Anda di halaman 1dari 38

Kegiatan Dukungan Kementerian ATR/BPN

untuk Program KOTAKU

MODUL KEBIJAKAN
PERTANAHAN
Penyusunan Skema Pemberian
Hak Atas Tanah Dalam
Kegiatan Konsolidasi Tanah/
Konsolidasi Tanah Vertikal

Direktorat Konsolidasi Tanah dan Pengembangan Pertanahan


Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah dan Pengembangan Pertanahan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
MODUL HUKUM PERTANAHAN
DALAM KEGIATAN
KONSOLIDASI TANAH
JAKARTA, 22 DESEMBER 2021
DASAR HUKUM KONSOLIDASI
TANAH

1. Permen ATR/BPN No 12/2019


2. UU No 5/1960 ttg UUPA
3. UU No 26/2007 ttg Penataan Ruang
4. UU 1/2011 ttg Perumahan dan Permukiman
5. UU 20/2011 tentang Rusun
6. UU 2/2012 ttg Pengadaan Tanah
7. Perpres 86/2018 ttg Reforma Agraria
8. UU 11/2020 ttg Cipta Kerja
9. PP 24/1997 ttg Pendaftaran Tanah
10. PP 18/2021 ttg Hak Pengelolaan, HGB, HGU, dll

TA HUKUM PERTANAHAN – KOTAKU - KTTP 2


TIGA TOPIK MODUL
1. Penyusunan Dokumen Perencanaan Konsolidasi Tanah
2. Konsep dan Identifikasi Hak-Hak Atas Tanah
3. Skema Hak Atas Tanah untuk Konsolidasi Tanah Vertikal (KTV)

YOUR COMPANY NAME 3


MODUL PERTAMA:
PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KONSOLIDASI TANAH

1. Pembentukan Tim Koordinasi dan Tim Perencana/Pelaksana;


2. Kajian tata ruang dan kebijakan sektor;
3. Pemetaan sosial dan analisis potensi kawasan;
4. Pembuatan sket desain awal (visioning) dan penyepakatan
Konsolidasi Tanah; dan
5. Penetapan lokasi Konsolidasi Tanah.

4
Tim Perencana Konsolidasi Tanah

1. Membuat SK Tim Koordinasi dan menyiapkan data tekstual dan


spasial;
2. Melaksanakan Kajian Tata Ruang dan Kebijakan Sektor;
3. Melaksanakan Analisis Pemetaan Sosial dan Analisis Potensi
Kawasan;
4. Membuat Desain Awal (Visioning) dan Penyepakatan Konsolidasi
Tanah;
5. Menyusun pengajuan SK Penetapan Lokasi;
6. Menyusun Dokumen Perencanaan Konsolidasi Tanah.

5
Tim Koordinasi Konsolidasi Tanah

1. mengoordinasikan kebijakan antar pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan konsolidasi


tanah;
2. memberikan pertimbangan dalam penetapan lokasi Konsolidasi Tanah;
3. mengarahkan dan mengevaluasi penyusunan Desain Konsolidasi Tanah;
4. mengoordinasikan sumber pembiayaan dan bentuk kerjasama penyelenggaraan Konsolidasi Tanah;
5. melakukan sinkronisasi dan koordinasi rencana aksi pembangunan Konsolidasi Tanah dengan
seluruh pemangku kepentingan;
6. melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Konsolidasi Tanah;
7. melakukan penanganan masalah yang timbul dalam penyelenggaraan Konsolidasi Tanah; dan
8. mengevaluasi dan menetapkan kebijakan peremajaan/pembangunan kembali kawasan dalam hal
Konsolidasi Tanah Vertikal.

6
KAJIAN TATA RUANG DAN KEBIJAKAN SEKTOR

• Kajian Tata Ruang • Kajian Kebijakan Sektor


Analisis data spasial dengan memperhatikan: Rencana dan program sektor terkait pada lokasi
Konsolidasi Tanah:
1. Peruntukan kawasan sesuai Rencana Tata Ruang
Wilayah; 1. Pembangunan infrastruktur wilayah;
2. Pembagian zonasi dan peraturan zonasi sesuai 2. Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas; dan
dengan Rencana Detail Tata Ruang;
3. Pembangunan sektor lainnya.
3. Topografi, penggunaan tanah dan gambaran
umum penguasaan tanah; dan
4. Daya dukung dan daya tampung kawasan.

