
Indikator Kinerja Program : Tersedianya Data dan Informasi penguasaan,
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
berbasis bidang yang komprehensif dan lengkap di
32 Provinsi
Kegiatan : Penyelenggaraan Pengembangan Infrastruktur
Keagrariaan di Daerah
Sasaran Kegiatan : Terpenuhinya Peta Tematik Pertanahan dan Ruang
di 32 Provinsi
Indikator Kinerja Kegiatan : Tersedianya Peta Tematik Pertanahan dan Ruang di
32 Provinsi
Keluaran (Output) : Peta Digital Tematik Pertanahan dan Ruang
Indikator keluaran (Output) : Bidang Tanah Yang Diinventarisasi
Volume Keluaran (Output) : 948.000
Satuan Ukur Keluaran : Bidang
(Output)
A. Latar Belakang

a. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan


Dasar pelaksanaan kegiatan Pembuatan Peta Tematik Pertanahan
dan Ruang adalah:
(1) TAP MPR RI Nomor IX Tahun 2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam;
(2) Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (UUPA)
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah;
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah;
(5) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015
tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
(6) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015
tentang Badan Pertanahan Nasional;
(7) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
(8) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan;
(9) Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional No.293/Kep-4.1/VII/2018 tentang Pengelolaan
Data dan Informasi Geospasial Tematik di lingkungan Kementerian
ATR/BPN;
(10) Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) Direktorat Survei dan
Pemetaan Tematik Tahun 2012;
(11) DIPA Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional.
b. Gambaran Umum

Undang-Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945, Pasal 33 ayat 3


menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat”. Selanjutnya didalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
dalam pasal 1 Ayat (2) menyatakan bahwa “seluruh bumi, air, dan
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan
merupakan kekayaan nasional.

Penggunaan dan pemanfaatan atas tanah perlu diatur dalam suatu


sistem yang dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat tanpa merusak fungsi tanah sebagai sumber kehidupan.
Untuk itu diperlukan pemahaman bersama secara komprehensif
terkait peran dan fungsi tanah sebagai sumberdaya alam, tanah
sebagai ekosistem, dan hubungan tanah dengan manusia dan makhluk
hidup lainnya.

Selain fungsi tanah seperti yang telah dijelaskan diatas, tanah juga
memiliki dimensi spasial, untuk itu dimensi spasial tanah dapat
digunakan dan dimanfaatkan dalam bentuk penyajian data geospasial
tanah yang berbentuk peta dengan berbagai tema dengan objek tanah,
baik secara fisik, fungsi, status dan lain sebagainya. Penyajian data
spasial tersebut yang kita kenal dengan peta tematik.

Peta tematik adalah peta yang menunjukan distribusi ruang dari satu
atau lebih karakteristik/data/atribut baik kualitatif ataupun
kuantitatif dalam suatu unit area, baik berbasis wilayah ataupun
berbasis bidang tanah. Informasi yang ditampilkan bergantung kepada
kebutuhan pengguna, semakin besar skala pemetaan yang dilakukan
maka informasi yang ditampilkan juga akan semakin detail, maka skala
bidang tanah adalah skala terbesar yang dapat ditampilkan untuk
menyajikan informasi dimaksud.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional


adalah salah satu lembaga Negara yang diberikan wewenang
sebagaimana tugas dan fungsinya untuk mengurus dan mengatur
terkait kewenangan Negara dalam hal agraria, pertanahan dan
penataan ruang. Salah satu tugas dan fungsi yang diemban adalah
menyediakan infrastruktur Informasi Geospasial Tematik (IGT)
pertanahan dan ruang yang berkaitan dengan fungsi agraria, tata ruang
dan pertanahan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh unit teknis di
lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional maupun kantor wilayah dan kantor pertanahan. Untuk
mendukung pelaksanaan program-program strategis kementerian yaitu
Penataan Ruang. Reforma Agraria melalui Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) dan Redistribusi Tanah, Potensi Tanah Objek
Landreeform (TOL), Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum. Pengendalian Pertanahan dan Penyelesaian
terhadap Sengketa/ Permasalahan Pertanahan. Beberapa tema dalam
IGT pertanahan dan ruang adalah tema penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan. Unit Produksi untuk tema-tema
tersebut sesuai dengan Kepmen ATR/BPN No 293 Tahun 2019 adalah
Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik dan jajarannya.

