Anda di halaman 1dari 17

"PENTINGNYA PENDAFTARAN TANAH UNTUK

MEMBERIKAN KEPASTIAN HUKUM"

USULAN MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta

Hukum Agraria

Oleh:

Candra Sudrajat 214301004 M.Azhar Rahman 214301023

Raihan 214301010 Villar Wibawa 214301035

Alexander Ronaldo 214301016 M Reyhan Agustian 214301036

Prebi M Alfarizi 214301020 Marvellio Raharja 214301037

M.Azhar Rahman 214301023 Reihan M ilham N 214301046

Program Studi : Ilmu Hukum

SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG 2023


KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWarrahmatullahiWabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya Rahmat Hidayah dan Inayah-

Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anjak Piutang Berisiko

Pelanggaran Kesepakatan Kerja sama”, ini dan tanpa ada hambatan meski dalam

bentuknya yang begitu sederhana. Shalawat serts salam semoga tetap

terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. yang telah

membawa kita dari zaman Jahiliyah yakni Dinul Islam yang selalu kita nantikan

Syafa’atnya kelak dihari Qiamat.

Pada dasarnya makalah yang membahas tentang berjudul “Anjak Piutang

Berisiko Pelanggaran Kesepakatan Kerja sama” ini dibuat dengan tujuan untuk

mengembangakan kreativitas pembaca dalam menulis dan meningkatkan

pengetahuan bagi pembaca serta untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Kapita

Selekta Hukum Agraria

Makalah Penelitian ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangan,

maka sudah selayaknya dan menjadi kewajiban logis bagi penyusun untuk

menghaturkan rasa terimakasih kepada:

Bandung 6 April 2023

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendaftaran tanah mempunyai arti penting dan mempunyai manfaat dalam


berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dalam sejarah umat manusia dan bangsa
dimulai dari tanah, dan bahkan konon manusia pertama diciptakan dari tanah.
Awalnya tanah merupakan kebutuhan dasar seperti untuk tempat tinggal, ladang
untuk budidaya tanaman dan memungut hasil, maupun ladang untuk berburu
hewan. Dewasa ini tanah bagi masyarakat mempunyai makna yang multi dimensi,
yaitu: ekonomi, sosiokultural, sosiorelegi, hukum, politik, pertahanan, keamanan,
dan kedaulatan suatu Negara. Multi dimensi pemaknaan tanah mengakibatkan
dalam penyelenggaraan urusan pertanahan menjadi kompleks dan merupakan
masalah lintas sektoral, serta dari sudut pandang hak individual, kepemilikan
tanah merupakan komponen dari hak asasi manusia.1

Dengan terdaftarnya hak-hak atas tanah atau diberikannya hak-hak atas


tanah kepada semua subyek hak juga diberikan wewenang untuk memanfaatkan
tanah tersebut sesuai dengan peruntukannya. Dengan demikian akan terciptalah
jaminan kepastian hukum bagi subyek hak dalam kepemilikan dan penggunaan
tanahnya. Kegiatan pendaftaran tanah akan menghasilkan tanda bukti hak atas
tanah yang disebut sertifikat. Dengan sertifikat tanah, kepastian hukum berkenaan
dengan jenis hak atasnya, subjek hak, dan objek haknya menjadi nyata.
Dibandingkan dengan alat bukti tertulis lainnya, sertifikat merupakan tanda bukti
hak yang kuat, yaitu harus dianggap sebagai benar sampai dibuktikan sebaliknya
di pengadilan dengan bukti yang lain.2

1
I Gusti Nyoman Guntur, Pendaftaran Tanah, Kementrian Agraria Dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan
2
Nasional Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta, 2014, hlm. 1 Ibid, hlm.4

1
Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia sehingga tidak
mengherankan apabila setiap manusia ingin memiliki atau menguasainya yang
berakibat timbulnya masalah-masalah pertanahan yang kerap kali dapat
menimbulkan perselisihan. Oleh karenanya setiap pemilik hak atas tanah. haruslah
melakukan pencacatan hak atau pendaftaran tanah sebagaimana telah diwajibkan
oleh hukum pertanahan yang berlaku di Indonesia. Pendaftaran atas bidang tanah
dilakukan agar mendapatkan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah
maupun pihak lain yang berkepentingan dengan tanah. Dengan telah melakukan
pendaftaran dan mendapatkan sertifikat, pemegang hak atas tanah memiliki bukti
yang kuat atas tanah tersebut.

