Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Umum
Tanah merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang
kelangsungan hidup manusia. Sebagai penunjang kelangsungan
hidup, tanah difungsikan sebagai tempat manusia beraktivitas.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan
peradaban manusia, penggunaan tanah terutama lahan sawah
mulai terusik. Keterusikan ini akibat pertambahan jumlah
penduduk, penemuan dan pemanfaatan teknologi, serta dinamika
pembangunan. Lahan sawah yang semula berfungsi sebagai media
bercocok tanam (pertanian), berangsur-angsur berubah menjadi
pemukiman penduduk maupun lahan non pertanian lainnya.
Perubahan pemanfaatan lahan sawah untuk pertanian ke
pemanfaatan bagi non pertanian ini dikenal dengan istilah alih
fungsi lahan sawah.
Alih fungsi lahan sawah setiap tahunnya terjadi kurang lebih
seluas 150.000-200.000 ha/tahun, namun dampak alih fungsi
lahan sawah kurang disadari sehingga upaya pengendalian serta
penanganannya terkesan terabaikan. Dalam hal alih fungsi tersebut,
kebijakan pemerintah juga diarahkan untuk meminimalkan dampak
yang lebih luas yaitu kerugian sosial ekonomi seperti hilangnya
kesempatan kerja, pendapatan petani, dan terganggunya
ketersediaan pangan, kerugian ekologi seperti banjir, penurunan
permukaan tanah dan terganggunya keseimbangan ekosistem, serta
lebih jauh dapat mengancam stabilitas politik, ekonomi dan sosial.
Implementasi alih fungsi lahan sawah masih dapat dilakukan selama
tidak merugikan dan dapat ditekan serta dinetralisasi. Ada tiga
strategi dapat ditempuh dan harus dilaksanakan secara serentak.
Strategi itu adalah (1) memperkecil peluang terjadinya alih fungsi
lahan sawah dengan mengurangi intensitas faktor yang dapat

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 1


mendorong terjadinya alih fungsi lahan sawah; (2) mengendalikan
kegiatan alih fungsi lahan sawah dalam rangka menekan potensi
dampak negatif yang ditimbulkan; dan (3) menanggulangi atau
menetralisasi dampak negatif alih fungsi lahan sawah.
Namun demikian, strategi Pemerintah untuk menanggulangi
dampak alih fungsi lahan sawah tersebut menemui berbagai macam
kendala, sehingga Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tidak dapat
terlaksana dengan baik. Saat ini masih terdapat berbagai
permasalahan terkait pengendalian alih fungsi lahan sawah seperti:
a. Belum semua Provinsi dan Kabupaten/Kota menyelesaikan Perda
RTRW sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional;
b. Rencana Pembangunan di daerah khususnya infrastruktur dasar
yang memerlukan tanah semakin intensif dan kompetitif;
c. Penetapan LP2B dalam Perda RTRW baru dilakukan oleh
sebagian Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, dengan luasan
sawah yang ditetapkan dalam LP2B tidak didukung dengan data
secara geospasial;
d. Keengganan Pemerintah Daerah untuk menetapkan LP2B
disebabkan antara lain:
1) Penetapan LP2B dirasa dapat menggangu investasi dan tidak
memberikan tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
2) Dengan ditetapkannya LP2B Pemerintah Daerah merasa
terikat dan sulit membangun wilayah daerahnya karena
menjadi tidak fleksibel;
3) Situasi dilematis akan dihadapi oleh Pemda dihadapkan
dengan hak kepemilikan lahan sawah yang merupakan pribadi
untuk mengalihkannya dan atau menjualnya;
4) Tidak adanya konsekuensi atau sanksi terhadap daerah yang
tidak menetapkan LP2B;

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 2


5) Permasalahan lainnya terkait dengan upaya penegakkan
hukum, pengaturan regulasi, serta ketersediaan Sumber Daya
Manusia yang tersedia untuk mendukung penetapan LP2B.
e. Maraknya alih fungsi secara mandiri/tanpa perizinan yang
ditetapkan.
Dengan demikian, kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah ini merupakan salah satu langkah Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam mewujudkan
kebijakan dimaksud.

2. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043);
b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
c. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan
dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik;
g. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
h. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 19 Tahun 2016 tentang Penetapan

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 3


Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada Wilayah yang Belum
Terbentuk Rencana Tata Ruang Wilayah;
i. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.
j. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2018 tentang Izin Lokasi;
k. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Pertimbangan Teknis Pertanahan.

B. Maksud dan Tujuan


1. Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi satuan
kerja di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi, dan Kantor Pertanahan di seluruh Indonesia dalam
melaksanakan kegiatan pengendalian alih fungsi lahan sawah;
2. Tujuan petunjuk teknis ini agar terdapat standarisasi dan
keseragaman dalam melaksanakan kegiatan pengendalian alih
fungsi lahan sawah.

C. Pengertian
1. Lahan Sawah adalah lahan usaha tani yang secara fisik
permukaan tanahnya rata, dibatasi oleh pematang, sehingga
dapat ditanami padi dengan sistem genangan dan
palawija/tanaman pangan lainnya;
2. Alih fungsi Lahan Sawah adalah perubahan fungsi lahan sawah
menjadi bukan lahan sawah baik secara tetap maupun sementara;
3. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan
secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional;

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 4


4. Hak Atas Tanah adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
5. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil
perencanaan tata ruang;
6. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW
adalah hasil perencanaan tata ruang pada wilayah yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif;
7. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang Pertanahan;
8. Kepala Kantor Wilayah adalah Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi;
9. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

D. Prinsip Dasar Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah


Pengendalian alih fungsi lahan sawah meliputi beberapa kegiatan
terkait yang ditunjukkan dengan skema berikut ini:
Verifikasi Lahan Sawah
Terhadap Data a
Pertanahan oleh
Kementerian ATR/BPN

Sinkronisasi Data Lahan Penetapan Peta Indikatif


Verifikasi Lahan Sawah Sawah oleh Kementerian Lahan Sawah yang
oleh BIG Koordinator Bidang Dilindungi oleh Menteri
Perekonomian ATR/BPN

