Anda di halaman 1dari 17

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


FAKULTAS HUKUM

Gedung K, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229


Telp/Fax (024) 8507891; 70709205
Laman: http://fh.unnes.ac.id
Email: fh@unnes.ac.id

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA : Pramudya Danny Hidayat

NIM : 8111417320

PRODI : Ilmu Hukum

FAKULTAS : Hukum

A. Judul Skripsi
TANGGUNG JAWAB PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DAN
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAHSEMENTARA (PPAT SEMENTARA)
DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI TANAH BESERTA AKIBAT
HUKUMNYA (Studi Kasus di Kota Semarang)
B. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang sedang berkembang dengan


struktur perekonomian yang bercorak agraris. Hal ini ditandai dengan kenyataan
bahwa sebagian besar dari penduduk Indonesia bermata pencaharian dibidang
agraria (pertanian) baik sebagai petani yang memiliki tanah maupun yang tidak
memiliki tanah (buruh tani). Sejak dahulu tanah sangat erat hubungannya dengan
kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan kebutuhan hidup yang mendasar.

Manusia hidup, berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga
setiap saat manusia berhubungan dengan tanah. Setiap orang memerlukan tanah
tidak hanya pada masa hidupnya, tetapi pada saat meninggal pun manusia
membutuhkan tanah guna tempat penguburannya. Selain itu, tanah juga sangat
penting pada masa pembangunan sekarang ini, dan pada kehidupan ekonomi
masyarakat dewasa ini telah membuat tanah menjadi komoditas dan faktor
produksi yang dicari oleh manusia.
Manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasai tanah, karena tanah
penting bagi kehidupannya. Penguasaan tanah diupayakan semaksimal mungkin
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Upaya untuk mendapatkan tanah tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan jual beli. Dengan cara jual beli, pemilikan
tanah beralih dari satu pihak kepada pihak lain. Dengan adanya kebutuhan akan
tanah, sehingga Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945, memberikan jaminan dan memberikan perlindungan atas hak-
hak warga negara tersebut untuk mendapatkan, mempunyai, dan menikmati hak
milik atas tanah.

Hak milik atas tanah sebagai salah satu jenis hak milik, sangat penting
bagi negara, bangsa, dan rakyat Indonesia sebagai masyarakat agraria. Akan
tetapi, tanah yang merupakan kehidupan pokok bagi manusia akan berhadapan
dengan berbagai hal, seperti :

1. Keterbatasan tanah, baik dalam jumlah maupun kualitas dibanding dengan


kebutuhan yang harus dipenuhi.
2. Pergeseran pola hubungan antara pemilik tanah dan tanah sebagai akibat
perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh proses pembangunan dan
perubahan-perubahan sosial pada umumnya.
3. Tanah di satu pihak telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat
penting, pada lain pihak telah tumbuh sebagai bahan perniagaan.
4. Tanah di satu pihak harus dipergunakan dan dimanfaatkan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan rakyat lahir batin, adil dan merata, sementara di
lain pihak harus dijaga kelestariannya.
(Adrian Sutedi, 2007: 1).

Agar ketidakseimbangan itu tidak menimbulkan masalah, maka perlu


diadakan peraturan yang mengatur mengenai tanah. Barulah pada tanggal 24
September 1960, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang tanah yaitu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria yang sekarang kita kenal dengan istilah Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA).
Setelah berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24
September 1960, berakhirlah masa dualisme hukum tanah yang berlaku di
Indonesia yaitu hukum Adat dan hukum Barat. Dengan berlakunya UUPA, hak-hak
atas tanah yang berlaku pada waktu itu baik yang dahulu diatur dalam Hukum Adat
maupun Hukum Barat, dikonversi menjadi salah satu hak baru menurut UUPA.
Oleh karena itu, bukan saja terjadi unifikasi Hukum Agraria melainkan unifikasi
(kesatuan) hak-hak atas tanah. Dengan terciptanya unifikasi di bidang pertanahan di
negara kita memberikan arti yang baru bagi Hukum Agraria karena berdasarkan
atas satu sistem hukum, yakni Hukum Agraria Nasional.

Dengan adanya ketentuan UUPA, jual beli tanah tidak lagi dibuat di
hadapan Kepala Adat atau Kepala Desa secara bawah tangan, melainkan
dihadapan seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau Pejabat Pembuat
Akta Tanah Sementara (PPAT Sementara) apabila suatu daerah Kecamatan
belum diangkat seorang PPAT. Dan mereka diangkat oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, berdasarkan syarat-syarat tertentu.