Menentukan lokasi Konsolidasi Tanah yang terpilih Berita Acara Pemilihan Lokasi oleh Tim Koordinasi

7
BAHAN ATAU MATERI YANG DIBUTUHKAN

Kajian Tata Ruang Kajian Kebijakan Sektor


• Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) • Rencana Induk Pembangunan Perumahan
• Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota • Rencana Pembangunan Jalan
(RTRWK) • Rencana Induk Pembangunan Jaringan Irigasi
• Rencana Detail Data Ruang (RDTR) • Rencana Induk Pembangunan Prasarana, Sarana dan
Utilitas
• Rencana Zonasi
• dll
• Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

8
PEMETAAN SOSIAL DAN ANALISIS POTENSI KAWASAN

• Pemetaan Sosial • Analisis Potensi Kawasan


1. Inventarisasi dan Identifikasi Data dan Informasi
1. Inventarisasi dan identifikasi data sosial, ekonomi Pertanahan:
dan budaya
a. bentuk dan luas bidang tanah;
2. Sosialisasi untuk menjaring aspirasi masyarakat di b. data pemegang hak dan/atau penggarap tanah; dan
lokasi Konsolidasi Tanah.
c. status kepemilikan tanah.
Kegiatan penyuluhan secara langsung kepada 2. Data Fisik Lingkungan untuk Mengetahui Potensi,
pemegang hak dan/atau penggarap tanah agar Kekurangan, Peluang, dan Ancaman di Lokasi
dapat memahami maksud, tujuan dan manfaat Konsolidasi Tanah
Konsolidasi Tanah serta hak dan kewajiban calon a. topografi;
peserta Konsolidasi Tanah b. penggunaan tanah;
c. ketersediaan dan kondisi prasarana, sarana dan
utilitas;
Peta Potensi Objek Konsolidasi Tanah yang digunakan d. daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
untuk menentukan strategi pengembangan lokasi e. aspek kebencanaan
Konsolidasi Tanah

9
BAHAN ATAU MATERI YANG DIBUTUHKAN

• Inventarisasi dan identifikasi data sosial, ekonomi • Data dan Informasi Pertanahan
dan budaya dan Sosialisasi
1. Data IP4T (Inventarisasi Pemilikan, Penguasaan,
1. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah)
Research and Action).
2. Data PTPR (Peta Tematik Pertanahan dan Ruang)
2. Stakeholder Analysis.
3. Peta Zona Nilai Tanah (ZNT)
3. Beneficiary Assessment.
4. Data Sangketa/Konflik Pertanahan, dll
4. Participatory Monitoring and Evaluation
• Data Fisik Lingkungan
5. Key Informa Interview
1. Kajian DDDT (Daya Dukung dan Daya Tampung) dari
6. Focus Group Discussion Dinas Lingkungan
7. Community Group Discussion
8. Mini Survey, dll

10
Pembuatan Sket Desain Awal (Visioning) dan Penyepakatan
Konsolidasi Tanah

• Gambaran konsep kebijakan makro dan kriteria perencanaan/desain


Sket Desain kawasan;
Awal (visioning • Penetapan tema dan arah pengembangan kawasan;
• Menggambarkan pembagian blok dan perkiraan jumlah rencana bidang
tanah/unit serta rencana penyediaan prasarana, sarana dan utilitas; dan
• Perkiraan biaya pelaksanaan dan pembangunan Konsolidasi Tanah
• Sebagai dasar untuk menghasilkan kesepakatan antara pemegang hak
dan/atau penggarap tanah terhadap rencana Konsolidasi Tanah.

Berita Acara • Kesepakatan pemegang hak dan/atau penggarap tanah


terhadap rencana Konsolidasi Tanah yang ditandatangani
Kesepakatan pemegang hak dan/atau penggarap tanah

11
Penetapan Lokasi (Penlok) Konsolidasi Tanah

Konsolidasi Tanah
menjelaskan tentang skala kecil
letak lokasi, luas, dituangkan dlm
Dokumen Penetapan jumlah bidang tanah Keputusan
Perencanaan Lokasi serta keterangan
Bupati/Walikota,
lainnya yang
Konsolidasi Konsolidasi dianggap perlu Konsolidasi Tanah
Skala Besar
Tanah Tanah sebagai dasar lokasi
dituangkan dalam
pelaksanaan
Konsolidasi Tanah Keputusan
Gubernur/Menteri