Verifikasi Sawah Irigasi


Lahan Sawah oleh Kementerian
PUPR

Verifikasi Cetak Sawah


Baru oleh Kementerian
Pertanian

Masa Status
Permohonan Alih Quo Persetujuan Alih Fungsi b1 Lahan Sawah yang
Lahan Sawah oleh Menteri
Fungsi Lahan Sawah Dilindungi
ATR/BPN
d,e,f
b2 c
Keterangan:
a : Kendali mutu verifikasi Alih Fungsi sawah ke Masuk dalam Perda
b1 : Rekomendasi AFLS Bila sudah ada non pertanian LP2B/RTRW
b2 : Pemantauan dan Evaluasi dalam RTRW b3
b3 : Penertiban
c : Pengendaian Integrasi (d,e,f)
d : Proteksi
e : Pembinaan Insentif
f : Penyuluhan Sosialisasi

Gambar 1. Skema Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 5


Berdasarkan skema di atas, verifikasi terhadap lahan sawah
dilakukan oleh 4 (empat) lembaga Pemerintah yaitu Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN),
Badan Informasi Geospasial (BIG), Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR), dan Kementerian Pertanian. Verifikasi
lahan sawah tersebut dilakukan berdasarkan kewenangan masing-
masing lembaga. Verifikasi lahan sawah di Kementerian ATR/BPN
dilaksanakan terhadap data pertanahan dan tata ruang. Badan
Informasi Geospasial melakukan verifikasi lahan sawah berdasarkan
interpretasi citra satelit yang divalidasi di lapangan. Selanjutnya,
verifikasi lahan sawah oleh Kementerian PUPR dilakukan berdasarkan
infrastruktur irigasi. Sedangkan Kementerian Pertanian melakukan
verifikasi terhadap data komoditas pertanian, serta rencana dan
realisasi cetak sawah baru di seluruh Indonesia.
Hasil verifikasi lahan sawah yang dilakukan oleh lembaga tersebut
selanjutnya dilakukan sinkronisasi oleh Tim yang diketuai oleh
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sinkronisasi
diperlukan mengingat metode yang dilakukan berbagai lembaga
tersebut berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk menghasilkan data
yang valid untuk penetapan Peta Lahan Sawah Dilindungi. Penetapan
Peta Lahan Sawah Dilindungi kemudian dilakukan oleh Menteri
ATR/BPN. Setelah ditetapkan sebagai Peta Lahan Sawah Dilindungi
sampai dengan ditetapkannya ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) merupakan masa status quo. Pada masa ini, setiap alih fungsi
lahan sawah harus mendapat rekomendasi dari Menteri ATR/BPN.
Dalam status quo tersebut juga diperlukan pengendalian dalam bentuk
pemantauan dan evaluasi lahan sawah. Di sisi yang lain, lahan sawah
yang telah ditetapkan dalam Peta Lahan Sawah Dilindungi harus
segera diintegrasikan dengan rencana LP2B yang diusulkan ke dalam
Peraturan Daerah (Perda) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B) dan atau Perda RTRW. Untuk itu, pengendalian perlu dilakukan
untuk memastikan bahwa Peta Lahan Sawah Dilindungi tersebut telah
diintegrasikan ke dalam Perda LP2B dan atau Perda RTRW.

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 6


Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kegiatan dalam rangka
pengendalian alih fungsi lahan sawah yang dilakukan oleh bidang
Pengendalian Kementerian ATR/BPN meliputi:
a. Kendali mutu pekerjaan verifikasi lahan sawah terhadap data
pertanahan yang dilakukan oleh bidang penataan agraria;
b. Pengendalian alih fungsi lahan sawah dilindungi
1) Rekomendasi alih fungsi lahan sawah
2) Pemantauan dan evaluasi
3) Penertiban
c. Pengendalian integrasi Peta lahan sawah dilindungi ke dalam
RTRW
d. Proteksi
e. Pembinaan Insentif
f. Penyuluhan/Sosialisasi

Adapun Pembagian kewenangan dalam rangka pelaksanaan


pengendalian alih fungsi lahan sawah, diuraiakan sebagaimana
diagram di bawah ini:

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 7


Kantor Pertanahan Kanwil Pusat

Penataan Pengendalian Penataan Pengendalian Penataan Pengendalian

Persiapan Persiapan Persiapan

Penyarahan Kendali Mutu Penyusunan dan

Konsultasi Manajemen dan Dampak Pengendalian AlFLS


Kompilasi Data Sosialisasi Juknis
Data

Pengumpulan Data Survei Lapang Kendali Mutu TOT dan OJT

Penyerahan Data Kompilasi Data

Kendali Mutu

Klarifikasi & Ekspose Pengolahan Data


LSD dan Analisis

Penetapan LSD

Tim Terpadu &


Sekretariat

Pemantauan Pemantauan Pemantauan


dan Evaluasi dan Evaluasi dan Evaluasi

Penertiban Penertiban Penertiban

Permohonan Permohonan Rekomendasi


AFLSD AFLSD AFLSD

Integrasi dengan Integrasi dengan Integrasi dengan


RTRW RTRW RTRW

Proteksi

Pembinaan Pembinaan
Pembinaan
Insentif

Penyuluhan/
Sosialisasi

Gambar 2. Pembagian Kewenangan Pelaksanaan Verifikasi Lahan Sawah


terhadap Data Pertanahan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah

Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah tidak lepas dari


kegiatan Verifikasi Lahan Sawah terhadap Data Pertanahan yang
dilakukan oleh Bidang Penataan Pertanahan. Bersamaan dengan
Kegiatan verifikasi, Bidang Pengendalian melakukan kegiatan
Kendali Mutunya, sehingga hasil Verifikasi dapat dipergunakan
dalam kegiatan pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah.
Atas dasar hasil kegiatan verifikasi tersebut, data selanjutnya
diserahkan kepada Tim Terpadu dan Sekretariat untuk sinkronisasi

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 8


dengan data lainnya. Hasil sinkronisasi ditetapkan oleh Menteri
ATR/BPN menjadi Peta Lahan Sawah Dilindungi.
Terhadap lahan sawah yang telah ditetapkan sebagai lahan sawah
dilindungi dilaksanakan pengendalian alih fungsi lahan sawah
melalui kegiatan Pemantauan dan Evaluasi serta Kegiatan
Penertiban yang dilaksanakan secara simultan baik oleh satuan
kerja Pusat (Direktorat Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan)
dengan melibatkan unsur-unsur satuan kerja daerah baik Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional maupun Kantor Pertanahan.