Begitu kuatnya hubungan manusia dengan tanah, sehingga diperlukan


adanya suatu kekuatan hukum didalamnya. Kekuatan hukum ini, bisa jadi akan
didapatkan jika sipemilik tanah mendaftarkan tanahnya (sebagaimana perintah
dari Pasal 19 UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria). Dengan
terdaftarnya hak-hak atas tanah atau diberikanya hak atas tanah kepada subjek
hak, secara administratif ini tentu akan tercapailah jaminan kepastian hukum bagi
subjek tersebut, artinya subjek hak dijamin secara adminsitartif untuk
menggunakan hak kepemilikan tanah tersebut untuk apa saja asal penggunaan hak
tersebut sesuai peruntukannya.2 Oleh karena itu, apabila semua bidang tanah telah
terdaftar dan dimanfaatkan oleh pemegang hak, idealnya secara yuridis telah ada
jaminan kepastian hak terhadap semua bidang tanah yang telah terdaftar dan
dampak positifnya dapat mengurangi permasalahan pertanahan, khususnya yang
menyangkut penggunaan dan pemanfaatan tanah, serta tidak mustahil apabila
harga tanah dari waktu ke waktu mengalami kenaikan akibat adanya tanda
terdaftarnya ha katas tanah seseorang tersebut.3

Tidak seimbangnya antara persediaan tanah dengan kebutuhan akan tanah


otomatis akan menimbulkan permasalahan pertanahan sebagaimana dikemukakan
di atas. Tidak jarang di atas tanah yang dimiliki atau dikuasai masih memunculkan
3
Zaki Ulya, Eksistensi Badan Pertanahan Aceh Sebagai Perangkat Daerah Di Aceh
Dalam Aspek Kepastian Hukum Bidang Pertanahan, Jurnal Konstitusi, Vol. 12 No. 3, 2015, hlm.
569

2
orang bersengketa, baik antara pemilik dan bahkan yang bukan pemilik yang
menginginkan tanah tersebut, maupun dengan pihak lain yang pernah merasakan
bahwa tanah itu pernah menjadi miliknya,atau bahkan dengan pemerintah.
Sengketa bisa muncul di akibatkan ketidak jelasan status kepemilikan tanah,
penguasaan tanah secara ilegal dan lain sebagainya.4

Dapat dipastikan pengaruh dari masih banyak masyarakat yang belum


memahami fungsi dari pendaftaran tanah. Apalagi menurut mereka tanah
bermakna semprna sebagai pemilik jika tanah yang mereka kuasai ada suratnya
(surat apapun namanya dan siapapun yang menerbitkannya), asalkan terkait
pembuatannya dengan instansi pemerintahan, maka masyarakat akan memaknai
tanah mereka sudah terdaftar, ( misalnya: surat bukti pembayaran PBB atau surat
lainnya, seperti surat jual beli di bawah tangan, jual beli yang diketahui/disetujui
kepala desa/lurah/camat dan sebagainya). Pemahaman yang salah ini tidak boleh
dibiarkan terus berkembang dan harus diupayakan agar makna yang sebenarnya
sesuai dengan pemahaman hukum dan memberikan kenyamanan untuk digunakan
atau diusahakan dan jika akan dialihkan pemiliknya tidak terhalang dan dalam
lalulintas hukum yanag legal.

Diadakannya pendaftaran tanah akan membawa akibat hukum yaitu


diberikannya surat tanda bukti hak atas tanah yang lazim disebut sebagai sertifikat
tanah kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis
yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai
dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. 5

Kepastian hukum akan tanah merupakan sesuatu hal yang mutlak yang
harus ada guna menjaga kestabilan penggunaan tanah dalam pembangunan serta
mewujudkan kepastian hukum atas kepemilikan tanah bagi sesame masyarakat

4
Zainuddin, Zaki Ulya, Domein Verklaring Dalam Pendayagunaan Tanah Di Aceh, Jurnal Hukum
Samudra Keadilan, Vol. 13, No. 1, 2018, hlm. 140
5
Yamin Muhammad dan Rahim Lubis, Hukum Pendqftaran Tanah, (Bandung: Mandar Maju,
2011), hlm. 14

