Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PASAL 1 - 5 PADA QANUN ACEH NO 11 TAHUN 2018

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qanun LKS dan Baitul Mal
Aceh

DOSEN PENGAMPU :

RASYIDIN, S.H.I, M.H.I

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD DENY AZHAR


NIM. 2012020055
AULIA FIRMANSYAH M.TA
NIM. 2012019024
HUKUM EKONOMI SYARIAH
SEMESTER 6

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ZAWIYAH COT KALA LANGSA

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang analisis pasal 1-5 Qanun Aceh No. 11 Tahun 2018.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang an-
alisi pasal 1-5 Qanun Aceh No. 11 Tahun 2018 dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Langsa, 13 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................2
C. TUJUAN MASALAH ................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. KONSEP DASAR PEMAHAMAN ..........................................................3


B. HUBUNGAN YANG TERKAIT PADA QANUN LKS .........................5
C. DAMPAK QANUN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH TERHAD-
AP KONVERSI BANK DI ACEH. ..........................................................6

BAB II PENUTUP ...............................................................................................10

A. KESIMPULAN .........................................................................................10
B. SARAN ......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan ajaran Rahmattan Lil Alamin, dalam
melaksanakan ajaran islam tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, baik
dari aspek ekonomi, sosial, politik, budaya serta dalam kegiatan lainnya.
Dalam aspek ekonomi islam sangat menganjurkan umatnya mencari
karunia Illahi dengan bertebaran dimuka muka dari mulai bangun pagi
hingga sore hari dalam mencapai kemashlahatan hidup didalam
masyarakat. Ada beberapa permasalahan ekonomi yang juga menjadi
perhatian dalam islam. Salah satu dimensi dari permasalahan hukum
ekonomi adalah tentang hak milik. Hak milik dalam hukum positif
(KUHPerdata) didefenisikan untuk menikmati suatu benda dengan bebas
dan berdaulat penuh tanpa ada intervensi dari pihal lain baik dari dalam
maupun dari luar si pemilik benda (Anshori, 2009).
Pemerintah Aceh menerapkan Qanun Nomor 11 Tahun 2018
tentang Lembaga Keuangan Syariah yang berlaku sejak diundangkan pada
tanggal 4 januari 2019 yang mengakibatkan Perbankan Konvensional
menutup kegiatan usahanya dan meninggalkan provinsi Aceh karena
terbentur dengan peraturan yang ada ini. Peraturan ini tertuang dalam pasal
2 Qanun LKS. Beberapa bank yang terbentur peraturan ini akn
mmeninggalkan aceh dan menutup kegiatan usahanya pada Juni tahun
2021. Beberapa bentuk dukungan yang dilakukan oleh beberapa Bank
Konvensional terhadap kebijakan Qanun No 11 tahun 2018 dengan
melaksanakan kegiatan secara syariah secara bertahap, dengan
pemberlakuan ini merupakan konsekuensi dari penerapan qanun di
propinsi aceh.
Khusus dengan perbankan yang berkedudukan di Kabupaten Aceh
maka bank Aceh merupakan bank pertama yang bergerak dan melakukan
usahanya secara syariah sejak tahun 2016, sedangkan bank-bank lain yang

1
beroperasional masih menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional
seperti Bank BRI, Mandiri dan BNI. Ketiga Bank ini bertahan dan beralih
ke sub bagian syariah dan tetap beroperasi dibawah naungan Bank Syariah
hasil merger yaitu Bank syariah Indonesia (BSI).
Dengan adanya Qanun Nomor 11 tahun 2018 maka diharapkan
bank-bank yang masih konvensional dapat merubah secara keseluruhan
kegiatan usahanya menjadi bank syariah serta mengalihkan assetnya
kepada Unit Usaha Syariah (UUS). Sebagaimana kita ketahui bahwa
peralihan ini tidaklah mudah namun stakeholder yang terdapat dalam bank
konvensional tersebut terus berpacu dalam menerapkan qanun ini hingga
tahun 2020 nanti.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas permasalahan yang dibahas dalam
tulisan ini adalah
1. Bagaimana konsep dasar pemahaman pasal 1-5 pada Qanun Aceh No.
11 Tahun 2018?
2. Apa hubungan serta keterkaitan antara pasal-pasal 1-5 pada Qanun
Aceh No. 11 Tahun 2018?
3. Bagaimana dampak qanun lembaga keuangan syariah terhadap konver-
si bank di aceh?
C. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusan yang terpecahkan dalam permasalahan ini
maka tulisan ini memiliki tujuannya yaitu;
1. Untuk mengetahui konsep dasar pemahaman pada pasal 1-5 Qanun
Aceh No.11 Tahun 2018
2. Untuk mengetahui hubungan apa saja yang terkait pada pasal 1-5
Qanun Aceh No. 11 Tahun 2018
3. Untuk mengetahui dampak qanun lembaga keuangan syariah terhadap
konversi bank di aceh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PEMAHAMAN