E. Ruang Lingkup Kegiatan


Petunjuk Teknis ini meliputi:
1. Pendahuluan, yang berisi:
a. Latar Belakang;
b. Maksud dan Tujuan;
c. Pengertian;
d. Prinsip Dasar Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah.
2. Pelaksanaan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kantor
Pertanahan;
3. Pelaksanaan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kanwil BPN;
4. Pelaksanaan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di
Kementerian ATR/BPN;
5. Pelaporan.

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 9


BAB II
PELAKSANAAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH
DI KANTOR PERTANAHAN

A. Pelaksana
Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kantor
Pertanahan dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Seksi Penanganan
Masalah dan Pengendalian Pertanahan. Dalam hal terbatasnya sumber
daya manusia, pelaksanaan kegiatan pengendalian alih fungsi lahan
sawah ini dapat melibatkan tenaga ahli, konsultan atau staf dari
seksi/sub bagian yang lain sesuai kebutuhan dan berdasarkan
kebijakan pimpinan.

B. Persiapan
Sebelum melakukan kegiatan, terlebih dahulu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Rapat persiapan pelaksanaan kegiatan Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah yang dikoordinasikan oleh Seksi Penanganan
Masalah dan Pengendalian Pertanahan;
2. Penyiapan Surat Menyurat dan Alat Penunjang kegiatan.

C. Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kantor
Pertanahan terdiri dari:
1. Kendali Mutu Verifikasi Lahan Sawah Dilindungi
Verifikasi data lahan sawah yang dilakukan oleh Tim Seksi
Penataan Pertanahan perlu dilakukan kendali mutu. Kendali mutu
ini dilakukan melalui supervisi terhadap hasil verifikasi data lahan
sawah sesuai dengan standar yang telah diatur dalam Petunjuk
Teknis/Tata Cara Kerja/Kerangka Acuan Kerja Verifikasi Data
Lahan Sawah terhadap Data Pertanahan yang telah disusun oleh
satuan kerja Penatagunaan Tanah. Kendali mutu ini dilakukan
pada tahap persiapan, pelaksanaan hingga pelaporan. Bila
diperlukan, kendali mutu ini dapat dilakukan pengecekan lapangan

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 10


ke lokasi lahan sawah yang diverifikasi. asil pengecekan lapangan
dituangkan dalam formulir yang tercantum dalam Modul Kendali
Mutu (Quality Control) Kegiatan Verifikasi Lahan Sawah Tabel TAU
Kendali Mutu yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
Petunjuk Teknis ini. Seluruh hasil pelaksanaan kegiatan dalam
rangka kendali mutu ini dibuat dalam bentuk laporan.

2. Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah Dilindungi


Pengendalian alih fungsi lahan sawah dilindungi mencakup
terhadap lahan sawah yang telah ditetapkan sebagai peta lahan
sawah dilindungi baik yang telah diintegrasikan ke dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah dan Peraturan Pemerintah Daerah tentang
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan maupun yang belum
diintegrasikan kedalam keduanya. Dalam tahapan pengintegrasian
tersebut merupakan periode status quo, dimana terhadap alih fungsi
lahan sawah yang telah ditetapkan didalam peta harus dilakukan
langkah-langkah pengendalian sebagai berikut:
a. Rekomendasi Alih Fungsi Lahan Sawah
Alih fungsi terhadap lahan sawah yang telah ditetapkan
sebagai lahan sawah dilindungi, namun belum ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah sebagai bagian dari Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan dilakukan berdasarkan rekomendasi
Menteri ATR/BPN. Rekomendasi alih fungsi lahan sawah
dilakukan dengan kriteria untuk:
1) Kepentingan umum; dan
2) Infrastruktur akibat bencana.
Pemberian Rekomendasi alih fungsi lahan sawah melalui
tahap sebagai berikut:
1) Dokumen permohonan dari pemohon disampaikan kepada
Kantor Pertanahan setempat;
2) Pemeriksaan kelengkapan dokumen terkait:
a) rencana kegiatan yang dimohon;
b) penggunaan dan pemanfaatan tanah;
c) luas tanah yang dimohon;

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 11


d) status tanah atau gambaran umum penguasaan tanah.
3) Validasi data, dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan
meneliti aspek-aspek:
a) Kesesuaian dengan RTRW;
b) keberadaan perizinan lainnya;
c) keberadaan sengketa, konflik dan perkara pertanahan
di lokasi yang dimohon;
d) program ketahanan pangan nasional dan daerah;
e) keberadaan saluran irigasi;
f) Intensitas tanam.
4) Penyerahan dokumen sebagaimana tersebut pada butir 1
s.d. 3 di atas untuk diproses melalui mekanisme
Pertimbangan Teknis Pertanahan (PTP) berdasarkan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Pertimbangan Teknis Pertanahan.
5) Dokumen PTP dapat diterbitkan oleh Kantah/Kanwil sesuai
kewenangan dan selanjutnya disampaikan kepada Menteri
ATR/BPN untuk mendapatkan Rekomendasi.
Pemberian Rekomendasi alih fungsi lahan sawah dilakukan
melalui tahapan sebagai berikut:
Pemohon

Dokumen
Permohonan Perbaikan Dokumen

Pemeriksaan
Dokumen

Tidak
Validasi Data

Ya

Proses PTP sesuai


kewenangan
(Kantah/Kanwil)

Rekomendasi
Menteri ATR/
BPN

Gambar 3. Bagan Alir Rekomendasi Alih Fungsi Lahan Sawah

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 12


b. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap lahan sawah
dilindungi. Pemantauan dan evaluasi ini merupakan identifikasi
kesesuaian lahan sawah dilindungi dengan penggunaan dan
pemanfaatan tanah saat ini. Pemantauan dan evaluasi
dilakukan dengan survei lapangan dan penggunaan teknologi
informasi (digital).
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pemantauan
lapangan ini diantaranya adalah:
1) GPS handheld;
2) Kamera dokumentasi;
3) Peta RTRW/RDTR;
4) Peta Pertimbangan Teknis Pertanahan;
5) Peta Penggunaan Tanah;
6) Peta cetak sawah baru;
7) Peta Jaringan Irigasi.
Dalam hal belum ada penetapan lahan sawah dilindungi,
pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap seluruh lahan
sawah. Hal-hal yang dipantau dan dievaluasi adalah:
1) Alih fungsi lahan sawah pada Kawasan Pertanian;
2) Kesesuaian lahan sawah dengan rencana tata ruang;
3) Kesesuaian pemanfaatan berdasarkan pertimbangan teknis
pertanahan yang telah dikeluarkan dalam kurun waktu 1
tahun terakhir dengan pemanfaatan tanah saat ini;
4) Pemanfaatan HGB dan Hak Pakai di atas sawah;
5) Adanya cetak sawah baru.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi lahan sawah dilindungi
di Kantor Pertanahan berupa pemantauan lapangan, evaluasi,
dan rapat koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah
(OPD)/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
Pemantauan dan evaluasi lahan sawah dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut:

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 13


Lahan Sawah

Pengumpulan Data

Data
Data Spasial
Tekstual

Koordinasi dan
Survey Lapangan

Analisis

Rekomendasi

Gambar 4. Bagan Alir Pemantauan dan Evaluasi Lahan Sawah

Hasil Pemantauan dan Evaluasi dituangkan ke dalam Tabel TAU


Pemantauan dan Evaluasi yang terdapat dalam Modul Pengendalian
Penetapan Lahan Sawah Dilindungi.

c. Penertiban Alih Fungsi Lahan Sawah


Penertiban alih fungsi lahan sawah ini dilakukan terhadap
pelanggaran alih fungsi lahan sawah pada lahan yang telah
ditetapkan sebagai lahan sawah dilindungi baik yang telah
maupun belum diintegrasikan ke dalam rencana tata ruang.
Hal-hal yang ditertibkan adalah:
1) Alih fungsi lahan sawah tanpa izin
2) Alih fungsi lahan sawah dengan izin namun tidak melalui
prosedur yang telah ditetapkan
3) Alih fungsi lahan sawah dengan izin melalui prosedur yang
ditetapkan, namun kemudian terbukti tidak sesuai dengan
rencana tata ruang
Penertiban alih fungsi lahan sawah dilakukan, berupa:
1) Peringatan tertulis
2) Penghentian sementara kegiatan

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 14


3) Penutupan lokasi
4) Pencabutan/pembatalan izin
5) Pembongkaran bangunan
6) Pemulihan fungsi sawah
7) Denda

Alat dan bahan yang digunakan :


1) Citra satelit terbaru
2) Peta lahan sawah dilindungi
3) Peta rencana tata ruang wilayah (RTRW)
4) Peraturan perundang-undangan terkait
5) GPS dan Handheld
6) Hardware dan software GIS

Tahapan yang dilakukan :


1) Interpretasi citra satelit yang tersedia/mutakhir
2) Identifikasi lapangan
3) Pengolahan data
4) Analisis
5) Rapat koordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS)

Keluaran yang dihasilkan adalah :


1) Data spasial indikasi pelanggaran alih fungsi lahan sawah
dengan skala 1 : 5.000
2) Data tekstual berupa tabulasi dan hasil analisis
3) Rekomendasi penertiban alih fungsi lahan sawah (AFLS)

3. Pengendalian Integrasi Peta Lahan Sawah Dilindungi ke Dalam


RTRW
Lahan sawah yang telah ditetapkan ke dalam Peta Lahan Sawah
Dilindungi harus segera diintegrasikan ke dalam dokumen RTRW
maupun Peraturan Daerah tentang Lahan Pertanian Pangan

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 15


Berkelanjutan (LP2B). Hal ini bertujuan untuk mempercepat
penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan oleh Pemerintah
Daerah. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah pengendalian
untuk memastikan bahwa Peta Lahan Sawah Dilindungi untuk
diintegrasikan ke dalam LP2B.
Pengendalian integrasi Peta Lahan Sawah Dilindungi
dilaksanakan dengan melakukan koordinasi dan pemantauan untuk
memastikan lahan yang telah ditetapkan ke dalam Peta Lahan
Sawah Dilindungi diintegrasikan ke dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah. Dalam hal belum ada penetapan Peta Lahan Sawah
Dilindungi, koordinasi dan pemantauan dilakukan untuk
menentukan luas lahan sawah dalam rangka penyusunan/revisi/
Peninjauan Kembali RTRW. Dalam rangka kegiatan ini, perlu
dilakukan rapat koordinasi yang melibatkan instansi/dinas-dinas
terkait yaitu:
a. Dinas yang membidangi tanaman pangan;
b. Dinas yang membidangi sumber daya air;
c. Dinas yang membidangi tata ruang;
d. Kantor Wilayah BPN/Kantor Pertanahan;
e. Satuan Kerja Pemerintah Daerah lain yang terkait.

4. Proteksi
Proteksi merupakan upaya perlindungan terhadap Lahan Sawah
agar tidak beralih fungsi. Proteksi dalam rangka pengendalian alih
fungsi lahan sawah dilaksanakan dengan melakukan:
a. Tindakan administrasi dan atau yuridis terhadap penguasaan
dan pemilikan lahan sawah.
Proteksi dilakukan dengan memberikan tanda atau catatan pada
peta pendaftaran tanah. Proteksi tersebut dilakukan terhadap
bidang-bidang tanah yang masuk dalam Lahan Sawah
Dilindungi dan atau Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Tahapan dalam melakukan proteksi adalah sebagai berikut:

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 16


1) Overlaykan peta lahan sawah dilindungi/LP2B dengan Peta
Pendaftaran Tanah;
2) Identifikasi bidang-bidang tanah yang masuk peta lahan
sawah dilindungi/LP2B;
3) Bidang-bidang tanah yang termasuk dalam peta lahan sawah
dilindungi/LP2B diberi tanda pada Peta Pendaftaran Tanah
atau Buku Tanah atau pada sertifikat tanah yang diterbitkan.
4) Memberi kemudahan dalam proses pensertifikatan tanah.
b. Pemasangan papan peringatan/himbauan
Peringatan/himbauan yang dimaksud adalah dalam rangka
pengendalian alih fungsi lahan sawah, antara lain:
1) Himbauan untuk memanfaatkan tanah secara optimal;
2) Larangan mengalihfungsikan lahan sawah.
Pemasangan papan peringatan/himbauan disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia pada masing-masing Kantor Pertanahan.
c. Catatan melalui Aplikasi KKP
Bidang-bidang tanah yang merupakan peta lahan sawah
dilindungi/LP2B yang sudah terbit sertipikat diberi catatan
dengan cara mengentri pada aplikasi KKP sehingga dapat
diketahui pada saat proses layanan pemeliharaan data
pendaftaran tanah berikutnya, seperti peralihan hak, maupun
saat permohonan pertimbangan teknis pertanahan. Sedangkan
bidang tanah yang sedang dalam proses pendaftaran tanah
pertama kali aplikasi KKP akan memberi notifikasi pada saat
proses pelayanan digital.

