Anda di halaman 1dari 13

PENDAFTARAN TANAH

(Kajian Analisis dalam Studi Pustaka Mengenai Pengertian Pendaftaran


Tanah, Asas Pendaftaran Tanah dan Tujuan Pendaftaran Tanah)

JURNAL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Agraria

DOSEN PENGAMPU :

ASIH PERTIWI, M.H

DISUSUN OLEH :

RIANTO
NIM. 2042020010
HUKUM PIDANA ISLAM
SEMESTER 6/U-1

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ZAWIYAH COT KALA LANGSA

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

2022/2023
PENDAFTARAN TANAH

(Kajian Analisis dalam Studi Pustaka Mengenai Pengertian Pendaftaran


Tanah, Asas Pendaftaran Tanah dan Tujuan Pendaftaran Tanah)

RIANTO
NIM. 2042020010
Email : rianto2.sman2srw@gmail.com

ABSTRACT

Soil is the surface of the earth which is where humans live and develop.
The importance of land for human life is because human life cannot be separated
from land at all. This writing also aims to find out and analyze the basic
understanding of land registration, the principle of land registration and the
purpose of land registration. With this writing so that the community in carrying
out the agrarian law process, namely land registration can run correctly and not
lead to misunderstandings.
Therefore the writer uses a Qualitative Research Method which is very
suitable for writing. Because in this method is a method based on literature and
based on a collection of journals. The results of this study indicate that in
carrying out land registration there must be relevant parties who are needed or
who understand agrarian law. Furthermore, in land registration it is necessary to
understand the sciences, especially the principles and objectives of making a land
registration.

Keywords : Land, Law, Agrarian, Principles, Purpose

ABSTRAK

Tanah merupakan permukaan bumi yang merupakan tempat manusia


hidup dan berkembang. Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia ialah
karena kehidupan manusia itu sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah .
Penulisan ini juga bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis mengenai dasar
pengertian pendaftaran tanah, asas dari suatu pendaftaran tanah dan tujuan dari

1
adanya pendaftaran tanah. Dengan adanya suatu penulisan ini agar masyarakat
dalam melakukan proses hukum agraria yaitu pendaftaran tanah dapat terjalan
dengan benar dan tidak mengarah pada kesalahpahaman.
Maka dari itu penulis menggunakan sebuah Metode Penelitian Kualitatif
yang mana metode ini sangat cocok dalam penulisannya. Karena dalam metode
ini merupakan metode yang berlandasan Kepustakaan dan berbasis kumpulan
Jurnal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasannya dalam melakukan
pendaftaran tanah ini harus ada pihak-pihat terkait yang diperlukan atau yang
paham akan hukum agraria. Selanjutnya, dalam pendaftaran tanah perlu
memahami ilmu-ilmu terutama asas dan tujuan dibuatnya suatu pendaftran tanah.

Kata Kunci : Tanah, Hukum, Agraria, Asas, Tujuan

PENDAHULUAN

Tanah memiliki arti penting dalam kehidupan manusia yang dapat


dijadikan sarana untuk mencapai kesejahteraan hidup bangsa Indonesia, sehingga
diperlukan adanya campur tangan dari Pemerintah. Untuk mengatur hal tersebut
telah diamanatkan didalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang biasa disebut dengan UUD 1945 yang
mengatakan bahwa “Bumi,air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Oleh karena itu atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) sebagai yang
dimaksud dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria Republik Indonesia yang biasa disebut dengan
UUPA, bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.
Dalam rangka untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Pendaftaran tanah
tersebut memiliki tujuan agar dapat memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah. Hal ini dikarenakan hasil

2
dari kegiatan pendaftaran tanah berupa penerbitan alat bukti kepemilikan hak atas
tanah. Untuk melaksanakan amanah yang terdapat dalam Pasal 19 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
bahwa pendaftaran tanah dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, dikeluarkanlah
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, yang
kemudian disempurnakan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Indonesia.1
Berdasarkan hal tersebut, kemudian Berdasarkan hal tersebut, kemudian
dikeluarkan Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 4 Tahun 2015 tentang Program
Nasioanl Agraria, untuk itu dalam tulisan ini akan membahas tentang Pengertian
dasar dengan difokuskan kepada asas dan tujuan dari pendaftaran tanah.