Pada pasa l menyatakan bahwasanya pasal tersebut merukan bagi-
an dari umum atau ketentuan umum. Pemerintah Aceh bersama
Pemerintah Kabupaten/Kota perlu mendirikan LKS yang berazaskan Al-
Qur‟an dan Al-Hadis. Pendirian LKS ini dirasakan mendesak sebagai
tindak lanjut pelaksanaan Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2014 tentang
Pokok-pokok Syari‟at Islam. Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini
kehadiran LKS di Aceh dirasakan sudah sangat mendesak karena hal
tersebut merupakan salah satu pilar pelaksanaan syari‟at Islam di bidang
muamalah. kondisi tersebut ditambah lagi dengan banyaknya modal pihak
ketiga yang masuk ke Aceh dimana dalam operasionalnya tidak
dilaksanakan berdasarkan Prinsip Syariah. Qanun Aceh Nomor 8 Tahun
2014 tentang Pokok-pokok Syari‟at Islam, secara tegas telah mewajibkan
bahwa lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh wajib dilaksanakan
berdasarkan Prinsip Syariah.
Oleh Karena itu, kehadiran LKS hari ini di Aceh adalah sebuah
keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan semua pihak terkait
wajib mendukungnya. Dengan adanya Qanun ini, maka kehadiran LKS di
Aceh memiliki legalitas yang sah. Qanun ini diharapkan menjadi
pedoman, pegangan dan dasar hukum bagi pemegang saham dan
stakeholder lainnya dalam menjalankan operasional LKS dimaksud.
Qanun ini juga bertujuan untuk melegitimasi operasional LKS yang
dilaksanakan berdasarkan Prinsip Syariah, mendorong terwujudnya
perekonomian Aceh yang Islami, dan mendorong pertumbuhan
pendapatan asli Aceh dan pendapatan asli kabupaten/kota.
Selanjutnya, Pada pasal demi pasal sudah tertuang pada qanun
Aceh No. 11 Tahun 2018 pasal 2 Cukup jelas dan pada pasal 3 pada huruf
(a) Yang dimaksud dengan “keadilan” adalah keadilan dari segi berbagi

3
keuntungan dan resiko, dan akses ke Lembaga keuangan. Sedangkan,
Huruf (b) Yang dimaksud dengan “amanah” adalah kepercayaan yang
diberikan kepada LKS untuk memelihara serta mengelola titipan yang
diberikan oleh pihak lain dan komitmen untuk menjaga hak dan
kewajibannya. Kemudian, Huruf (c) Yang dimaksud dengan
“persaudaraan” adalah sikap saling percaya, rasa tanggung jawab, dan
solidaritas dengan mengutamakan kepentingan umat. Selanjutnya Huruf
(d) Yang dimaksud dengan “keuntungan” adalah hasil dari suatu usaha
dan/atau modal baik bersifat materi dan non materi. Dilanjutkan dengan
Huruf (e) Yang dimaksud dengan “transparansi” adalah keterbukaan
informasi tentang kegiatan usaha LKS kepada publik yang mengacu
kepada ketentuan peraturan perundang-undangan. kemudian pada Huruf
(f) Yang dimaksud dengan “kemandirian” adalah suatu keadaan dimana
LKS dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh
atau tekanan dari pihak manapun, terutama pemegang saham mayoritas,
yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
prinsip korporasi yang sehat dan Huruf (g) Yang dimaksud dengan “kerja
sama” adalah kerja sama usaha dalam kegiatan LKS yang dapat
melibatkan semua pihak baik perorangan atau lembaga, baik muslim
ataupun non muslim.
Dilanjut dengan Huruf h Yang dimaksud dengan “kemudahan”
adalah pelaksanaan pelayanan LKS yang praktis dan memberikan
kemudahan bagi masyarakat. Huruf i Yang dimaksud dengan
“keterbukaan” adalah ketersediaan peluang yang sama dalam mengakses
fasilitas LKS. Huruf j Yang dimaksud dengan “”keberlanjutan” adalah
usaha LKS yang berkesinambungan dengan menghadirkan layanan jasa
keuangan dengan cara yang bertanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang terus bertambah. Huruf k Yang dimaksud
dengan “universal” adalah LKS menganut sistem prinsip penyelenggaraan
kegiatan usaha di bidang keuangan yang berlaku secara umum dengan
tetap mengacu pada Prinsip Syariah.