Keharusan jual beli tanah dihadapan PPAT atau PPAT Sementara, maka
telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah jo Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Kesatuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah. Penerbitan peraturan tersebut dilakukan dalam rangka program
pelayanan masyarakat dalam pembuatan akta PPAT.

Sesuai Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat


Akta Tanah, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) bertugas pokok melaksanakan
sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah
dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun di dalam daerah kerjanya.

Peralihan hak atas tanah, termasuk jual beli juga diatur dalam Pasal 37
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang
menyebutkan bahwa :
Peralihan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun melalui
jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan
hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang,
hanya dapat didaftarkan, jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT
yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (A.P. Parlindungan, 1999: 133).
Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Tanah, maka
jual beli juga harus dilakukan para pihak di hadapan PPAT yang bertugas
membuat akta. Dengan dilakukannya jual beli dihadapan PPAT, dipenuhi syarat
terang (bukan perbuatan hukum yang gelap, yang dilakukan secara sembunyi-
sembunyi). Untuk dibuatkan akta jual beli tanah tersebut, pihak yang
memindahkan hak, harus memenuhi syarat yaitu berwenang memindahkan hak
tersebut, sedangkan pihak yang menerima harus memenuhi syarat subyek dari
tanah yang akan dibelinya itu. Serta harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya
dua orang saksi.

Adapun fungsi akta PPAT dalam jual beli, sesuai pendapat Mahkamah
Agung dalam Putusannya No.1363/K/Sip/1997 bahwa Pasal 19 PP No.10 Tahun
1961 (sekarang PP No. 24 Tahun 1997) secara jelas menentukan bahwa akta
PPAT hanyalah suatu alat bukti dan tidak menyebut bahwa akta itu adalah syarat
mutlak tentang sah tidaknya suatu jual beli tanah. Menurut Boedi Harsono, akta
PPAT berfungsi sebagai alat pembuktian mengenai benar sudah dilakukannya
jual beli. Akan tetapi, dalam PP No. 24 Tahun 1997 disebutkan bahwa
pendaftaran jual beli hanya boleh dilakukan dengan akta PPAT sebagai
buktinya, sedangkan tanpa akta PPAT seseorang tidak akan memperoleh
sertifikat, meskipun jual belinya sah menurut hukum. Oleh karena itu, selambat-
lambatnya 7 hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta tersebut, PPAT
wajib mendaftarkan ke Kantor Pertanahan untuk memperkuat pembuktian
terhadap pihak ketiga (Adrian Sutedi, 2007: 79, 81).

Setelah pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan, tidak begitu saja persoalan di


antara kedua belah pihak selesai melainkan kemungkinan pihak- pihak lain pun
terkait di dalamnya, disebabkan semula adanya itikad tidak baik dari salah satu
pihak dalam transaksi jual beli tanah tersebut. Misalnya pemalsuan tanda
tangan istri dari pihak penjual seakan-akan pihak istri memberikan persetujuan,
kemudian tuntutan akan datang dari istri yang sebenarnya untuk meminta
pembatalan atas jual beli tanah yang telah dibalik nama ke atas nama pembeli.
Selain itu, dalam hal terjadinya pemalsuan identitas dan keterangan yang tidak
benar yang telah diberikan oleh penghadap sehubungan dengan pembuatan
akta.

Sehingga tidak sedikit kasus mengenai data-data yang dipalsukan yang


berakhir pada sengketa sering mengemuka, baik di media cetak maupun
elektronik dan bahkan yang tidak terpublikasikan pun banyak. Mungkin dalam
jangka pendek, pembeli tidak mengalami gugatan dari pihak lain, tetapi dalam
jangka panjang pembeli akan mengalami gugatan dari pihak lain yang merasa
memiliki hak atas tanahnya.

Dengan adanya cacat hukum pada suatu akta dapat menyebabkan tidak
sahnya perbuatan hukum yang dilakukan kemudian. Berkaitan dengan hal
tersebut, PPAT atau PPAT Sementara yang bersangkutan dapat melakukan
pembelaan meskipun didalam ketentuan hukum tentang PPAT belum diatur
mengenai hal tersebut; dengan adanya jaminan kebenaran yang diberikan oleh
penghadap yang dimuat didalam akta tersebut sebagai akta partij (akta para
pihak) yang sesuai dengan kehendak/keterangan yang telah diberikan dimana
PPAT atau PPAT Sementara bukanlah pihak yang berwenang untuk melakukan
penyidikan atas kebenaran dan keaslian dari identitas penghadap, melainkan
bertindak berdasarkan bukti materiil yang telah lengkap yang diberikan
kepadanya. Apabila PPAT atau PPAT Sementara dituntut oleh pihak ketiga yang
merasa dirugikan ataupun diminta sebagai saksi di Pengadilan maka hal tersebut
hanya sebatas dimintakan keterangan sehubungan akta yang dibuatnya,
disamping itu PPAT atau PPAT Sementara pun dapat meminta perlindungan
hukum/upaya pembelaan kepada IPPAT sebagai suatu organisasi profesi dimana
ia bernaung.

