Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Kevin Erlangga ………………………………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043108093…….………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah : MKWU4101/Pendidikan Agama Islam…………………….……..

Kode/Nama UPBJJ : 79/UPBJJ KUPANG………………………………………………………..

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA

1. Jawab ;

1. Takut pada Allah

Ciri yang utama pada seorang yang beriman adalah ia takut pada Allah SWT. Ia
tidak akan berani melanggar apapun larangan Allah dan akan selalu mentaati
setiap perintah Allah SWT.

Allah Ta’ala berfirman


ُ‫ت قُلُوبُ ُه ْم‬ َُّ ‫ِإنَّ َما ْٱل ُمؤْ ِمُنُونَُ ٱلَّذِينَُ ِإذَا ذُ ِك َُر‬
ُْ َ‫ٱَللُ َو ِجل‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka” (QS. Al-Anfal: 2)
ُ ً ‫ل ت َ ْشت َُروا بِآيَاتِي ث َ َمنًا قَ ِل‬
‫يل‬ ُ َ ‫ن َو‬ ْ ‫اس َو‬
ُِ ‫اخش َْو‬ َُ َّ‫ل ت َْخش َُوا الن‬
ُ َ َ‫ف‬

“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan
janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit” (QS. Al-Maidah:
44).
Baca juga:

2. Khusyu’ saat sholat

Ciri kedua dari orang yang beriman adalah lebih khusyu’ dalam sholat
baik sholat wajib maupun sunnat. Orang yang telah memiliki keimanan yang
kuat akan lebih khusyu’ dalam sholat meski banyak gangguan.

Allah Ta’ala berfirman,


َّ ‫ٱلَّذِينَُ يُ ِقي ُمونَُ ٱل‬
َ ‫صلَ ٰوُة‬

“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat” (QS. Al-Anfal: 3).


َ ‫الَّذِينَُ ُه ُْم ِفي‬
َُ‫ص َل ِت ِه ُْم خَا ِشعُون‬

(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya (Q.S. Al-Mukminun 23: 2)


3. Senang mendengar bacaan ayat Al Quran
Orang yang beriman juga selalu senang mendengan lantunan ayat suci Al
Quran. Tak hanya itu saja, keimanan dalam hati mereka juga semakin
bertambah ketika mendengar ayat-ayat Allah.

Allah Ta’ala berfirman


‫علَ ْي ِه ُْم َءا ٰيَت ُ ۥهُ زَ ادَتْ ُه ُْم ِإي ٰ َمنًُا‬ ُْ َ‫َو ِإذَا ت ُ ِلي‬
َ ‫ت‬
“dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS.
Al-Anfal: 2)
Rasulullah mengatakan:

“Orang mu’min yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, ibarat buah jeruk
manis, rasanya enak dan baunya harum. Sedangkan orang mu’min yang tidak membaca
Al-Qur’an tetapi mengamalkan isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis
tetapi tidak ada baunya. Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca Al-
Qur’an, maka ibarat minyak wangi, baunya harum tetapi rasanya pahit. Sedangkan
orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an, ibarat buah kamarogan, rasanya pahit
dan baunya busuk.” (Al-Bukhari & Muslim, 5)
4. Senang berinfak

Orang yang beriman juga sangat senang berinfak karena ia tahu bahwa infak
dan sedekah adalah bukti keimanan seseorang.

Allah Ta’ala berfirman


َُ‫َو ِم َّما َرزَ ْق ٰنَ ُه ُْم يُن ِفقُون‬

“dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).
Rasul pun pernah menjelaskan tentang bukti keimanan seseorang dapat dilihat
dari sholat dan sedekahnya.

ُ‫صدَقَ ُةُ ب ُْرهَان‬


َّ ‫ص َلُة ُ نُورُ َوال‬
َّ ‫َوال‬

Shalat adalah cahaya dan sedekah adalah bukti (HR. Muslim no. 223)
Baca juga:

5. Tidak mengerjakan hal yang sia-sia


Orang yang beriman tidak akan melakukan hal yang sia-sia atau tidak
bermanfaat. Ia justru terlalu sibuk untuk melakukan ibadah yang akan
menambah keimanannya.

Allah Ta’ala berfirman,


ُ ‫ن اللَّ ْغ ُِو ُم ْع ِر‬
َُ‫ضون‬ َ ‫َوالَّذِينَُ ُه ُْم‬
ُِ ‫ع‬

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia. (Q.S.
Al-Mukminun 23: 3)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda,
ُ ‫ْن ِإ ْسلَ ِمُ ْال َم ْر ُِء ت َْر ُك ُهُ َما‬
‫لَ َي ْع ِني ُِه‬ ُْ ‫ِم‬
ُِ ‫ن ُحس‬

“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”
(HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
6. Meneladani Rasul

Beriman tak hanya sekedar menjalankan perintah Allah tapi juga meneladani
setiap perbuatan dan perkataan rasul.

