Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM INTERNASIONAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:


RAMA SABRINA AL INAYAH W

NYIMAS NURATIKA TUZAHARA


GIBRAN KHALIL ARDANA
FIRMAN SAPUTRA

DOSEN PENGAMPU:
RATIH AGUSTIN WULANDARI, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM DAN EKONOMI BISNIS
UNIERSITAS DHARMAS INDONESIA
2023/2024

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah perkembangan sosiologi hukum dan
kemanfaatan hukum. Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Hukum Indonesia.
Terima kasih kami ucapkan kepada ibuk Ratih AgustinWulandari, S.H., M.H. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia yang telah memberikan bimbingan
dan arahan yang sangat berharga dalam penulisan makalah ini. Terima kasih juga kepada teman-
teman angkatan 2032 Prodi Hukum Universits Dharmas Indoesia yang telah memberikan
motivasi.
Upaya maksimal telah kami lakukan dalam penyelesaian makalah ini, namun sebagai
manusia kami tidak luput dari kesalahan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
yang berkepentingan dengan makalah ini sangat kami harapkan. Akhir kata, makalah ini semoga
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Dharmasraya, Oktober 2023

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………...………………………………………I
DAFTAR ISI………………………….……………………………………II
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………...…………………III
a. LATAR BELAKANG………………………………………………………………………..........4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………5

C. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………………………….5

BAB 2 PEMBAHASAN…...………………………………………………6
A. ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL ……………………………………………6

B. DASAR KEBERLAKUAN HUKUM INTERNASIONAL…………………………………………………..8

C. KEKUATAN PENGIKAT HUKUM INTERNASIONAL…………………………………………………..8

D. SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL…………………………………………..……………10

E. SUBJEK-SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL…………………………………………….……………11

F. MATERI HUKUM INTERNASIONAL…………………………………………………………………….11

G. PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA……………………………………………………………………..12

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum internasional dapat dipahami sebagai seperangkat aturan yang


ditujukan dan yang dibuat oleh negara-negara berdaulat secara eksklusif.
Terdapat beberapa pendapat para ahli atau sarjana hukum indonesia yang
mengemukakan tentang hukum internasional. Mochtar Kusumaatmaja
merupakan salah satu sarjana hukum indonesia yang mendefinisikan
hukum internasional sebagai ‘keseluruhan kaidah dan juga asas hukum
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
(hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata. Mochtar dalam
kesempatan lain juga menegaskan bahwa hukum internasional juga
merupakan keseluruhankaidah dan asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas suatu negara, antara negara dengan
negara, dan negara dengan subjek yang hukum lain, yang bukan negara,
atau subjek hukum bukan negara satu sama lain.

Hukum internasional juga merupakan kumpulan ketentuan hukum yang


berlakunya dipertahankan oleh masyarakat internasional. Hukum
internasional juga memiliki tujuan , yaitu untuk menciptakan ketertiban
dan keadilan dalam masyarakat tempat berlakunya hukum tersebut.
Negara sebagai salah satu subjek dari hukum internasional memiliki
pengertian sebagai berikut, yaitu organisasi kekuasaan yang berdaulat,
menguasai wilyah tertentu dan penduduk tertentu dan kehidupannya
didasarkan pada sistem hukum tertentu.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu hukum internasional


2. Apa yang menjadi subjek hokum internasional
3. Mengapa hukum internasional diperlukan.

C. Tujuan penulisan
Untuk memperluas pengetahuan mengenai hokum dalam hal ini membahas
tentang hokum internasional. Dan untuk menambah pengetahuan tentang
subjek-subjek dan sumber-sumber hokum internasional.