5. Pembinaan Insentif
Pembinaan dilakukan terkait insentif yang menjadi tugas dan
tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional. Pembinaan dilaksanakan terhadap
masyarakat pemilik lahan sawah pada kawasan yang telah
ditetapkan sebagai Lahan Sawah Dilindungi dan/atau Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 17


6. Penyuluhan/Sosialisasi
Pengendalian alih fungsi lahan sawah merupakan tugas bersama
antara Pemerintah dengan masyarakat. Oleh karena itu,
kesepahaman antara Pemerintah dan masyarakat mengenai
pentingnya pengendalian alih fungsi lahan sawah sangat
dibutuhkan. Untuk mencapai kesepahaman tersebut perlu
dilakukan koordinasi dengan instansi/dinas terkait untuk
menyelenggarakan penyuluhan tentang pengendalian alih fungsi
lahan sawah kepada:
1. petani;
2. masyarakat non petani;
3. badan usaha;
4. pemerintah daerah; dan
5. pemangku kepentingan terkait lainnya.
Pelaksanaan penyuluhan tentang pengendalian alih fungsi lahan
sawah disesuaikan dengan anggaran yang tersedia pada masing-
masing Kantor Pertanahan. Apabila tidak terdapat anggaran
khusus, maka penyuluhan dapat dilakukan bersamaan dengan
penyuluhan kegiatan lain yang telah diprogramkan Kantor
Pertanahan.

D. Anggaran
Anggaran yang digunakan dalam rangka kegiatan pengendalian alih
fungsi lahan sawah di Kantor Pertanahan disesuaikan dengan
Petunjuk Teknis dan atau kebutuhan dalam alokasi Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) pada tahun berjalan dan/atau sumber
pendanaan lain sesuai ketetuan yang berlaku.
Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyerapan
anggaran dapat dilaksanakan melalui:
1. Kendali Mutu Verfikasi Lahan Sawah Dilindungi
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pada tahapan ini dapat
dilaksanakan dengan :

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 18


a. rapat koordinasi untuk pengumpulan data, pengolahan dan
analisis data, serta koordinasi dengan unit kerja terkait.
b. Perjalanan Dinas dalam rangka pemantauan (ground check) ke
lapangan.
c. Perjalanan Dinas dalam rangka Koordinasi dan Konsultasi ke
Kantor Wilayah BPN.
2. Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah Dilindungi
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pada tahapan ini dapat
dilakukan dengan:
a. Rapat Koordinasi;
b. Perjalanan Dinas dalam rangka pemantauan dan evaluasi ke
lapangan.
3. Pengendalian Integrasi Peta Lahan Sawah Dilindungi ke Dalam
RTRW
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pada tahapan ini dapat
dilaksanakan dengan rapat koordinasi unit kerja terkait, dalam
rangka mengintegrasikan data Lahan Sawah Dilindugi.
4. Proteksi, Pembinaan dan Penyuluhan/Sosialisasi
Dilaksanakan berdasarkan alokasi biaya pada Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) pada tahun berjalan dan/atau
sumber pendanaan lainnya.

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 19


BAB III
PELAKSANAAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH
DI KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

A. Pelaksana
Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kantor Wilayah
BPN dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Bidang Penanganan
Masalah dan Pengendalian Pertanahan. Dalam hal terbatasnya sumber
daya manusia, pelaksanaan kegiatan pengendalian alih fungsi lahan
sawah ini dapat melibatkan tenaga ahli, konsultan atau staf dari
bidang/bagian yang lain berdasarkan kebijakan pimpinan.

B. Persiapan
Sebelum melakukan kegiatan, terlebih dahulu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Rapat persiapan pelaksanaan kegiatan Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah yang dikoordinasikan oleh Bidang Penanganan
Masalah dan Pengendalian Pertanahan;
2. Penyiapan Surat Keputusan Petugas Pelaksana yang ditanda
tangani oleh Kepala Kantor Wilayah BPN, dengan contoh
sebagaimana dimaksud pada Lampiran 2.

C. Pelaksanaan
Dalam rangka pengendalian alih fungsi lahan sawah, Kantor
Wilayah BPN melaksanakan kegiatan:
1. Pembinaan

Pembinaan dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan


verifikasi lahan sawah terhadap data pertanahan, kegiatan
pengendalian penetapan lahan sawah dilindungi, dan kegiatan
pengendalian integrasi peta lahan sawah dilindungi ke dalam
RTRW. Pembinaan dilakukan kepada pelaksana kegiatan seluruh
Kantor Pertanahan di wilayah kerjanya dan para stakeholder di
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 20


2. Supervisi Terhadap Kendali Mutu Verifikasi Data Lahan Sawah
Dilindungi.

Verifikasi data lahan sawah yang dilakukan oleh Tim Bidang


Penataan Pertanahan perlu dilakukan kendali mutu. Kendali mutu
ini dilakukan melalui supervisi terhadap hasil verifikasi data lahan
sawah sesuai dengan standar yang telah diatur dalam Petunjuk
Teknis/Tata Cara Kerja/Kerangka Acuan Kerja Verifikasi Data
Lahan Sawah terhadap Data Pertanahan pada seluruh
Kabupaten/Kota. Kendali mutu ini dilakukan pada tahap
persiapan, pelaksanaan hingga pelaporan, sehingga hasil verifikasi
dapat digunakan dalam kegiatan pengendalian alih fungsi lahan
sawah. Bila diperlukan, kendali mutu ini dapat dilakukan melalui
peninjauan lapangan ke lokasi lahan sawah yang diverifikasi. Hasil
kendali mutu ini disajikan dalam bentuk laporan.

3. Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah Dilindungi


1) Rekomendasi Alih Fungsi Lahan Sawah
Kantor Wilayah BPN berperan dalam proses permohonan alih
fungsi lahan sawah melalui mekanisme Pertimbangan Teknis
Pertanahan (PTP) sesuai kewenangannya. Pelaksanaan PTP
diatur berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun
2018 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan. Selanjutnya
disampaikan kepada Menteri ATR/BPN untuk mendapat
Rekomendasi.
2) Penertiban Alih Fungsi Lahan Sawah
Dalam rangka penertiban alih fungsi lahan sawah, Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional selaku Sekretariat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di wilayahnya, mengkoordinasikan
pelaksanaan penertiban alih fungsi lahan sawah di
kabupaten/kota dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Rapat koordinasi;
2) Penugasan PPNS;

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 21


3) Pelaporan hasil penertiban.
4. Pengendalian Integrasi Peta Lahan Sawah Dilindungi ke dalam
RTRW

Dalam rangka pengendalian integrasi peta lahan sawah


dilindungi ke dalam RTRW ini dilakukan kegiatan berupa:

a. Rapat koordinasi dengan seluruh Kantor Pertanahan dan OPD


terkait tingkat provinsi;
b. Pembinaan pengendalian integrasi peta lahan sawah dilindungi
ke seluruh Kantor Pertanahan di wilayah kerjanya.

D. Anggaran
Anggaran yang digunakan dalam rangka kegiatan pengendalian alih
fungsi lahan sawah di Kantor Wilayah BPN disesuaikan dengan
Petunjuk Teknis dan atau kebutuhan dalam DIPA pada tahun berjalan
dan/atau sumber pendanaan lain sesuai ketetuan yang berlaku.
Pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penyerapan
anggaran dapat dilaksanakan melalui:
1. Persiapan
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pada tahapan ini dapat
dilakukan dengan:
a. Rapat Koordinasi;
b. Pembuatan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN
tentang Penetapan Petugas Pelaksana Kegiatan Pengendalian
Alih Fungsi Lahan Sawah yang terdiri dari:
1) Penanggungjawab (Kepala Kantor Wilayah BPN)
2) Ketua (Kepala Bidang Penanganan Masalah dan Pengendalian
Pertanahan/Pejabat Administrator lain yang ditunjuk)
3) Sekretaris (Kepala Seksi Pengendalian Pertanahan/Pejabat
Pengawas lain yang ditunjuk)
4) Anggota, terdiri dari 10 (sepuluh) orang dari satuan kerja
terkait antara lain:

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 22


a) Bidang Penanganan Masalah dan Pengendalian
Pertanahan;
b) Bidang Penataan Agraria;
c) Dinas yang membidangi tanaman pangan;
d) Dinas yang membidangi sumber daya air;
e) Dinas yang membidangi tata ruang;
f) Satuan Kerja yang terkait lainnya.
2. Pembinaan dan Supervisi
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pada tahapan ini dapat
dilakukan dengan:
a. Rapat Koordinasi;
b. Perjalanan Dinas.
3. Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah Dilindungi
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pada tahapan ini
dilaksanakan dengan rapat koordinasi unit kerja terkait, dalam
rangka koordinasi pemberian rekomendasi alih fungsi dan
penertiban alih fungsi lahan sawah dilindugi.
4. Pengendalian Integrasi Peta Lahan Sawah Dilindungi ke dalam
RTRW
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pada tahapan ini
dilaksanakan dengan rapat koordinasi unit kerja terkait, dalam
rangka mengintegrasikan data lahan sawah dilindugi.

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 23


BAB IV
PELAKSANAAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH
DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN
PERTANAHAN NASIONAL

A. Pelaksana
Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kementerian
ATR/BPN dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Direktorat
Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan, Direktorat Jenderal
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah. Dalam hal
terbatasnya sumber daya manusia, pelaksanaan kegiatan
pengendalian alih fungsi lahan sawah ini dapat melibatkan tenaga ahli,
konsultan, dan unsur direktorat teknis lain yang terkait.
B. Persiapan
Sebelum melakukan kegiatan, terlebih dahulu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Rapat persiapan pelaksanaan kegiatan Pengendalian Alih Fungsi
Lahan Sawah yang dikoordinasikan oleh Direktorat Pengendalian
dan Pemantauan Pertanahan;
2. Penyiapan surat tugas, undangan, dan naskah dinas lainnya yang
ditanda tangani oleh Direktur Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah.

C. Pelaksanaan
Pengendalian alih fungsi lahan sawah di Kementerian ATR/BPN
dilaksanakan dengan beberapa kegiatan yaitu:
1. Melakukan Pembinaan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah
a. Penyiapan Administrasi dan Bahan Pelaksanaan Kegiatan
Penyiapan administrasi dan Bahan Pelaksanaan Kegiatan
dilaksanakan melalui:
1) Rapat koordinasi, dalam rangka penyamaan persepsi,
perencanaan, penentuan prioritas dan hal-hal lain yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian alih
fungsi lahan sawah;

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 24


2) Pengadaan tenaga ahli/konsultan perorangan/tenaga harian
lepas/pembantu lapangan/pembantu pengolah data/lainnya
(apabila diperlukan) untuk support pengendalian alih fungsi
lahan sawah;
3) Menganalisis bahan laporan dari Kantor Wilayah BPN dan
menyajikan hasil analisanya.
b. Penyusunan Modul Pembinaan Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah
Modul Pembinaan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah yang
disusun paling sedikit memuat :
1) Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah;
2) Legalitas Pengendalian Alih fungsi Lahan Sawah;
3) Pelaksanaan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di Pusat,
Kanwil BPN maupun Kantor Pertanahan;
4) Program dan Anggaran Pelaksanaan Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Sawah.

2. Melakukan Kendali Mutu Verifikasi dan Kompilasi Data Pertanahan


a. Penyiapan Bahan dan Materi Kendali Mutu Verifikasi dan
Kompilasi Data Pertanahan
Materi yang disiapkan terdiri dari:
1) Peraturan perundangan terkait dengan pengendalian
pertanahan;
2) Penyiapan form isian sebagaiman terlampir.
b. Pelaksanaan Kendali Mutu Verifikasi dan Kompilasi Data
Pertanahan
Kendali mutu verifikasi dan Kompilasi Data Verifikasi lahan
Sawah dilaksanakan terhadap :
1) Memeriksa data kelengkapan data sekunder
a) Data pertimbangan Teknis Pertanahan
b) Data Hak Atas Tanah
2) Memeriksa kelengkapan Peta
a) Peta RTRW Provinsi yang sedang berlaku maupun usulan

