OLEH
ABUSAGIR MAHULETTE
NIM : 201821363
PROPOSAL SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat Seminar Proposal
guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Program Studi Ilmu Hukum
BAB I
PENDAHULUAN
manusia, karena tanah adalah unsur utama yang digunakan untuk tercapainya
menekankan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
manusia dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu, tahap pertama disaat manusia
masih hidup mengembara dari satu tempat ke tempat lain, tahap kedua saat
dengan cara pandang strategis dan pemikiran jangka panjang pada saat ini tanah
tidak hanya dinilai sebagai penunjang aktivitas pertanian melainkan sebagai aset
1
H.Mohammad Hatta, Hukum Tanah Nasional Dalam Prespektif Negara Kesatuan. Cet.
1, Media Abadi, Yogyakarta, 2005, hal. 11.
2
Hak atas tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
hukum akan objek hak atas tanah adalah meliputi kepastian mengenai bidang
teknis yang meliputi aspek fisik, yaitu kepastian mengenai tata letak, luas, dan
Selanjutnya kepemilikan hak atas tanah merupakan hak yang amat sangat
penting. Oleh karena itu tanah tersebut harus berstatus hak milik.3 Untuk
memperoleh hak atas tanah biasanya dilakukan dengan peralihan hak. Boedi
Harsono yang dikutip oleh Baiq Henni mengatakan bahwa dalam hukum Adat
perbuatan hukum yang bersifat tunai. Sementara, kegiatan jual-beli dalam hukum
Peralihan hak atas tanah dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti jual
beli, tukar menukar, hibah maupun waris. Namun peralihan hak atas tanah yang
sering terjadi di masyarakat adalah dengan cara jual beli. Yaitu, Peralihan hak
atas tanah yang dilakukan dengan pemindahan hak dari pemegangnya yang
semula dan menjadi hak pihak lain sehingga pemegang hak tersebut dapat
melakukan perbuatan hukum seperti jual beli, tukar menukar, dan lain-lain.5
2
Adrian Sutedi, Sertifikat Hak Anda Atas Tanah, cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, 2012,
hal.7.
3
Sutedi,A.. Peralihan Hak Anda Atas Tanah Dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Sutedi,
2006, hal. 11.
4
Baiq Henni Paramita Rosandi, Akibat Hukum Jual Beli Hak Atas Tanah Yang Belum
Didaftarkan, Jurnal IUS, Vol. IV, No. 3, hal. 424-435.
5
Wantijk Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal. 15.
3
Jual beli hak atas tanah adalah merupakan suatu perbuatan hukum. yang
yang berlaku. Akan tetapi dalam pengaturan yang diatur dalam Undang-Undang
Pokok Agraria belum ditegaskan secara detail atau terperinci, bahkan hal ini pun
sampai saat ini belum ada peraturan yang mengatur secara khusus dalam hal
pelaksanaan jual beli hak atas tanah. 6 Istilah jual beli hanya disebutkan dalam
Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Pendaftaran Tanah maka tujuan dari Pendaftaran Tanah tersebut adalah untuk
administrasi pertanahan.
Peralihan hak atas tanah dalam kaitannya dengan pendaftaran tanah hanya
dapat didaftarkan apabila peralihan hak atas tanah tersebut dibuktikan dengan
akta yang dikeluarkan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah atau (selanjutnya
Mengacu pada Pasal 37 Ayat (1) tersebut maka terkait dengan kaitan antara
perbuatan hukum peralihan hak atas tanah dengan pendaftaran tanah hanya dapat
didaftarkan apabila peralihan hak atas tanah tersebut dibuktikan dengan akta
yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disingkat PPAT).
sementara peralihan hak atas tanah yang tidak dibuktikan dengan akta PPAT
maka terhadap tanah tersebut tidak dapat dilakukan pendaftaran oleh masyarakat
Didalam praktiknya, jual beli hak atas tanah yang terjadi di masyarakat
biasanya masih menggunakan ketentuan Hukum Adat yang bersifat tunai dan
terang artinya jual beli hak atas tanah antara pihak penjual dan pihak pembeli
desa bersifat tunai dan terang. Tunai artinya bahwa pada saat pembeli membayar
harga tanah kepada penjual, maka pada saat itu juga pembeli telah mendapatkan
hak milik atas tanah tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan terang artinya
bahwa dengan dilakukan jual beli dihadapan orang yang memiliki kewenangan
misalnya kepala desa tadi maka dianggap terang sehingga diakui keabsahan oleh
masyarakat dan tidak ada pelanggaran hukum yang terjadi didalam jual beli
Berdasarkan kenyataannya, praktik jual beli hak atas tanah dibawa tangan
tersebut masih banyak dilakukan dengan alat bukti berupa selembar kwitansi.