5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. ISTILAH DAN PENGERTIAN
Hukum internasional sebagai sebuah cabang ilmu hukum memiliki ragam
penyebutan dalam perkembangannya. Mochtar Kusumaatmadja dalam bukunya yang sangat
terkenal di kalangan akademisi hukum, Pengantar Hukum Internasional, membedakan tiga
penyebutan istilah hukum internasional, yaitu istilah hukum internasional (international law),
hukum bangsa-bangsa (law of the nations), dan hukum antar bangsa (law among the nations).
Istilah hukum internasional dikemukakan oleh seorang ahli hukum dan filosuf
berkebangsaan Inggris, Jeremmy Bentham pada tahun 1870 dalam karyanya yang terkenal
introduction to the principle of morals and legislation. Menurut Jeremmy Bentham hukum
internasional sama maknanya dengan istilah law of the nations, droit des gens. Istilah hukum
internasional bila direfleksikan ke belakang pada zaman Romawi ditemukan istilah “ius
gentium” yang dalam akar bahasa Jerman, Belanda, negara- negara Skandanivian dikenal
dengan istilah volkerrecht atau volkenrect.1 Istilah ius gentium tidak lagi dimaknai sebagai
hukum yang mengatur hubungan antara sesama orang Romawi, tetapi lebih pada hubungan
antara bangsa Romawi dan bangsa lain2.
Terminologi hukum bangsa-bangsa (law of the nations) me- nurut Mochtar
Kususmaatmadja sebagai istilah yang digunakan untuk menyebutkan hukum yang mengatur
hubungan antar raja-raja pada zaman dahulu yang belum memiliki kompleksitas
permasalahan sebagaimana sekarang ini. Hubungan demikian belum dapat dimasukkan
sebagai hubungan antar bangsa. Sedangkan hukum antar bangsa atau antar negara (law
among the nations) merujuk pada kompleksitas hubungan hukum antar negara-negara atau
antar bangsa yang diatur seiring dengan lahirnya konsep negara bangsa setelah perjanjian
Westphalia.
Pada simpulan uraiannya tentang istilah hukum inter- nasional, Mochtar
Kusumaatmadja menyatakan istilah yang tepat untuk penyebutan sekarang ini adalah hukum
internasional. Penyebutan istilah hukum internasional didasarkan pada pertimbangan obyek
pengaturan hukum internasional tidak hanya mengatur hubungan antar negara, tetapi juga
mengatur hubungan antar negara dengan subyek hukum internasional lain yang paling
popular adalah munculnya berbagai berbagai organisasi internasional yang mengatur hampir
semua urusan kehidupan negara.3
Pada perkembangannya istilah hukum internasional mengalami beragam penyebutan
seiring dengan luasnya ruang lingkup obyek kajian. Hukum internasional dalam per-
kembangannya mengatur lapangan kehidupan yang menjadi kepentingan bersama umat
manusia, misalnya Hak Asasi Manusia (HAM), lingkungan, terorisme, demokrasi,
perdagangan dan urusan lainnya menjadi perhatian dan konsen semua umat manusia,
sehingga ada yang menyebut hukum internasional sebagai hukum bersama umat manusia
(the common law of the nations)4 dan mengatur masalah lintas batas negara (transnational
law)5.

6
Menurut penulis istilah hukum internasional merupakan istilah yang tepat untuk
menyebut nomenklatur kajian hukum internasional. Istilah ini mencakup dua komponen
penting yang terkandung dalam hukum internasional yaitu obyek yang diatur yang meliputi
urusan hukum yang berkaitan dengan kepentingan semua manusia dan daya berlakunya pada
ruang lintas batas negara.
Dalam istiah hukum internasional yang disampaikan Mochtar Kusumaatmadja
tentang hukum internasional sesungguhnya mengandung dua aspek penting, pertama, hukum
internasional yang dimaksud adalah hukum internasional dalam
kontekshukumpublik(publicinternationallaw)yaitukeseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara yang bukan bersifat perdata.
Kedua, pembedaan secara jelas antara hukum internasional public dan hukum perdata
internasional. Hukum perdata internasional sebagai keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara.
Para ahli hukum internasional memiliki pendapat yang berbeda tentang pengertian
hukum internasional. Beragamnya pendapat tentang hukum internasional dapat dikatakan
sama dengan beragamnya pemahaman tentang definisi hukum sebagai sebuah kajian.
Pandangannya bergantung pada sudut pandang tentang hukum internasional dioptik.
Sarjana hukum internasional kenamaan berkebangsaan Indonesia Mochtar
Kusumaatmadja7 mendefinisikan hukum internasional sebagai keseluruhan kaidah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara : 1). negara
dengan negara, 2). negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan
negara satu sama lain. Definisi hukum internasional yang disampaikan Mochtar
Kusumaatmadja sesungguhnya merupakan definisi yang komprehensif karena mengandung
dua aspek penting dari hukum internasional yaitu , pertama, sumber hukum internasional.
Hukum internasional tidak saja terdiri kaidah yang tertuang dalam berbagai perjanjian dan
kebiasaan internasional tetapi juga asas hukum sebagai norma hukum yang abstrak yang
menjadi landasan berlakunya berbagai kaidah perjanjian internasional. Sumber hukum
internasional yang menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional (International
Court of Justice) yaitu perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan sumber hukum
tambahan yaitu putusan pengadilan dan pendapat ahli hukum. Kedua, subjek hukum
internasional. Maksudnya bahwa dalam definisi hukum internasional tersebut tersirat bahwa
yang diatur oleh hukum internasional adalah hubungan hukum yang dilakukan subyek
hukum internasional yaitu hubungan negara dengan negara, negara dengan subyek hukum
lain yaitu negara dengan organisasi internasional, negara dengan individu, negara dengan
palang merah internasional, dan negara dengan pemberontak (belligerent).

