Anda di halaman 1dari 5

LEGAL OPINION

KASUS POSISI

Kemacetan yang terjadi di Jalan Mayjen Sungkono, Kota Malang menjadi latar dalam
program pemerintah Kota Malang untuk membangun jembatan layang sebagai pemecahan
masalah. Untuk mewujudkan pembangunan jembatan tersebut dibutuhkan pembebasan tanah
dan bangunan milik 53 KK dengan luas lahan 8806 m 2 . Namun pembebasan tersebut
terkendala pada penetapan nilai ganti kerugian. Dalam mencapai kesuksesan proses
pengadaan tanah dibutuhkan proses pengadaan tanah yang sesuai dengan kebijakan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum, serta dibutuhkan pula peran tim pengadaan tanah
untuk mempermudah proses pengadaan tanah.

SUMBER HUKUM

1. Undang-undang No. 2 Tahun 2012


2. Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012
3. Peraturan Kepala Bidang Pertanahan Nasional No.3 Tahun 2007
4. Peraturan Daerah Jawa Timur No. 6 Tahun 2004

ISU HUKUM

Isu satu: Bagaimana tahap perencanaan Undang – undang No. 2 Tahun 2012 mengenai
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum ?

Isu dua: Bagaimana Tahap persiapan (Penetapan lokasi) Peraturan Presiden No. 71 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembagunan Untuk
Kepentingan Umum ?

Isu tiga: Bagaimana Musyawarah ganti rugi Peraturan Kepala Bidang Pertanahan Nasional
No.3 Tahun 2007 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum ?
ANALISIS

1. Pertimbangan yang menjadi latar belakang terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun


2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
adalah:

a. bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, pemerintah perlu melaksanakan pembangunan;
b. bahwa untuk menjamin terselenggaranya pembangunan untuk kepentingan umum,
diperlukan tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip
kemanusiaan, demokratis, dan adil;
c. bahwa peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum belum dapat menjamin perolehan tanah untuk pelaksanaan
pembangunan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Landasan hukum terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum adalah:

 Pasal 5 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H, Pasal 28I
ayat (5), Pasal 28J ayat (2), serta Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2034).

Tahap perencanaan pengadaan tanah berdasarkan UU 2 Tahun 2012 :

 Instansi yang memerlukann tanah membuat perencanaan pengadaan tanah untuk


kepentingan umum menurut ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 14 ayat
1)
 Perencanaan pengadaan tanah didasarkan atas rencana tata ruang wilayah dan
prioritas pembangunan (Pasal 14 ayat 2)
 Perencanaan dibuat dalam bentuk dokumen perencanaan pengadaan tanah yang
disusun berdasarkan studi kelayakan (disusun oleh instansi yang memerlukan) (Pasal
15)
 Dokumen perencanaan pengadaan tanah diserahkan kepada pemerintah provinsi/ kota
(Pasal 15 ayat 4)

2. Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 diubah dengan :


 PERPRES No. 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
 PERPRES No. 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
 PERPRES No. 99 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
 PERPRES No. 40 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Tahap persiapan pengadaan tanah menurut Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 :

 Gubernur (Walikota) melaksanakan tahap kegiatan persiapan pengadaan tanah


dibantu tim persiapan yang beranggotakan bupati/ Walikota, satuan kerja perangkat
daerah, instansi yang memerlukan tanah dan instansi terkait lainnya (Pasal 8 dan 9).
 Setelah diterimanya lokasi pembangunan, penetapan lokasi pembangunan ditetapkan
oleh Walikota
 Pemberitahuan rencana pembangunan kepada masyarakat (Pasal 11 ayat 2)
 Pemberitahuan disampaikan secara langsung maupun tidak langsung (Pasal 12 ayat 1)

3. Peraturan Kepala Bidang Pertanahan Nasional No.3 Tahun 2007 menimbang :


 bahwa untuk meningkatkan penyediaan jaminan kredit sebagaimana
dimaksud, telah diselenggarakan Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan
Kecil melalui kegiatan sertipikasi hak atas tanah Usaha Mikro dan Kecil
sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006
tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi, yang dilanjutkan dengan
Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan
Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah;
 bahwa dengan meningkatkan status hukum hak atas tanah usaha mikro dan
kecil dapat meningkatkan akses permodalan keperbankan/koperasi, untuk
meningkatkan modal usaha dalam rangka peningkatan kesejahteraan usaha
mikro dan kecil;
 bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf
b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia tentang Petunjuk Teknis Program Pemberdayaan
Usaha Mikro dan Kecil Melalui Kegiatan Sertipikasi Hak Atas Tanah Untuk
Peningkatan Akses Permodalan.
 bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat khususnya usaha mikro dan
kecil, diperlukan upaya peningkatan aksesibilitas untuk memperoleh
kredit/pembiayaan dari perbankan/koperasi melalui peningkatan kemampuan
penyediaan jaminan kredit sendiri dengan meningkatkan status hukum hak
atas tanah yang dimiliki
Musyawarah ganti rugi menurut eraturan Kepala Bidang Pertanahan Nasional No.3 Tahun
2007 :

 Musyawarah pada asasnya dilaksanakan secara bersamasama langsung antara instansi


pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemilik (Pasal 32 ayat 1)
 Musyawarah rencana pembangunan untuk kepentingan umum dianggap telah tercapai
kesepakatan, apabila paling sedikit 75% dari:
a. Luas tanah yang diperlukan untuk pembangunan telah diperoleh
b. Jumlah pemilik telah menyetujui bentuk dan/atau besarnya ganti rugi.
 Dalam hal musyawarah rencana pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi
tersebut jumlahnya kurang dari 75% maka Panitia Pengadaan Tanah mengusulkan
kepada instansi pemerintah yang memerlukan tanah untuk memindahkan ke lokasi
lain. (Pasal 35 ayat 1)
 Jika lokasi pembangunan tidak dapat dipindahkan ke lokasi lain maka Panitia
Pengadaan Tanah melanjutkan kegiatan pengadaan tanah. (Pasal 35 ayat 2)
 Musyawarah untuk menetapkan bentuk atau besarnya ganti rugi dilaksanakan dalam
jangka waktu paling lama 120 hari kalender terhitung sejak tanggal undangan
musyawarah (Pasl 37 ayat 1)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis isi kebijakan Undang-undang No. 2 Tahun 2012 mengenai Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembagunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Kepala
Bidang Pertanahan Nasional No.3 Tahun 2007 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Daerah Jawa Timur No. 6 Tahun 2004
tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingam Umum Propinsi Jawa Timur yang dibandingkan
dengan kondisi eksisting pengadaan tanah Jembatan Kedungkandang, proses pengadaan tanah
Jembatan Kedungkandang:

1. Pada tahap perencanaan pengadaan tanah variabel agen, tugas agen, setting, informasi dan waktu
perencanaan sudah sesuai dengan isi kebijakan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

2. Tahap persiapan pengadaan tanah, secara keseluruhan pada kondisi eksisting sesuai dengan
variabel agen, tugas agen, setting, informasi dan waktu kebijakan.

3. Tahap musyawarah penetapan ganti kerugian, secara keseluruhan variabel agen, tugas agen,
settings, waktu dan informasi sudah sesuai dengan isi kebijakan pengadaan tanah. Musyawarah
dilakuakan sampai enam kali demi tercapainya kata mufakat dengan besar ganti rugi yang sudah
ditetapkan Secara keseluruhan proses pengadaan tanah Jembatan Kedungkandang sesuai dengan isi
kebijakan yang berlaku, hanya saja yang menjadi kendala dalam proses pengadaan tanah adalah
waktu yang digunakan dalam melaksanakan sosialisasi dan penilaian ganti kerugian melebihi dari
jangka waktu yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi akibat negosiasi dan penetapan ganti
kerugian menunggu kesepakatan antara Tim Pengadaan tanah dengan masyarakat pemilik hak atas
tanah.

Anda mungkin juga menyukai