Note: Untuk Konsolidasi Tanah Swadaya Kepala Kantor Pertanahan memberikan


pertimbangan kepada Bupati/Walikota dalam penerbitan Keputusan Penetapan Lokasi
Konsolidasi Tanah 12
MODUL KEDUA:
KONSEP DAN
IDENTIFIKASI HAK-
HAK ATAS TANAH
1. KONSEP HAK ATAS TANAH
2. IDENTIFIKASI HAK ATAS TANAH
3. DI KAWASAN KUMUH

YOUR COMPANY NAME 13


Jenis-Jenis Tanah dan Hak Atas Tanah dalam Konsolidasi Tanah

• Jenis-Jenis Tanah
• Tanah Negara
• Tanah Masyarakat
• Tanah Aset Pemda/BUMN/BUMD

• Jenis-Jenis Hak Atas Tanah


• Hak Milik
• Hak Guna Bangunan
• Hak Pakai
• Hak Pengelolaan

14
Obyek dan Subyek Konsolidasi Tanah

Obyek Konsolidasi Tanah


a. tanah yang sudah terdaftar;
b. tanah hak yang belum terdaftar;
c. tanah Negara yang sudah dikuasai/digarap; dan/atau
d. tanah aset BUMN/BUMD/Badan Hukum lainnya yang sudah dilepaskan dan/atau dikuasai
masyarakat.

Subyek Konsolidasi Tanah


peserta yang memenuhi syarat yaitu Perorangan Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum,
yang berkedudukan selaku:
a. pemegang hak; dan
b. penggarap tanah Negara.
15
Konsep Hak Atas Tanah Menurut UUPA

Pasal 1 Ayat 4
• Tanah adalah permukaan bumi termasuk pula tubuh bumi dibawahnya serta yang berada dibawah air
Pasal 4
(1) Atas dasar Hak Menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak
atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum.
(2) Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang
bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk
kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-
undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.
• Sudah dijelaskan dalam Penjelasan Umum (II angka 1). Dalam Undang-Undang Pokok Agraria diadakan perbedaan
antara pengertian ..bumi" dan "tanah", sebagai yang dirumuskan dalam pasal 1 ayat 3 dan pasal 4 ayat 1. Yang
dimaksud dengan "tanah" ialah permukaan bumi. Perluasan pengertian "bumi" dan "air" dengan ruang angkasa
adalah bersangkutan dengan kemajuan tehnik dewasa ini dan kemungkinan-kemungkinannya dalam waktu waktu
yang akan datang.

16
Asas-Asas Pembentukan Konsep Hak Atas Tanah

• Asas Perlekatan (Accessie) memberikan arti tentang tanah dengan sangat


luasnya, tidak saja terbatas pada permukaan bumi, tapi juga termasuk apa yang
ada dibawahnya serta segala sesuatu yang ada di atasnya.
• Asas Pemisahan Horisontal (Horizontale Van Scheiding) Asas ini menyatakan
bahwa pemilikan atas tanah dan benda atau segala sesuatu yang berdiri di atas
tanah itu adalah terpisah. Asas pemisahan horisontal memisahkan tanah
dengan benda lain yang melekat pada tanah itu.

17
Hak Atas Tanah/Hak Pengelolaan pada Ruang Atas/Bawah Tanah
Menurut UU No 11 Tahun 2020

Pasal 146
1. Tanah atau ruang yang terbentuk pada ruang atas dan/atau bawah tanah dan digunakan untuk
kegiatan tertentu dapat diberikan hak guna bangunan, hak pakai, atau hak pengelolaan.
2. Batas kepemilikan tanah pada ruang atas tanah oleh pemegang hak atas tanah diberikan sesuai
dengan koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan rencana tata ruang yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Batas kepemilikan tanah pada ruang bawah tanah oleh pemegang hak atas tanah diberikan sesuai
dengan batas kedalaman pemanfaatan yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4. Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada ruang atas dan/atau bawah tanah oleh pemegang hak
yang berbeda dapat diberikan hak guna bangunan, hak pakai, atau hak pengelolaan.