Untuk memudahkan pemahaman dan pelaksanaan, berikut ini


beberapa pengertian yang berkaitan dengan kegiatan, yaitu:
1. Bidang Tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan
satuan bidang yang berbatas (Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah);
2. Penguasaan Tanah adalah hubungan hukum antara orang per
orang, kelompok orang, atau badan hukum dengan tanah
sebagaimana dimaksud dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun
1960 (Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah);
3. Pemilikan Tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang,
kelompok orang, atau badan hukum yang dilengkapi dengan bukti
kepemilikan baik yang sudah terdaftar (sertipikat hak atas tanah)
maupun yang belum terdaftar;
4. Penggunaan Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik
yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia
(Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah);
5. Pemanfaatan Tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai
tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya
(Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah)
6. Sketsa Bidang Tanah adalah data fisik bidang tanah berdasarkan
penguasaan nyata di lapangan yang belum ditetapkan batasnya oleh
yang berwenang;
7. Nomor Inventarisasi (NIS) adalah nomor referensi sebagai tanda
pengenal khusus yang diberikan untuk setiap bidang tanah yang
bersifat unik atau tunggal untuk setiap bidang tanah di seluruh
objek pendataan.

Pelaksanaan kegiatan Pembuatan Peta Tematik Pertanahan dan


Ruang tahun 2021 difokuskan untuk memperoleh data dan informasi
bidang-bidang tanah dalam satu desa lengkap (prinsip desa lengkap),
tanpa pengukuran yang selanjutnya dapat ditindaklanjuti dengan
program pertanahan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional.
Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan adalah untuk memperoleh data dan Informasi
Geospasial Tematik (IGT) Pertanahan dan Ruang di daerah. Tujuan
kegiatan adalah melakukan survei dan pemetaan tematik bidang tanah
untuk tema Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan Pemanfaatan
Tanah.

Area of interest (AOI)


Lokasi Kegiatan terletak di 32 Provinsi (terlampir dalam RAB).
Kriteria lokasi:
1. Lokasi kegiatan adalah dalam satu kesatuan wilayah administrasi
lengkap;
2. Lokasi kegiatan pemetaan tematik pertanahan dan ruang yang
dilaksanakan oleh daerah tidak boleh sama dengan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Pusat pada TA 2021 atau sudah pernah
dilakukan kegiatan serupa pada tahun sebelumnya. Oleh karena
itu, sebelum dilakukan penetapan lokasi, Kantor Pertanahan harus
sudah berkoordinasi dengan Kantor Wilayah BPN Provinsi dan
mendapat persetujuan dari Direktorat Survei dan Pemetaan
Tematik.

B. Penerima manfaat

Penerima manfaat dari hasil kegiatan ini adalah:


1. Internal, yakni
❏ Memperoleh data dan IGT penguasaan, pemilikan, penggunaan,
dan pemanfaatan tanah berbasis bidang yang komprehensif dan
lengkap
2. Eksternal
a. Di lingkup Kementerian ATR/BPN. Hasil kegiatan digunakan
❏ Sebagai basic layer untuk Land Tenure (menambah
cakupan bidang tanah terpetakan yang kemudian bisa
ditingkatkan untuk proses pendaftaran tanah), Land Value
(Penilaian Tanah, terutama yang berbasis bidang), Land
Use (Peta RDTR), dan Land Development (Perencanaan dan
Pengendalian Tata Ruang)
❏ Mendukung kegiatan prioritas nasional (Potensi Reditribusi
Tanah, potensi TOL, indikasi tanah terlantar, indikasi
tanah sengketa, potensi PTSL, pengadaan tanah)
❏ Sebagai peta tematik (materi teknis) penyusunan RDTR dan
bahan perencanaan tata ruang lainnya (misal penataan
ruang rawan bencana, kawasan pariwisata, dll)
❏ Sebagai masukan kegiatan inventarisasi tanah pemerintah
❏ Untuk identifikasi tumpang tindih tenurial