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 25


b) Peta RTRW Kabupaten/Kota yang sedang berlaku maupun
usulan
c) Peta Jaringan Irigasi
d) Peta Pembangunan Proyek Strategis
Nasional/Provinsi/Kabuapaten
e) Peta Realisasi Pencetakkan dan Pertumbuhan Lahan
Sawah Baru (apabila ada)
3) Memeriksa kelengkapan alat
a) Laptop
b) GPS Handheld
c) Aplikasi GIS
d) Kamera Dokumentasi
e) Catatan Identifikasi Lapang
4) Melakukan cek lokasi hasil verifikasi lahan sawah (sample)
5) Memeriksa kelengkapan Sumber Daya Manusia
6) Rencana Jadwal Pelaksanaan
c. Pengolahan Data dan Evaluasi Hasil Kendali Mutu Verifikasi dan
Kompilasi Data Pertanahan
Kegiatan ini terdiri dari :
1) Inventarisasi kelengkapan data pertanahan
2) Pengolahan data akhir setelah peninjaun lapangan terhadap
hasil verifikasi lahan sawah
3) Analisis hasil pengolahan data
4) Penyusunan Rekomendasi

3. Melakukan Pengendalian terhadap Data Lahan Sawah Dilindungi


a. Koordinasi dalam rangka Penyiapan Bahan dan Materi
Koordinasi dilaksanakan terhadap instansi/unit kerja terkait
yaitu:
1) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
2) Kementerian Pertanian
3) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
4) Badan Informasi Geospasial

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 26


5) Kementerian Dalam Negeri
6) Direktorat Jenderal Tata Ruang
7) Direktorat Jenderal Penataan Agraria
8) Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
9) Instansi/unit kerja terkait lainnya.
b. Pelaksanaan Pengendalian terhadap Penetapan Lahan Sawah
Dilindungi
Kegiatan ini dilaksanakan terdiri dari :
1) Koordinasi dan Konsultasi dengan Kanwil BPN dan
Pemerintah Daerah
2) Pemantauan lapang (sample)
3) Pembahasan dan Pengolahan Data
4) Sinkronisasi Data,
Sinkronisasi data dilaksanakan oleh Tim Terpadu
Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah. Adapun hal-hal yang
dilaksanakan antara lain:
a) Menentukan rencana penetapan peta lahan sawah
dilindungi;
b) Mengintegrasikan peta hasil verifikasi lahan sawah yang
dilakukan oleh Lembaga terkait;
c) Menganalisis luasan lahan sawah yang akan ditetapkan
dalam peta lahan sawah dilindungi;
d) Menyepakati usulan peta lahan sawah dilindungi.
5) Usulan Penetapan Peta Lahan Sawah Dilindungi
Usulan penetapan peta lahan sawah dilindungi diberitahukan
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota setempat, apabila dalam
waktu 14 hari tidak ada tanggapan, maka Pemerintah
Kabupaten/Kota tersebut dianggap telah menyetujui usulan
tersebut.
6) Penetapan Peta Lahan Sawah Dilindungi
Peta lahan sawah dilindungi diusulkan oleh Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim dan

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 27


ditetapkan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional berdasarkan hasil sinkronisasi
oleh Tim Terpadu Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah.
7) Publikasi dan Sosialisasi terhadap data Lahan Sawah
Dilindungi.
c. Pelaporan Pengendalian terhadap Penetapan Lahan Sawah
Dilindungi
Laporan kegiatan pengendalian terhadap penetapan lahan
sawah dilindungi paling sedikit memuat :
1) Data Spasial dan Tekstual Hasil Verifikasi Lahan Sawah
Dilindungi
2) Analisis data hasil verifikasi lahan sawah terhadap RTRW

4. Melakukan Pengendalian Integrasi Lahan Sawah Berkelanjutan ke


dalam RTRW
Kegiatan ini dilakukan dengan :
a. Koordinasi Internal
Koordinasi internal dilakukan dengan Direktorat Jenderal Tata
Ruang sehubungan dengan usulan persetujuan subtansi dan
penyusunan/atau Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang.
b. Pelaksanaan Pengendalian Integrasi
Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian
rekomendasi/masukan terhadap:
1) Usulan persetujuan substansi penyusunan/atau Peninjauan
Kembali Rencana Tata Ruang kepada Direktorat Jenderal
Tata ruang ;
2) Usulan sebagai penetapan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
c. Pengolahan Data dan Pelaporan Pengendalian Integrasi
pengolahan data spasial lahan sawah yang telah ditetapkan
sebagai Lahan Sawah Dilindungi terhadap rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dan provinsi.
Kegiatan Pengendalian Integrasi ini dilaksanakan dengan:

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 28


1) Pemantauan lapangan
2) Rapat Koordinasi

5. Melakukan Pengawasan

Kegiatan dilaksanakan dalam rangka pengawasan terhadap


kegiatan kontraktual Pengendalian Lahan Pertanian oleh pihak
ketiga, melalui :

1) rapat koordinasi
2) pemantauan ke daerah.

D. Anggaran
Anggaran yang digunakan dalam rangka kegiatan pengendalian alih
fungsi lahan sawah di Direktorat Pengendalian dan Pemantauan
Pertanahan disesuaikan dengan Petunjuk Teknis dan atau kebutuhan
dalam alokasi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) pada tahun
berjalan dan/atau sumber pendanaan lain sesuai ketetuan yang
berlaku.

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 29


BAB V
PELAPORAN

A. Susunan Laporan
Laporan hasil Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah dibuat
dengan susunan sebagai berikut:
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Gambaran Umum Wilayah
B. Data Lahan Sawah
C. Gambaran Alih Fungsi Lahan Sawah
BAB III PELAKSANAAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN
SAWAH
A. Pengumpulan Data
B. Pelaksanaan dan Pengolahan Data
C. Hambatan, Kendala dan Masalah dan Penyelesaiannya
BAB IV HASIL DAN ANALISA

A. Kendali Mutu Verifikasi Lahan Sawah Dilindungi


B. Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah Dilindungi
C. Pengendalian Integrasi Lahan Sawah Dilindungi ke
Dalam RTRW
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 30


B. Isi Laporan
1. JUDUL
“Laporan Hasil Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah di
Provinsi/Kabupaten XXXXX.”

2. KATA PENGANTAR
Kata pengantar, berisi uraian tentang tujuan penulisan laporan,
pelaksanaan, lokasi serta permintaan masukan dan ucapan terima
kasih. Kata pengantar ditandatangani oleh pimpinan satuan kerja
pelaksana kegiatan.