ُ‫ْن لَ ْن‬
ُِ ‫ش ْيئَي‬َ ُ‫سلَّ َُم إِنِِّي ت ََر ْكتُُ فِ ْي ُك ْم‬
َ ‫علَ ْي ُِه َو‬ َُّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َللا‬ ُُ ‫س ْو‬
َ ُِ‫ل للا‬ َُ ‫قَا‬: ‫ل‬
ُ ‫ل َر‬ َُ ‫ع ْن ُهُ قَا‬ َُّ ‫ي‬
َ ُ‫َللا‬ َُ ‫ض‬ ُْ ِ‫ن أَب‬
ِ ‫ي ه َُري َْرُة َ َر‬ ُْ ‫ع‬
َ
َُ ‫ي ال َح ْو‬
‫ض‬ ْ َُّ َ‫عل‬
َ ‫ن َيتَفَ َّرقَا َحتَّى َي ِردَُا‬ ُْ َ‫ي َول‬ ُْ ِ‫سنَّت‬
ُ ‫للا َو‬ ُّ
َُ ‫َضل ْوا َب ْع ُدَ ُه َما ِكت‬
ُِ ‫َاب‬ ِ ‫ت‬.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan
tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku,
serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di
Surga).”
7. Tawakal

Orang yang beriman juga adalah orang yang tawakal dan iklas pada setiap
ketetapan dan takdir yang diberikan Allah SWT.

ُْ ‫َللا فَت ََو َّكلُوا ِإ‬


َُ‫ن ُك ْنت ُ ُْم ُمؤْ ِمنِين‬ َُِّ ‫علَى‬
َ ‫َو‬
“Dan hanya kepada Allah-lah kalian betawakal, jika kalian benar-benar orang yang
beriman” (QS. Al-Maidah : 23).
َُِّ ‫علَى‬
ُ‫َللا فَ ُه َُو َح ْسبُ ُه‬ ُْ ‫ن َُيت ََو َّك‬
َ ‫ل‬ ُْ ‫َو َم‬

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dialah Yang Mencukupinya”
(QS. Ath-Thalaq: 3).
8. Sabar

Kesabaran juga menjadi salah satu ciri-ciri dari orang yang beriman. Seberat
dan sesulit apapun ujian yang diberikan, maka ia akan selalu bersabar
menghadapinya. Allah berfirman,

َُ‫صدَقُوا ُۗ َوأُو ٰلَئِكَُ ُه ُُم ْال ُمتَّقُون‬ ٰ ُ ِ ْ ‫اء َو ِحينَُ ْالبَأ‬


َ َُ‫س ُۗ أُولَئِكَُ الَّذِين‬ ُِ ‫اء َوالض ََّّر‬ َ ْ ‫صابِ ِرينَُ فِي ْالبَأ‬
ُِ ‫س‬ َّ ‫َوال‬

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam


peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah : 177]
َُ‫صابِ ِرين‬ َُّ ‫َو‬
َّ ‫َللاُ ي ُِحبُُّ ال‬

“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. [Ali Imran : 146]


9. Memiliki akhlak yang baik

Tanda lain dari seorang yang beriman adalah memiliki akhlak yang baik. Tidak
mungkin seorang yang beriman justru memiliki akhlak yang buruk karena ia
akan selalu meneladani Rasul yang berakhlak mulia.

Abu Darda ‘meriwayatkan bahwa Nabi saw, mengatakan:

“Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat
daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa
mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.” (At-Tirmidzi, 2002)
10. Selalu bersyukur

Baik dan buruk yang menimpa seorang mukmin akan selalu membuatnya
bersyukur atas apa yang ia miliki. Itulah ciri dari seorang yang beriman kuat.

Allah berfirman:

ُ ِ‫غن‬
‫ى‬ َُّ ‫ن‬
َ َ‫ٱَلل‬ َُّ ِ‫َلل ُۗ َو َمن يَ ْش ُك ُْر فَإِنَّ َما يَ ْش ُك ُُر ِلنَ ْف ِسِۦه ُۗ َو َمن َكفَ َُر فَإ‬ ُِ َ ‫َولَقَ ُْد َءات َ ْينَا لُ ْق ٰ َمنَُ ْٱل ِح ْك َم ُةَ أ‬
َُِّ ِ ‫ن ٱ ْش ُك ُْر‬
ُ‫َح ِميد‬
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang
tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS:
Luqman Ayat : 12)

2. Jawab ;
Hakikat Manusia Menurut Al-Qur’an

Berbicara tentang manusia adalah merupakan pembahasan yang


sangat kompleks dimana kita menemuhi banyak definisi yang
berbeda-beda dari banyak pendapat. Para ahli dari berbagai disiplin
ilmu telah mengemukakan jawaban yang bervariasi tentang manusia.
Ahli ilmu mantiq (logika) menyatakan bahwa manusia adalah hewan
yang berfikir (hayawan al-nathiq), sedangkan ahli antropolog atau
budayawan menyatakan bahwa manusia adalah makhluk budaya
(homo sapiens), dankaum agamawan menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk yang senantiasa bergantung pada kekuatan
“supranatural” yang ada diluar kekuatan dirinya. Namun,didalam Al-
Qur’an,terdapat banyak kata yang mengindikasikan tentang manusia
dengan kata yang berbeda-beda. Antara lain Al basyar, An-Nas, dan
Bani Adam.