3
yang mau berhubungan dengan tanah tersebut. Kepastian hukum yang
dimaksudkan dalam pendaftaran tanah akan membawa akibat diberikannya surat
tanda bukti hak atas tanah (sertifikat) oleh BPN sebagai lembaga penyelenggara
administrasi negara kepada yang berhak, dan dapat diandalkan pemilik atas
miliknya untuk berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat terhadap hak-hak atas
tanah seseorang tersebut.6

Hal ini sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24


Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang dimaksud dengan pendaftaran tanah
adalah: rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus,
yang berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam
bentuk peta dan daftar, mengenai bidangbidang tanah satuan rumah susun,
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang
sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya. Menurut Pasal 2 pendaftaran tanah dilaksanakan
berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Hukum di
Indonesia sangat penting untuk mengatur kehidupan masyarakat, sehingga segala
bentuk kejahatan dapat diselesaikan dengan seadil-adilnya. Dengan adanya hukum
dapat menghindarkan pelanggaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat ataupun
penegak hukum itu sendiri. Untuk itu diperlukan adanya kaidah hukum yang
dapat dipergunakan oleh negara Indonesia dalam mengatur tatanan kehidupan
dalam masyarakat.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Setelah menguraikan latar belakang pemilihan judul makalah, penulis akan

merinci permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Adapun pokok-pokok

permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Sistem Pendaftaran Asas-asas tanah di Indonesia?


6
Hermit Herman, Cara Memperoleh Hak Milik, Tanah Negara, Tanah Pemda dan Peraktek
Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2004), hlm. 10

4
2. Bagaimanakah Hambatan yang terjadi dalam pendaftaran tanah?

3.

BAB II

TEORI DAN ANALISI

5
A. SISTEM PENDAFTARAN TANAH

Pendaftaran tanah merupakan prasyaratan dalam upaya menata dan


mengatur peruntukan, penguasaan, pemilikan dan penggunaan tanah termasuk
untuk mengatasi berbagai masalah pertanahan. Pendaftaran tanah ditunjukan
untuk memberikan kepastian hak dan perlindungan hukum bagi pemegang hak
atas tanah dengan pembuktian sertifikat tanah, sebagai instrument untuk penataan
penguasaan dan pemilikan tanah serta sebagai instrument pengendali dalam
penggunaan dan pemanfaatan tanah.14 Berdasarkan pasal 3 PP No. 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah, tujuan pendaftaran tanah yaitu : 1. Untuk
memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun hak-hak lain yang terdaftar agar
dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan. 2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data
yang diperlukan dapat mengadakan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satun rumah susun yang sudah tersusun 3. Untuk terselenggaranya tertib
administrasi pertanahan.

Tujuan Pendaftaran Tanah menurut Pasal 19 Undang-Undang Pokok


Agraria dan ditegaskan kembali dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
adalah untuk memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan.
Kepastian hukum yang dapat dijamin meliputi kepastian mengenai letak batas dan
luas tanah, status tanah dan orang yang berhak atas tanah dan pemberian surat
berupa sertipikat.7

UUPA dan PP Nomor 10 Tahun 1961 telah meletakkan dua kewajiban pokok bagi
pelaksanaan pendaftaran tanah, yaitu : 1. Kewajiban bagi pemerintah untuk
melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Kewajiban tersebut meliputi : a. pengukuran, pemetaan, dan pembukuan tanah; b.
pendaftaran hak atas tanah dan peralihan haknya; c. pemberian surat tanda bukti
hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. d. Kewajiban yang menjadi
7
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya,, Sinar Gafika, Jakarta, hlm.114.

6
beban pemerintah ini lazim disebut dengan pendaftaran tanah. 2. Kewajiban bagi
pemegang hak atas tanah untuk mendaftarkan hak-hak atas tanah yang
dimilikinya. Adapun hak-hak atas tanah yang wajib didaftarkan tersebut adalah
hak milik (Pasal 23 UUPA), hak guna usaha (Pasal 32 UUPA), hak guna
bangunan (Pasal 38 UUPA), dan hak pakai (Pasal 43 PP Nomor 40 Tahun 1996
tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah).
Kewajiban yang menjadi beban pemegang hak atas tanah ini lazim disebut dengan
pendaftaran hak atas tanah.