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH
Pendaftaran tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan
teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar,
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada
haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya. Hal ini senada juga sebagaimana yang dimuat didalam Pasal 1
ayat (1) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Percepatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 secara lengkap menyebutkan
bahwa tujuan pelaksanaan Pendaftaran tanah adalah:
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas sesuatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak

1
Agung Basuki Prasetyo, “Prinsip Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum”,
Administrative Law and Governance Journal, 1.3 (2018), 259–67 .

3
lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat mem-buktikan dirinya
sebagai pemegang hak yang bersangkutan;
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan per-buatan hukum mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar; dan
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Berdasarkan penjelasan diatas, pentingnya tanah sebagai kebutuhan dasar
manusia, pada dasarnya bukan hanya sebagai bentuk formalitas saja, akan
tetapi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan. Sebagaimana yang
telah diamanahkan di dalam Pasal 19 UUPA, meskipun tidak ada kata wajib,
sesuai dengan tujuannya, yaitu akan memberikan jaminan kepastian hukum,
maka pendaftaran itu diwajibkan bagi para pemegang hak yang bersangkutan.
Pada tataran kepastian hukum terjamin dengan dilakukannya pendaftaran
tanah, maka implikasi terbesar dalam bidang hukum adalah terminimal
isirnya sengketa kepemilikan tanah. Pada tahapan terminimalisirnya sengketa
tanah maka akan tercipta kebahagiaan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.2
Menurut Harsono (199, hlm. 11) menyatakan bahwa pendaftaran tanah
adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Negara atau Pemerintah
secara terus-menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data
tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada diwilayah-wilayah tertentu,
pengelolaan, penyimpanan dan penyajian bagi kepentingan rakyat dan dalam
rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan, termasuk
penerbitan tanda buktinya dan pemeliharannya. 3

Berdasarkan definisi mengenai pendaftaran tanah diatas, pendaftaran tanah


merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari:4

2
Dyah Ochtorina Susanti, “Urgensi Pendaftaran Tanah (Perspekstif Utilities dan
Kepastian Hukum)”. Jurnal Notariil. Vol. 1. No. 2. Jember: Universitas Jember. Hal.41-42
3
Hadi Waskito, PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA. Edisi
Pertama. (Kencana.2019.1065). ISBN: 978-623-218-068-0. hlm.3
4
Hadi Waskito,. Halaman 4

4
1. Pengumpulan data fisik dan data yuridis
2. Pengadministrasian mengenai bidang-bidang tanah.
3. Pemberian surat tanda bukti hak.
Ruang lingkup pengerian pendaftaran tanah diatas selaras dengan isi dari
pasal 19 (2) UUPA, yaitu pendaftaran tanah terdiri dari:
1. Pengukuran perpetaan dan pembukaan tanah.
2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat bukti
yang kuat.
Ruang lingkup tanah sebagaimana tersebut diatas juga merupakan
penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam rangka mewujudkan kepastian
hukum atas seluruh bidang tanah diwilayah Indonesia. Kegiatan pengukuran
dan perpetaan adalah dalam rangka memastikan lokasi objek tanah yang
diklaim oleh pemilik. Adapun pendaftaran hak adalah dalam rangka
memastikan secara yuridis hak atas tanah yang didaftarkan.
Inti dari pendaftaran tanah adalah suatu bidang tanah dinyatakan sudah
terdaftar apabila tanah yang diklaim oleh pemilik telah tercatat dalam daftar
buku tanah. Didalam daftar buku tanah tersebut tersimpan data yuridis dan
data fisik. Selain itu dengan berkembangannya teknologi digital, maka gambar
bidang tanah harus ter-plotting diatas peta dasar.