3. DAFTAR ISI, DAFTAR TABEL, DAFTAR LAMPIRAN


Daftar Isi/Daftar Tabel/Daftar Lampiran, dimaksudkan untuk
mempermudah pembaca dalam menemukan bagian-bagian dari
laporan serta melihat hubungan antara satu bagian dengan bagian
yang lain. Daftar Isi/Daftar Tabel/Daftar Lampiran berisi judul dari
masing-masing Bab, Sub Bab, Tabel, Lampiran dan halamannya.

4. PENDAHULUAN
Berisi uraian singkat tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
tahapan kegiatan, serta keluaran yang dicapai dalam kegiatan
Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah.
a. Latar Belakang
Uraian singkat tentang pentingnya pengendalian alih fungsi
lahan sawah dan mengapa kegiatan pengendalian tersebut
dilakukan
b. Maksud dan Tujuan
Menguraikan tentang maksud dan tujuan kegiatan Pengendalian
Alih Fungsi Lahan Sawah

5. GAMBARAN UMUM LOKASI


Uraian tentang keadaan umum lokasi pengendalian alih fungsi
lahan sawah, yaitu gambaran umum wilayah, data lahan sawah,
dan gambaran alih fungsi lahan sawah.
a. Gambaran Umum Wilayah

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 31


Uraian tentang letak geografis, batas administrasi, demografi,
sarana dan prasarana wilayah, dan lain sebagainya;
b. Data Lahan Sawah
Uraian tentang lahan sawah dalam satu wilayah yang meliputi
luas, persebaran, jenis lahan sawah, dan lain sebaginya;
c. Gambaran Alih Fungsi Lahan Sawah
Uraian tentang tingkat alih fungsi lahan sawah dan
perkembangannya.

6. PELAKSANAAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH


Uraian tentang metode pengumpulan data, pelaksanaan, serta
hambatan, kendala dan masalah serta penyelesaiannya.
a. Pengumpulan Data
Uraian tentang metode pengumpulan data dan jenis data yang
dikumpulkan.
b. Pelaksanaan
Uraian tentang tahapan dalam melaksanakan pengendalian alih
fungsi lahan sawah dan Uraian tentang metode pengolahan data
termasuk alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan
data tersebut.

c. Hambatan, Kendala dan Masalah serta Penyelesaiannya


Uraian tentang Hambatan, Kendala dan Masalah yang dihadapi
serta uraian tentang langkah-langkah penyelesaian yang telah
dilaksanakan.

7. HASIL DAN ANALISA


Uraian tentang hasil pengendalian alih fungsi lahan sawah, yang
disusun secara kronologis. Data dan informasi hasil kegiatan
disajikan dalam bentuk deskripsi, tabel, grafik atau gambar. Dalam
Bab ini juga disajikan analisa terhadap hasil pengendalian. Hasil
dan Analisa disajikan per sub kegiatan sesuai uruta n yaitu:
a. Kendali Mutu Verifikasi Lahan Sawah terhadap Data Pertanahan
b. Pengendalian Penetapan Lahan Sawah Dilindungi

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 32


c. Pengendalian Integrasi Lahan Sawah Dilindungi ke Dalam RTRW
d. Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah

8. KESIMPULAN DAN SARAN


Uraian tentang pokok-pokok hasil pengendalian alih fungsi lahan
sawah, diambil dari Bab Hasil dan Analisa dan saran tindak
lanjutnya.

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 33


LAMPIRAN
PETUNJUK TEKNIS
PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN
SAWAH

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 34


Lampiran 1. Format Surat Keputusan (SK) Penetapan Petugas
Pelaksanan Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah di Kanwil BPN.

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI .....*)

NOMOR .....

TENTANG
PENETAPAN PETUGAS PELAKSANA KEGIATAN PENGENDALIAN ALIH
FUNGSI LAHAN SAWAH PADA KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI..... *)
TAHUN ANGGARAN .....

KEPALA KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI ..... *)

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka Kegiatan Pengendalian Alih


Fungsi Lahan Sawah Tahun Anggaran ..... pada Kantor
Wilayah BPN Provinsi ..... *), perlu untuk menugaskan
nama-nama petugas pelaksana kegiatan dimaksud;
b. Bahwa untuk menugaskan petugas pelaksana
sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditatapkan
dalam dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah
BPN Provinsi ..... *)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang


Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang;
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan;
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan;
6. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016
tentang Pengendalian Penguasaan Tanah Pertanian;

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 35


7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 19 Tahun 2016
tentang Penetapan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan pada Wilayah yang Belum Terbentuk
Rencana Tata Ruang Wilayah;
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2018
tentang Izin Lokasi;
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 15 Tahun 2018
tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan.
11. Peraturan lain......

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 36


MEMUTUSKAN

Menetapkan : PETUGAS PELAKSANA KEGIATAN PENGENDALIAN ALIH


FUNGSI LAHAN SAWAH PADA KANTOR WILAYAH BPN
PROVINSI ..... *) TAHUN ANGGARAN .....
PERTAMA : Menunjuk Nama-Nama Pegawai pada lampiran keputusan
ini sebagai Petugas Pelaksana Kegiatan Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Sawah Pada Kantor Wilayah BPN Provinsi.....
*) Tahun Anggaran .....
KEDUA : Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Sawah Pada Kantor Wilayah BPN Provinsi..... *) Tahun
Anggaran ....., Sebagaimana dimaksud Diktum PERTAMA
dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Kantor ...... *) : .......
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di............
Pada Tanggal .............

KEPALA KANTOR
WILAYAH BPN
PROVINSI ............. *)

.........................
NIP. ...............

Tembusan :
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
2. Direktur Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah;
3. DirekturPengendaliandanPemantauanPertanahan
4. Arsip.

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 37


Lampiran Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi..... *)
Nomor :............
Tanggal :............

PETUGAS PELAKSANA PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH


PADA KANTOR WILAYAH BPN PROVINSI ....... *)
TAHUN ANGGARAN .....

No Nama Jabatan Lokasi Kegiatan Keterangan


1.
2.
3.
4.
5.

KEPALA KANTOR
WILAYAH BPN
PROVINSI............. *)

.........................
NIP. ...............

Petunjuk Teknis Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah 38

Anda mungkin juga menyukai