Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Kevin Erlangga……………………………………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043108093………………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211/HUKUM AGRARIA……………………………………………..

Kode/Nama UPBJJ : 79/UPBJJ Kupang………………………………………………..

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA

1. Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia ialah karena kehidupan manusia sama
sekali tidak bisa dipisahkan dari tanah.1 Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh
bahan pangan dengan cara memanfatkan tanah.Dinamika masalah pertanahan memiliki
muatan kerumitan yang tinggi, hal ini disebabkan oleh realitas yang menunjukkan
bahwa kebutuhan manusia akan tanah senantiasa meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan dan pembangunan di segala bidang. Di lain pihak secara kuantitas jumlah
tanah tidak bertambah luas (relatif tetap). Oleh karena itu pengelolaan tanah yang
tersedia di bidang pertanahan di tuntut supaya dapat di lakukan secara optimal, secara
masing-mising kepentingan dapat diakomodir secara proposional sebagai pencerminan
dari cita-cita pembangunan nasional di segala bidang. Tanah merupakan sarana untuk
melaksanakan pembangunan.Kedudukan tanah yang penting ini kadang tidak diimbangi
dengan usaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam bidang
pertanahan.Fakta memperlihatkan bahwa keresahaan di bidang pertanahan
mendatangkan dampak negatif di bidang sosial,politik dan ekonomi.
Dalam Undang-Undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 diatur dalam Pasal
33 ayat (3) berbunyi : “ bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di
kuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”2
Berdasarkan ketentuan tersebut, pemerintah dalam setiap kebijakan memberikan
kemakmuran kepada rakyatnya. Oleh karena mengingat strategisnya fungsi tanah, maka
pemerintah memerlukan perangkat hukum yang tertulis, lengkap, jelas, dan
dilaksanakan secara konsisten.Maka di undangkanlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau lebih dikenal dengan UUPA.
Kehadiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 ini salah satu tujuannya untuk
menciptakan adanya unifikasi hukum atas tanah secara nasional.Untuk
mensosialisasikan undang-undang tersebut tanggal kelahirannya setiap tanggal 24
September di peringatinya hari tani nasional.Selain itu kehadiran UUPA juga sebagai
bukti bahwa Indonesia bisa melepaskan di dari pengaruh penjajah kolonial belanda.
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 telah terjadi perombakan
fundamental pada hukum agraria, berupa penjebolan hukum agrarian lama dan titik
tolak pembangunan hukum nasional yang baru. Pembaharuan hukum agrarian nasional
didasarkan pada suatu pokok pikiran, 2 Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 3 bahwa hukum agrarian lama yang becorak dualistis kurang menjamin
kepastian hukum bagi rakyat Indonesia.hukum agrarian lama disusun berdasarkan
tujuan dan sendi-sendi kolonial sanagt bertentangan denagn kepentingan rakyat dan
Negara yang sedang melaksanakan pembangunan.
Berbicara tentang UUPA berarti berbicara tentang tanah, salah satunya tentang proses
pendaftaran tanah, yaitu berbicara bagaimana jaminan dan kepastian hukum serta
perlindungan hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh warga Negara Indonesia
dapat di lindungi secara sah tanpa adanya cacat hukum dan cacat administrasi
pertanahan. Tanah diberikan kepada dan di punyai oleh orang atau badan hukum
dengan hak-hak yang di sediakan oleh UUPA adalah untuk digunakan atau
dimanfaatkan.Dapat juga diartikan bahwa tanah itu memegang peran yang sangat
penting, artinya bagi kehidupan manusia disamping mempunyai nilai ekonomis, tanah
juga mempunyai hubungan religious antara manusia dengan tanah
Untuk mengatur penempatan tanah bagi masyarakat, pemerintah mengadakan
penertiban punguasaan, pemilikan dan jaminan kepastian hukum atas tanah yang
terakomodir dalam catur tertib pertanahan yaitu:3
1. Tertib hukum pertanahan, di arahkan untuk program :
a. Meningkatkan tingkat kesadaran hukum masyarakat;
b. Melengkapi peraturan perundangan dibidang pertanahan;
c. Menjatuhkan sanksi tegas terhadap pelanggaran yang terjadi; 3 Ismaya, Samun, 2013,
2. Tertib administrasi pertanahan diarahkan pada program:
a. Mempercepat proses pelayanan yang menyangkut urusan pertanahan;
b. Menyediakan peta dan data penggunaan tanah, keadaan sosial ekonomi masyarakat
sebagai bahan dalam penyusunan perencanaan penggunaan tanah bagi kegiatan-
kegiatan pembangunan;
c. Penyusunan data dan daftar pemilik tanah, tanah-tanah kelebihan batas maksimum,
tanah-tanah absente, dan tanah-tanah Negara;
d. Menyempurnakan daftar-daftar kegiatanbaik di kantor agraria maupun di kantor
PPAT;
e. Mengusahakan pengukuran tanah dalam rangka pensertifikatan hakhak tanah;

