(KAK)
(KONTRAKTUAL)
I. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau
yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), telah mengamanatkan
bahwa hak atas tanah hapus salah satunya apabila diterlantarkan. Penjabaran dari UUPA
terkait tanah terlantar telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010
tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Sebagai pelaksanaan peraturan
pemerintah tersebut, maka diterbitkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar
Jo. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2011
tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar dan Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Tata Cara
Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. Berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam peraturan tersebut telah dilakukan upaya penertiban tanah-tanah yang terindikasi
terlantar yang kemudian terhadap tanah yang telah ditetapkan sebagai tanah terlantar
tersebut ditindaklanjuti dengan pendayagunaannya melalui penetapan peruntukan tanah
cadangan umum negara dengan beberapa alokasi, yaitu melalui reforma agraria, program
strategis nasional maupun untuk cadangan negara lainnya.
Kegiatan pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar diawali sejak terbitnya Surat
Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang
Penetapan Tanah Terlantar. Apabila telah diterbitkan Surat Keputusan Penetapan Tanah
Terlantar, maka tanah tersebut otomatis telah menjadi Tanah Cadangan Umum Negara
(TCUN). Selanjutnya dalam rangka menjamin kepastian obyek TCUN, pemerintah dalam
hal ini khususnya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
menunggu pelaksanaan pendayagunaan dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari
sehubungan dengan tenggang waktu gugatan tata usaha negara. Setelah tenggang waktu
tersebut terlewati, obyek TCUN tersebut dinyatakan dengan status clear and clean.
Penertiban tanah terlantar pada prinsipnya merupakan upaya pemerintah dalam rangka
mendorong pemegang hak untuk melaksanakan kewajibannya terhadap tanah yang
dimiliki agar diusahakan, digunakan dan dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan
pemberian hak atas tanahnya, sehingga penertiban tanah terlantar tidak semata untuk
mengambil hak atas tanah tetapi adalah memastikan setiap luasan tanah yang telah
diberikan dengan hak atas tanah dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
masyarakat, badan hukum dan pemerintah.
Dalam perkembangan pelaksanaan penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar
sejalan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang
penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar beserta peraturan turunannya,
pemerintah menerapkan kebijakan terhadap tindak lanjut penertiban tanah terlantar
terhadap tanah yang masuk dalam basis data tanah terindikasi terlantar yang telah
1
dimanfaatkan oleh pemegang hak atas tanahnya dengan kebijakan tindak lanjut
penertiban tanah terlantar atau yang dikenal dengan optimalisasi penertiban tanah
terlantar. Tindak lanjut penertiban tanah terlantar tersebut berupa rekomendasi untuk
dapat dikeluarkan dari basis data tanah terindikasi terlantar. Terhadap upaya dan
kesanggupan pemegang hak dalam rangka menggunakan, mengusahakan dan
memanfaatkan tanahnya dengan optimal, dinilai sebagai itikad baik dan dinilai mampu
memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan mendorong pemerintah dalam
meningkatkan roda perekonomian di Indonesia.
Itikad baik pemegang hak salah satunya diwujudkan dengan pemberian kontribusi tanah
untuk kepentingan masyarakat dan negara melalui pelepasan hak atas tanah. Pelepasan
sebagian hak atas tanah oleh pemegang hak dapat menjadi sumber-sumber kemakmuran
baru bagi masyarakat sekitar lokasi tanah dan dapat menjadi suatu langkah awal
penyelesaian konflik yang terjadi antara pemegang hak atas tanah dan masyarakat.
Terhadap tanah yang telah dilepaskan oleh pemegang hak, dibutuhkan jaminan dan suatu
bentuk kepastian hukum bagi pemerintah untuk dapat mengambil langkah kebijakan
kedepan sebagai salah satu tahapan pendayagunaan tanah terlantar, yaitu dengan
melaksanakan kegiatan identifikasi ketersediaan dan kepastian TCUN yang bertujuan
untuk mendapatkan data mengenai ketersediaan TCUN, kepastian TCUN, kebutuhan
tanah oleh pemerintah pusat dan daerah serta rekomendasi alokasi obyek TCUN. Obyek
TCUN selain dari penetapan tanah terlantar, dapat juga dari hasil obyek tindak lanjut
penertiban tanah terlantar.
Pentingnya data dan informasi mengenai ketersediaan dan kepastian obyek TCUN
menjadi salah satu dasar bagi Tim Nasional dalam rangka memberikan pertimbangan
teknis kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk
menetapkan peruntukan tanah cadangan umum negara dimaksud.
