Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 3

NAMA : IVALDI OKTAVIANSYAH


NIM : 049100246
PRODI : ILMU HUKUM

UNIVERSITAS TERBUKA

1
PERTANYAAN :
1. Jelaskan ruang lingkup dan dasar hukum peralihan hak atas tanah!
2. Jelaskan kebijakan-kebijakan penggunaan tanah!
3. Jelaskan Sistem informasi pertanahan!

JAWABANNYA :
1. Jelaskan ruang lingkup dan dasar hukum peralihan hak atas tanah!
Dasar Hukum peralihan hak atas tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) adalah
bagian dari pemeliharan data pendaftaran tanah sebagai kelanjutan dari
kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya. Pasal 37 ayat (1) Nomor 24
Tahun 1997 menyatakan bahwa peralihan hak atas tanah dan hak milik satuan
rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam
perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali
pemindahan hak melalui lelang, hanya dapat didaftarkan jika dibukikan
dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan yang
berlaku. Kegiatan peralihan hak atas tanah khususnya mengenai jual beli tanah
dan bangunan banyak dilakukan oleh masyarakat.
Dalam peralihan hak atas tanah dapat dilakukan dengan cara pemindahan hak
seperti jual-beli, tukar menukar, hibah, lelang, pewarisan, peralihan hak
karena penggabungan atau peleburan dan pemindahan hak lainnya. Berikut
penjelasan dalam peralihan hak atas tanah :
a) Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Pewarisan
Pewarisan adalah tindakan pemindahan hak milik atas benda dari
seseorang yang telah meninggal dunia kepada orang lain yang
ditunjuknya dan/atau ditunjuk pengadilan sebagai ahli waris. Setelah
berlakunya PP No. 24 Tahun 1997, maka keterangan mengenai
kewajiban mendaftarkan peralihan hak milik atas tanah karena
pewarisan diatur dalam Pasal 36 PP No. 24 Tahun 1997 dinyatakan
bahwa :
a. Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila
terjadi perubahan pada data fisik atau data yuridis obyek
pendaftaran tanah yang telah terdaftar.

2
b. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan
perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
Kantor Pertanahan.
b) Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Hibah
Berdasarkan Pasal 1666 KUHPerdata, hibah adalah suatu perjanjian
dengan mana si penghibah di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan
dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu barang guna
keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Pada
dasarnya setiap orang dan/atau badan hukum diperbolehkan untuk
diberi/menerima hibah, kecuali penerima hibah tersebut oleh undang –
undang dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum.
Peralihan hak atas tanah karena hibah tidak serta merta terjadi pada
saat tanah diserahkan oleh pemberi hibah kepada penerima hibah.
Berdasarkan Pasal 37 PP No. 24 Tahun 1997 dinyatakan bahwa
peralihan hak atas tanah harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh
PPAT yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c) Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan dan/atau tertulis melalui usaha
pengumpulan peminat atau calon pembeli. Berdasarkan sifatnya,
lelang dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :
a. Lelang eksekutorial yaitu lelang dalam rangka putusan pengadilan
yang berkaitan dengan hak tanggungan, sita pajak, sita yang
dilakukan oleh Kejaksaan atau Penyidik dan sita yang dilakukan
oleh Panitia Urusan Piutang Negara.
b. Lelang non-eksekutorial yaitu lelang terhadap barang yang
dikuasai atau dimiliki oleh instansi pemerintah pusat maupun
daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), dan lelang terhadap hak atas tanah atau
hak milik atas satuan rumah susun yang dimiliki atau dikuasai oleh
perseorangan atau badan hukum.

3
d) Peralihan Hak Atas Tanah Melalui Jual Beli
Berdasarkan Pasal 37 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun
1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Akta Jual Beli (AJB) merupakan
bukti sah (selain risalah lelang, jika peralihan haknya melalui lelang)
bahwa hak atas tanah dan bangunan sudah beralih kepada pihak lain.
AJB dibuat di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau
camat untuk daerah tertentu yang masih jarang terdapat PPAT. Secara
hukum, peralihan hak atas tanah dan bangunan tidak bisa dilakukan di
bawah tangan.

2. Jelaskan kebijakan-kebijakan penggunaan tanah!


Kebijakan penatagunaan tanah diselenggarakan terhadap :
a) bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya baik yang sudah atau
belum terdaftar;
b) tanah negara;
c) tanah ulayat masyarakat hukum adat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Terhadap tanah-tanah sebagaimana dimaksud, penggunaan dan
pemanfaatan tanahnya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Kebijakan penatagunaan tanah meliputi penguasaan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah di kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagai
pedoman umum penatagunaan tanah di daerah. Penatagunaan
tanah bertujuan untuk mengatur pemanfaatan tanah sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah dalam rangka mewujudkan tertib hukum pertanahan,
tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah dan tertib
pemeliharaan tanah serta lingkungan hidup. Penggunaan tanah harus
disesuaikan dengan keadaannya dan sifat dari hak atas tanah tersebut,
sehingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang
mempunyainya maupun masyarakat dan Negara.

4
Prinsip-prinsip untuk mendapatkan sasaran rencana penggunaan tanah
sebagai berikut :
a. Mempertahankan kelestarian lingkungan hidup;
b. Menyediakan lahan untuk kepentingan umum
c. Melindungi masyarakat dari kemungkinan menderita kerugian yang
besar, yaitu untuk berbagai kegiatan dengan faktor eksternalitas negatif
yang tinggi;
d. Menciptakan/menjaga keindahan dan kenyamanan suatu lingkungan
e. Agar terdapat efisiensi dalam penyediaan sarana prasarana wilayah;
f. Melindungi kepentingan masyarakat kecil;
g. Menghindari penggunaan lahan yang pincang sehingga tidak efisien;
h. Menghindari penggunaan lahan yang tidak memberikan sumbangsih
yang optimal.

3. Jelaskan Sistem informasi pertanahan!


Sistem informasi pertanahan merupakan salah satu agenda kebijakan Badan
Pertanahan Nasional (BPN). BPN merupakan lembaga pemerintah yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden dan dipimpin oleh
kepala BPN. Tugas BPN, yaitu melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral, termasuk membangun
Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTA-NAS). SIMTA-NAS
merupakan sistem informasi terpadu yang mengintegrasikan kepentingan
beberapa unit kerja yang terkait dengan masalah tanah, fisik dan jaringan.
SIMTA-NAS bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan
efektivitas pembangunan melalui pengembangan informasi pertanahan yang
berkualitas dan andal. Sistem tersebut menyediakan data dasar dan informasi
pertanahan yang akurat, lengkap, dan mutakhir untuk penataan pertanahan.
Bagian yang berkaitan dengan SIMTA-NAS, antara lain Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Perumahan, Dinas Pemetaan dan Pengukuran Tanah, Dinas
Tata Kota, Badan Pertanahan Nasional, Dinas Pengawas Pembangunan Kota,
dan Biro Penyusunan Program. Hal ini mengingat keluaran dari sistem

5
informasi pertanahan tersebut berupa bentuk peta dasar yang akan
dipergunakan oleh sistem informasi lainnya.
Sistem informasi pertanahan juga menjadi salah satu langkah persiapan dalam
membangun Identitas Tunggal Penduduk (IPT). IPT adalah identitas
penduduk yang terintegrasi dengan informasi data kepolisian, imigrasi,
pertanahan, akun bank, dan perusahaan.
Sistem informasi pertanahan di Indonesia dilakukan melalui aplikasi sistem
komputerisasi pendaftaran tanah di BPN Propinsi, dan BPN Pusat.

6
Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.


Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah.
Tarigan, Robinson. 2008. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara.
Jakarta
Buku Cacat Administrasi, Romi Sihombing (2022:85)

Anda mungkin juga menyukai