18
Konsep Hak Atas Tanah Menurut PP No 18 Tahun 2021

• Tanah adalah permukaan bumi baik berupa daratan maupun yang tertutup air, termasuk ruang di atas
dan di dalam tubuh bumi, dalam batas tertentu yang penggunaan dan pemanfaatannya terkait langsung
maupun tidak langsung dengan penggunaan dan pemanfaatan permukaan bumi.
• Hak Atas Tanah adalah hak yang diperoleh dari hubungan hukum antara pemegang hak dengan Tanah,
termasuk ruang di atas Tanah, dan atau ruang di bawah Tanah untuk menguasai, memiliki,
menggunakan, dan memanfaatkan, serta memelihara Tanah, ruang di atas Tanah, dan/atau ruang di
bawah Tanah.
• Ruang Atas Tanah adalah ruang yang berada di atas permukaan Tanah yang digunakan untuk kegiatan
tertentu yang penguasaan, pemilikan, penggurlaan dan pemanfaatannya terpisah dari penguasaan,
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan pada bidang Tanah.
• Ruang Bawah Tanah adalah ruang yang berada di bawah permukaan Tanah yang digunakan untuk
kegiatan tertentu ],ang penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatannya terpisah dari
penguasaan, pemilikan, petrggunaan, dan pemanfaatan pada bidang Tanah

19
Hak Atas Tanah/Hak Pengelolaan pada Ruang Atas/Bawah Tanah
Menurut PP No 18 Tahun 2021

Pasal 74
1. Penggunaan dan pemanfaatan bidang Tanah yang dipunyai oleh pemegang Hak Atas Tanah dibatasi oleh:
a. batas ketinggian sesuai koefisien dasar bangunan dan koefisien lantai bangunan yang diatur dalam rencana
tata ruang; dan
b. batas kedalaman yang diatur dalarn rencana tata ruang atau sampai dengan kedalaman 30 (tiga puluh) meter
dari permukaan Tanah dalam hal belum diatur dalam rencana tata ruang.
2. Tanah yang secara struktur dan/atau fungsi terpisah dari pemegang Hak Atas Tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan Ruang Atas Tanah atau Ruang Bawah Tanah yang dikuasai langsung oleh negara.
3. Ruang Bawah Tanah terdiri dari: a. Ruang Bawah Tanah dangkal; dan b. Ruang Bawah Tanah dalam.
4. Ruang Bawah Tanah dangkal merupakan Tanah yang dipunyai oleh pemegang Hak Atas Tanah dengan batas
kedalaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.
5. Ruang Bawah Tanah dalam merupakan Tanah yang secara struktur dan/atau fungsi terpisah dari pemegang Hak
Atas Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

20
Tanah Negara dan Hak Atas Tanah di atasnya

1) Tanah Negara yang di atasnya ada Hak Pengelolaan, misalkan : Pemerintah Daerah/Kota, Perum Perumnas,
Pertamina, Bulog, Badan Otoritas khusus (seperti Badan Otoritas Batam di Pulau Batam), kawasan Industri, PDAM,
PLN, PT.INKA/PJKA, Dinas Pengairan, dan Badan-badan Pemerintah. Berlakunya hak pengelolaan ini adalah
sepanjang diperlukan oleh pemegangnya, Pemegang hak ini diberikan kewenangan oleh negara untuk memberikan
sebagian tanahnya kepada pihak ketiga seperti kita dengan seizin pemerintah (dalam hal ini Kepala BPN) untuk
menjadi hak milik.
2) Tanah Negara yang diatasnya terdapat Hak Guna Usaha, yang dipunyai baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN,
seperti PTP dan Perhutani) maupun Badan Usaha Swasta yang bergerak pada bidang usaha : pertanian,
perkebunan, peternakan, atau perikanan. Masa berlaku hak guna usaha adalah 35 tahun, tetapi bisa diperpanjang
25 tahun dan seterusnya sepanjang negara mengizinkannya.
3) Tanah Negara yang di atasnya ada hak pakai, dipunyai oleh orang (WNI), atau badan-badan usaha baik swasta
dalam negeri (PMDN) maupun swasta asing (PMA) atau usaha patungan PMDN-PMA, perwakilan negara asing atau
internasional. Hak Pakai ini berlaku selama 20 tahun dan bisa diperpanjang untuk setiap 20 tahun sepanjang negara
mengizinkannya.
4) Tanah Negara yang diatasnya telah ada hak-hak lain seperti Hak Guna Bangunan. Hak ini berlaku 30 tahun namun
dapat diperpanjang untuk setiap 20 tahun sepanjang negara mengizinkannya.