II. MAKSUD
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menghasilkan data ketersediaan dan kepastian tanah
cadangan umum negara dalam rangka pelaksanaan pendayagunaan tanah cadangan
umum negara yang memiliki kepastian hukum yang kuat, memiliki kesesuaian dengan tata
ruang wilayah dan daya dukung wilayah, serta memiliki nilai yang strategis dan ekonomis
bagi penerima manfaat pendayagunaan tanah cadangan umum negara.
III. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya data ketersediaan dan kepastian tanah
cadangan umum negara.
IV. SASARAN
Sasaran yang hendak dicapai adalah:
1. Tersusunnya data ketersediaan tanah cadangan umum negara;
2. Tersusunnya data kepastian tanah cadangan umum negara;
3. Tersajinya data dan informasi ketersediaan dan kepastian tanah cadangan umum
negara yang akurat, valid dan aktual;
4. Tersedianya data identifikasi penggunaan, pemanfaatan dan penguasaan tanah pada
obyek tanah cadangan umum negara;
2
5. Teridentifikasinya potensi tanah dan HKM (Hambatan, Kendala dan Masalah)
sebagai masukan dalam proses penentuan arah pengambilan kebijakan oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam
pelaksanaan pendayagunaan tanah cadangan umum negara;
6. Terselenggaranya dan terwujudnya sinergi serta koordinasi yang optimal antara
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional, dan Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten serta
pemangku kepentingan terkait lainnya melalui konsinyasi, FGD, workshop dan
diskusi internal dalam rangka pelaksanaan pendayagunaan tanah negara bekas
tanah terlantar
V. RUANG LINGKUP
1. RUANG LINGKUP WILAYAH
Ruang lingkup wilayah kegiatan ini adalah obyek hasil tindak lanjut penertiban tanah
terlantar yang meliputi Provinsi: Kaliamantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bengkulu.
3
1) Informasi data : topografi, kemampuan tanah, tata guna tanah dan
rencana tata ruang wilayah setempat (RTRW/RDTR);
2) Kependudukan, meliputi infomasi data monografi desa, statistik dalam
angka, potensi desa;
3) Perekonomian, meliputi: data investasi, perdagangan, jasa, industri,
pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata, pendapatan daerah, dan
lain-lain dalam lingkungan letak obyek;
4) Prasarana dan utilitas umum, meliputi: jaringan transportasi, jaringan
listrik, jaringan telekomunikasi, sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana
kesehatan dan lain-lain;
5) Identifikasi letak, batas dan luas obyek tanah cadangan umum negara
yang berasal dari penetapan tanah terlantar disertai dengan batas-batas
bidang telah ditetapkan sebagai tanah terlantar dan bidang yang tidak
diterlantarkan oleh pemegang hak;
6) Identifikasi letak, batas dan luas obyek tanah cadangan umum negara
yang berasal dari tindaklanjut penertiban tanah terlantar disertai dengan
batas-batas bidang yang didalamnya terdapat penyerahan ataupun
klausul kewajiban administrasi pendaftaran tanah yang dipersyaratkan
kepada pemegang hak atas tanah;
7) Identifikasi daerah rawan bencana, meliputi lokasi, sumber
bencana, besaran dampak, kondisi lingkungan fisik;
8) Identifikasi hambatan kendala masalah (HKM) dalam pelaksanaan
kegiatan pendayagunaan tanah cadangan umum negara;
9) Identifikasi penggarapan di atas obyek tanah cadangan umum negara
dengan entitas yang jelas mengenai lama garapan, perolehan
tanah/legalitas, dan lain-lain;
10) Identifikasi penggunaan, pemanfaatan dan penguasaan di atas obyek
tanah cadangan umum negara;
11) Identifikasi pelaksanaan Surat Tindak Lanjut Penertiban Tanah Terlantar
yang meliputi: pelaksanaan pelepasan tanah oleh pemegang hak (jika
ada), pelaksanaan administrasi pendaftaran tanah pada kantor
pertanahan kota/kabupaten sehubungan dengan pelepasan tanah
termasuk didalamnya adanya perubahan, pembaharuan, peralihan yang
berkaitan dengan pemeliharaan data pendaftaran tanah dan pelaksanaan
pemanfaatan tanah sesuai dengan proposal yang telah dibuat serta terkait
dengan beberapa program pendukungnya (contohnya: Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan, Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Ruang
Terbuka Hijau).
b) Analisis rencana pendayagunaan tanah cadangan umum negara, meliputi:
1) Analisis ketersediaan obyek tanah cadangan umum negara;
Menjelaskan dan menganalisis mengenai luasan tersedianya TCUN yang
didalamnya terdapat perbandingan antara kesesuaian dengan Surat
Keputusan Penetapan Tanah Terlantar/Surat Tindak lanjut penertiban
tanah terlantar dengan kondisi eksisting yang terjadi di lapangan.