4
Dalam analisa konsep dasar pada Qanun Aceh No. 11 Tahun 2018
tentang lembaga keuangan syariah ada keterkaitan antara hukum per-
bankan dan konsep islam dalam Qanun Lembaga Keuangan Syariah.
B. HUBUNGAN YANG TERKAIT PADA QANUN LKS
a. Hukum Perbankan
Dalam sebuah pengertian secara umum, hukum perbankan adalah
sebuah hukum yang berkaitan dengan permasalahan bank atau sebuah
media dalam menyimpan harta baik berupa uang maupun aset
seseorang, sedangkan pengertian secara khusus terhadap perbankan
adalah keseluruhan asas-asas ataupun kaidah secara luas mengenai
pengaturan terhadap tata kelola keuangan yang berkenaan dengan
aspek operasional perbankan, serta pengawasan dan juga hubungan
antara bank dengan para nasabah suatu bank (Hermansyah, 2014).
Sedangkan Hermansyah menyampaikan dalam buku “hukum
perbankan nasional” mengenai pengertian hukum perbankan yaitu
sebuah hukum yang menyangkut tentang bank, baik berupa
kelembagaan, tata kelola usaha, maupun hubungan timbal balik dan
operasional bank.
Tak hanya berkaitan dengan permasalahan yang menyangkut bank
semata, hukum perbankan yang merupakan sebuah hukum administrasi
juga akan menyangkutpautkan permasalahan yang timbul dalam
sebuah urusan yang berkenaan dengan bank ataupun operasional bank
yang mana diatur didalam hukum perbankan atau menyelewengkan
perbuatan yang telah diatur didalam aturan hukum perbankan yang
telah dibuat maka akan ada pertanggungjawaban administratif yang
harus dikenakan kepada si penyeleweng.
b. Konsep Islam Dalam Qanun Lembaga Keuangan Syariah
Secara filosofis maupun historis rakyat Aceh sangat erat kaitannya
dengan budaya Islam dimana masyarakat Aceh sendiri merupakan
mayoritas muslim terbesar di Indonesia sehingga setiap aturan-aturan
dibuat tak lepas dari peranan nafas-nafas Islam di dalamnya apalagi

5
ketika pemerintah Indonesia menetapkan di dalam undang-undang
nomor 11 tahun 2006 tentang otonomi khusus yang diberikan kepada
pemerintah Aceh maka dari itu pemerintah Aceh mencoba membuat
sebuah aturan yang sarat akan budaya masyarakat Aceh dan hasilnya
adalah Qanun. Karena sendiri berlandaskan kepada Alquran dan hadis
sebagaimana pedoman bagi umat Islam, namun Apakah Qanun yang
dibuat oleh pemerintah Aceh sudah sesuai dan sejalan dengan Alquran
dan hadis sebagaimana sebagai landasannya (Rohman, 2019).
Qanun nomor 11 tahun 2018 tentang lembaga keuangan syariah di
dalamnya termaktub pasal-pasal yang telah dikaji oleh para alim ulama
maupun para ahli hukum yang setelah dipertimbangkan secara matang
sehingga Aturan ini dapat disahkan oleh pihak yang berwenang maka
dari itu tentu didalamnya telah dikaji terlebih dahulu sebelum Aturan
ini dibuat dan disahkan ke masyarakat.
Adapun tujuan dari pembuatan Qanun yang pertama adalah sebagai
bentuk keleluasaan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada
masyarakat Aceh terutama pemerintah Aceh dalam menetapkan aturan
yang mengidentikkan masyarakat Aceh dibandingkan dengan
masyarakat di wilayah lain yang tidak diberikan otonomi khusus. Dan
tujuan lainnya deh penciptaan kanon ini tak lain dan tak bukan adalah
untuk memajukan perekonomian masyarakat Aceh dalam menghadapi
perkembangan zaman. masyarakat Aceh mempercayai dan meyakini
bahwa aturan yang dibuat dan dianut oleh masyarakat muslim
sangatlah tepat dalam menghadapi kondisi saat ini dimana salah satu
habis mengatakan bahwa Islam merupakan agama yang menjadi
rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam tak hanya bagi umat
muslim saja namun juga bagi seluruh umat manusia.
C. DAMPAK QANUN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH TERHAD-
AP KONVERSI BANK DI ACEH.
Perkembangan perbankan syariah yang pesat tidak semata-mata
karena dukungan regulasi pemerintah saja, akan tetapi didukung oleh

6
kualitas serta pelayanan perbankan syariah yang semakin membaik
membuat perbankan syariah perlahan dapat bersaing dengan perbankan
konvensional secara profesional. Ini ditunjukkan dengan mulai banyak
berdirinya perbankan syariah di Indonesia. Seperti BRI Syariah, BNI
Syariah, BCA Syariah, CIMB Niaga Syariah, serta Bank Syariah
Mandiri (BSM). Karena sistem perbankan syariah mulai menarik
preferensi dan perhatian masyarakat (Lubis, 2020).
Prinsip syariah yang terbukti lebih menguntungkan tersebut diakui
oleh masyarakat Indonesia non-Muslim (Muhammad, 2019). Seiring
dengan perkembangan globalisasi, praktik keuangan Islam juga
mengglobal dan mendapatkan sambutan yang baik di berbagai benua
dan wilayah, baik di Asia, Afrika, Australia, Eropa, Amerika dan
Canada, Timur Tengah, dan lain-lain (Aisyah, 2019). Perbankan
Syariah memperoleh kepercayaan dari masyarakat luas, dalam hal ini
tidak hanya masyarakat Muslim tetapi juga masyarakat non-Muslim
dan terus bertambah masyarakat non-Muslim yang mempercayakan
aktivitas perekonomian mereka kepada Bank Syariah. Sekalipun
masyarakat non-Muslim mempunyai prinsip ajaran sendiri dalam
mengatur kehidupan antar sesama manusia.
Irhamna Utamy, Ahmad Hasan Basri penelitian yang berjudul
Konsep Keadilan Pada Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018 Tentang
Lembaga Keuangan Syariah, menyebutkan bahwa Qanun Aceh Nomor
11 Tahun 2018 Tentang Lembaga Keuangan Syariah sudah sesuai
dengan prinsip syariah (Irhamna, 2020). Qanun tersebut mencoba
untuk bertanggung jawab secara syariah agar tidak adanya praktek
riba, maisir, judi dan gharar. Qanun tersebut lebih mengedepankan
prinsip keadilan, sesuai dengan ajaran Islam yaitu tidak adanya sifat
menzalimi. Penulis mengharapkan agar qanun ini dipraktikkan oleh
semua lembaga keuangan syariah di Aceh sesuai dengan Fatwa MUI
agar dikatakan layak secara syariah. Dalam artian semua lembaga
keuangan syariah benar-benar dalam menerapkan dan mengindahkan

7
ketentuan-ketentuan yang sudah sesuai dengan prinsip syariah
sehingga Qanun Aceh ini mampu menjadi role model untuk dunia
lembaga keuangan dalam penerapan prinsip syariah secara kaffah.
Pemerintah Aceh telah mengundangkan qanun tentang lembaga
keuangan syariah pada Januari 2019, dimana semua lembaga keuangan
baik itu bank maupun non-bank harus menggunakan prinsip syariah.
Aceh adalah satu-satunya provinsi di Indonesia yang memberlakukan
konversi terhadap konvensional ke bank syariah.
Perihal yang paling mendasar tuntutan perubahan status Bank
Konvensional menjadi Bank Syariah di Aceh berdasarkan Qanun Aceh
Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah (LKS),
menjadi terobosan penting dalam membangun ekonomi Islam di Aceh.
Hal ini beriringan dengan keistimewaan Aceh dalam menjalankan
pelaksanaan syariat Islam. Ada tiga hal yang melandasi pembentukan
qanun LKS di Aceh, yaitu filosofi, sosiologi, dan yuridis. Secara
filosofis, qanun berpegang pada Alquran dan hadis yang telah menjadi
keyakinan serta pegangan hidup bagi masyarakat Aceh dalam
pelaksanaan syariat Islam. Secara sosiologis, salah satunya dalam
rangka mewujudkan ekonomi masyarakat Aceh yang adil dan sejahtera
dalam naungan syariat Islam, memerlukan jasa lembaga keuangan
sistem Syariah. Secara yuridis, qanun tersebut sangat memungkinkan
dibuat, mengingat Aceh diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk
mengembangkan dan mengatur pelaksanaan syariat Islam, sesuai
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
Berlandaskan Qanun (undang-undang daerah) Aceh No 11 Tahun
2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah diatas, nampak secara tegas
telah mewajibkan bahwa lembaga keuangan yang beroperasi di Aceh
wajib melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah.
Penurunan ekonomi gobal di masa pandemic covid-19 tidak
menyurutkan langkah Pemerintah Aceh dalam mengimplementasikan
kebijakan mensyariahkan seluruh lembaga dan institusi yang berada di