3. Tertib penggunaan tanah diarahkan pada usaha untuk : a. Menumbuhkan pengertian


mengenai arti pentingnya penggunaan tanah secara berencana dan sesuai dengan
kemampuan tanah; b. Menyusun rencana penggunaan tanah baik tingkat nasional
maupun tingkat daerah; c. Menyusun petunjuk-petunjuk teknis tentang peruntukan dan
penggunaan tanah; d. Melakukan survey sebagai bahan pembuatan peta penggunaan
tanah peta kemampuan, dan daerah-daerah kritis; 5
4. Tertib pemeliharaan tanah dan linkungan hidupd diarahkan pada usaha untuk :
a. Menyadarkan masyarakat bahwa pemeliharaan tanah merupakan kewajiban setiap
pemegang hak atas tanah;
b. Kewajiban memelihara tanah tidak saja dibebankan kepada pemiliknya atau
pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan menjadi beban setiap orang;
c. Memberikan fatwa tataguna tanah dalam setiap permohonan hak atas tanah dan
perubahan penggunaan tanah

2. UU pokok agraria
Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria.
Pelaksanaan administrasi maupun manajemen pertanahan bertujuan untuk mencapai
satu tujuan yaitu untuk pelaksanaan tujuan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960
tentang Undang-Undang Pokok Agraria. Oleh karena itu penyebab timbulnya
permasalahan dalam hukum pertanahan itu sendiri adalah dasar penerbitan UUPA itu
sendiri, yaitu :
1. kepentingan rakyat yang saling terkait satu sama lain, dan melayani kepentingan rakyat,
2. Kepentingan rakyat ini secara lebih spesifik merupakan kepentingan atas hal-hal yang
berhubungan dengan kepemilikan tanah milik;
Dimana kedua hal tersebut melahirkan kegiatan yang memiliki permasalahan teknis, dari
sisi administrasi dan manajemen sebagai berikut :
1. Merencanakan penyediaan dan penggunaan tanah
2. Pertimbangan aspek tata guna tanah
3. Pengadaan dan penataan penguasaan tanah
4. Pengorganisasian menajemen pertanahan
5. Koordinasi penanganan masalah pertanahan
6. Peningkatan pelayanan pertanahan
7. Pengawasan pelaksanaan penggunaan tanah
Menilik Catur Tertib pertanahan yang menjadi landasan operasional pelaksanaan
manajemen pertanahan, maka dapat disimpulkan juga bahwa permasalahan pertanahan
dikarenakan adanya praktik tidak tertib yang melanggar catur tertib pertanahan sebagai
berikut :
1. Tidak tertibnya pelaksanaan hukum pertanahan, yang salah satunya terkait masalah bersifat
administratif yang berujung pada tidak dipenuhinya kewajiban pemegang hak
2. Tidak tertibnya administrasi pertanahan yang berakibat munculnya masalah pertanahan yang
bersifat yuridis perdata menyangkut gugatan terhadap suatu dasar hak atau peralihan hak,
atau permaslaahan yuridis administratif berupa perselisihan antar hak
3. Tidak tertibnya penggunaan tanah
4. Tidak tertibnya pemeliharaan tanah dan tidak tertibnya pengelolaan tanah dalam kaitannya
kepada lingkungan hidup