21
Hak Atas Tanah di Wilayah Pantai dan Perairan Pesisir (Dirjen PHPT, 2021)

22
Kelompok Masyarakat di Wilayah Pesisir Berdasar UU 27 tahun
2007 dan UU No 1 Tahun 2014

1. Masyarakat Adat adalah kelompok Masyarakat Pesisir yang secara turun-temurun bermukim di
wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang
kuat dengan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, serta adanya sistem nilai yang
menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum
2. Masyarakat Lokal adalah kelompok Masyarakat yang menjalankan tata kehidupan sehari-hari
berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai nilai-nilai yang berlaku umum tetapi tidak
sepenuhnya bergantung pada Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tertentu
3. Masyarakat Tradisional adalah masyarakat perikanan tradisional yang masih diakui hak
tradisionalnya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan atau kegiatan lainnya yang sah di
daerah tertentu yang berada dalam perairan kepulauan sesuai dengan kaidah hukum laut
internasional

23
Status Permukiman di atas Sungai

PP No 38 Tahun 2011 ttg Sungai


Pasal 3 (1)
Sungai dikuasai oleh negara dan merupakan kekayaan negara.
Pasal 5 (1)
Sungai terdiri atas: a. palung sungai; dan b. sempadan sungai.
Pasal 17 (1)
Dalam hal hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) menunjukkan terdapat
bangunan dalam sempadan sungai maka bangunan tersebut dinyatakan dalam status quo dan
secara bertahap harus ditertibkan untuk mengembalikan fungsi sempadan sungai.

24
Penetapan Garis Sempadan Sungai

Permen PUPR No 28/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Danau
Pasal 15 Ayat 1
Dalam hal hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), menunjukkan terdapat
bangunan dalam sempadan sungai maka bangunan tersebut dinyatakan dalam status quo dan secara
bertahap harus ditertibkan untuk mengembalikan fungsi sempadan sungai

Pasal 22
Sempadan sungai hanya dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk:
a. bangunan prasarana sumber daya air;
b. fasilitas jembatan dan dermaga;
c. jalur pipa gas dan air minum;
d. rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
e. kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, antara lain kegiatan menanam tanaman
sayur-mayur; dan
f. bangunan ketenagalistrikan.

25
Pemberian Hak Atas di Atas di Atas Sempadan Sungai

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI DALAM
NEGERI NOMOR 19/1984, KH. 059/KPTS-II/1984 DAN PU.124/KPTS/1984 TAHUN 1984 TENTANG
PENANGANAN KONSERVASI TANAH DALAM RANGKA PENGAMANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PRIORITAS
Pasal 4 (b) tentang Lokasi Wilayah Konservasi Tanah:
Daerah sepanjang kiri kanan alur sungai, danau, waduk, sekitar sumber mata air, dan bangunan pengairan.
PMNA No 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak
Pengelolaan
Pasal 4 Ayat 4
Tanah-tanah tertentu yang diperlukan untuk konservasi yang ditetapkan oleh Menteri tidak dapat dimohon
dengan sesuatu Hak Atas Tanah

26
Pemetaan Hak-Hak Atas Tanah dan Peta Tematik Lainnya

1. IP4T (Inventarisasi Pemilikan Penguasaan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah)


2. PTPR (Pemetaan Tematik Pertanahan dan Ruang)
a) Dengan kegiataan tersebut di atas akan diperoleh data-data sebagai berikut:
b) Pemilik Tanah yang sudah terdaftar
c) Pemilik Tanah yang belum terdaftar
d) Penguasaan Tanah Oleh Masyarakat
e) Penguasaan Tanah Oleh Badan Hukum
f) Penguasaan Tanah Oleh Lembaga Pemerintah
g) Pola Penggunaan Tanah
h) Pola Pemanfaatan Tanah
3. Peta Zona Nilai Tanah (ZNT)

27
MODUL KETIGA:
SKEMA HAK-HAK ATAS
TANAH KONSOLIDASI
TANAH VERTIKAL

YOUR COMPANY NAME 28


Skema Perolehan Tanah untuk Konsolidasi Tanah

Skema UU No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum


• Pasal 10 (o) UU NO 2/2012 jo UU 11/2020 menetapkan bahwa penataan permukiman kumuh perkotaan
dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa
sebai kegiatan yang termasuk kategori Kepentingan Umum
• Negara harus membayar ganti kerugian atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya kepada masyarakat
yang berada di lokasi pengadaan tanah
• Ketika sudah ada minimal 60 persen warga sepakat untuk melakukan Konsolidasi Tanah maka bagi mereka
yang tidak setuju ada opsi untuk menjual tanah-tanah mereka kepada warga yang telah sepakat atau melalui
mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan umum