Dalam hal ini, posisi PPAT atau PPAT Sementara sebatas sebagai saksi dan PPAT atau
PPAT Sementara tidak bertanggunggugat atas ketidakbenaran materiil yang
dikemukakan oleh para pihak, apabila kesalahan disebabkan oleh para pihak. Tapi
apabila PPAT atau PPAT Sementara terbukti bersalah maka ia dapat dikenakan sanksi
administratif maupun sanksi pidana, juga tidak tertutup kemungkinan dituntut ganti
rugi oleh pihak yang dirugikan secara perdata (Mahatman Filiano Sutawan .
Tanggungugat Notaris Selaku PPAT Dalam Sengketa Perdata Jual Beli Hak
Milik Atas Tanah.

Apapun yang terjadi, seorang PPAT atau PPAT Sementara dalam menjalankan
tugas jabatannya harus disertai dengan tanggung jawab dan kepercayaan diri
yang penuh, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar serta
siap untuk bertanggungjawab jika terjadi kesalahan baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja dalam setiap tindakannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut


dan melakukan penelitian mengenai pelaksanaan kewajiban PPAT dan PPAT
Sementara dalam pemeriksaan status tanah sebagai persiapan pembuatan akta
jual beli tanah, kewajiban PPAT dan PPAT Sementara dalam meneliti
persyaratan jual beli tanah, dan tanggung jawab PPAT dan PPAT Sementara
beserta akibat hukumnya apabila dalam pembuatan akta jual beli tanah di
wilayah Kabupaten Sukoharjo tersebut terdapat data-data yang dipalsukan.
Oleh karena itu, penulis membuat penulisan hukum dengan judul,
sebagai berikut :

“TANGGUNG JAWAB PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)


DAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SEMENTARA (PPAT
SEMENTARA) DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI TANAH
BESERTA AKIBAT HUKUMNYA (Studi Kasus di Kota Semarang)”.

B. Rumusan Masalah

Untuk memperjelas agar permasalahan yang ada, nantinya dapat dibahas


lebih terarah dan sesuai sasaran, maka sangat penting bagi penulis untuk
merumuskan permasalahan.
Adapun masalah-masalah yang akan diteliti dalam penulisan hukum (skripsi) ini,
adalah :

1. Apakah kewajiban PPAT dan PPAT Sementara dalam pemeriksaan status


tanah sebagai persiapan pembuatan akta jual beli tanah sudah
dilaksanakan?
2. Bagaimana tanggung jawab PPAT dan PPAT Sementara beserta akibat
hukumnya apabila dalam pembuatan akta jual beli tanah di wilayah Kota
Semarang tersebut terdapat data-data yang dipalsukan?
C. Tinjauan Penelitian

Di dalam suatu penelitian sudah pasti harus dapat memberikan tujuan yang
jelas, supaya terarah serta mengenai sasarannya. Adapun tujuan yang ingin
penulis capai dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui pelaksanaan kewajiban PPAT dan PPAT Sementara


dalam pemeriksaan status tanah sebagai persiapan pembuatan akta jual
beli tanah.
b. Untuk mengetahui kewajiban PPAT dan PPAT Sementara dalam
meneliti persyaratan jual beli tanah di wilayah Kota Semarang.
c. Untuk mengetahui tanggung jawab PPAT dan PPAT Sementara serta
akibat hukumnya apabila dalam pembuatan akta jual beli tanah di wilayah
Kota Semarang tersebut terdapat data-data yang dipalsukan.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data yang akan penulis pergunakan dalam


penyusunan skripsi sebagai syarat dalam mencapai gelar kesarjanaan
dalam ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
b. Untuk menambah dan memperluas pengetahuan penulis dalam penelitian
hukum pada khususnya di bidang hukum Agraria.
D. Manfaat Penelitian

