Anda di halaman 1dari 14

SALINAN

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 216 TAHUN 2016

TENTANG

TATA CARA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN


UNTUK KEPENTINGAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang a. bahwa dalam rangka mewujudkan keseragaman, keteraturan


dan tertib administrasi dalam proses pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum, perlu diselenggarakan
secara tepat, efisien dan efektif;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur
tentang Tata Cara Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan


Dasar Pokok-pokok Agraria;

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang;

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang


Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;

5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan


Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

6. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan


Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Puncak, Cianjur;

7. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang


Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015;
2

8. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5


Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan
Tanah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2015;
9. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah 2030;

10. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata


Detail Ruang Dan Peraturan Zonasi;

11. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi


Perangkat Daerah;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PENGADAAN


TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus


Ibukota Jakarta.

3. Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan


cara memberi Ganti Kerugian yang layak dan adil kepada
Pihak yang Berhak.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat


SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
5. Masyarakat adalah orang perorangan atau badan usaha yang
menawarkan tanah miliknya untuk diberikan ganti kerugian
yang layak dan adil atau dijual kepada Pemerintah Daerah
untuk digunakan bagi pembangunan untuk kepentingan
umum.

6. Pelepasan Hak adalah kegiatan pemutusan hubungan hukum


dari Pihak yang berhak kepada negara melalui kementerian.
7. Pihak yang Berhak adalah pihak yang menguasai atau
memiliki Objek Pengadaan Tanah.
8. Penilai Publik adalah penilai yang telah memperoleh izin dari
Menteri Keuangan untuk memberikan jasa penilaian.
9. Tim Persiapan Pengadaan Tanah yang selanjutnya disebut Tim
Persiapan adalah tim yang dibentuk oleh Gubernur untuk
membantu Gubernur dalam melaksanakan pemberitahuan
rencana pembangunan, pendataan awal lokasi rencana
pembangunan dan konsultasi publik rencana pembangunan.
10. Tim Kajian Keberatan yang selanjutnya disebut Tim Kajian
adalah tim yang dibentuk oleh Gubernur untuk membantu
Gubernur melaksanakan inventarisasi masalah yang menjadi
alasan keberatan, melakukan pertemuan atau klarifikasi
dengan pihak yang keberatan, melakukan kajian dan
membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan.
11. Konsultasi Publik adalah proses komunikasi dialogis atau
musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna mencapai
kesepahaman dan kesepakatan dalam perencanaan
Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum.
12. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang
selanjutnya disingkat BPN adalah Lembaga Pertanahan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum.
13. Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal BPN di
Kota/Kabupaten Administrasi yang dipimpin oleh Kepala
Kantor Pertanahan yang berada di bawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Menteri melalui Kepala
Kantor Wilayah BPN.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai dasar hukum


dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum di lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta
Pasal 3

Peraturan Gubernur ini bertujuan :

a. memberikan pedoman bagi SKPD/UKPD dalam pelaksanaan


pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum; dan
b. mewujudkan tertib administrasi, keseragaman dan keteraturan
dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum.

BAB III

PENGADAAN TANAH DENGAN LUAS LEBIH


DARI 5 (LIMA) HEKTAR

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

Pengadaan tanah dengan luas lebih dari 5 (lima) hektar atau lebih
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat
berasal dari program prioritas SKPD/ UKPD berdasarkan rencana
tata ruang atau berasal dari penawaran masyarakat.
Pasal 5

Pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilaksanakan


pada tahapan :

a. Perencanaan; dan
b. Persiapan.

Bagian Kedua

Perencanaan

Pasal 6
(1) SKPD/UKPD yang memerlukan tanah membuat rencana
pengadaan tanah yang dituangkan dalam Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah.

(2) Rencana Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


dapat disusun bersama-sama oleh SKPD/UKPD yang
memerlukan tanah bersama instansi terkait atau dapat
dibantu oleh lembaga profesional yang ditunjuk oleh
SKPD/UKPD yang memerlukan tanah.

(3) Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala SKPD/UKPD
yang memerlukan tanah atau pejabat yang ditunjuk.