B. ASAS ASAS YANG TERDAPAT DALAM PENDAFTARAN

TANAH

Pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa asas-asas pendaftaran


tanah yaitu:

1. Asas Sederhana Asas ini dimaksudkan agar ketentuanketentuan pokonya


maunpun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihakpihak yang
berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah

2. Asas Aman Asas ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran


tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cerat sehingga hasilnya dapat
memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri

3. Asas Terjangkau Asas ini dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang


memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan
golongan ekonomi lemah. Pelayanan yan diberikan dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh pihak yang
memerlukan.

4. Asas Mutakhir Asas ini dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam


pelaksanaannya dan berkesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang
tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu diikuti kewajiban

7
mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari.
Asas ini menuntuk dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan
berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu
sesuai dengan keadaan nyata dilapangan.

5. Asas Terbuka Asas ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui atau
memperoleh keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar setiap
saat di Kantor Pertanahan Kabupatan/Kota.

Menurut Boedi Harsono, ada 2 (dua) macam sistem pendaftaran tanah


yaitu sistem pendaftaran akta (registration of deeds) dan sistem pendaftaran hak
(registration of titles). Dalam sistem pendaftaran hak, setiap penciptaan hak baru
dan perbuatan-perbuatan hukum yang menimbulkan perubahan, kemudian juga
harus dibuktikan dengan suatu akta. Tetapi dalam penyelenggaraan
pendaftarannya, bukan aktanya yang didaftar, melainkan haknya yang diciptakan
dan perubahan-perubahannya kemudian. Akta hanya merupakan sumber datanya.
Sistem pendaftaran hak tampak dengan adanya Buku Tanah sebagai dokumen
yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan disajikan serta
diterbitkannya sertipikat sebagai surat tanda bukti hak atas tanah yang didaftar.8

Kegiatan pendaftaran tanah dilaksanakan melalui dua cara yaitu :

1. Pendaftaran tanah secara sistematik. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah


kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak
yang meliputi semua obyek pendaftaran yang belum didaftar dalam wilayah atau
bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara sistematik
diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan pada suatu rencana kerja
jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah-wilayah yang
ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional.

2. Pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sporadik adalah


kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek
pendaftaran tanah dalam wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau
8
Urip Santoso. Pendaftaran Dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2011, hlm. 31-32

8
masal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan atau
inisiatif dari pemilik tanah secara individual atau juga dilakukan oleh beberapa
pemilik tanah secara masal dengan biaya dari pemilik tanah itu sendiri.

C. HAMBATAN HAMBATAN PENDAFTARAN TANAH

A. Faktor kebijakan Pemerintah mengenai kewajiban perpajakan dalam

kegiatan pendaftaran tanah. Adanya kebijakan dari Pemerintah yang di

atur di dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 jo Undang-Undang No.

20 Tahun 2000 tentang BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan) dengan penentuan apabila Nilai Perolehan Objek Tanah lebih

besar maka dikenai pajak, sebaliknya apabila. Nilai Perolehan Objek

Tanah lebih kecil maka tidak dikenai pajak.

B. Faktor Kurang memahami fungsi dan kegunaan sertifikat Masyarakat pada

umumnya kurang memahami fungsi dan kegunaan sertifikat, hal ini

dilatarbelakangi masyarakat kurang mendapat informasi yang akurat

tentang pendaftaran tanah. Karena kurangnya informasi yang akurat dan

mudah dipahami masyarakat tentang pendaftaran tanah, akan

mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya.

Kemudian anggapan masyarakat bahwa sertifikat hak atas tanah hanya

dipandang dari nilai ekonomis saja, seperti:

1. Anggapan bahwa sertifikat hanya diperlukan untuk menaikkan harga

bidang tanah sebagai kompensasi dari biaya pengurusan sertifikat ke

9
kantor pertanahan, sementara masyarakat beranggapan bahwa harga

ekonomis suatu bidang tanah dinilai berdasarkan luas dan kualitas tanah

tersebut.

2. Anggapan sertifikat hanya diperlukan apabila ada keperluan untuk

mengajukan pinjaman di bank sebagai jaminan pemberian kredit yang

akan dijadikan sebagai objek hak tanggungan.