Kabupaten Maluku Tengah yaitu jual beli hak atas tanah yang belum
bersertifikat. Untuk itu penulis akan menguraikan praktek jual beli yang
Praktek jual beli hak atas tanah di Negeri Lima dilakukan dengan
tempat tanah yang akan dijual, setelah itu tanah tersebut diukur oleh perangkat
desa yang disaksikan oleh kepala desa, pembeli, penjual dan tetangga sebagai
saksi. Selanjutntya data tersebut dicatat oleh perangkat desa dalam bentuk “surat
pernyataan” yang berisi transaksi jual beli tanah dari penjual ke pembeli, luas
tanah, tandatangan para pihak terkait, saksi-saksi dan kepala desa atau lurah yang
penyelesaian hukum permasalahan jual beli hak atas tanah di bawah tangan
(tanpa akta pejabat pembuat akta tanah) yang sejauh ini masih sering dilakukan
oleh masyarakat.
7
mengkaji lebih lanjut tentang: ”Keabsahan Akta Jual Beli Hak Milik Atas
B. Rumusan Masalah
1. Apakah akta jual beli hak milik atas tanah dibawah tangan yang dilakukan itu
sah?
2. Apa akibat hukum akta jual beli hak atas tanah dibawah tangan?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan menjelaskan keabsahan akta jual beli hak milik atas tanah
dibawah tangan
2. Mengetahui dan menjelaskan akibat hukum akta jual beli hak atas tanah
dibawah tangan
studi strata satu jurusan Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Pattimura Ambon.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
8
yang berkaitan dengan keabsahan akta jual beli tanah dibawah tangan.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi peneliti
kaji
E. Kerangka Konseptual
1. Konsep Keabsahan
Keabsahan berasal dari kata dasar “absah” yang memiliki arti sifat
pokok bahasan yang amat sangat penting untuk menilai status suatu
tersebut didasarkan atas sesuatu yang diterima secara umum sebagai dasar
8
pembenaran. Sedangkan menurut kamus hukum absah artinya berlaku
8
http://www.kamus-bahasa-indonesia-pengertian/keabsahan.html diakses pada tanggal 24
juni 2023 pukul 16.39
9
Sudarsono, Kamus hukum, Asdi Mahasatya, Jakarta, 2007, hal. 10
9
2. Konsep Akta
Kata Akta berasal dari bahasa latin “acta” yang berarti surat atau
keterangan tentang kejadian atau hal-hal yang merupakan dasar dari suatu
hak atau suatu perjanjian, dapat dikatakan bahwa akta itu ialah suatu tulisan
dasar dari pada suatu hak atau perikatan yang dibuat dengan sengaja untuk
pembuktian.11
lengkap atau sempurnanya (bukan sahnya suatu perbuatan hukum) atau syarat
pembuktian sempurna jika dilihat dari fungsinya sebagai alat bukti, akta
otentik adalah salah satu alat bukti terkuat dalam KUHPerdata yang
Akta dapat dibedakan menjadi akta autentik dan akta dibawah tangan.
10
R. Tresna, komentar hir, Pranadnya Paramita, Jakarta. 1993, hal. 142.
11
Daeng Naja, Teknik pembuatan Akta,Yustisia, Yogyakarta. 2012, hal. 1.
10
itu dibuat.
umum”.
membuat akta itu tidak berwenang untuk membuat akta atau jika akta
Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada pemegang
hakinya.12
Disebutkan dalam pasal 4 ayat (1) UUPA No.5 Tahun 1960 yang
menyatakan bahwa: “Atas dasar hak menguasai atas tanah sebagai yang
yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-
orang secara sendiri maupun Bersama-sama dengan orang lain serta badan-
badan hukum”.
Macam-macam hak atas tanah diatur dalam pasal 16 ayat (1) UU No.5
a. Hak Milik;
b. Hak Guna Usaha;
c. Hak Guna Bangunan;
d. Hak Pakai;
e. Hak Sewa Untuk Bangunan;
f. Hak Membuka Tanah;
g. Hak Memungut Hasil Hutan;
h. Hak Atas Tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang pasal 53
ayat (1) UU No.5 Tahun 1960 menetapkan macam-macam hak atas tanah
yang bersifat sementara,yaitu:
a. Hak Gadai;
b. Hak Usaha Bagi Hasil;
c. Hak Menumpang;
d. Hak Sewa Tanah Pertanian;
12
Urip Santoso, Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah, Prenada Media Group, Jakarta.
2008, hal. 10.