(4) Selain membuat dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala SKPD/UKPD
dapat membuat permohonan informasi kepada BPKAD terkait
aset dan permohonan kepada Dinas Penataan Kota Provinsi
DKI Jakartauntuk pembuatan peta penetapan lokasi dan
informasi apabila pada lokasi yang direncanakan terdapat
Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah/Izin Penunjukan
Penggunaan Tanah.

Pasal 7

SKPD/UKPD yang memerlukan tanah menyampaikan Dokumen


Perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 kepada Gubernur.

Bagian Ketiga

Persiapan

Pasal 8
(1) Gubernur membentuk Tim Persiapan Pengadaan Tanah
setelah menerima Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah.
(2) Dalam rangka efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan
pengadaan tanah, Tim Persiapan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat terdiri dari Tim Persiapan Pengadaan Tanah
Provinsi dan Tim Persiapan Pengadaan Tanah Kabupaten/
Kota.

(3) Keanggotaan dan tugas Tim Persiapan Pengadaan Tanah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.
(4) Untuk kelancaran tugas Tim Persiapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dibentuk Sekretariat Tim.

Pasal 9

(1) Tim Persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8


melaksanakan :

a. pemberitahuan rencana pembangunan;


b. pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan
c. konsultasi publik.

(2) Pemberitahuan rencana pembangunan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan baik langsung maupun
tidak langsung melalui sosialisasi, tatap muka, surat
pemberitahuan atau media cetak dan elektronik.

(3) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa daftar sementara
lokasi rencana pembangunan dengan kegiatan berupa
pengumpulan data awal Pihak yang Berhak dan objek
pengadaan tanah.

(4) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana
pembangunan dari Pihak yang Berhak dan masyarakat yang
terkena dampak atau kuasanya.

(5) Hasil kesepakatan konsultasi publik sebagaimana dimaksud


pada ayat (4) dituangkan dalam Berita Acara Konsultasi Publik
dan selanjutnya dilaporkan kepada Gubernur.

Pasal 10

(1) Dalam hal konsultasi publik sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 9 ayat (4) terdapat Pihak yang Berhak dan masyarakat
yang terkena dampak atau kuasanya tidak sepakat atau
keberatan atas lokasi rencana pembangunan, dilaksanakan
konsultasi publik ulang.

(2) Kesepakatan atas lokasi rencana pembangunan dalam


Konsultasi Publik Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan dalam Konsultasi
Publik Ulang.

Pasal 11

(1) Dalam hal Konsultasi Publik Ulang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 ayat (1), masih terdapat keberatan dari Pihak
yang Berhak atas lokasi rencana pembangunan, SKPD/UKPD
atau instansi yang memerlukan tanah melaporkan keberatan
kepada Gubernur melalui Tim Persiapan.
(2) Setelah menerima laporan dari Tim Persiapan, Gubernur
membentuk Tim Kajian Keberatan.

(3) Tim Kajian Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),


melakukan kajian terhadap keberatan atas lokasi
pembangunan dan melaporkan hasilnya beserta kajian
rekomendasinya kepada Gubernur.
(4) Dalam hal Gubernur menerima keberatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), maka SKPD/UKPD yang memerlukan
tanah membatalkan rencana pembangunan .
(5) Apabila keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditolak , maka Gubernur menetapkan Keputusan Gubernur
tentang Penetapan Lokasi Pembangunan.

Pasal 12
(1) Gubernur menetapkan lokasi pembangunan berdasarkan
kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5)
atau ditolaknya keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (5).

(2) Penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan dengan Keputusan Gubernur dengan lampiran peta
lokasi pembangunan.

Pasal 13
(1) Gubernur bersama SKPD/UKPD yang memerlukan tanah
mengumumkan Penetapan Lokasi pembangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2).
(2) Pengumuman penetapan lokasi pembangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari
kerja.

Pasal 14
(1) Pelaksanaan pengadaan tanah dilaksanakan oleh Kepala
Kanwil BPN selaku Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.
(2) Kepala SKPD/UKPD yang memerlukan tanah menyampaikan
Keputusan Gubernur tentang Penetapan Lokasi Pembangunan
dengan dilampiri Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
kepada Kepala Kanwil BPN untuk proses pelaksanaan
pengadaan tanah sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

Pasal 15

Bagan/alur mengenai tata cara pengadaan tanah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 14 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini.