B. ASAS-ASAS PENDAFTARAN TANAH


Menurut Soedikno Mertokusumo menyatakan ada 2 macam azas dalam
pendaftaran tanah yaitu.5
1. Azas specialiteit artinya pelaksanaan pendaftaran tanah itu
diselenggarakan atas dasar peraturan perundang-undang yang secara teknis
menyangkut masalah pengukuran, pemetaan dan pendaftaran
peralihannya.
2. Azas Openbaarheid (azas publisitas) azas ini memberikan data yuridis
tentang siapa yang menjadi subjek haknya, apa nama hak atas tanah, serta

5
Puspita Denik, “PROBLEMATIKA PENERAPAN ASAS TERJANGKAU DALAM PENDAFTARAN
TANAH”. Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian Hukum Volume 18, No.2, 2019. hlm.110

5
bagaimana terjadinya peralihan dan pembebanannya. Data ini sifatnya
terbuka untuk, umum setiap orang dapat melihatnya.

Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyatakan


bahwa: “Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana,
aman,terjangkau, mutakhir dan terbuka”6
1. Azas sederhana
Maksud dari azas ini adalah agar ketentuan-ketentuan pokoknya
maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahamai oleh pihak-pihak
yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah.
2. Azas aman
Dalam azas ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
pendaftaran tanah harus diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga
dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran
tanah itu sendiri. Jaminan kepastian hukum yang dimaksud agar suatu
sertifikat tanah mempunyai kekuatan pembuktian yang melekat pada
pemegang hak atas tanah. Sesuai ketentuan Pasal 32 PP No. 24 Tahun
1997 yang menyebutkan, Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data
yuridis di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai
dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang
bersangkutan. Bahwa selama belum dibuktikan sebaliknya data fisik dan
data yuridis yang dicantumkan dalam sertifikat harus diterima sebagai data
yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam
sengketa di Pengadilan sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang
tercantum di dalamnya.
Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat
secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah
tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak
lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut
pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak
6
Puspita Denik,. Hlm. 111

6
diterbitkannya sertifikat itu tdak mengajukan keberatan secara tertulis
kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang
bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai
penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut. Bahwa orang yang
tidak dapat menuntut tanahnya yang sudah bersertifikat atas nama orang
atau badan hukum lain, jika selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya
sertifikat itu tidak mengajukan keberatan kepada pemegang sertifikat dan
Kepala Kantor Pertanahan atau tidak mengajukan gugatan pengadilan,
sedangkan tanah tersebut diperoleh orang atau badan hukum lain tersebut
dengan itikad baik dan secara fisik nyata dikuasai olehnya atau oleh orang
lain atau badan hukum yang mendapat persetujuannya.
3. Azas terjangkau
Azas ini menjelaskan agar terjangkaunya pendaftaran tanah bagi
pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan memerhatikan
kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang
diberikan untuk menyelenggrakan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau
oleh pihak yang memerlukan. Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-
biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran tanah termaksud dalam ayat
(1) Pasal 19 UUPA, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu
dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.
4. Azas muktahir
Dalam azas ini bertujuan untuk memberikan kelengkapan yang
memadai dalam pelaksanaanya dalam kesinambungan dalam menjaga atau
memelihara datanya. Azas ini menuntut dipeliharanya data pendaftaran
tanah secara terus menenrus dan berkesinambungan, sehingga data yang
tersimpan di kantor pertanahan selalu sesuai dengan yang ada dilapangan.
Dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan
kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Untuk itu perlu diikuti
kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di
kemudian hari. Tugas dari Kantor Pertanahan selain sebagai sumber
informasi/data, juga melakukan pendaftaran awal yang disebut sebagai

7
Recording of Title dan dilanjutkan dengan Continuous Recording, artinya
pendaftaran tersebut secara terus menerus berkesinambungan artinya
selalu dimutakhirkan.
5. Azas terbuka
Azas ini bermaksud supaya masyarakat dapat mengetahui atau
memperoleh keterangan mengenai data fisisk dan data yuridis yang sesuai
dengan yang ada di Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota. Hal ini
dimaksudkan Masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data
yang benar setiap saat. Data tentang obyek atau pun subyek hak atas tanah
di susun sedemikian rupa agar dikemudian hari dapat memudahkan siapa
pun yang ingit melihat data-data tersebut, apakah itu calon pembeli
ataukah pemilik hak atas tanah ataukah Pemerintah sendiri dalam rangka
memperlancar setiap peralihan hak atas tanah atau dalam rangka
pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah.