Di dalam suatu penelitian sangat diharapkan adanya manfaat, dan


kegunaan yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang
diharapkan sehubungan dengan penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran


bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, dan
Hukum Agraria pada khususnya.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai latihan menerapkan teori
yang diperoleh sehingga menambah pengalaman dan pengetahuan ilmiah
dengan cara membandingkan dengan praktek.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.


b. Dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak- pihak
yang berkepentingan mengenai pembuatan akta jual beli tanah.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk
pembinaan dan pengawasan kepada para penjual maupun pembeli
beserta PPAT dan PPAT Sementara dalam pembuatan akta jual beli tanah.
E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa,


dan kontruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten
(Soerjono Soekanto, 1986: 42). Sedangkan Penelitian hukum dilakukan untuk
mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul, dengan hasil yang dicapai
adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogianya atas isu
yang diajukan (Peter Mahmud Marjuki, 2006: 41).

Agar data dari suatu penelitian yang diperoleh dapat


dipertanggungjawabkan secara ilmiah perlu adanya ketepatan dalam memilih
metode penelitian supaya sesuai dan mengenai pada masalah yang menjadi
obyek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian hukum empiris, yaitu suatu penelitian


yang berusaha mengidentifikasikan hukum yang terdapat dalam masyarakat
dengan maksud untuk mengetahui gejala-gejala lainnya (Soerjono Soekanto,
1986: 10, 15).

2. Sifat Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan sifat penelitian


deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-
sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk
menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat
(Amiruddin, 2006: 25). Dalam penelitian ini, penulis akan mendiskripsikan
mengenai tanggung jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan Pejabat
Pembuat Akta Tanah Sementara (PPAT Sementara) dalam pembuatan akta
jual beli tanah di wilayah Kota Semarang beserta akibat hukumnya apabila
ada data-data yang dipalsukan.
3. Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Tanggung Jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah


(PPAT) dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara (PPAT Sementara)
dalam Pembuatan Akta Jual Beli Tanah beserta Akibat Hukumnya (Studi
Kasus Di Kota Semarang)” ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Kantor
Notaris dan PPAT Tini Prihatini Sriwidiyoko, S.H di Kota Semarang dan
Kantor Kecamatan Semarang Barat selaku Kantor PPAT Sementara di Kota
Semarang.

Pengambilan lokasi ini dengan mempertimbangkan wilayah Kabupaten


Sukoharjo yang cukup luas, yaitu 37.366.386 Ha atau sekitar 1,14% dari
seluruh luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Dan pengambilan lokasi di
Kantor Notaris dan PPAT Tini Prihatini Sriwidiyoko, S.H di Kota Semarang
karena di wilayah kerja beliau banyak transaksi jual beli tanah. Serta
pengambilan lokasi di Kantor Kecamatan Semarang Barat selaku Kantor
PPAT Sementara di Kota Semarang dikarenakan wilayah tersebut belum ada
Kantor PPAT dan tanah di Kecamatan Semarang Barat cukup luas yaitu
1.862,86 Ha atau 11,76 % dari luas wilayah Kota Semarang, serta sering
terjadi transaksi jual beli tanah.

Selain itu, pengambilan lokasi ini dengan mempertimbangkan waktu dan


jarak lokasi penelitian yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti,
sehingga akan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data yang
lengkap dan valid.

4. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam penulisan hukum ini bersifat kualitatif,
yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada
data-data yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga
perilakunya yang nyata, diteliti, dipelajari sebagai suatu yang utuh. Dengan
menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya bersifat
teoritis yang diolah dan ditarik kesimpulannya dengan metode berfikir
induktif. Penyajian secara induktif adalah metode penyajian yang
mendasarkan pada hal-hal yang bersifat umum untuk kemudian ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri


atau karakter yang sama (Soerjono Soekanto, 1986: 172). Yang dimaksud
populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak atau instansi di Kota
Semarang yang terkait dengan pembuatan akta jual beli tanah.

Untuk menghemat waktu dan tenaga, peneliti menggunakan metode


sampel, karena metode sampel dapat mewakili populasi yang diteliti tersebut.
Di dalam penulisan hukum ini, cara yang digunakan dalam pengambilan
sample yaitu teknik non random sampling/non probability sampling, artinya
tidak semua unsur dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sampel atau berarti sampling dimana elemen sampel tidak
secara acak, tidak obyektif tetapi secara subyektif.