BAB IV

PENGADAAN TANAH SKALA KECIL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 16

Pengadaan tanah skala kecil dengan luas tidak lebih dari 5 (lima)
hektar dapat berasal dari :
a. program SKPD/UKPD sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
b. penawaran dari masyarakat.
Bagian Kedua

Program SKPD Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah

Pasal 17

(1) Pengadaan tanah yang merupakan program SKPD/UKPD


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a, dimulai
dengan tahapan sebagai berikut :

a. membuat Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah;


b. membuat permohonan mengenai peta informasi rencana
kota sampai dengan pematokan trase dan informasi apabila
terdapat SIPPT pada lokasi dimaksud; dan
c. membuat permohonan kepada BPKAD terkait informasi
mengenai aset.

(2) Dokumen Perencanaan Pengadaan tanah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan oleh Kepala
SKPD/UKPD atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Permohonan informasi mengenai peta informasi rencana kota


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, disampaikan
kepada Kepala Dinas Penataan Kota Provinsi DKI Jakarta
dilampiri dengan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah.

Pasal 18

(1) Berdasarkan informasi mengenai aset sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c, apabila terhadap lokasi yang
direncanakan akan dilakukan pengadaan tanah tercatat
sebagai aset milik Pemerintah Daerah maka proses pengadaan
tanah dihentikan.

(2) Apabila terhadap lokasi yang direncanakan akan dilakukan


pengadaan tanah tidak termasuk dalam aset milik Pemerintah
Daerah maka proses pengadaan tanah dapat dilanjutkan.

(3) Pelaksanaan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dilakukan oleh SKPD/UKPD dengan tahapan sebagai
berikut :

a. membuat laporan kepada Gubernur mengenai rencana


lokasi pembangunan; dan
b. melaksanakan sosialisasi kepada Pihak Yang Berhak dan
masyarakat yang terkena dampak.

(4) Hasil pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf b, dituangkan dalam Berita Acara Sosialisasi.

Pasal 19
(1) Terhadap hasil pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (3) huruf b telah terdapat kesepakatan
dari Pihak Yang Berhak dan masyarakat yang terkena
dampak, maka proses pengadaan tanah dilanjutkan.
(2) Apabila terhadap hasil pelaksanaan sosialisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf b, tidak terdapat
kesepakatan dari Pihak Yang Berhak dan masyarakat yang
terkena dampak, Kepala SKPD/UKPD melaporkan kepada
Gubernur.
Pasal 20

(1) Berdasarkan kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


ayat (1), Kepala SKPD/UKPD melaksanakan proses pengadaan
tanah dengan tahapan sebagai berikut :

a. mengajukan permohonan pengukuran bidang tanah kepada


Kantor Pertanahan;
b. melaksanakan inventarisasi;
c. melaksanakan penelitian berkas; dan
d. melaksanakan pengadaan jasa penilai.

(2) SKPD/UKPD dan BPN melakukan penelitian terhadap


keabsahan dokumen kepemilikan tanah;

(3) Pengukuran bidang tanah oleh Kantor Pertanahan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan
untuk mendapatkan Peta Bidang Tanah atau Surat
Keterangan Tanah.

(4) Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,


dilakukan untuk memperoleh daftar inventarisasi yang
selanjutnya akan diumumkan di kantor kelurahan.

(5) Penelitian berkas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,


dilakukan untuk melengkapi bukti kepemilikan tanah dan
bukti perolehan tanah serta dokumen lain yang dibutuhkan.

(6) Pengadaan Jasa Penilai atau Penilai Publik sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf e, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Jasa Penilai atau Penilai Publik sebagaimana dimaksud pada


ayat (6), melakukan penilaian terhadap besarnya ganti
kerugian per bidang tanah;

(8) Dalam rangka penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (7),


SKPD/UKPD yang memerlukan tanah memberikan data
pendukung kepada Jasa Penilai atau Penilai Publik berupa
peta bidang tanah, daftar nominatif dan data lain yang
diperlukan.

Pasal 21

(1) Berdasarkan penilaian jasa Penilai sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 20, selanjutnya SKPD/UKPD yang memerlukan
tanah melaksanakan musyawarah dengan Pihak yang Berhak
untuk menentukan bentuk dan besar ganti rugi dengan
mengacu pada hasil penilaian oleh Penilai Publik.
(2) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Berita Acara.

Pasal 22

Kepala SKPD/UKPD yang memerlukan tanah menandatangani


Keputusan Penetapan Bentuk dan Besar Ganti Rugi dengan
mengacu pada Berita Acara Musyawarah.
Pasal 23

Berdasarkan Keputusan Penetapan bentuk dan besarnya ganti


rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, selanjutnya
dilakukan Pelepasan hak dari Pihak Yang Berhak kepada
Pemerintah Daerah dan dilakukan dihadapan Kepala Kantor
Pertanahan setempat.

Pasal 24
(1) Kepala SKPD/UKPD yang memerlukan tanah menerbitkan
Surat Perintah Membayar (SPM) untuk proses pencairan
anggaran dan pelaksanaan pembayaran secara langsung
kepada pemilik.

(2) Setelah proses pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


SKPD/UKPD yang melaksanakan pengadaan tanah menyerahkan
hasil pengadaan tanah yang telah disertifikatkan atas nama
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta kepada
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
DKI Jakarta.

Pasal 25

Bagan/alur mengenai tata cara pengadaan tanah skala kecil yang


berasal dari program SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
sampai dengan Pasal 24 tercantum dalam Lampiran II Peraturan
Gubernur ini.

Bagian Ketiga

Penawaran Masyarakat

Pasal 26
(1) Masyarakat dapat mengajukan penawaran tanah miliknya
kepada Gubernur dengan disertai lampiran berupa salinan
bukti kepemilikan tanah.

(2) Gubernur memberikan arahan/disposisi kepada SKPD/UKPD


yang memerlukan tanah untuk menindaklanjuti penawaran
tanah dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 27
(1) Penawaran tanah oleh masyarakat selain dapat diajukan
langsung kepada Gubernur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1), dapat juga disampaikan kepada
SKPD/UKPD yang memerlukan tanah.
(2) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
SKPD/UKPD yang memerlukan tanah harus terlebih dahulu
melaporkan kepada Gubernur untuk mendapatkan
arahan/ disposisi.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi


dengan kajian awal yang memuat informasi ringkas mengenai :
a. kondisi dan status tanah;
b. kesesuaian dengan rencana tata ruang;
c. kesesuaian dengan kebutuhan SKPD; dan
d. informasi pendukung lainnya.
10

(4) Kondisi dan status tanah sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) huruf a, terkait dengan informasi mengenai aset milik
Pemerintah Daerah.

(5) Apabila hasil kajian awal sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
oleh SKPD/UKPD yang memerlukan tanah dinyatakan tidak
layak, maka informasi tersebut harus disampaikan kepada
Pemohon.

Pasal 28

(1) SKPD/UKPD yang memerlukan tanah dan telah mendapatkan


disposisi Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat (2), memproses pengadaan tanah dengan tahapan
sebagai berikut :

a. membuat kajian awal yang memuat informasi:

1. terkait status tanah aset milik Pemerintah Daerah;


2. kesesuaian dengan rencana tata ruang;
3. kesesuaian dengan kebutuhan SKPD/UKPD; dan
4. informasi pendukung lainnya;

b. membuat permohonan mengenai peta informasi rencana


kota sampai dengan pematokan trase dan informasi
apabila terdapat SIPPT pada lokasi dimaksud;

c. memanggil pemilik lahan untuk klarifikasi persyaratan


administrasi dan peruntukan/zonasi.

(2) Klarifikasi persyaratan administrasi dan peruntukan/zonasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi
klarifikasi terhadap kelengkapan data tanah, peruntukan,
surat pernyataan bersedia menjual dan informasi lain yang
diperlukan.

(3) Hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilaporkan kepada Gubernur .

Pasal 29

(1) SKPD/UKPD yang memerlukan tanah memproses


permohonan penawaran dari masyarakat setelah mendapat
arahan/disposisi Gubernur.

(2) Apabila SKPD/UKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


tidak memiliki anggaran pengadaan tanah pada tahun
berjalan untuk lokasi dimaksud, maka dapat melaksanakan
hal sebagai berikut :

a. menganggarkan program pengadaan tanah pada lokasi


tersebut pada Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Perubahan atau tahun anggaran berikutnya; dan
b. menginformasikan secara tertulis kepada masyarakat yang
memberikan penawaran atas tindak lanjut permohonan
penawaran tanah.

(3) Terhadap SKPD/UKPD yang memerlukan tanah dan telah


memiliki anggaran, dapat melaksanakan pengadaan tanah
pada tahun berjalan dengan melakukan tahapan pembuatan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah.
11

Pasal 30

Proses pengadaan tanah yang berasal dari penawaran masyarakat


pelaksanaannya mutatis mutandis mengikuti ketentuan dalam
Pasal 20 sampai dengan Pasal 24.

Pasal 31

Bagan/alur mengenai tata cara pengadaan tanah skala kecil yang


berasal dari penawaran masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 30 tercantum dalam
Lampiran III Peraturan Gubernur ini.

BAB V
PENDOKUMENTASIAN
Pasal 32
(1) Kepala SKPD/UKPD mendokumentasikan proses pengadaan
tanah baik secara fisik maupun digital.
(2) Pendokumentasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan berkoordinasi dengan Dinas yang
menangani bidang komunikasi dan informasi.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dan Berita
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Oktober 2016
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
ttd
BASUKI T. PURNAMA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 November 2016
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
ttd
SAEFULLAH
BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
TAHUN 2016 NOMOR 73013

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BIRO HUKUM SEKRETARIAT DAERAH
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

YAYAN YUHANAH
NIP 196508241994032003
Lampiran I : Peraturan Gubernur ProvinsiDaerah Khusus
Ibukota Jakarta

Nomor 216 TAHUN 2016


Tanggal 26 Oktober 2016

TATA CARA PENGADAAN TANAH DENGAN LUAS


LEBIH DARI 5 (LIMA) HEKTAR

SKPD yang membutuhkan


lahan

V
V
Membuat surat permohonan bantuan Membuat Dokumen Membuat permohonan Peta
ke BPKAD terkait informasi aset Perencanaan Pengadaan Informasi / Penetapan Lokasi dan
Tanah informasi SIPPT/IPPT ke DPK

SKPD menyampaikan Dokumen


Perencanaan Pengadaan Tanah
beserta lampiran petanya
kepada Gubernur

Gubernur Membentuk Tim


Persiapan Pengadaan Tanah

Tim Persiapan Pengadaan


Warga Tidak Setuju Tanah melaksanakan
Warga Setuju
sosialisasi ke warga /
konsultasi publik

V
Gubernur membentuk Tim Kajian Gubernur
Keberatan Lokasi Pembangunan Menetapkan Kepgub
tentang Penetapan
Lokasi dan
diumumkan

Tim Kajian Keberatan Lokasi


Pembangunan melakukan kajian
Gubernur menolak
terhadap lokasi pembangunan
keberatan warga
dan melaporkan hasil kajian ke
Gubernur

V
SKPD menyampaikan kepada BPN
Gubernur menerima
dengan dilengkapi Dokumen
keberatan warga
Perencanaan dan Penetapan Lokasi.
proses dihentikan
Proses dilanjutkan oleh BPN,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA,

ttd

BASUKI T. PURNAMA
Lampiran II : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Nomor 216 TAHUN 2016


Tanggal 26 Oktober 2016

TATA CARA PENGADAAN TANAH SKALA KECIL DENGAN LUAS TIDAK LEBIH
DARI 5 HEKTAR YANG BERASAL DARI PROGRAM SKPD

SKPD / UKPD yang


membutuhkan lahan

v! • I v

SKPD Membuat Surat Membuat Dokumen Membuat permohonan Peta


permohonan bantuan ke BPKAD Perencanaan Pengadaan Tanah Informasi Rencana Kota (d.h. peta
terkait informasi aset.
lokasi /trase) ke DPK termasuk
antisipasi apabila terdapat SIPPT

Membuat Laporan kepada


Gubernur terkait lokasi tanah
yang akan dibebaskan.