Perbaikan fungsi dan tugas pertanahan dalam melaksanakan penatagunaan tanah,


penataan penguasaan tanah, pengurusanhak atas tanah, pengukuran dan pendaftaran
tanah terus menerus dilakukan dengan upaya manajemen pertanahan melalui
Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri Agraria, mulai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah yang mengatur 5 asas
pelaksanaan pendaftaran tanah, asas tersebut merupakan turunan dari UUPA yang pada
pasal 19 telah menggariskan kegiatan pengukuran dan pendaftaran tanah yang terdiri
atas Pengumpulan dan pengelolaan data fisik, Pengumpulan dan pengolahan data
yuridis serta pembukuan haknya, Penerbitan sertifikat, Penyajian data fisik dan data
yuridis, dan Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
Manajemen Pertanahan dan kaitannya dalam kewenangan Pemerintah sebagaimana
digariskan dalam Undang-Undang Dasar beserta UUPA merupakan ranah administrasi
pemerintahan, sehingga selain PP24/1997 tentu saja ada banyak peraturan
perundangan lainnya yang menjadi acuan dalam melaksanakan tugas administrasi dan
manajemen dalam pertanahan dalam melayani masyarakat Indonesia yang memiliki
kepentingan sebagaimana dijelaskan diatas (PP dan Kepres).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab timbulnya permasalahan dalam


manajemen pertanahan selain dikarenakan aktifitas manajemen dan administrasi yang
memiliki tujuan dan dalam pencapaian tujuan tersebut terdapat permasalahan yang
harus diselesaikan untuk mencapai tujuan itu, namun secara hakikatnya permasalahan
ini bukan timbul karena adanya kegiatan yang muncul sebagai akibat dari pelaksanaan
UUPA yang melahirkan peraturan turunan berupa produk peraturan perundangan yang
bersifat teknis, , namun lebih karena adanya kepentingan rakyat dalam keterkaitannya
pada pertanahan yang akhirnya mendorong keluarnya peraturan-perundangan dan
interaksi antara pihak-pihak tersebut.
Demikian artikel terkait Fungsi Manajemen Pertanahan dan relevansi nya dengan
Undang-Undang Pokok Agraria, semoga dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam berkaitan dengan pelaksanaan UUPA.