b. Di luar Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN


(Kementerian/Lembaga, Pemda dan stakeholder yang
membutuhkan). Hasil kegiatan digunakan sebagai:
❏ Mendukung Kebijakan Satu Peta (misal secara khusus
sebagai bahan masukan percepatan pembuatan IGT Batas
Desa yang inputnya batas bidang lengkap terpetakan satu
desa)
❏ Bahan pengambilan kebijakan perencanaan dan
pembangunan tata ruang dan wilayah (contoh kawasan
IKN)
❏ Inventarisasi bidang tanah transmigrasi

C. Strategi Pencapaian Keluaran

1. Metode Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan dengan metode survei. Secara garis besar,


kegiatan utama dalam survei adalah inventarisasi data lapangan
menggunakan mobile application Sipetik guna mendapatkan data
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan seluruh bidang
tanah dalam satuan wilayah desa. Inventarisasi dilakukan bidang per
bidang.

Pendekatan yang digunakan untuk identifikasi bidang dan pembuatan


batas tenurial (penguasaan dan pemilikan) adalah pendekatan
partisipatif (participatory mapping approach). Terdapat partisipasi
masyarakat karena batas bidang tersebut diidentifikasi dan didelineasi
oleh masyarakat sendiri (sebagai para-surveyor) di atas peta kerja atau
di dalam aplikasi Sipetik (yang telah memiliki background peta
kerja/citra satelit/foto udara) atau oleh surveyor atas dasar
arahan/penunjukan dari masyarakat (dalam hal ini pemilik,
penggarap, atau yang menguasai, maupun dari perangkat
kelurahan/desa setempat yang berkompeten)

Pertemuan dan penggalian informasi tekstual dilakukan secara


wawancara baik secara tatap muka orang per orang maupun
pertemuan kolektif. Pertemuan secara kolektif dilakukan dalam rangka
selain untuk mendapatkan data secara lebih cepat, juga dimaksudkan
sebagai sarana konfirmasi dan cross check antar warga yang bidang
tanahnya didata. Pendekatan yang dilakukan untuk identifikasi dan
delineasi batas bidang utilisasi (penggunaan dan pemanfaatan) adalah
pendekatan penginderaan jauh/fotogrametrik dengan teknik
kombinasi interpretasi visual dan field visit yang dimaksudkan sebagai
ground check.

Selain data primer tersebut, guna melengkapi hasil identifikasi, mesti


pula digunakan data sekunder dari K/L terkait, seperti misalnya data
infrastruktur jalan dari Kementerian PUPR/Dinas terkait, data potensi
desa, data batas wilayah administrasi dari Kemendagri/Pemerintah
Daerah, data kawasan hutan dari Kementerian KLHK, dan data konsesi
tambang dari Kementerian ESDM. Dari Kementerian ATR/BPN
digunakan data dari Aplikasi KKP serta jika ada, data dari kegiatan
strategis tahun-tahun sebelumnya seperti Kegiatan Redistribusi Tanah.
Jika di desa/kelurahan terkait pernah dilakukan pendataan tanah oleh
Seksi Tata Pemerintahan atau aparat RT/RW, maka data tersebut perlu
digunakan sebagai cross check.

Berikutnya diteruskan dengan pengolahan dan analisa data,


pembuatan peta, analisa dan pelaporan. Analisa data ini dilakukan
untuk memperoleh informasi mengenai: gambaran dan struktur
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah pada
setiap Desa/Kelurahan. Pelaksanaan survei belum sampai pada
tahapan penetapan batas bidang.

Bentuk kegiatan adalah swakelola oleh Kantor Pertanahan dengan


tahapan kegiatan berupa (1) Penyusunan bahan dan pembuatan peta
kerja, (2) Penyuluhan dan pelatihan (3) Pengambilan data lapangan (4)
Kendali mutu, dan (5) Pengolahan data dan penyusunan laporan.

2. Pelaksana

Pelaksana kegiatan swakelola ini adalah ASN (Aparatur Sipil Negara) di


Kantor Pertanahan lokasi kegiatan, serta Non ASN (PPNPN/Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri, dan masyarakat desa setempat).
Tabel 1. Pelaksana per tahap kegiatan

No Kegiatan Pelaksana Jumlah (per


kegiatan)
1 Penyusunan bahan dan ASN/PPNPN
pembuatan peta kerja
2 Penyuluhan dan Tim Penyuluhan: 4 orang
pelatihan Kakantah/Kasi di
lingkungan Kantor
Pertanahan Kab./Kota

Pelatihan:
Kasi IP/Kasi PP/Kasubsi
Pengukuran dan
Pemetaan Dasar dan
Tematik/Kasubsi LR dan
KT
3 Pengambilan data
lapangan Petugas survei 5 orang
(ASN/PPNPN)
Pembantu lapang 20 orang
(perangkat desa bidang
kewilayahan/perpajakan)
4 Kendali mutu Kasi IP dan Kasi 2 orang
Penataan Pertanahan
5 Pengolahan data dan ASN/PPNPN
penyusunan laporan
3. Tahapan Pelaksanaan dan Waktu Pelaksanaan
a. Penyusunan bahan dan pembuatan peta kerja
Tahapan ini merupakan tahapan persiapan terdiri dari (1)
penyusunan bahan (persiapan administrasi) (2) pembuatan peta
kerja (persiapan teknis)

Penyusunan bahan meliputi:


1. Penyiapan SDM pelaksana, penyediaan anggaran;
2. Persiapan administrasi: penyiapan SK pelaksana kegiatan, Surat
tugas, Surat Perjalanan Dinas, jadwal pelaksanaan, serta Surat
Pemberitahuan ke Pemerintah Daerah setempat atau instansi
terkait lainnya.

Persiapan teknis meliputi:

1. Penentuan Lokasi
Berdasarkan AOI yang telah ditentukan dan ditetapkan dengan
SK Penetapan Lokasi.

2. Persiapan peralatan dan pembuatan peta kerja


a. Peralatan: alat tulis kantor, GPS handheld, mobile phone,
laptop/tablet/komputer berisi software yang diperlukan
termasuk ArcGIS, dan mobile application Sipetik yang layer
dan kedalaman informasi atributnya sudah disesuaikan
dengan keperluan survey.

b. Pembuatan peta kerja yang jumlahnya disesuaikan dengan


lokasi kegiatan. Peta kerja dibuat dari peta dasar berupa foto
udara digital. Proses pembuatan peta kerja terdiri dari
pembuatan peta kerja untuk delineasi bidang tanah, digitasi
penggunaan tanah dan digitasi pemanfaatan tanah. Desain
layout peta kerja dilakukan secara kartografis berdasarkan
kebutuhan di lapangan dengan mengacu standar yang telah
ditetapkan. Peta kerja/foto udara diinput ke dalam Sipetik
dan digunakan sebagai background untuk deliniasi batas
bidang.