Skema Reforma Agraria Berdasar Perpres 86 Tahun 2018


Pasal 10 menyatakan bahwa dalam hal objek redistribusi tanah untuk non-pertanian yang memerlukan
penataan maka dapat dilakukan melalui Konsolidasi Tanah disertai dengan pemberian sertipikat hak milik atau
sertipikat hak milik atas satuan rumah susun

29
Skema Hak Atas Tanah Untuk Konsolidasi Tanah Horisontal

No Status Tanah Asal/Alas Hak Penerbitan Hak Atas Tanah Penerbitan Hak Atas Tanah Baru
di atas Tanah Asal
1 Tanah Negara Hak Pengelolaan Hak Pakai (HP)/Hak Guna
Bangunan (HGB)
2 Tanah Masyarakat Hak Milik Bersama Hak Pakai (HP)/Hak Guna
Bangunan (HGB)
3 Tanah Aset Pemerintah/ Hak Pakai (HP)/Hak Guna -
Pemda/BUMN/BUMD Bangunan (HGB)

30
Konsolidasi Tanah Horisontal Yang Berasal dari Tanah Negara

• Alas Haknya adalah Tanah Negara


• Diterbitkan Hak Pengelolaan di atas Tanah Negara
• Diterbitkan Hak Guna Bangunan (HGB) atau Hak
Pakai (HP)

31
Konsolidasi Tanah Horisontal Yang Berasal dari Tanah Masyarakat

• Alas Haknya adalah Tanah Masyarakat


• Diterbitkan Hak Milik Bersama
• Diterbitkan Hak Milik (HM), Hak Guna Bangunan
(HGB) atau Hak Pakai (HP)

32
Konsolidasi Tanah Horisontal yang Berasal dari Tanah Aset

• Alas Haknya adalah Tanah Aset


• Diterbitkan Hak Pengelolaan (HPL) atau Hak Guna
Bangunan (HGB)

33
Skema Hak Atas Tanah Untuk Konsolidasi Tanah Vertikal

No Status Tanah Asal/Alas Hak Status Tanah Bersama SHM Sarusun


1 Tanah Negara Hak Guna Bangunan (HGB) HGB, an. Pelaku Pembangunan ,
atau Hak Pakai diatas Tanah diterbitkan SHM Sarusun
Negara
2 Tanah Masyarakat Tanah Hak Milik (HM) Bersama Diatas tanah HM Masyarakat
Masyarakat , diatasnya diterbitkan sertipikat HGB,
diberikan Hak Guna Bangunan kemudian diterbitkan SHM
(HGB) atas nama pelaku Sarusun
pembangunan
3 Tanah Aset Pemerintah/ Hak Pengelolaan (HPL) atau Diatas tanah HPL diterbitkan
Pemda/BUMN/BUMD Hak Pakai (HP) di atas Tanah HGB atau Hak Pakai kemudian
Aset diterbitkan SHM.Sarusun

34
Konsolidasi Tanah Vertikal Yang Berasal Dari Tanah Negara

• Alas Haknya adalah Tanah Negara


• Diterbitkan Hak Pengelolaan di atas Tanah Negara
• Sarusun dapat dibangun di atas Tanah HGB atau Hak
Pakai (HP) di atas Tanah Negara (Pasal 145 UUCK)
• Diterbitkan Hak Guna Bangunan (HGB) atau Hak
Pakai (HP) untuk dibangun Sarusun

35
Konsolidasi Tanah Vertikal Yang Berasal Dari Tanah Masyarakat

• Alas Haknya adalah Tanah Masyarakat (Hak Milik)


• Diterbitkan Hak Milik (HM) Bersama oleh Masyarakat
• Diterbitkan Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama
Developer (Pelaksana Pembangunan) di atas Tanah
Milik Bersama untuk selanjutnya dibangun Sarusun

36
Konsolidasi Tanah Vertikal Yang Berasal Dari Tanah Aset

• Alas Haknya adalah Tanah Aset


• Diterbitkan Hak Guna Bangunan (HGB) atau Hak
Pakai (HP) untuk selanjutnya dibangun Sarusun

37

Anda mungkin juga menyukai