2) Analisis kepastian obyek tanah cadangan umum negara;
4
Menjelaskan dan menganalisis mengenai kepastian hukum terhadap
obyek TCUN secara yuridis ditinjau dan dikaji secara teoritis dan empiris
dari segi hukum perdata, hukum tata usaha negara maupun hukum
pidana disertai dengan dokumen pendukung berupa dokumen legal
(surat, akta, perjanjian dibawah tangan, register perkara,berita acara dan
dokumen pendukung kepastian lainnya), adanya hak tanggungan, adanya
blokir/sita jaminan yang melekat terhadap hak atas tanah
3) Analisis alokasi peruntukan tanah cadangan umum negara;
Menjelaskan dan menganalisis mengenai kesesuaian alokasi peruntukan
TCUN sebagaimana PerKBPN RI Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar
4) Analisis kemampuan tanah;
Menjelaskan dan menganalisis mengenai kemampuan tanah obyek TCUN
dengan klasifikasi kemampuan tanah dengan penggolongan
tekstur, permeabilitas, kedalaman efektif, lereng permukaan, drainase
tanah, erosi, dan lain-lain.
5) Analisis kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah;
Menjelaskan dan menganalisis mengenai kesesuaian penggunaan dan
pemanfaatan tanah dengan RTRW dan RDTR diwilayah obyek TCUN.
6) Analisis karakteristik wilayah;
Menjelaskan dan menganalisis mengenai karakteristik wilayah obyek
TCUN berada disertai dengan potensi dan penentuan arah
pengembangan wilayah setempat.
7) Analisis permasalahan dan potensi masalah dikemudian hari (Hambatan,
Kendala, Masalah, Sengketa, Konflik dan Perkara);
Menjelaskan dan menganalisis mengenai adanya hambatan, kendala dan
masalah yang telah terjadi dan potensi yang akan terjadi disertai dengan
riwayat dan kronologis HKM tersebut.
8) Analisis penggarapan tanah;
Menjelaskan dan menganalisis mengenai penggarapan yang terjadi
diareal obyek TCUN disertai dengan jumlah penggarap, lama waktu
menggarap, luas tanah yang digarap, dasar penggarapan, sample
kuisioner penggarap, penggunaan dan pemanfaatan garapan tersebut,
informasi detail penggarapan dari pihak terkait.
9) Analisis resiko bencana.
Menjelaskan dan menganalisis mengenai potensi resiko bencana yang
mungkin terjadi diatas obyek TCUN disertai dengan faktor pendukung
yang ada.
10) Analisis penerima manfaat
Menjelaskan dan menganalisis mengenai hasil pelaksanaan tindak lanjut
penertiban tanah terlantar berupa manfaat,
c) Pembuatan dan hasil pengolahan foto udara dan video udara (aerial mapping)
untuk mengetahui kondisi existing di lapangan sehubungan dengan
penggunaan dan pemanfaatan tanah di lokasi obyek pendayagunaan TCUN;
5
d) Pembuatan dan penyediaan lampiran peta-peta dengan layout standar (skala
peta menyesuaikan luas obyek Pendayagunaan TCUN) dan ditanda tangani
oleh surveyor dan Ketua Tim, meliputi:
1) peta penggunaan tanah;
2) peta penguasaan tanah;
3) peta pendaftaran tanah;
4) peta administrasi;
5) peta kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah;
6) peta kemampuan tanah;
e) Pengamatan (elaborasi) terhadap kebutuhan sektoral dan nasional terhadap
tanah cadangan umum negara;
f) Koordinasi lintas sektoral dengan instansi terkait mengenai kebutuhan tanah
dalam rangka pengembangan wilayah untuk kebutuhan pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah;
g) Melakukan analisis dan perumusan masalah dalam rangka persiapan
penetapan peruntukan tanah cadangan umum negara, penentuan
rekomendasi alokasi penetapan peruntukan TCUN, serta penerapan
kebijakan lainnya oleh Menteri;
h) Pembuatan Letter of Statement dan Letter of Nondisclosure oleh penanggung
jawab kegiatan (konsultan) yang disertai dalam dokumen laporan akhir
kegiatan ini sebagai bentuk tanggung jawab hasil pelaksanaan pekerjaan;
i) Membuat keputusan hasil rekomendasi pelaksanaan kegiatan berupa
kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai hasil pelaksanaan
survei lapang dan analisis oleh tenaga ahli, dengan presentase penilaian
pelaksanaan tindak lanjut penertiban tanah terlantar berdasarkan kriteria
antara lain:
1. Telah dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya oleh
pemegang hak atas tanah, telah dilaksanakan seluruh kewajiban sesuai