12
dalam pasal 16 ayat (1) dan pasal 53 ayat (1) UUPA menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1. Hak atas tanah yang besifat tetap, misalnya: hak milik, hak guna usaha,
hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa untuk bangunan, hak membuka
2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang adalah hak
atas yang akan ada dikemudian hari dan akan ditetapkan dengan undang-
undang.
3. Hak atas tanah besifat sementara adalah hak atas tanah yang sifatnya
bertentangan dengan UUPA. Misalnya: hak gadai, hak usaha bagi hasil,
dianggap masih berlaku.14 Hak atas tanah bersifat tetap. Penyebab hak untuk
dapat membuka tanah dan memungut hasil hutan tidak dikategorikan dalam
hak atas tanah adalah karena diantara keduanya tidak memiliki kesamaan
13
Sri Hayati, Restruktur Hak Atas Tanah dalam Rangka Pembaruan Hukum Agraria
Nasional, Universitas Airlangga, Surabaya. 2005, hal. 9.
14
K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta. 1990, hal. 49.
13
Jual beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang
satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang,
sedang pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang
terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari peralihan hak milik tersebut. 15
Perjanjian jual beli tanah adalah janji kedua bela pihak antara penjual
menyerahkan tanah dan pembeli membayar harga tanah, maka hak atas tanah
pembeli pada saat mana penjual menerima sejumlah uang, yaitu harga
pembelian.
barang dan harga. Jika penjual dan pembeli sudah setuju tentang barang dan
yang dimaksud harus berupa sejumlah uang, meskipun tidak ditetapkan dalam
15
R. Subekti, aneka perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 1.
14
pengertian jual beli, oleh karena bila tidak akan merubah perjanjian tersebut
beli tanah yaitu terjadinya jual beli tanah antara penjual dan pembeli dibawah
tangan dengan kwitansi sebagai bukti peralihan hak atas tanah tanpa melalui
pejabat pembuat akta tanah dalam kaitan dengan pendaftaran tanah atas tanah
yang kemudian dibantu oleh panitia ajudikasi yang dibentuk oleh menteri atau
beli atas tanah dilakukan dihadapan PPAT yang berwenang bertugas membuat
16
Ambar Budhisulistyawati, ‘Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian
Jual Beli Tanah Di Bawah Tangan” Jurnal Privat Law, Vol 8 No. 1, 2020, hal. 3.
17
https://www.rumah.com/panduan-properti/panduan-pendaftaran-tanah-sesuai-pp-24-
tahun-1997 diakses tgl 20 agt 2023
15
pemindahan hak atas tanah yang disertai dengan pembayaran harga. Serta
pemegang hak yang baru dengan memiliki bukti dari kepemilikan hak atas
tanah tersebut.
Pendaftaran jual beli tanah hanya dapat dilakukan dengan akta sebagai
bukti, tanpa akta jual beli dari PPAT maka seorang tidak akan memperoleh
Akta jual beli yang ditandatangani para pihak membuktikan bahwa telah
terjadinya pemindahan hak atas tanah dari penjual kepada pembeli dengan
disepakati.
F. Metode Penelitian
cara yang dapat digunkan, oleh sebab itu asumsi dasar dari metodologi adalah
18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 6.
16
dihadapi.19
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Masalah
gunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini, yaitu
Pokok-Pokok Agraria.
Tanah
berupa :
1) Hasil karya dari kalangan hukum atau para pakar dan yang berkaitan
2) Jurnal-jurnal hukum;
4) Literatur-literatur lain.
18
dan memuat uraian tentang bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, atau lebih dikenal dengan bahan acuan hukum, Kamus hukum,
dan ensiklopedia.
berkaitan dengan norma hukum yang terdapat dalam hukum dan putusan
22
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. 12, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2016, hal. 245.
19
DAFTAR BACAAN
Buku
Sutedi,A.. Peralihan Hak Anda Atas Tanah Dan Pendaftarannya, Sinar Grafika,
Sutedi, 2006
Wantijk Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985.
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA dan
Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2003.
Sudarsono, Kamus hukum, Asdi Mahasatya, Jakarta, 2007.
Urip Santoso, Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah, Prenada Media Group,
Jakarta. 2008.
Sri Hayati, Restruktur Hak Atas Tanah dalam Rangka Pembaruan Hukum Agraria
Nasional, Universitas Airlangga, Surabaya. 2005.
K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta. 1990.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2014.
Soerdjono Soekamto, dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 2003.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. 12, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2016.
Peraturan Perundang-Undangan
Lain-Lain
https://www.rumah.com/panduan-properti/panduan-pendaftaran-tanah-sesuai-pp-24-