Dari kelima asas diatas, penulis hanya akan fokus pada satu asas saja yaitu
asas terjangkau. Dimana menurut penulis asas terjangkau perlu untuk dibahas
agar masyarakat maupun instansi lebih memahami tentang alur dan biaya dari
pendaftaran tanah itu sendiri. Sehingga kemungkinan untuk penerapan asas
terjangkau bisa diaplikasikan di masyarakat. 7
Asas hukum merupakan unsur penting dari peraturan hukum yang mana
pembentukan hukum praktis sedapat mungkin berorientasi pada asas-asas
hukum. Asas hukum menjadi dasar-dasar atau petunjuk arah dalam
pembentukan hukum positif. Menurut Satjipto Raharjo, asas hukum
merupakan jantungnya ilmu hukum karena merupakan landasan yang paling
luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum.8
C. TUJUAN PENDAFTARAN TANAH
Tujuan diselenggarakannya pendaftaran tanah pada hakikatnya sudah
ditetapkan dalam pasal 19 UUPA. Yaitu bahwa pendaftaran tanah merupakan
tugas Pemerintah, yang diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian

7
Puspita Denik,. Hlm. 112
8
Ishaq, Dasar –Dasar Ilmu Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika.) Tahun 2007. Hlm.75

8
hukum di bidang pertanahan (suatu “rechtskadaster” atau “legal cadastre“).
Rincian tujuan pendaftaran tanah seperti yang dinyatakan dalam pasal 3 PP
24/1997 adalah:9
a. memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang
hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang
terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan. Untuk itu kepada pemegang haknya
diberikan sertipikat sebagai surat tanda buktinya. IniIah yang merupakan
tujuan utama pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya diperintahkan
oleh pasal 19 UUPA. Maka memperoleh sertipikat bukan sekedar fasilitas,
melainkan merupakan hak pemegang hak atas tanah, yang dijamin
undang-undang. Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak
Pengelolaan, tanah wakaf, Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dan Hak
Tanggungan, yang masing- masing sudah dibukukan dalam buku tanah
yang bersangkutan.
b. menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
termasuk Pemerintah, agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
Untuk penyajian data tersebut diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota. Tata usaha pendaftaran tanah dalam apa yang dikenal
sebagai daftar umum, yang terdiri atas peta pendaftaran, daftar tanah, surat
ukur, buku tanah dan daftar nama. Para pihak yang berkepentingan,
terutama calon pembeli atau calon kreditor, sebelum melakukan suatu
perbuatan hukum mengenai suatu bidang tanah atau satuan rumah susun
tertentu perlu dan karenanya mereka berhak mengetahui data yang
tersimpan dalam daftar-daftar di Kantor Pertanahan. Maka data tersebut
diberi sifat terbuka untuk umum. Ini sesuai dengan asas pendaftaran yang

9
Sumarja FX, HUKUM PENDAFTARAN TANAH. (Universitas Lampung: Bandar
Lampung.2010) perpustakaan Nasional RI.ISBN 978-602-8616-03-4. Hlm. 23