SKPD melaksanakan sosialisasi


ke warga Warga tidak setuju

Warga setuju, proses dilanjutkan


V

SKPD/UKPD dan BPN melakukan Pengukuran Bidang Tanah oleh BPN Melaksanakan Pengadaan Jasa Penilai guna
Penelitian Keabsahan Dokumen dan inventarisasi oleh SKPD terkait pemberkasan mendapatkan Bentuk dan Besar Ganti
Kepemilikan Tanah (khususnya alas hak Rugi dengan melampirkan peta bidang
dan bukti tanah, daftar nominatif dan data yang
perolehan) diperlukan
Hasil Peta Bidang Tanah (Surat
Keterangan Tanah / SKT) dan daftar
inventarisasi diumumkan di kantor
Kelurahan

Musyawarah bentuk dan besar ganti rugi dengan mengacu pada hasil appraisal (Berita
Acara) + Rapat Pembayaran

SK Penetapan Bentuk dan besar Ganti Rugi dari Ka. SKPD yang memerlukan tanah

Pelepasan Hak di hadapan Kepala Kantor Pertanahan setempat



Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) dan proses pencairan anggaran +
pembayaran (langsung kepada pemilik)

Menyerahkan hasil pengadaan tanah yang telah dibalik nama atas nama Pemprov DKI ke
BPKAD

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA,

ttd

BASUKI T. PURNAMA
Lampiran III : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Nomor 216 TAHUN 2016


Tanggal 26 Oktober 2016

TATA CARA PENGADAAN TANAH SKALA KECIL DENGAN LUAS TIDAK LEBIH
DARI 5 HEKTAR YANG BERASAL DARI PENAWARAN MASYARAKAT
Apabila Tidak ok

Penawaran Tanah oleh Masyarakat /


Surat tertuli;, Gubernur Laporan SKPD
Badan Hukum

Disposisi Kajian Awal (informasi asset,


Kajian Awal (informasi asset, kesesuaian RTR, kebutuhan SKPD)
kesesuaian RTR, kebutuhan SKPD) SKPD / UKPD yang
apabila masyarakat bersurat langsung membutuhkan lahan
Melampirkan Membuat permohonan Peta
ke Gubernur kajian awal Informasi Rencana Kota (d.h.
peta lokasi /trase) ke DPK
Memanggil pemilik lahan untuk klarifikasi persyaratan sampai dengan pematokan
administrasi dan peruntukan/zonasi (Pemilik lahan harus trase termasuk antisipasi
melengkapi persyaratan kelengkapan data tanah, peruntukan, apabila terdapat SIPPT
surat pernyataan bersedia menjual, d11).

Surat informasi kepada ybs terkait


Laporan Kepada Gubernur apakah
tindak lanjut atas permohonan ybs.
permohonan ybs diterima atau tidak.

Mengusulkan
Belum ada anggaran SKPD memproses permohonan
anggaran pada APBD
setelah mendapat disposisi Gubernur
Perubahan atau
tahun berikutnya
Sudah ada anggaran

Membuat Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah

SKPD/UKPD dan BPN melakukan Pengukuran Bidang Tanah oleh BPN Melaksanakan PengadaanJasa Penilai guna
Penelitian Keabsahan Dokumen dan inventarisasi oleh SKPD terkait pemberkasan mendapatkan Bentuk dan Besar
Kepemilikan Tanah (khususnya alas hak Ganti Rugi dengan melampirkan
dan bukti peta bidang tanah, daftar
perolehan) nominatif dan data yang
Hasil Peta Bidang Tanah (Surat
diperlukan
Keterangan Tanah / SKT) dan daftar
inventarisasi diumumkan di kantor
Kelurahan
V

Musyawarah bentuk dan besar ganti rugi dengan mengacu pada hasil appraisal (Berita
Acara) + Rapat Pembayaran

SK Penetapan Bentuk dan besar Ganti Rugi dari Ka. SKPD yang memerlukan tanah

Pelepasan Hak di hadapan Kepala Kantor Pertanahan setempat

Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) dan proses pencairan anggaran +


pembayaran (langsung kepada pemilik)

Menyerahkan hasil peigadaan tanah yang telah dibalik nama atas nama Pemprov DKI ke
BPKAD

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA,

ttd

BASUKI T. PURNAMA

Anda mungkin juga menyukai