b. Penyuluhan dan Pelatihan


Dalam tahapan ini, yang perlu dilakukan adalah:
1. Pembekalan yang dilaksanakan kepada seluruh pelaksana yang
terlibat. Materi pembekalan meliputi pengenalan seluruh
tahapan kegiatan yang akan dilakukan, identifikasi atribut
bidang tanah yang akan diambil, penggunaan aplikasi Sipetik
untuk pencatatan data lapangan, dan lain-lain.
2. Penyuluhan kepada masyarakat desa yang dilakukan secara
tatap muka. Keberhasilan kegiatan ini merupakan langkah awal
kesuksesan pelaksanaan kegiatan. Sasaran kegiatan ini pada
level desa adalah perangkat desa/kelurahan, Rukun
Tetangga/Rukun Warga dan masyarakat.
3. Pelatihan pembantu desa/pembantu lapangan (vokasi) yang
bukan berasal dari lingkungan Kementerian ATR/BPN.
Pelatihan bertempat di desa yang menjadi lokasi kegiatan.
Tujuan dari pelatihan ini untuk mendapatkan tambahan tenaga
survei. Secara umum kegiatan ini akan memberikan gambaran
kepada pembantu desa/ lapangan mengenai maksud dan tujuan
pelaksanaan kegiatan, cara pengambilan data lapangan (data
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan) dan
informasi lain yang relevan, teknik participatory mapping yang
melibatkan masyarakat desa.

c. Pengambilan data lapang


Pengambilan data/survei lapang adalah kegiatan pendataan yang
dilakukan dengan teknik kombinasi antara delineasi bidang di atas
peta kerja (baca: pembuatan sket bidang tanah) dan secara on
screen di aplikasi Sipetik untuk mendapatkan data spasial (batas
bidang) dan wawancara/pengisian formulir untuk mendapatkan
data tekstual.

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan survei dan pemetaan ini


adalah:
1. Penguasaan tanah
2. Pemilikan tanah
3. Penggunaan tanah
4. Pemanfaatan tanah

Pengambilan data bidang disertai foto yang terintegrasi dengan


aplikasi Sipetik. Foto diambil untuk bidang-bidang yang menjadi
sampel.

d. Kendali Mutu

Kendali mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan


mutu pekerjaan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh pejabat dari
Kantor Pertanahan lokasi kegiatan menggunakan mekanisme
perjalanan dinas kendali mutu.

Kendali mutu dimaksudkan untuk:


1. Memantau dan memverifikasi bahwa pengambilan data
lapangan dan entri data lapangan dalam pelaksanaan Kegiatan
sesuai dengan prosedur dalam Kerangka Acuan Kerja yang telah
dibuat.
2. Menemukan solusi dan kesepakatan penyelesaian terhadap
permasalahan dan kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan
lapangan.
e. Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
Pengolahan data

Pengolahan data dilaksanakan menggunakan software pengolah


data. Dilakukan melalui kegiatan pembahasan/rapat internal
mengenai pengolahan dan kompilasi data dari aplikasi Sipetik yang
digunakan oleh surveyor. Sumber informasinya adalah peta kerja
yang sebelumnya telah di delineasi di lapangan dan catatan hasil
survei lapang yang diperlukan.

Pengolahan data dilakukan sejak data diperoleh di lapangan dan


dilanjutkan di internal Kantor. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengolahan data adalah:
1. Pengolahan data ditujukan untuk:
a. Pengecekan ulang apakah hasil
pengolahan telah memenuhi
standar
b. Identifikasi kendala kendala dan
permasalahan dalam pengolahan
data, baik persoalan teknis
pemetaan
(geometri/topologi/tabulasi/atribut
isasi) maupun persoalan non-teknis
(kekurangan data/perbedaan isian
formulir).
c. Pembuatan kesepakatan dan
langkah-langkah taktis
penyelesaian permasalahan yang
ditemui.
d. Kompilasi, penyeragaman dan
sinkronisasi data spasial dan
tabular antar tim
e. Penyeragaman format penyajian
peta (layouting) dan visualisasi
tabular hasil kegiatan
menggunakan tabel, chart, dan
diagram.
2. Setiap bidang penguasaan akan diberi NIS (Nomor Identifikasi
Sementara) . Format NIS adalah:
aa.bb.cc.dd.e.fffff

aa = kode provinsi
bb = kode kabupaten/kota
cc = kode kecamatan
dd = kode desa/kelurahan
e = kode tema penguasaan tanah (yakni 9)
fffff = nomor identifikasi sementara/nomor bidang tematik

Misal:

16.03.11.01.9.00008

16 = Provinsi Kalimantan Timur


03 = Kabupaten Kutai Kartanegara
11 = Kecamatan Loa Janan
01 = Desa Bakungan
9 = Kode tema penguasaan tanah
00008 = Nomor identifikasi sementara/nomor bidang tematik

Bidang tutupan lahan lain, seperti Jalan, Waduk, Sungai juga diberi
NIS/NBT.

Dalam tahap pengolahan data, dilakukan verifikasi dan validasi


terhadap digitasi batas berbasis tenurial (penguasaan dan
pemilikan), serta digitasi batas berbasis utilisasi (penggunaan dan
pemanfaatan) yang telah dilakukan sebelumnya secara on-screen di
aplikasi Sipetik. Verifikasi dilakukan menggunakan software
pengolah data.
f. Selain itu, digitasi juga dilakukan terhadap layer dasar
(hidrologi, jaringan jalan). Data informasi geospasial dasar lain
seperti batas wilayah administrasi dan garis pantai diperoleh
dari data sekunder. Layer dasar mesti didigitasi lebih awal dan
layer tematik mesti menyesuaikan terhadap layer dasar ini dan
bukan sebaliknya.
g. Pembentukan topologi.
Topologi adalah pendefinisian secara sistematis yang
menerangkan hubungan relatif antara objek yang satu dengan
yang lainnya. Topologi didefinisikan sesuai dengan
karakteristik data polyline, poligon, dan point menurut aturan
tertentu.
h. Sinkronisasi dan Edge Matching
Edge matching merupakan kegiatan penyatuan data vektor hasil
digitasi dari beberapa personel dan tim yang berbeda guna
membentuk data seluruh AOI yang seamless. Tujuannya agar
tidak terjadi gap dan overlap bidang tanah antar tim dan
personel yang bekerja.

Standar pembuatan peta terdiri dari standar geodatabase dan


standar kartografis
▪ Standar geodatabase
Struktur data disajikan mengikuti NSPK Survei dan
Pemetaan Tematik Tahun 2012 dengan penyesuaian
sesuai kebutuhan. Dataset/tema disajikan dalam
shapefile terpisah untuk kemudian dikelompokan
dalam suatu file geodatabase.
● Standar penyajian kartografis
Format peta per tema disajikan mengikuti desain
layout berdasarkan kebutuhan tampilan dengan
mengacu
standar yang telah ditetapkan oleh Direktorat Survei
dan Pemetaan Tematik serta memenuhi kaidah-kaidah
secara kartografis.

Analisa data merupakan kegiatan kategorisasi dan kalkulasi data


guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Hasil analisis
disajikan juga dalam bentuk tabel, diagram, gambar dan bentuk
lain yang sesuai.

Penyusunan laporan

Laporan merupakan presentasi pelaksanaan dan hasil kegiatan


yang disajikan dalam bentuk buku. Jadi kegiatan pelaporan adalah
kegiatan pembuatan laporan akhir sebagai proses akhir dalam
rangkaian pembuatan peta tematik informasi tematik bidang tanah.
Dalam laporan akhir disertakan tahap pekerjaan, data dan
informasi berupa tabulasi, rekapitulasi, dan diagram dari peta
tematik yang dibuat. Laporan dibuat dalam bentuk hardcopy dan
softcopy (.pdf) dan didistribusikan kepada para pihak yang
berkepentingan.

Output yang diharapkan


Dalam kegiatan ini terdapat output per tahap kegiatan dan output
utama. Output per tahapan kegiatan adalah hasil yang diperoleh dari
masing-masing tahapan. Output utama adalah output yang menjadi
target hasil akhir kegiatan keseluruhan (yang biasanya juga menjadi
output dari tahapan kegiatan terakhir). Berikut disampaikan output
dalam tiap tahapan kegiatan
Tabel 2. Output per tahap kegiatan

No Tahap kegiatan Output

1 Penyusunan bahan dan pembuatan 1. SK Penetapan Lokasi


peta kerja dan Tim Pelaksana
Kegiatan.
2. Peta Kerja.

2 Penyuluhan dan Pelatihan BA Penyuluhan dan BA


Pelatihan

3 Pengambilan Data Lapangan Data Survei Lapangan

4 Kendali Mutu Data hasil kegiatan


terverifikasi

5 Pengolahan data dan penyusunan 1. Peta digital dan


laporan upload ke
Geoportal
2. Laporan
Pelaksanaan Kegiatan

Output utama pelaksanaan kegiatan ini adalah peta digital geospasial


tematik pertanahan dan tata ruang yang bersisi data tekstual dan
spasial informasi bidang tanah untuk empat tema yakni penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Hasil disajikan secara
komprehensif dan sistematis dalam satu desa (prinsip desa lengkap)
dalam format digital geodatabase serta sudah diupload ke geoportal
tematik.

Waktu pelaksanaan kegiatan


Kegiatan paling lambat dimulai pada akhir triwulan pertama (Bulan
Maret), dengan waktu pelaksanaan kegiatan sebagaimana tabel di
bawah.
Tabel 3. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Jadwal
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V
1 Penyusunan
bahan dan
pembuatan
peta kerja
2 Penyuluhan
dan Pelatihan
3 Pengambilan
data lapang
4 Kendali mutu

5 Pengolahan
data dan
Penyusunan
Laporan

D. Kurun waktu pencapaian keluaran

Pekerjaan diselesaikan dalam 1 (satu) tahun anggaran, dengan kurun


waktu 5 (lima) bulan.

E. Biaya yang Diperlukan

Sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pembuatan


Peta Tematik Pertanahan dan Ruang di Daerah berasal Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran tahun 2021.
Biaya kegiatan dianggarkan berdasarkan pendekatan untuk satu wilayah
kerja (misal desa) dimana terdapat 1.000 bidang, sehingga anggaran satu
bidang dapat diketahui. Anggaran kegiatan ini dikelompokan menjadi 6
(enam) kategori. Faktor utama yang membedakan anggaran dalam 6
kategori tersebut adalah biaya transport dan jumlah hari yang diperlukan
pada saat pelaksanaan lapangan untuk memenuhi prestasi kerja.
Sedangkan perbedaan biaya-biaya lainnya relatif kecil. Kategori 1 hingga
kategori 6 meliputi provinsi dan harga satuan bidang sebagai berikut:

Tabel 4. Biaya per Bidang

Harga
No Kategori Lokasi
Satuan
PROVINSI: PAPUA, PAPUA BARAT,
1 KATEGORI I NUSA TENGGARA TIMUR, 106,094
MALUKU, MALUKU UTARA
PROVINSI: SULAWESI UTARA,
2 KATEGORI II SULAWESI TENGAH, SULAWESI 98,744
TENGGARA, NTT, NTB
PROVINSI: SULAWESI BARAT,
SULAWESI SELATAN, KALTIM,
3 KATEGORI III 91,604
KALBAR, ACEH, SUMUT, SUMBAR,
KALTENG, GORONTALO
PROVINSI: KALIMANTAN
4 KATEGORI IV SELATAN, RIAU, JAMBI, 83,834
SUMATERA SELATAN, BENGKULU,
LAMPUNG
PROVINSI: DKI JAKARTA, JAWA
5 KATEGORI V BARAT, JAWA TENGAH, DIY, JAWA 76,274
TIMUR, BALI, BANTEN

6 KATEGORI VI PROVINSI: KEPULAUAN 174,974


Biaya kegiatan di tiap provinsi dapat dilihat pada RAB yang disertakan
bersama KAK ini.

Jakarta, April 2020


Penanggung Jawab Kegiatan
Direktur Survei dan Pemetaan Tematik

Dwi Budi Martono


NIP. 19700305 199703 1 004

Anda mungkin juga menyukai