Anda di halaman 1dari 16

ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

(Kajian Analisis dalam Studi Pustaka Mengenai Asas-Asas Hukum Pidana


Intenasional yang bersumber Hukum Internasional dan Hukum pidana )

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana Internasional

DOSEN PENGAMPU :

AMRUNSYAH, S.Ag, MA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

RIANTO 2042020010
M. RAYHAN RAMADHAN 2042020006
RAHIMAN EFFENDI 2042020012
LAINA MISKA 2042021023
AGIL MUNAWAR 2042021026
MAHYUDDIN SAPUTRA 2042021020

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ZAWIYAH COT KALA LANGSA

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang Asas-Asas Hukum Pidana Internasional.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang
Analisis Asas-Asas Hukum Pidana Inetrnasional dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Langsa, 13 Maret 2023


Kelompok 3
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. LATAR BELAKANG..................................................................................
B. PENJELASAN ISTILAH............................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG


BERASAL DARI HUKUM INTERNASIONAL .....................................
B. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG
BERASAL DARI HUKUM PIDANA........................................................

BAB II PENUTUP....................................................................................................

A. KESIMPULAN.............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATA BELAKANG
Hukum merupakan salah satu bidang yang cukup penting dalam tatanan
kehidupan manusia. Karena hukum menjadi penjaga harmoni antar manusia
yang menjalankan kehidupannya. Seperti doktrin yang sudah sangat umum
didengar, dalam kumpulan manusia pasti ada hukum.
Dalam perkembangannya, hukum sudah memiliki banyak bidang yang
cukup banyak. Misalnya saja hukum pidana, perdata, bisnis, maupun hukum
internasional. Salah satu bidang yang menjadi sangat penting terutama pada
hubungan antar negara dan berkaitan dengan tindakan secara individu yang
berdampak internasional adalah hukum pidana internasional.
Hukum pidana internasional menjadi salah satu bagian yang tidak
terpisahkan apalagi pasca terjadinya perang dunia kedua. Hukum pidana
internasionl merupakanproduk hukum dari United Nation atau Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Menjadi sangat penting keberadaan HPI ini karena banyak
sekali tindak pidana yang menjadi perhatian utamanya berkaitan dengan
kemanusiaan.
Penegakan hukum pidana internasional sendiri melalui suatu lembaga
peradilan internasional yang disebut Mahkamah Pidana Internasional atau
International Criminal Court. ICC dan Hukum Pidana Internasional (HPI)
diatur dalam satu Statuta yang disebut Rome Statute of The International
Criminal Court 1998. Statuta inilah yang menjadi senjata utama dalam
penegakan hukum pidana internasional.
Dalam pelaksanaannya, penegakan hukum pidana internasional terikat
pada asas- asas hukum. Asas-asas hukum yang berlaku dalam hukum pidana
internasional menjadi sangat menarik untuk dikaji. Selain karena berbeda
dengan hukum pidana nasional, asas-asas HPI memiliki ciri khusus
dibandingkan dengan hukum pidana nasional.
Asas-asas hukum pidana internasional di bagi menjadi dua bagian besar
yaitu asas hukum pidana internasional yang bersumber pada hukum pidana
nasional dan asas hukum pidana internasional yang bersumber dari hukum
internasional. Asas HPI yang bersumber dari hukum nasional diantaranya
adalah asas legalitas, asas teritorial, asas ne bis in idem, dan asas ekstradisi.1
Pada hakikatnya Hukum Pidana Internasional itu bersumber dari dua
bidang hukum yaitu, Hukum Internasional dengan dimensi-dimensi pidana
dan Hukum Pidana Nasional yang mengandung aspek-aspek internasional.
Maka, asas-asas hukum yang terdapat didalam Hukum Pidana Internasional
pun akan bersumber dari asas-asas hukum dari kedua bidang hukum tersebut.
Asas-asas dari Hukum Pidana Internasional yang bersumber dari asas-asas
kedua bidang hukum tersebut tidak dapat dipandang secara terpisah namun
harus dipandang sebagai satu kesatuan yang terintegrasi.2
Selain itu, asas HPI yang bersumber dari hukum internasional dibagi
menjadi dua bagian yaitu asas umum dan asas khusus. Asas-asas umum yang
ada dalam HPI yaitu pacta sunt servanda, good faith (itikad baik), civitas
maxima (roman empire). reciprocal (timbal balik), ne bis in idem, dan
legalitas. Asas khusus dalam HPI yaitu aut dedere aut punere, aut dedere aut
judicare, dan par in parem hebet imperium.
Dalam hukum pidana nasional, asas-asas yang bersumber dari hukum
nasional mungkin sudah banyak diketahui dan dipahami oleh sebagian besar
masyarakat khususnya sarjana hukum. Tetapi asas-asas yang bersumber dari
hukum internasional inilah yang belum terlalu banyak dimengerti masyarakat
dan dimana asas tersebut diatur dalam Statuta Roma 1998. Untuk itu, perlu
dilakukan kajian tentang asas-asas hukum pidana internasional yang
bersumber dari hukum internasional baik asas umum maupun asas khusus.

1
Eddy O.S. Hiariej,Pengantar Hukum Pidana Internasional,Jakarta:Penerbit
Erlangga,2009, Halaman 27
2
Novalinda Nadya Putri., (2021). “Penerapan Prinsip Aut Dedere Aut Judicare Dalam
Penegakan Hukum Pidana Internasional”, De Lega Lata: Jurnal Ilmu Hukum, 6 (1): p. 139-157.
DOI: https://doi.org/10.30596/delegalata.v6i1.5537. Halaman 42
Berdasarkan uraian latar belakang dalam penulisan ini. Maka penulis dapat
merumuskan masalah untuk lebih lanjut dalam pembahasan ini. Oleh karena
itu yang menjadi pembahasan dimakalah ini tentang asas-asas hukum pidana
internasional yang berasal dari hukum internasional dan asas-asas hukum
pidana internasional dari hukum pidana
B. PENJELASAN ISTILAH
1. Asas-Asas Hukum Internasional Yang Berasal Dari Hukum Internasional3
a. Pacta sunt servanda dari bahasa Latin untuk "perjanjian harus
ditepati” adalah sebuah brocard dan prinsip dasar hukum.
b. Asas good faith (Inggris) atau geode trouw (Belanda) Merupakan
Itikad baik .
c. Asas kemerdekaan, kedaulatan dan kesamaan derajat negara-negara,
yaitu Asas ini menempatkan negara-negara didunia tanpa pandang
bulu, karena semua negara memiliki kedudukan sama.
d. Asas non-intervensi, yaitu Negara tidak boleh campur tangan atas
masalah dalam negeri negara lain, kecuali negara itu menyetujuinya
secara tegas.
e. Asas hidup berdampingan secara damai yaitu Menekankan pada semua
negara dalam menjalankan kehidupannya, baik secara internal maupun
eksternal, supaya dilakukan dengan cara hidup damai.
f. Asas penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia,
yaitu adanya kewajiban pada setiap negara bahwa untuk siapapun
untuk menghormati dan melindungi hak asasi manusia dalam situasi
dan kondisi bagaimana pun.
2. Asas-Asas Hukum Internasional Yang Berasal Dari Hukum Pidana4
a. Asas Legalitas dikenal dengan istilah Nullum delictum noela peona
sine lege. Bahwa suatu perbuatan tidak dapat dijatuhi pidana apabila
atas perbuatan itu tidak atau belum diatur dalam perundang-undangan
nasional.

3
Tolib Efendi. Hukum Pidana Internasional. Pustaka Yustisia : Surabaya.Halaman 48
4
Tolib Efendi,.Halaman 41
b. Asas non-retroactive yaitu Merupakan keharusan untuk menetapkan
terlebih dahulu suatu perbuatan sebagai kejahatan atau tindak pidana
dalam hukum atau perundang-undangan pidana nasional, atas dasar
itulah baru Negara menerapkannya terhadap pelaku perbuatan .
c. Asas culpabilitas yaitu Bahwa seseorang hanya dapat dipidana apabila
kesalahannya dapat dibuktikan berdasarkan peraturan perundang-
undangan pidana yang di dakwakan kepadanya melalui proses
pemeriksaan oleh badan peradilan yang memiliki wewenang itu.
d. Asas teritorial, yaitu Asas berlakunya hukum pidana suatu negara pada
umumnya dianut oleh semua negara di dunia.
e. Asas ekstradisi yaitu Penyerahan seseorang tersangka, terdakwa atau
terpidana oleh negara tempat dimana orang tersebut berada, kepada
negara lain yang hendak mengadili negara yang diminta atau
melaksanakan putusan pengadilan negara dari negara yang diminta.
f. Asas praduga tak bersalah, yaitu Seseorang yang diduga melakukan TP
wajib untuk dianggap tidak bersalah sampai kesalahan dapat
dibuktikan berdasarkan suatu keputusan badan peradilan yang sudah
memiliki kekuatan hukum tetap.
g. Asas ne bis in idem yaitu prinsip yang menyatakan bahwa seseorang
tidak dapat dituntut lebih dari satu kalididepan pengadilan atas perkara
yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG BER-


ASAL DARI HUKUM INTERNASIONAL
Sebelum membahas tentang definisi asas-asas hukum pidana internasional,
akan jauhl ebih baik untuk mengenal terlebih dahulu definisi hukum pidana
internasional itu sendiri. Menurut Antonio Cassese yang dikutip oleh Eddy
O.S. Hiariej menyatakan bahwa hukum pidana internasional merupakan
bagian dari aturan-aturan internasional mengenai laranga-larangan kejahatan
internasional dan kewajiban negara melakukan penuntutan dan hukuman
beberapa kejahatan.5
Selain itu, Eddy juga mengutip pendapat Roling yang menyatakan bahwa
international criminal law is the law which determines what national criminal
law will apply to offencesactually committed if they contain international
element (hukum pidana internasional adalah hukum yang menentukan hukum
pidana nasional yang akan diterapkan terhadap suatu tindakan yang
senyatanya dilakukan jika terdapat unsur internasional didalamnya.
Robert Cryer dkk dalam buku An Introduction to International Criminal
Law and Procedure membahas hukum pidana internasional sebagai
sekumpulan aturan untuk melindungi nilai-nilai ketertiban internasional yang
dalam pendekatan tersebut menyebutkan bahwa international crimes are
considered to be those which are of concern to theinternational community as
a whole (a discription which is not of great precision), or actswhich violate a
fundamental interest protected by international law.6 (Kejahatan internasional
yang menjadi perhatian oleh kebanyakan masyarakat internasional, atau
tindakan-tindakan yang melanggar kepentingan yang fundamental yang
dilindungi olehhukum internasional.

5
Eddy O.S,. Halaman 7
6
Robert Cryer, dkk, An Introduction to International Criminal Law and Procedure, New
York: CambridgeUniversity Press, 2010, hal. 6
1. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas Pacta sunt servanda adalah asas perjanjian yang paling tua
dan biasadi kenal dalam hukum perjanjian. Asas ini diartikan bahwa
perjanjian yang dibuat mengikat para pihak. Jika dihubungkan dengan
hukum perjanjian internasional,seperti yang pernah di katakan oleh
Anzilotti, seorang ahli hukum internasional dari Italia menyatakan bahwa
kekuatan mengikat dari suatu perjanjian internasional adalah karena
prinsip yang mendasar yang disebut pacta sunt servanda. 7 Pengertian
prinsip Pacta sunt servanda dalam hukum perjanjian internasional tersebut
sangat cocok di terapkan dalam hukum pidana internasionalini, karena
pada dasarnya hukum pidana internasional ini adalah sebuah perjanjian
antar negara yang dibuat dalam bentuk statuta. Untuk itu prinsiptersebut
berlaku pula pada hukum pidana internasional ini.
Menurut pasal 26 Viena Convention on The Law of Treaties 1969
menyebutkan bahwa : Every treaty in force is binding upon the parties to it
and must be performed by them in good faith. pasal tersebut menyebutkan
bahwa ketika suatu perjanjian telah berlaku,maka perjanjian tersebut
mengikat kepada seluruh anggota dan harusdilaksanakan dengan itikad
baik.Bahkan, Sumaryo Suryokusumo menuliskan bahwa negara tidak
boleh meminta agar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang dasar
maupun peraturan perundang-undangannya sebagai alasan untuk tidak
melaksanakan kewajibannya.8
Asas Pacta sunt servanda ini merupakan inti dari suatu
perjanjian,sehingga semua negara harus melaksanakannya. Tanpa asas ini,
suatu perjanjianseolah-olah tidak ada karena tidak ada unsur
pemaksa.Seluruh negara yang telah menyatakan diri terikat pada perjanjian
inidiharuskan untuk melaksanakan kewajibannya yang telah di tulis dan
diatur dalam statuta ini maupun aturan pelaksananya.

7
Sumaryo Suryokusumo, hukum Perjanjian Internasional, Jakarta:PT Tatanusa,2008,
Halaman 81
8
Sumaryo Suryokusumo,. Halaman 82
2. Asas Good Faith/ Itikad Baik
Itikad baik adalah semua kewajiban yang di embani oleh hukum
internasional harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.9 Itikad baik
merupakan persyaratan moral agar suatu perjanjian dapat dilakukan
dengan sunggu-sungguh.10 Asas ini sangat berkaitan erat dengan asas facta
sunt servanda karena dalam pelaksanaan suatu perjanjian, itikad baik
inilah yang akan mendorong terjadinya pelaksaan perjanjian oleh suatu
negara.
Perjanjian Internasional dilaksanakan untuk mempererat hubungan
Internasional antar negara, organisasi Internasional dan subjek hukum
yang lain. Dalam pembuatan perjanjian Internasional oleh negaranegara di
dunia harus tunduk kepada prinsip-prinsip hukum Internasional, untuk
dewasa ini yang menjadi dasar hukum dalam melakukan hubungan
Internasional dan perjanjian Internasional adalah Vienna Convention On
The Law If Treaties 1969 dan Vienna Convention On The Law Of The
Treaties Between States And International Organization Or Between
International Organization 1986. Adapun perbedaan dari kedua konvensi
tersebut dikemukan oleh harry purwanto11 adalah terletak pada subyek
pembuat perjanjian Internasional sehingga beberapa asas atau prinsip
umum dalam pembuatan perjanjian Internasional adalah kurang lebih
sama.
Perjanjian Internasional merupakan bentuk konkrit dari
pelaksanaan hubungan Internasional sekaligus memiliki asas dan
prinisipprinisp dasar dalam pelaksaannya, seperti yang dikemukan oleh
Sefriani di dalam bukunya yang berjudul hukum Internasional suatu
pengantar adalah:
1. Voluntary, tidak ada pihak yang dapat diikat oleh suatu treaty melalui
salah satu cara yang diakui hukum Internasional (HI) seperti
penandatanganan, peratifikasian atau pengaksesian tanpa persetujuan.
9
Eddy O.S., Halaman 25
10
Eddy O.S., Halaman 83
11
Dosen Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
2. Facta sunt servanda, perjanjian mengikat seperti undang-undang bagi
para pihak.
3. Facta tertiis nec nocunt nec prosunt, perjanjian tidak memberikan hak
dan kewajiban pada pihak ketiga tanpa persetujuannya.
4. Ketika seluruh pasal dalam suatu perjanjian merupakan kodifikasi
hukum kebiasaan Internasional yang sudah berlaku maka seluruh isi
perjanjian itu akan mengikat kepada seluruh masyarakat Internasional,
termasuk negara yang tidak meratifikasinya. Negara yang tidak
meratifikasi terikat bukan karena perjanjiannya, tetapi karena hukum
kebiasaan Internasional.
5. Apabila suatu perjanjian merupakan campuran antara hukum kebiasaan
yang sudah berlaku dengan perkembangan yang baru, maka:
a. Negara peserta akan terikat pada seluruh pasal perjanjian.
b. Negara bukan peserta hanya terikat pada isi pasal yang merupakan
kodifikasi hukum kebiasaan yang sudah berlaku.
c. Negara bukan peserta dapat pula terikat pada ketentuan yang
merupakan progresive development bilamana progresive
development tersebut merupakan hukum kebiasaan baru.12
3. Asas Kemerdekaan, Kedaulatan dan Kesamaan Derajat Negara-Negara
Asas inilah yang menempatkan negara-negara di dunia ini tanpa
memandang besar ataupun kecil, kuat ataupun lemah, maju atau tidaknya,
memiliki kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang lainnya,
sesuai dengan hukum internasional.13 Turunan asas-asas ini meliputi :

1. Asas non intervensi


2. Asas saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, dan kesamaan
derajat Negara-negara

12
Sefriani, 2011, Hukum Internasional Suatu Pengantar, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta, halaman. 30
13
Tolib Efendi,. Halaman 48
3. Asas hidup berdampingan secara damai
4. Asas penghormatan dan perlindungan atas hak asasi manusia
5. Asas bahwa suatu Negara tidak boleh melakukan tindakan-tindakan
yang mencerminkan kedaulatan didalam wilayah Negara lainnya.
Dari asas-asas inilah selanjutnya dapat diturunkan kaidah-kaidah
hukum internasional yang lebih konkrit dan positif yang mengikat dan
diterapkan terhadap subyek-subyek hukum internasional pada umumnya
dan Negara-negara pada khususnya yang terlibat dalam suatu peristiwa
hukum internasional.
Dalam hubungannya dengan hukum pidana internasional, kaidah
hukum pidana internasional yang secara konkrit dapat dirumuskan adalah,
berupa larangan bagi suatu Negara untuk melakukan penangkapan secara
langsung atas seseorang yang sedang berada di wilayah Negara lain yang
diduga telah melanggar hukum pidana nasionalnya, kecuali Negara yang
bersangkutan menyetujuinya, sebab tindakan semacam ini jelas
bertentangan dengan kemerdekaan, kedaulatan, dsan kesamaan derajat
Negara-negara. Salah satu contoh pelanggaran asas ini adalah tindakan
Israel yang menculik Adolf Eichmann untuk membawa dan mengadili
beliau di Israel.
4. Asas Non-Intervensi
Menurut asas ini, suatu Negara tidak boleh campur tangan atas
masalah dalam negeri Negara lain, kecuali Negara itu menyetujuinya
secara tegas. Jika suatu Negara, misalnya, dengan menggunakan kekuatan
bersenjata berusaha memadamkan ataupun mendukung pemberontakan
bersenjata yang gerjadi didalam suatu Negara lain tanpa persetujuan
Negara yang bersangkutan, tindakan ini jelas melanggar asas non-
intervensi.
Prinsip non-intervensi adalah salah satu norma fundamental dalam
hukum internasional, yang juga dimasukkan dalam piagam PBB dan tidak
dapat dipungkiri lagi terdapat dalam praktik bernegara serta merupakan
bagian dari kebiasaan hukum umum.14
Contoh konkrit dari pelanggaran asas non-intervensi adalah
tindakan Israel mengintervensi Libanon pada tahun 1984 dan tindakan
Amerika Serikat dan sekutunya untuk menyerbu Irak pada tahun 2004.
5. Asas Hidup Berdampingan Secara Damai
Asas ini menekankan kepada Negara-negara dalam menjalankan
kehidupannya, baik secara internal maupun eksternal, supaya dilakukan
dengan cara hidup bersama secar damai, saling menghargai antara satu
dengan yang lainnya. Apabila ada masalah atau sengketa yang timbul,
antara dua atau lebih Negara, supaya disele15saikan secar damai.
Wujud dari asas hidup berdampingan secara damai adalah dapat
dilihat dari pengaturan masalah-masalah internasional baik dalam ruang
lingkup global, regional, maupun bilateral adalah dengan merumuskan
kesepakatan,kesepakatan untuk mengatur masalah-masalah tertentu dalam
perjanjian internasional.
6. Asas penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Asas ini membebani kewajiban kepada Negara-negara bahkan
kepada siapapun untuk menghormati dan melindungi hak asasi manusia
dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga.16 Berdasarkan asas ini,
tindakan apapun yang dilakukan oleh Negara-negara atau seseorang tidka
boleh melanggar ataupun bertentangan dengan hak asasi manusia. Contoh,
sebuah Negara membuat peraturan perundang-undangan nasional dalam
hukum pidana, seperti undang-undang anti terorisme, dan lain-lain. Tidka
boleh ada ketentuan yang bertentangan dengan hak asasi manusia.
Hal ini sudah tertuang dalam Convention against Torture and Other
Cruel, In human or Degrading Treatment or Punishment, 10 Desember
1984 dan mulai berlaku pada tanggal 26 Juni 1987 atau yang lebih dikenal
14
Jianming Shen, “The Non-intervention Principle and Humanitarian interventions Under
International Law” dalam internasional Legal Theory, Vol 7 (1) Spring. (St. John’s University,
2001), halaman 1
15
Tolib Efendi,. Halaman 48
16
Tolib Efendi,. Halaman 48
dengan Konvensi Anti Penyiksaan, adalah salah satu contoh konvensi
dalam bidang hukum pidana internasional yang secara langsung berkenaan
dengan penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia.
A. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG BERASAL
DARI HUKUM PIDANA

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Hiariej, Eddy O.S. 2009. Pengantar Hukum Pidana Internasional. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Putri, Novalinda Nadya., (2021). “Penerapan Prinsip Aut Dedere Aut Judicare
Dalam Penegakan Hukum Pidana Internasional”, De Lega Lata: Jurnal
Ilmu Hukum, 6 (1):p. 139-157
Effendi, Tolib.2014. Hukum Pidana Internasional. Surabaya : Pustaka Yustisia.
Hal. 41-48
Cryer, Robert. dkk. 2010. An Introduction to International Criminal Law and
Procedure. New York : Cambridge University Press
Suryokusumo, Sumaryo. 2008. Hukum Perjanjian Internasional. Jakarta : PT
Tatanusa. Halaman 81-82
Sefriani, 2011, Hukum Internasional Suatu Pengantar, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta
Shen, Jianming. “ The Non-intervention Principle and Humanitarian interventions
Under Internasional Law” dalam Internasional Legal Theory, Vol 7 (1)
Spring, St. John’s Universty, 2001

Anda mungkin juga menyukai