3. Konsep Hubungan Hak Ulayat dengan Hak Menguasai Negara Hak ulayat sebagai
kewenangan sekaligus kewajiban mempunyai kekuatan berlaku ke dalam dan ke luar. Ke
dalam berhubungan dengan para warganya, sedang kekuatan berlaku ke luar dalam
hubungannya dengan bukan anggota masyarakat hukum adatnya yang disebut “orang asing”
atau “orang luar”.18 Hak ulayat mengandung 2 (dua) unsur yaitu unsur kepunyaan yang
termasuk bidang hukum perdata dan unsur tugas-kewenangan untuk mengatur penguasaan
dan memimpin penggunaan tanah bersama yang termasuk bidang hukum publik. Unsur
tugas-kewenangan yang termasuk bidang hukum publik tersebut pelaksanaannya
dilimpahkan kepada kepala adat sendiri atau bersama-sama dengan para tetua adat
masyarakat hukum adat yang bersangkutan.19 Masyarakat hukum adat merupakan
penjelmaan dari seluruh anggotanya yang mempunyai hak ulayat. Konsep dasar hak
menguasai oleh negara di Indonesia dimuat dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi:
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.20 Penjelasan otentik tentang
pengertian bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (disebut sumber daya
alarn selanjutnya disingkat SDA) dikuasai oleh negara, termuat dalam UUPA mulai berlaku
pada tanggal 24 September 1960. Pasal 2 UUPA yang merupakan aturan pelaksanaan Pasal 33
ayat (3) UUD, menjelaskan pengertian hak menguasai SDA oleh negara. Sesuai dengan
Penjelasan Umum II/2 UUPA, perkataan “dikuasai” dalam Pasal ini bukanlah berarti “dimiliki”,
akan tetapi adalah pengertian yang memberi wewenang kepada negara, sebagai organisasi
kekuasaan dari bangsa Indonesia itu, untuk pada tingkatan yang tertinggi:21 a. mengatur dan
menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya; b.
menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan
ruang angkasa itu; c. menentukan dan mengatur hubunganhubungan hukum antara orang-
orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruartg angkasa; d.
segala sesuatu dengan tujuan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam
rangka masyarakat yang adil dan makmur. Menelaah konsep pengaturan di atas, terdapat 2
(dua) hal utama yang saling berhubungan satu sama lain yaitu hak menguasai negara dan
penguasaan tersebut ditujukan untuk menciptakan kemakmuran/kesejahteraan bagi rakyat.
Hal ini diperkuat dengan Pasal 34 UUD 1945 yang secara keseluruhan mengatur mengenai
kewajiban negara untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyat yang berupa pemeliharaan
bagi fakir miskin dan anak terlantar, pengembangan sistem jaminan sosial serta penyediaan
fasilitas kesehatan dan fasilitas umum yang layak. Hubungan hukum antara negara dengan
sumber daya alamnya melahirkan hak menguasai sumber daya alam oleh negara. Hubungan
antara masyarakat hukum adat dengan sumber daya alam di lingkungan wilayah adatnya
melahirkan hak ulayat. Idealnya hubungan hak menguasai oleh negara dan hak ulayat terjalin
secara harmonis dan seimbang. Artinya, kedua hak itu sama kedudukan dan kekuatannya dan
tidak saling merugikan namun peraturan perundang-undangan di Indonesia yang memberikan
pengakuan bersyarat atas keberadaan masyarakat hukum adat beserta hak-haknya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 67
ayat (1) bahwa masyarakat hukum adat sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui
keberadaannya, berhak: a) Melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari masyarakat adat yang bersangkutan; b) Melakukan kegiatan pengelolaan hutan
berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-undang; c)
Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. Fakta empiris di
lapangan juga menunjukkan bahwa keberadaan masyarakat hukum adat dan hak-hak
tradisionalnya justru turut serta menjaga dan melindungi hutan. Secara umum bisa terlihat
beberapa prinsip-prinsip kearifan lokal yang masih dihormati dan dipraktikkan oleh kelompok
kelompok masyarakat hukum adat, yaitu antara lain:22 1. Masih hidup selaras alam dengan
mentaati mekanisme ekosistem di mana manusia merupakan bagian dariekosistem yang
harus dijaga keseimbangannya; 2. Adanya hak penguasaan dan/atau kepemilikan bersama
komunitas (communal tenure/”property” rights) atas suatu kawasan hutan adat masih
bersifat eksklusif sehingga mengikat semua warga untuk menjaga dan mengamankannya dari
kerusakan; 3. Adanya sistem pengetahuan dan struktur kelembagaan (pemerintahan) adat
yang memberikan kemampuan bagi komunitas untuk memecahkan secarabersama masalah-
masalah yang mereka hadapi dalam pemanfaatan sumberdaya hutan; 4. Ada sistem
pembagian kerja dan penegakan hukum adat untuk mengamankan sumberdaya milik
bersama dari penggunaan berlebihan baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh orang luar; 5.
Ada mekanisme pemerataan distribusi hasil “panen” sumberdaya alam milik bersama yang
bisa meredam kecemburuan sosial di tengah masyarakat. Hal-hal yang disebutkan di atas
tidak serta merta berlaku bagi masyarakat hukum adat yang telah mendapatkan pengakuan
tentang keberadaannya. Khususnya masyarakat hukum adat yang wilayah adatnya berada
dalam kawasan tertentu masih membutuhkan penetapan. Hal ini berpotensi mengakibatkan
adanya dominasi hak menguasai oleh negara terhadap hak ulayat. Konsepsi penguasaan
negara mendapatkan legitimasinya dengan berpijak pada teori kekuasaan negara yang
dinyatakan Van Vollenhoven bahwa negara sebuah organisasi tertinggi dari bangsa yang
diberi kekuasaan untuk mengatur segala-galanya dan negara berdasarkan kedudukannya
memiliki kewenangan untuk peraturan hukum.23 UUPA berpangkal pada pengakuan hak
ulayat tetapi membatasi pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai