PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendaftaran tanah untuk pertama kalinya dilakukan untuk tanah-tanah yang
belum didaftarkan atau belum pernah disertifikatkan, hal ini sesuai dengan
ketentuan PP Nomor 10 Tahun 1961 dan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah. Maka untuk menjamin kepastian hukum, maka
mendaftarkan hak atas tanah merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Hal
ini dilakukan guna menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah
serta pihak lain yang berkepentingan dengan tanah tersebut. Pendaftaran tanah
dilakukan di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) serta dibantu oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berada di wilayah kabupaten/kota.
Di Indonesia sistem pendaftaran tanah masih menimbulkan polemik. Masih
banyak masyarakat Indonesia yang sukar untuk dapat mengatasi masalah ini
dengan baik. Sebagian besar penduduk mengira masalah ini hanya dapat
diselesaikan dengan uang. Cara instan ataupun cepat yang dilakukan dengan
semakin besar mereka mengeluarkan uang maka akan semakin cepat pula
penyelesaiannya. Padahal sesuai kenyataan, cara yang diambil ini salah. Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang menjadi oknum menyelesaikan urusan
dalam pendaftaran tanah menyatakan “uang yang diminta dari para pendaftaran
tanah mereka akan masuk ke dalam kas negara dan bukan masuk ke saku pribadi
dan proses ini biasa disebut sebagai uang administrasi”.
Sedangkan dibidang pembangunan tanah merupakan upaya manusia dalam
mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dipergunakan bagi pemenuhan
kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan hidup. Setiap negara akan memilih
dan menerapkan strategi pembangunan tertentu yang dianggap tepat untuk
mewujudkan hal tersebut. Yang dimaksud sejahtera adalah situasi manakala
kebutuhan dan hak dasar rakyat telah terpenuhi tidak semata – mata terkait
dengan tingkat konsumsi dan akses kepada layanan public yang diberikan
1
pemerintah, tetapi juga pada kesempatan untuk berpartisispasi dan
menyampaikan aspirasi dalam rangka pembangunan untuk kepentingan umum.
Tanah merupakan modal dasar pembangunan, hampir tidak ada kegiatan
pembangunan yang tidak memerlukan tanah. Oleh karena itu tanah memegang
peranan yang sangat penting, bahkan menentukan berhasil tidaknya suatu
pembangunan. Kegiatan pembangunan terutama untuk kepentingan umum
selalu membutuhkan tanah sebagai wadah untuk diletakkannya pembangunan
tersebut. Kini pembangunan terus meningkat dan tiada henti tetapi persediaan
tanah semakin sulit dan terbatas. Kondisi seperti ini diperlukan upaya
pengaturan yang bijaksana dan adil guna menghindari konflik – konflik yang
terjadi di masyarakat karena hal tersebut.
Pemerintah yang dalam hal ini sebagai pemangku kebijakan telah
melakukan upaya dengan mengeluarkan peraturan tentang pengadaan tanah
untuk pembangunan dalam rangka kepentingan umum. Hal tersebut bertujuan
untuk menghindari konflik yang terjadi sehingga pembangunan dapat berjalan
dengan lancar. Tetapi dalam implementasi dan pelaksanaanya sering menemui
kendala atau hambatan yang berujung pada kebuntuan sehingga proses
pembangunan menjadi terhambat.
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang pengertian
pendaftaran tanah, dasar hukum pendaftaran tanah, asas dan tujuan pendaftaran
tanah, system pulikasi dalam pendaftran tanah, serta pokok – pokok
penyelenggaraan pendaftaran tanah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pendaftaran tanah ?
2. Apa yang menjadi dasar hukum pendaftaran tanah?
3. Apakah asas dan tujuan dari pendaftaran tanah ?
4. Bagaimana system publikasi dalam pendaftaran tanah ?
5. Bagaimana pokok – pokok penyelenggaraan pendaftaran tanah ?
2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendaftaran tanah
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi dasar hukum pendaftaran tanah
3. Untuk mengetahui asas dan tujuan pendaftaran tanah
4. Untuk mengetahui system publikasi dalam pendaftaran tanah
5. Untuk mengetahui pokok – pokok penyelenggaraan pendaftaran tanah
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat makalah yang penulis susun ini adalah:
1. Secara teoris, Makalah ini bermanfaat untuk membawa para pembaca
untuk mengetahui ilmu prosedur pendaftaran tanah dan dapat di jadikan
sebagai refrensi atau rujukan dalam menghadapi kasus pendaftaran tanah
2. Secara praktis, bagi para keluarga yang bermasalah atas tanah, Makalah ini
dapat bermanfaat sebagai bahan efaluasi secara baik sesuai aturan negara
yang sudah di terapkan selama ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
B. Dasar Hukum Pendaftaran Tanah
Yang menjadi dasar hukum pendaftaran tanah di Indonesia adalah :
1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 ( UUPA ), Pasal 19, 23, 32, dan
38.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah,
yang diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
5
yang dimaksud dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat
mengenai peralihan serta hapusnya hak guna usaha, kecuali dalam hal hak
itu hapus karena jangka waktunya berakhir.
6
n) Biaya pendaftaran tanah
o) Sanksi hukum
p) Ketentuan peralihan
q) Ketentuan penutup
7
keadaan nyata di lapangan dan masyarakat dapat memperoleh
keterangan mengenai data yang benar setiap saat.
e) Asas Terbuka, bahwa dalam pendaftarn tanah hendaknya selalu bersifat
terbuka bagi semua pihak, sehingga bagi yang yang membutuhkan
informasi tentang suatu tanah akan mudah untuk memperoleh
keterangan – keterangan yang diperlukan.
2. Tujuan pendaftaran
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PP
No. 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut:
a) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak –
hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak yang bersangkutan, untuk itu pemegang hak
diberi sertifikat.
b) Untuk menyediakan informasi kepada pihak – pihak yang
berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukam dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenal bidang – bidang tanah dan satuan – satuan rumah
susun yang sudah terdaftar.
c) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana tercantum pada nomor 1
merupakan tujuan utama pendaftaran tanah yang diperintahkan oleh Pasal
19 UUPA. Di samping itu dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga
dimaksudkan terciptanya suatu pusat informasi mengenai bidang – bidang
tanah sehingga pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah dengan
mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan
perbuatan hukum mengenai bidang – bidang tanah dan satuan – satuan
rumah susun yang sudah didaftar. Terselenggaranya pendaftaran tanah
secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi di bidang
pertanahan.
8
D. Pokok – Pokok Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah
1. Penyelenggara dan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
a) Penyelenggara Pendaftaran Tanah
Pasal 19 UUPA menentukan bahwa pendaftaran tanah
diselenggarakan oleh pemerintah. Selanjutnya dalam PP No. 10 Tahun
1961 tentang Pendaftaran Tanah, penyelenggaraan pendaftaran tanah
dilaksanakan Jawatan Pendaftaran Tanah ( Pasal 1). Sedangkan dengan
berlakunya PP No. 24 Tahun 1997, pasal 5 menentukan bahwa
pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Kemudian dengan terbentuknya PP No. 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional, maka tugas penyelenggaraan pendaftaran tanah
dilakukan oleh Deputi Bidang Hak Tanah dan Peendaftaran Tanah.
Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah secara garis besa rmeliputi
kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data
pendaftaran tanah. Kedua hal tersebut sama – sama pentingnya, karena
jika salah satunya kurang diperhatikan maka menimbulkan hal – hal
yang tidak diharapkan di kemudian hari.
9
Panitia Ajudikasi untuk membantu tugas Kepala Kantor Pertanahan
dalam pendaftaran tanah secara sistematik dimaksud agar tugas – tugas
rutin para kepala kantor pertanahan tidak terganggu.
Susunan panitia Ajudikasi yang dimaksud dalam pasal 8 ayat (1)
terdiri atas ( Pasal 8 ayat (2)) :
1) Seorang ketua panitia.merangkap anggota yang dijabat oleh seorang
pegawai Badan Pertanahan Nasional;
2) Beberapa anggota yang terdiri dari:
a. seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai
kemampuan pengetahuan di bidang pendaftarn tanah;
b. seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai
kemampuan pengetahuan di bidang hak – hak atas tanah;
c. Kepala Desa/Kelurahan yang bersangkutan atau seorang
Pamong Desa/Kelurahan yang ditunjuk;
10
3) Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan
jangka waktu paling lama 20 tahun.
4) Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memunguthasil
dari tanah yang dikuasai langsung negara atau tanah milik orang
lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan
dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya,
yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengelolaan
tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan
ketentuan – ketentuan Undang – undang.
b) Tanah Hak Pengelolaan, yaitu hak menguasai negara yang kewengan
pelaksanaanya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara
lain berupa perencanaan peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan
tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian –
bagian dari tanah tersebut kepadda pihak ketiga dan atau bekerja sama
dengan pihak ketiga
c) Tanah Wakaf, yaitu tanah hak milik yang sudah diwakafkan.
d) Hak Milik atas Tanah Satuan Rumah Susun
e) Hak Tanggungan
f) Tanah Negara
11
tanggungan, dan tanah negara satuan wilayah tata usaha pendaftarannya
adalah Kabupaten/ Kotamadya ( Pasal 10 ayat (2) PP No. 24 Tahun 1997 ).
12
a) Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak
b) Pendaftran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.
c) Penerbitan Sertifikat
Untuk menjamin hak atas tanah yang telah didaftarkan maka diterbitkan
sertifikat yang merupakan tanda bukti hak atas tanah, yang dikeluarkan oleh
pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah menurut
ketentuan peraturan dan perundang-undangan.
13
Sertifikat Tanah atau Sertifikat Hak Atas Tanah atau juga disebut
Sertifikat Hak terdiri dari salinan Buku Tanah atau Surat Ukur yang dijilid
dalam 1 (satu) sampul yang memuat :
Menurut PP No. 24 Tahun 1997, sertifikat adalah Surat Tanda Bukti Hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2 UUPA untuk hak atas tanah,
hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak
tanggungan yang masing – masing udah dibukukan dalam Buku Tanah yang
bersangkutan. Menurut PP No. 10 Tahun 1961, yang disebut sertifikat
adalah salinan Buku Tanah dan Surat Ukur yang dijahit menjadi satu
bersama – sama dengan suatu kertas sampul yang di tetapkan oleh menteri
agrarian. Dengan demikian Sertifikat Tanah terdiri atas :
Penyajian data fisik dan data yuridis merupakan kegiatan tata usaha
pendaftaran tanah. Penyajian data fisik dan data yuridis oleh Kantor
Pertanahan terdiri dari:
14
4) Buku Tanah, yaitu dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data
yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada
haknya
Peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, daftar nama, dan
dokumen – dokumen diatas harus tetap berada di Kantor Pertanahan atau di
tempat lain yang di tetapkan oleh Menteri/Kepala Badan Pertanahan
Nasional. Untuk mencegah hilangnya dokumen tersebut, maka apabila ada
instansi yang menganggap perlu untuk memeriksanya, pemeriksaan wajib
dilakukan di Kantor Pertanahan.
Tata cara permohonan dan pemberian hak atas tanah berlangsung dalam
tahap sebagai berikut:
1. Persyaratan
15
a. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon
atau kuasanya di atas materai cukup
b. Surat Kuasa apabila dikuasakan
c. Foto copy identitas (KTP) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan,
yang telah dicocokan dengan aslinya oleh petugas loket
d. Foto copy Akta Pendirian dan Pengesahan Badan Hukum yang telah
dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
e. Bukti perolehan tanah/Alas Hak
f. SK Penunjukan badan hukum yang dapat memperoleh Hak Milik
dari Kepala Badan Pertanahan Nasional
g. Surat ijin untuk memperoleh Hak Milik dari Kepala Badan
Pertanahan Nasional
h. Foto copy SPPT PBB Tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan
aslinya oleh petugas loket
i. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai dengan ketentuan
Waktu :
a. 38 (tiga puluh delapan) hari untuk
Tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2 Ha
Tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2.000 m2
b. 57 (lima puluh tujuh) hari untuk:
Tanah pertanian yang luasnya lebih dari 2 Ha
Tanah non pertanian yang luasnya lebih dari 2.000 m2 s.d. 5.000
m2
c. 97 (sembilan puluh tujuh) hari untuk:
Tanah non pertanian yang luasnya lebih dari 5.000 m2
16
melalui Kantor Sub Direktorat Agraria setempat. Formulir surat
permohonan telah disediakan oleh Kantor Sub Direktorat Agraria. (kantor
agraria tingkat Kabupaten/Kotamadya).
Keterangan:
Formulir permohonan memuat:
a. Identitas diri
b. Luas, letak dan penggunaan tanah yang dimohon
c. Pernyataan tanah tidak sengketa
d. Pernyataan tanah dikuasai secara fisik
Catatan:
a. Tidak termasuk tenggang waktu pemenuhan kewajiban pembayaran
sesuai SK
b. Jangka waktu tidak termasuk waktu yang diperlukan untuk
pengiriman berkas/dokumen dari. Kantah ke Kanwil dan BPN RI
maupun sebaliknya
17
Jika wewenang dimaksud ada di tangan Menteri Dalam Negeri, maka
berkas permohonan yang lengkap disertai pertimbangan setuju atau tidak
oleh Kepala Direktorat Agraria dikirimkan kepada Menteri Dalam Negeri
melalui Direktur Jenderal Agraria. Direktur Jenderal Agraria atas nama
Menteri Dalam Negeri kemudian mengeluarkan Surat Keputusan
Pemberian Hak.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian pendaftaran tanah Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 1 PP No. 24
tahun 1997 adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara
terus menerus berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang – bidang tanah dan
satuan – satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi
bidang – bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak – hak tertentu yang membebaninya.
Yang menjadi dasar hukum pendaftaran tanah di Indonesia adalah :
1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 ( UUPA ), Pasal 19, 23, 32, dan
38.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah,
yang diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
Adapun asas – asas penyelenggaraan Pendaftaran Tanah sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut :
1. Asas Sederhana,
2. Asas Aman,
3. Asas Terjangkau,
4. Asas Mutakhir,
5. Asas Terbuka,
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PP No. 24
Tahun 1997 adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak – hak
lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan, untuk itu pemegang hak diberi sertifikat.
19
2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak – pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukam dalam mengadakan perbuatan hukum mengenal bidang –
bidang tanah dan satuan – satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat dengan tujuan memenuhi tugas mata
kuliah Hukum Agraria dengan harapan semoga makalah ini bermanfaat dan
menambah pengetahuan kita mengenai Pendaftaran Tanah. Makalah ini juga
terdapat kekurangan, baik dari segi penulisan maupun penyampaian, maka kami
selaku pemakalah mengharap saran dan kritik kepada dosen dan pembaca
semuanya karena kekurangan dan kesalahan yang kami lakukan.
20