dengan ketentuan dalam rekomendasi tindak lajut penertiban tanah
terlantar;
2. Telah dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya oleh
pihak lain berdasarkan izin dari pemegang hak atas tanah (dengan
perjanjian kerja sama), telah dilaksanakan seluruh kewajiban sesuai dengan
ketentuan dalam rekomendasi tindak lajut penertiban tanah terlantar;
3. Telah dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya oleh
pihak lain yang telah memperoleh hak dari pemegang hak sebelumnya, telah
dilaksanakan seluruh kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam
rekomendasi tindak lajut penertiban tanah terlantar;
4. Belum dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya oleh
pemegang hak atas tanah (presentase luasan pemanfaatan), telah
dilaksanakan seluruh kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam
rekomendasi tindak lajut penertiban tanah terlantar;
5. Belum dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya oleh
pihak lain berdasarkan izin dari pemegang hak atas tanah dengan perjanjian
6
kerja sama (dicantumkan presentase luasan pemanfaatan), telah
dilaksanakan seluruh kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam
rekomendasi tindak lajut penertiban tanah terlantar;
6. Belum dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya oleh
pihak lain yang telah memperoleh hak dari pemegang hak sebelumnya, telah
dilaksanakan seluruh kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam
rekomendasi tindak lajut penertiban tanah terlantar;
7. Belum dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya oleh
pihak lain yang telah memperoleh hak dari pemegang hak sebelumnya,
belum dilaksanakan seluruh kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam
rekomendasi tindak lajut penertiban tanah terlantar oleh pihak lain yang
telah memperoleh hak dari pemegang hak sebelumnya;
8. Belum dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian haknya oleh
pemegang hak, pihak lain berdasarkan izin dari pemegang hak atas tanah
dengan surat perjanjian kerja sama ataupun pihak lain yang telah
memperoleh hak dari pemegang hak sebelumnya, belum dilaksanakan
seluruh kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam rekomendasi tindak lajut
penertiban tanah terlantar dikarenakan faktor sengketa, konflik, perkara
dengan pihak lain, belum diperolehnya izin yang dibutuhkan dalam rangka
pemanfaatan/penggunaan hak atas tanah;
j) Kesimpulan hasil setidaknya mencantumkan kriteria (sebagaimana huruf j),
rekomendasi tindak lanjut disertai dasar dan alasan, saran, implikasi hukum,
dan kebijakan lanjutan oleh pemerintah.
VI. METODOLOGI
Metodologi pelaksanaan kegiatan yang digunakan dalam pekerjaan ini, meliputi:
1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan survei primer dan survei sekunder
2. Metode pengolahan dan analisis data tekstual
Terhadap data tekstual dilakukan pengolahan dan analisis melalui pendekatan
kualitatif dan kuantitatif, sehingga diperoleh data yang akurat mengenai ketersediaan
dan kepastian obyek tanah cadangan umum negara secara fisik dan yuridis.
3. Metode pengolahan dan analisis data spasial
Teknik analisis dengan menggunakan metode pengolahan SIG (Sistem Informasi
Geografi) meliputi penyediaan data satelit, penyediaan data tabular, dan analisis
overlay/pertampalan serta pengolahan data pengukuran dan pemetaan yang
kemudian dilakukan plotting pada peta pendaftaran yang ada di kantor pertanahan
dan sebagai dasar pembuatan peta-peta lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
pelaksanaan pendayagunaan tanah cadangan umum negara.
4. Analisis kesesuaian tanah dan daya dukung wilayah
Analisis ini digunakan untuk menyesuaikan pelaksanaan pendayagunaan tanah
cadangan umum negara dengan memperhatikan kesesuaian tanah dan daya dukung
wilayah (RTRW, RDTR, KRK, Peraturan Zonasi, dll)
7
VII. TENAGA AHLI
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini dibutuhkan tenaga ahli sebanyak 9 orang tenaga ahli
sebanyak 52 orang bulan (OB) dengan perincian sebagai berikut.