Dalam non random sampling ini, mamakai metode purposive sample,


yaitu pemilihan elemen sampel yang dilakukan secara sengaja atau berarti
pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut dengan populasi yang
sudah diketahui sebelumnya (J.Supranto, 2003: 35). Dalam penelitian hukum
ini, sampel yang diambil adalah Notaris dan PPAT Tini Prihatini
Sriwidiyoko, S.H di Kota Semarang dan Camat Semarang Barat selaku
PPAT Sementara di Kota Semarang.

6. Jenis Data
Lazimnya didalam penelitian, dibedakan antara data yang diperoleh
langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Yang pertama disebut data
primer atau data dasar (primary data atau basic data), dan data yang kedua
dinamakan data sekunder (secondary data). Data primer diperoleh dari
sumber pertama, yaitu perilaku warga masyarakat melalui penelitian. Data
sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku- buku, hasil-
hasil penelitian yang berwujud laporan, buku-buku harian, dan seterusnya
(Soerjono Soekanto, 1986: 12).

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Merupakan data atau fakta-fakta yang diperoleh langsung melalui


penelitian di lapangan termasuk keterangan dari responden yang
berhubungan dengan obyek penelitian dan praktek yang dapat dilihat serta
berhubungan dengan obyek penelitian. Adapun yang termasuk dalam data
primer dalam penelitian ini, adalah hasil wawancara terhadap Notaris dan
PPAT Tini Prihatini Sriwidiyoko, S.H di Kota Semarang dan Camat
Semarang Barat selaku PPAT Sementara di Kota Semarang.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang tidak secara langsung diperoleh dari lokasi


penelitian, atau keterangan-keterangan yang secara tidak langsung
diperoleh tetapi cara diperolehnya melalui studi kepustakaan, buku-
bukuliteratur, peraturan perundang-undangan, yang berhubungan
dengan permasalahan dalam penulisan hukum ini.
7. Sumber Data

Berdasarkan jenis data, maka dapat ditentukan sumber data yang


digunakan dalam penelitian. Sehingga untuk memperoleh data dan informasi
yang berkaitan dengan arah penelitian ini, sumber data yang penulis
pergunakan adalah :
a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang terkait langsung


dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sumber data
primer adalah Notaris dan PPAT Tini Prihatini Sriwidiyoko, S.H di Kota
Semarang dan Camat Semarang Barat selaku PPAT Sementara di Kota
Semarang.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak


langsung memberikan keterangan dan bersifat melengkapi sumber data
primer. Dalam hal ini yang menjadi sumber data sekunder adalah buku-
buku literature, dan peraturan perundang-undangan, yang berhubungan
dengan permasalahan dalam penulisan hukum ini.

8. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah tahap yang penting dalam melakukan penelitian.


Alat pengumpul data (instrumen) menentukan kualitas data dan kulitas data
menentukan kualitas penelitian, karena itu alat pengumpul data harus
mendapat penggarapan yang cermat. Agar data penelitian mempunyai
kualitas yang cukup tinggi, alat pengumpul datanya harus dapat mengukur
secara cermat, harus dapat mengukur yang hendak diukur, dan harus dapat
memberikan kesesuaian hasil pada pengulangan pengukuran (Amiruddin,
2006: 65).

Maka dalam rangka mendapatkan data yang tepat, penulis


menggunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut :

a. Studi Lapangan

Merupakan penelitian yang digunakan secara langsung terhadap


obyek yang diteliti dalam rangka memperoleh data primer, dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara (interview).

Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika


seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang
dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan
masalah penelitian kepada seseorang responden (Amiruddin, 2006: 82).

Jenis Interview ada tiga, yaitu


1) Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja,
tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
2) Interview terpimpin, yaitu Interview yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci.
3) Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara Interview bebas
dan Interview terpimpin
(Moh. Yamin, 2007: 4).

Jenis Interview (Wawancara) yang digunakan dalam penelitian ini,


adalah Interview bebas terpimpin, karena daftar pertanyaan dapat
berkembang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

Wawancara dilakukan terhadap nara sumber, yaitu Notaris dan PPAT


Tini Prihatini Sriwidiyoko, S.H di Kota Semarang dan Camat Semarang
Barat selaku PPAT Sementara di Kota Semarang.

b. Studi Kepustakaan

Yaitu cara memperoleh data dengan mempelajari data dan


menganalisa atas keseluruhan isi pustaka dengan mengkaitkan pada
permasalahan yang ada. Adapun pustaka yang menjadi acuan, antara lain
buku-buku literature, dan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan hukum ini.

9. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa,


sehingga dapat menyimpulkan persoalan-persoalan yang diajukan dalam
pengajuan penulisan hukum ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis data kualitatif, yaitu suatu tatacara penelitian yang menghasilkan
data deskriptif analitis, yakni apa yang dinyatakan oleh respoden secara
tertulis atau lisan, dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti dan
dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 1986: 250).

Analistis data tersebut tidak hanya terbatas pada pengumpulan data yang
diperoleh, tetapi juga menganalisa, dan menginterprestasikan data ataupun
pemikiran logis, kemudian membuat kesimpulan yang didasarkan pada
penelitian data metode kualitatif sebagai penjabaran data terhadap data-data
berdasar literatur dan keterangan di lapangan. Data yang diperoleh kemudian
disusun dalam bentuk pengumpulan data, kemudian reduksi data,
pengolahan, dan verifikasinya dilakukan untuk saling menjalin dengan
proses pengumpulan data. Dan apabila dirasakan kesimpulannya kurang,
maka perlu ada verifikasi kembali untuk mengumpulkan data dari lapangan.
Untuk lebih jelasnya, maka akan

penulis uraikan model analisis tersebut dalam suatu bagan atau skema
sebagai berikut : (H.B. Sutopo, 1988: 37).

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan atau


Verifikasi

Gambar 1
“Interactive Model of Analys”
Komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data adalah masa dimana penulis mencari data dan


mencatat semua data yang masuk.
2. Reduksi Data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan di lapangan..
3. Penarikan Kesimpulan adalah menyimpulkan apa yang sudah diketahui
pada awal., yaitu mengenai hal-hal yang ditemui, dengan mencatat pola,
pernyataan, konfigurasi, sebab akibat dan proporsi.
4. Sajian Data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

F. Sistematika Penulisan
Sesuai dengan ketentuan dalam penulisan karya tulis, penulis membagi
penulisan ini menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Bagian Awal
Bagian Awal mencangkup halaman sampul, Lembar Kosong berlogo Universitas
Negeri Semrang bergaris tengah 13 cm, Lembar judul, Lembar pengesahan,
Lembar Pernyataan, Lembar motto dan persembahan, Lembar abstrak, kata
pengantar, daftar isi, daftar singkatan, daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran.
2. Bagian isi mengandung lima bab yaitu, pendahuluan, tinjauan pustaka, metode
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dan saran.

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab iniberisi tentang artikel maupun jurnal-jurnal penelitian terdahulu
dan landasan teori mengenai pelaksanaan oleh Badan Pertanahan Kota
Semarang
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang, dasar penelitian, jenis penelitian, fokus
penelitian, sumber data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data,
keabsahan data, dan analisa data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada bab IV ini penulis menjabarkan mengenai hasil penelitian dan
membahsan penelitian tentang pelaksanaan jual beli tanah tidak bersertifikat
di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang dihubungkan dengan pasal 19
ayat (2) huruf c undang-undang no 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar
pokok-pokok agraria.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir dalam penelitian skripsi ini memuat simpulan dan saran
berbagai pembahasan dan hasil penelitian yang teah dilakukan
3. Bagian Akhir

Bagian akhir merupakan bagian penutup yang memuat tentang daftar pustaka,
lampiran-lampiran yang digunakan sebagai bahan dalam proses penulisan skripsi
ini.

G. Daftar Pustaka
Adrian Sutedi. 2007. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta :
Sinar Grafika.

Amiruddin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada.

A.P.Parlindungan. 1991. Pedoman Pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria


dan Tata Cara Pejabat Pembuat Akta Tanah. Bandung : CV. Mandar
Maju.

. 1999. Pendaftaran Tanah Indonesia (Berdasarkan P.P. No. 24 Tahun


1997 Dilengkapi dengan Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah (P.P. No.37 Tahun 1998) . Bandung : CV. Mandar Maju.

Bachtiar Efendi. 1993. Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah. Bandung :


Alumni.
Boedi Harsono. 2002. Hukum Agraria di Indonesia : Himpunan Peraturan-
Peraturan Hukum Tanah. Jakarta : Djambatan.

. 2003. Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria : Isi dan


Pelaksanaan. Jakarta : Djambatan.

Effendi Perangin. 1990. Praktek Jual Beli Tanah. Jakarta : Rajawali.

. 1994. Hukum Agraria di Indonesia : Sudut Telaah dari Sudut Pandang


Praktisi Hukum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Gunawan Widjaja. 2002. Jual Beli. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

H.B. Sutopo. 1988. Pengantar Metodelogi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS


Press.

Anda mungkin juga menyukai