9
terbuka sebagai yang dinyatakan dalam pasal 2. Karena terbuka untuk
umum daftar-daftar dan peta-peta tersebut disebut daftar umum. Tidak
digunakannya hak tersebut menjadi tanggung jawab yang bersangkutan
sendiri.
Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-
bidang tanah untuk keperluan pembukuan tanah.
Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas
bidang tanah dengan suatu system penomoran.
Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah
dalam bentuk peta dan uraian, yang diambil datanya dari peta pendaftaran.
Dalam PP 10/1961 surat ukur merupakan petikan dari peta pendaftaran.
Buku tanah adalah dokomen dalam bentuk daftar yang memuat data
yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada
haknya.
Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah
dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai
adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya.
Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan
satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain
serta beban-beban lain yang membebaninya.
Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat
keterangan mengenai penguasaan tanah dengan suatu hak atas tanah, atau
Hak Pengelolaan dan mengenai pemilikan Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun oleh orang perseorangan atau badan hukum tertentu.
Data yang tercantum dalam daftar nama tidak terbuka untuk umum. Hanya
diperuntukkan bagi instansi Pemerintah tertentu untuk keperluan
pelaksanaan tugasnya. Daftar nama sebenarnya tidak memuat keterangan
mengenai tanah, melainkan hanya memuat keterangan mengenai orang
perseorangan atau badan hukum dalam hubungannya dengan tanah yang
dimilikinya. Karena ada kemung-kinan disalahgunakan, maka data yang
dimuat di dalamnya tidak terbuka untuk umum.

10
Tujuan pendaftaran tanah untuk menghimpun dan menyediakan informasi
yang lengkap mengenai bidang-bidang tanah dipertegas dengan
dimungkinkannya pembukuan bidang-bidang tanah yang data fisik dan
atau data yuridisnya belum lengkap atau masih disengketakan, walaupun
untuk tanah-tanah demikian belum dikeluarkan sertipikat sebagai tanda
bukti haknya.
Persyaratan dan tatacara untuk memperoleh keterangan tersebut di atas
ditetapkan oleh Menteri dalam Peraturan 3/1997
c. terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Terselenggaranya
pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib
administrasi di bidang pertanahan. Untuk mencapai tertib administrasi
tersebut setiap bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk peralihan,
pembebanan dan hapusnya wajib didaftar

KESIMPULAN
Pendaftaran tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat
tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak
milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Mengenai Asas pendaftaran tanah itu ada 5 (Lima) berdasarkan pasal 2
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah Asas sederhana, Asas aman,
Asas terjangkau, Asas mutakhir dan Asas terbuka. Dari kelima asas tersebut
Dimana menurut penulis asas terjangkau perlu untuk dibahas agar masyarakat
maupun instansi lebih memahami tentang alur dan biaya dari pendaftaran tanah itu
sendiri. Tujuan diselenggarakannya pendaftaran tanah pada hakikatnya sudah
ditetapkan dalam pasal 19 UUPA. Yaitu bahwa pendaftaran tanah merupakan

11
tugas Pemerintah, yang diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum
di bidang pertanahan (suatu “rechtskadaster” atau “legal cadastre“)

DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, Agung Basuki. “Mengenal Karateristik Pengaturan Tanah Bengkok Di
Indonesia”, Law, Development and Justice Review, 1.1 (2018), 97–104
———, ‘Prinsip Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum’,
Administrative Law and Governance Journal, 1.3 (2018), 259–67
Dyah Ochtorina Susanti. 2017. “Urgensi Pendaftaran Tanah (Perspekstif Utilities
dan Kepastian Hukum)”. Jurnal Notariil. Vol. 1. No. 2. Jember:
Universitas Jember.
Waskito, Hadi. PENYELENGGARAN PENDAFTARAN TANAH DI INDONESIA.
cetakan ke-1, april (Kencana: 2019). ISBN 978-623-218-068-0. Hlm. 3-4
Denik Puspita. “PROBLEMATIKA PENERAPAN ASAS TERJANGKAU DALAM
PENDAFTARAN TANAH”. Pena Justisia: Media Komunikasi dan Kajian
Hukum Volume 18, No.2, 2019. Hlm. 110-112
Ishaq. (2007) Dasar –Dasar Ilmu Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika.) Hlm.75
FX Sumarja. HUKUM PENDAFTARAN TANAH. (Universitas Lampung: Bandar
Lampung.2010) perpustakaan Nasional RI.ISBN 978-602-8616-03-4.
Hlm. 23

12

Anda mungkin juga menyukai