TABEL 1
KEBUTUHAN TENAGA AHLI
Orang Bulan
No. Tenaga Ahli Jumlah
(OB)
1. Ahli Perencanaan Wilayah (Ketua Tim) 1 orang 7 OB
2. Ahli GIS 1 orang 6 OB
3. Ahli Ilmu Tanah 1 orang 6 OB
4. Ahli Pengukuran/Surveyor 1 orang 6 OB
5. Ahli Sosial 1 orang 6 OB
6. Ahli Hukum 1 orang 6 OB
7. Asisten Ahli GIS 1 orang 5 OB
8. Asisten Ahli Surveyor 1 orang 5 OB
9. Asisten Ahli Ilmu Tanah 1 orang 5 OB
Total 9 orang 52 OB
8
adalah melakukan pendataan dan analisis terkait penggunaan dan pemanfaatan
tanah pada obyek tanah yang ditentukan.
4) Ahli Pengukuran/Surveyor
Ahli Pengukuran/Surveyor disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan
sekurang-kurangnya jenjang S1 Teknik Geodesi dengan pengalaman di bidang
survey pertanahan atau penataan ruang minimal 3 (tiga) tahun. Tugas Ahli
Pengukuran/Surveyor adalah melakukan pengukuran dan inventarisasi data
serta analisis pada obyek tanah yang ditentukan.
5) Ahli Sosial
Ahli Sosial disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-
kurangnya jenjang S1 Ilmu Sosial Ekonomi dengan pengalaman di bidang survey
pertanahan atau penataan ruang minimal 3 (tiga) tahun. Tugas Ahli Sosial
adalah melakukan pendataan dan identifikasi permasalahan sosial terkait
penggunaan dan pemanfaatan tanah pada obyek tanah yang ditentukan.
6) Ahli Hukum
Ahli Hukum disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-
kurangnya jenjang S1 Hukum dengan pengalaman di bidang pertanahan atau
penataan ruang minimal 3 (tiga) tahun. Tugas Ahli Hukum adalah melakukan
analisis dari aspek hukum terkait kepastian tanah cadangan umum negara.
7) Asisten Ahli GIS
Asisten Ahli GIS disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-
kurangnya jenjang S1 Geografi atau S1 Teknik Geodesi dengan pengalaman di
bidang pemetaan atau penataan ruang minimal 1 (satu) tahun. Tugas Asisten
Ahli GIS adalah membantu Ahli GIS melakukan pemetaan tanah pada obyek
tanah yang ditentukan.
8) Asisten Ahli Surveyor
Asisten Ahli Surveyor disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan
sekurang-kurangnya jenjang S1 Teknik Geodesi dengan pengalaman di bidang
survey pertanahan atau penataan ruang minimal 1 (satu) tahun. Tugas Asisten
Ahli Pengukuran/Surveyor adalah membantu Ahli Surveyor melakukan
pengukuran dan inventarisasi data pada obyek tanah yang ditentukan.
9) Asisten Ahli Imu Tanah
Asisten Ahli Ilmu Tanah disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan
sekurang-kurangnya jenjang S1 Pertanian dengan pengalaman di bidang survey
pertanahan atau penataan ruang minimal 1 (satu) tahun. Tugas Asisten Ahli
Ilmu Tanah adalah membantu Ahli Ilmu Tanah melakukan pendataan terkait
penggunaan dan pemanfaatan tanah pada obyek tanah yang ditentukan.
Seluruh Tenaga ahli yang memiliki jenjang pendidikan S1 Planologi dan S1 Teknik Geodesi
dipersyaratkan memiliki sertifikat keahlian (SKA).
Selain itu, pelaksanaan kegiatan ini dibantu oleh tenaga ahli penunjang yaitu: 1 (satu)
orang sekretaris dan 1 (satu) orang operator komputer yang bekerja selama 7 (tujuh)
bulan.
9
VIII. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah:
11
Disimpan dalam bentuk DVD-R masing-masing per-obyek pendataan dan
disisipkan dalam masing-masing laporan materi teknis lengkap dan diserahkan
paling lambat 7 (tujuh) bulan setelah diterbitkan SPMK.
1. Seluruh data dan hasil kegiatan sebagaimana dicantumkan dalam KAK ini dimiliki oleh
Satuan Kerja Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
12