C. Faktor Anggapan Masyarakat Diperlukan Biaya yang Mahal Untuk

Melaksanakan Pendaftaran Tanah Dalam hal Pendaftaran Tanah di

Kabupaten Flores Timur sekalipun telah ada tarif Pendaftaran Tanah untuk

setiap simpul dari Kegiatan Pendaftaran Tanah sesuai dengan PP No. 46

Tahun 2002 namun dalam prakteknya baik Pihak Pertanahan maupun

pemerintah pada tingkat daerah/terkecil seperti Kepala Desa, Lurah,

Camat dalam hal menerbitkan Alas Hak tetap melaksanakan pengutipan di

luar ketentuan yang berlaku.

D. Faktor anggapan diperlukan waktu yang lama dalam pengurusan sertifikat

Adanya anggapan masyarakat mengurus sertifikat hak atas tanah

dibutuhkan waktu yang cukup lama. Sebagaimana terungkap dari salah

satu masyarakat yang telah mendaftar tanahnya secara sporadik individual

diketahui untuk jangka waktu pembuatan sertifikat paling cepat 3 atau 4

bulan dan paling lama 8 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun baru

selesai.

10
E. Faktor anggapan alas hak atas tanah yang dimiliki sudah sangat kuat

Masyarakat yang kurang memahami fungsi dan kegunaan sertifikat,

sebagian beranggapan bahwa tanah-tanah yang sudah terdaftar itu

bermakna jika tanah itu sudah suratnya (surat apapun namanya dan

siapapun yang menerbitkannya ) asalkan terkait pembuatannya dengan

instansi Pemerintah berarti tanah tersebut sudah terdaftar dan merupakan

alat bukti hak yang kuat, apalagi terhadap tanah yang diperoleh dari

warisan umumnya anggota masyarakat mengetahui riwayat pemilik tanah.

Padahal semua tanah yang dimiliki masyarakat dewasa ini telah ditetapkan

pajak bumi dan bangunan (PBB)nya dalan rangka pemenuhan dan

peningkatan pendapatan negara

F. Sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif Dengan sistem

Negatif ini maka terbukalah kesempatan kepada orang lain untuk

menggugat orang yang sudah memiliki sertifikat, sehingga ada keragu

raguan pada masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya karena tidak

menjamin secara mutlak Kepastian Hak atas tanahnya. Dalam sistem

negatif, apabila orang sebagai subyek hak namanya sudah terdaftar dalam

buku tanah, haknya masih memungkinkan dibantah sepanjang bantahan

bantahan itu memberikan alat bukti yang cukup kuat. Sistem negatif ini

mempunyai kelemahan yaitu bahwa pemerintah tidak menjamin kebenaran

11
dari isi daftar-daftar umum yang diadakan dalam pendaftaran hak

didaftarkan dan belum bersertipikat.

12
13
BAB III

PENUTUP

A KESIMPULAN

1. Mengulang pentingnya pendaftaran tanah untuk memberikan kepastian

hukum kepada pemilik tanah. Menekankan peran pendaftaran tanah dalam

melindungi hak pemilik, mendorong investasi, dan meningkatkan efisiensi

transaksi properti

2. Di Indonesia masih banyak tanah yang belum terdaftar. Pendaftaran tanah

sangat penting dilakukan bagi seseorang yang tanahnya belum karena

apabila tidak segera didaftarkan, maka tanah yang dimiliki belum sah

secara hukum dan bisa saja akan menimbulkan sengketa tanah

dikemuadian hari.

3. Pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa asas-asas pendaftaran

tanah yaitu Asas Sederhana, Asas Aman, Asas Terjangkau, Asas

Mutakhir, Asas Terbuka. Ada 2 (dua) macam sistem pendaftaran tanah

yaitu sistem pendaftaran akta (registration of deeds) dan sistem

pendaftaran hak (registration of titles). Kegiatan pendaftaran tanah

dilaksanakan melalui dua cara yaitu pendaftaran tanah secara sistematik

dan pendaftaran tanah secara sporadik.

4. Beberapa faktor hambatan yang terjadi dalam Pelaksanaan Pendaftaran

Tanah yaitu kebijakan Pemerintah mengenai kewajiban perpajakan dalam

kegiatan pendaftaran tanah, Kurang memahami fungsi dan kegunaan

sertifikat, anggapan Masyarakat Diperlukan Biaya yang Mahal Untuk

14
Melaksanakan Pendaftaran Tanah, anggapan diperlukan waktu yang lama

dalam pengurusan sertifikat, anggapan alas hak atas tanah yang dimiliki

sudah sangat kuat.

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Website :

15

Anda mungkin juga menyukai