8
Aceh. Walaupun berada di dalam sebuah Negara yang tidak menganut
paham syariah, Provinsi Aceh telah menyatakan dirinya sebagai
sebuah wilayah berkedaulatan syariah Islam. Selain bertujuan untuk
menjadikan wilayah yang murni berbasis syariah Islam, konversi bank
konvesional menjadi syariah juga bertujuan untuk menstabilkan
perekonomian.
Fenomena konversi perbankan syariah juga erat kaitannya dengan
eksistensi penduduk di dalamnya. Penduduk merupakan aset daerah,
karena merupakan subyek sekaligus obyek dari pembangunan. Oleh
karenanya faktor penduduk berkompetensi untuk ditinjau sehubungan
dengan terwujudnya pembangunan di suatu daerah, begitu juga dengan
indikasi dari pemeluk agama di dalamnya.
Masyarakat non-Muslim misalnya, secara statistis memiliki minat
menabung di perbankan syariah. Pertanyaan selanjutnya, apakah
ketertarikan tersebut dipengaruhi karena implementasi syariah di
dalamnya atau ada aspek lain seperti kebijakan publik atau otoritas dari
pemerintah setempat. Berdasarkan uraian di atas, penulis menemukan
bahwa perkembangan perbankan syariah yang terus menerus
menunjukkan peningkatan sebagian besar nasabah terlebih bagi
masyarakat non Muslim yang tertarik untuk menyimpan dananya.
Adapun penyebabnya adalah karena sistem perekonomian di Aceh
paling relevan dan diminati oleh masyaratakat bila sudah melebelkan
istilah syariah di dalamnya.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam penulisan makalah ini maka penulis dapat menyimpulka
alisis yang sudah dibuat mengenai Pada pasal l menyatakan bahwasanya
pasal tersebut merukan bagian dari umum atau ketentuan umum.
Pemerintah Aceh bersama Pemerintah Kabupaten/Kota perlu mendirikan
LKS yang berazaskan Al-Qur‟an dan Al-Hadis. Kemudian, Pada pasal
demi pasal sudah tertuang pada qanun Aceh No. 11 Tahun 2018 pasal 2,4
dan 5 Cukup jelas dan pada pasal 3 huruf a (keadilan), huruf b (amanah), hu-
ruf c (persaudaraan), huruf d (keuntungan), huruf e (transparansi), huruf f
(kemandirian) dan huruf g (kerja sama), huruf h (kemudahan), huruf I
(keterbukaan), huruf j (keberlanjutan) dan huruf k (universal).

B. SARAN
Dalam penulisan ini maka penulis memberikan rekomendasi bah-
wasannya dalam Qanun Aceh No. 11 Tahun 2018 itu butuh terjalan kan
sesuai apa yang akan diterapkan sesuai pada pasal 3 huruf a s.d k. jika ter-
jalankan sesuai dengan penerapannya maka akan menjadi lembaga keu-
angan syariah dengan baik yang rahmatan lil „alamin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, M. A. (2020). Implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah Pada


Himpunan Bank Milik Negara. AT-TASYRI‟ :Jurnal Ilmiah Prodi
Muamalah, 12(2), 165–176.
Al-Kautsar, S. dkk. (2020). Pengaruh Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank
Syariah Terhadap Risiko Kebangkrutan Studi Kasus Pada Bank Aceh. E-
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 8 (6), 76-100.
Hermansyah. (2014). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta:
Prenadamedia Group. ISBN: 979-3465-90-5.
Lubis, I. (2019). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Medan: USU Press. ISBN:
979 458 461 4.
Muhammad. (2011). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan. ISBN: 979-8170-89-X.
Qanun Aceh No. 11 Tahun 2018. Pasal 1-5. Dikutip pada tanggal 14 Maret 2023
Rohman, M. A. (2019). Conversion Bank Effect: Qonun Aceh Dan Kesejahteraan.
I Finance, 5(2), 27-42.
Rohman, M. A. (2019). Conversion Bank Effect: Qonun Aceh Dan Kesejahteraan.
I Finance, 5(2), 27-42.

11

Anda mungkin juga menyukai