Kata Al basyar, Menurut M. Quraish Shihab,diambil dari akar kata


yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari
akar kata yang sama,lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia
dalam konsep al-Basyar,dipandang dari pendekatan biologis,berarti
manusia terdiri atas unsur materi,sehingga menampilkan sosok
dalam bentuk material (Hasan Langgulung,1987: 289),berupa tubuh
kasar (ragawi). Dalam kaitan ini,manusia merupakan makluk
jasmaniah yang secara umum terkait kepada kaidah-kaidah umum
dari kehidupan makhluk biologi.

Berdasarkan konsep Al-Basyar, manusia tidak jauh berbeda dengan


makhluk biologis lainnya. Al-Basyar adalah gambaran manusia
secara materi,yang dapat dilihat,memakan sesuatu, berjalan,dan
berusaha untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Dengan
demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah prinsip
kehidupan biologis seperti berkembang biak,mengalami fase
pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat
pematangan dan kedewasaan. Manusia memerlukan makanan dan
minuman untuk hidup, dan juga memerlukan pasangan hidup untuk
melanjutkan proses keturunannya. Lengkapnya manusia memiliki
dorongan biologis seperti dorongan makan dan minum, dan
dorongan seksual.

Dalam konsep al-Basyar ini tergambar tentang bagaimana


seharusnya peran manusia sebagai makhluk biologis. Bagaimana ia
harus berperan dalam upaya memenuhi kebutuhan primernya secara
benar menurut tuntunan yang telah diatur oleh Penciptanya. Sebagai
makhluk biologis,manusia di bedakan dari makhluk biologis lainnya
seperti hewan,yang pemenuhan kebutuhan primernya dikuasai oleh
dorongan instingtif. Sebaliknya manusia dalam kasus
yang sama,didasarkan tata aturan yang berlaku dari Allah SWT.

Kata An-Naas,dalam Al-Qur’an mengidikasikan tentang fungsi


manusia sebagai makhluk sosial. Bagaiman ia hidup bermasyarakat
dalam lingkungannya,mulai dari tingkat keluarga, masyarakat,hingga
pada kawasan yang lebih besar dan kompleks lagi seperti bangsa.
Konsep An-Naas mengacu pada peran manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Manusia di arahkan agar menjadi warga sosial yang
dapat memberi manfaat bagi kehidupandidalam masyarakat.

Yang ketiga adalah kata Al-Insan yang menurut Qurais Shihab


terbentuk dari akar kata nasya yang berarti lupa. Penggunaan kata
Al-Insan sebagai kata bentukan yang termuat dalam al-Quran,
mengacu pada potensi yang di anugrahkan Allah kepada manusia.
Potensi tersebut antara lain berupa potensi untuk bertumbuh dan
berkembang secara fisitak (Qs. 23:12-14) dan juga potensi untuk
bertumbuh dan berkembang secara mental spiritual.

Begitulah sejatinya manusia dalam Al-Qur’an. Ada banyak kata lain


yang juga sinonim dari kata Al-Basyar, An-Naas, dan Al-Insan. Saya
hanya mengambil secara garis besarnya saja. Kata itu antara lain;
Bani Adam, Kholifah fil Ardh, Abdi Allah, dan Al-Ins. WALLAHU
A’LAM.
3. Jawab ;
Penjelasan:

Dalam pandangan Islam, masyarakat adalah kumpulan individu yang


mempunyai pemikiran yang sama, perasaan yang sama, dan aturan
yang sama

Peran masyarakat adalah bersama-sama menjalankan aturan Islam


sehingga semua individu akan merasakan kesejahteraan.
Muhammad Amin Al-misri mengatakan bahwa masyarakat adalah
jalinan kesatuan yang terdiri dari jalinan-jalinan kesatuan. perannya
dalam mengembangkan dan menggali potensi adalah dapat menjalin
silaturohmi dan bertukar pengalaman,pendapat serta fikiran dalam
sebuah kegiatan khusus untuk mengasah kemampuan yang dimiliki

peran masyarakat dalam suatu komunitas atau konstitusi dalam


pandangan islam untuk menjalin tali silaturohmi dan
mempersatukan umat serta mengembangkan potensi yang dimiliki
umat.

Anda mungkin juga menyukai