7
B. DASAR KEBERLAKUAN
Keadilan merupakan suatu kondisi yang bersifat adil terhadap suatu perbuatan
bahkan perlakuan terhadap sesuatu hal. Sifat dari keadilan ialah tidak dapat dinyatakan
seluruhnya dalam satu pernyataan, karena keadilan merupakan gagasan yang dinyatakan.
Hukum kodrat (bahasa Inggris: natural law; bahasa Latin: ius naturale, lex
naturalis) merupakan suatu filosofi yang menyatakan bahwa hak-hak tertentu melekat
sebagai konsekuensi dari kodrat manusia dan dapat dipahami secara universal melalui
daya pikir atau akal manusia. Secara historis, hukum kodrat mengacu pada penggunaan
akal untuk menganalisis kodrat manusia untuk menyimpulkan secara deduktif aturan-
aturan yang mengikat perilaku moral
Positivisme Adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan
fakta-fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian
positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak
segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.
C. KEKUATAN MENGIKAT
Jika pandangan aliran hukum positif dihubungkan dengan hukum internasional,
itu disebabkan karena masyarakat internasional yang membutuhkan dan menghendaki
untuk tunduk dan terikat pada hukum internasional.

Menurut Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum


internasional terdiri dari:

 Perjanjian internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus yang


mengandung ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang
bersengketa.
 Kebiasaan internasional, sebagai bukti dari suatu kebiasaan umum yang telah
diterima sebagai hukum.
 Prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa beradab.
 Keputusan pengadilan dan pendapat ahli dari berbagai negara sebagai sumber
tambahan bagi menetapkan aturan hukum.
Hukum internasional dapat mengikat terhadap suatu negara dan dapat diterapkan
karena adanya teori tentang kekuatan mengikat hukum internasional. Beberapa teori yang
menjelaskan tentang kekuatan mengikat hukum internasional, di antaranya adalah:
Teori hukum alam. Hukum alam merupakan hukum yang diterapkan dalam
kehidupan masyarakat berbangsa-bangsa, oleh sebab itu hukum internasional merupakan
bagian dari hukum yang lebih tinggi yaitu hukum alam.
Mazhab Wina. kekuatan mengikat dari hukum internasional bukanlah faktor yang
mendorong suatu negara untuk mematuhi hukum internasional, tetapi norma hukum yang
mendasar yang disebut Grundnorm yang merupakan hukum tertinggi di suatu negara
yang mendorongnya untuk mengikatkan diri pada hukum internasional.

8
teori positivisme. Teori ini merupakan kekuatan mengikat hukum internasional
pada upaya negara untuk mematuhi hukum internasional. Oleh sebab itu, positivisme
menganggap hukum internasional pada tingkat terakhir, sama dengan hukum nasional
positif karena hukum internasional berasal dari pengejaran negara dan berlaku karena
negara itu sendiri menyetujuinya.
Mazhab Perancis. Menurut teori ini masalah yang dihadapi manusia sama dengan
yang dihadapi oleh negara. Semua masalah tersebut dapat dikembalikan ke fitrah manusia
sebagai makhluk sosial untuk bergabung dengan manusia lain dan kebutuhan mereka
akan solidaritas. Bangsa turut memiliki kebutuhan dan naluri sosial manusia sebagai
individu, oleh karenanya hukum internasional memiliki kekuatan hukum mengikat
termasuk pemenuhan kebutuhan manusia, bangsa, negara untuk hidup dalam masyarakat
yang tertib, damai, dan sejahtera.

9
D. SUMBER-SUMBER
Dalam hukum internasional, sumber-sumber hukum memiliki urutan dan peran
tertentu yang diatur dalam Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional.

 Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional adalah sumber hukum utama dalam hukum internasional.
Perjanjian ini merupakan kesepakatan tertulis antara negara-negara yang menimbulkan
hak dan kewajiban bagi pihak yang terlibat.

Perjanjian internasional sangat penting dalam menjaga perdamaian dan kerjasama


antar negara-negara. Sebagai contoh, Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik
adalah salah satu perjanjian internasional yang mengatur hubungan diplomatik antara
negara-negara.
 Kebiasaan Inter nasional
Kebiasaan internasional adalah hukum yang berkembang dari praktik atau
kebiasaan negara-negara. Meskipun saat ini kebiasaan internasional semakin berkurang
karena banyaknya perjanjian-perjanjian yang menggantikannya, hukum kebiasaan tetap
menjadi bagian penting dari hukum internasional.

Hukum kebiasaan ini muncul dari adat istiadat atau praktek – praktek negara,
serta dapat diterima sebagai hukum oleh komunitas internasional.
Sebagai contoh, kebiasaan memberikan penghormatan waktu kedatangan tamu resmi dari
negara lain dengan tembakan meriam merupakan salah satu contoh dari hukum kebiasaan
internasional.
 Prinsip – Prinsip Umum tentang Hukum
Prinsip-prinsip umum tentang hukum adalah prinsip-prinsip dasar yang melandasi
sistem hukum di seluruh dunia, termasuk dalam konteks hukum internasional.

Prinsip-prinsip ini pertama kali diperkenalkan oleh Statuta Pengadilan


Internasional untuk Keadilan Internasional (PCIJ) dengan tujuan menghindari masalah
“non liquet” (tidak ada hukum yang berlaku) dalam perkara yang dihadapkan pada
hakim.

Prinsip-prinsip umum ini mencakup berbagai bidang hukum, seperti hukum


pidana, perdata, dan lingkungan. Contoh dari prinsip-prinsip umum adalah prinsip pacta
sunt servanda (perjanjian harus ditaati).
 Keputusan-Keputusan Pengadilan atau Yurisprudensi Internasional

Keputusan-keputusan pengadilan atau yurisprudensi internasional juga menjadi


sumber hukum tambahan dalam hukum internasional. Meskipun bukan sumber hukum

10
utama, keputusan-keputusan ini memiliki peran penting dalam membantu membentuk
norma-norma baru dalam hukum internasional.

Keputusan pengadilan ini digunakan oleh hakim untuk memperkuat argumentasi


berdasarkan sumber hukum di atasnya. Contohnya dalam sengketa- sengketa ganti rugi
dan penangkapan ikan telah memasukkan unsur-unsur baru ke dalam hukum
internasional.

 Ajaran Para Ahli

Ajaran dari para ahli atau doktrin adalah sumber hukum tambahan yang bersifat
subsidi. Ajaran para ahli ini adalah pendapat atau analisis yang disampaikan oleh para
hukum internasional.

Meskipun tidak mengikat, pendapat para ahli sering dikutip untuk memperkuat
argumen dalam konteks hukum internasional. Namun, hakim tidak dapat memutus
perkara berdasarkan opini para pakar ahli karena opini ini tidak memiliki kekuatan
hukum yang mengikat.

E. SUBJEK-SUBJEK
Mochtar Kusumaatmadja menjelaskan 6 subjek hukum internasional, yaitu:

1.Negara (subjek utama dalam hukum internasional)


2.Organisasi Internasional, yang memiliki keanggotaan secara global. Misalnya: PBB,
IMF, ASEAN, Uni Eropa
3.Palang Merah Internasional
4.Tahta Suci Vatikan, diakui sebagai subjek hukum internasional sejak Pakta Lteran
ditandatangani pada 1929. Pakta ini merupakan perjanjian antara Kerajaan Italia dan
Tahta Suci Vatikan
5.Pemberontak
6.individu

Sistem Hukum yang Berlaku di Indonesia


Sistem hukum yang berlaku di Indonesia adalah sistem campuran. Sebagai negara
bekas jajahan Belanda, sistem hukum Indonesia cenderung mengikuti sistem hukum civil
law atau hukum Eropa Kontinental.

F. MATERI

.hukum internasional adalah sekumpulan aturan hukum yang berlaku dan dipertahankan
oleh masyarakat internasional. Istilah ini pertama kali disampaikan oleh Jeremy Bentham.

11
 Pengertian Hukum Internasional

Mochtar Kusumaatmaja mendefinisikan hukum internasional sebagai keseluruhan


kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata. Mochtar menjelaskan ruang
lingkup atau substansi dari hukum internasional meliputi:

1.Hubungan atau persoalan hukum antara negara dan negara

2.Hubungan atau persoalan hukum antara negara dan subjek hukum bukan negara

3.Hubungan atau persoalan hukum antara subjek hukum bukan negara dan subjek hukum
bukan negara satu dengan lainnya.

Hukum internasional mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas


negara antara:

 Negara dengan negara


 Negara dengan subjek hukum lain bukan negara
 Subjek hukum bukan negara satu sama lain.

 Bentuk Hukum Internasional


 Hukum internasional

memiliki beberapa bentuk perwujudan atau pola perkembangan yang khusus


berlaku di suatu bagian dunia tertentu, antara lain:

1.Hukum internasional regional: berlaku atau terbatas di daerah lingkungan berlakunya.


Misalnya: hukum internasional Amerika/Amerika Latin, konsep landasan kontinen yang
mula-mula tumbuh di benua Amerika hingga menjadi hukum internasional umum.

2.Hukum internasional khusus: berlaku bagi negara-negara tertentu. Misalnya: konvensi


Eropa mengenai HAM.

G. PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA

PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa) resmi dibentuk pada 24 Oktober 1945


setelah ratifikasi Piagam oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan dan mayoritas negara
anggota lainnya. Sidang Umum pertama diadakan di London pada 10 Januari 1946,
menandai dimulainya perjalanan organisasi ini.

12
Misi awal PBB adalah memelihara perdamaian, meningkatkan kerja sama
internasional, dan mengatasi tantangan global. Seiring waktu, peran PBB berkembang
untuk mencakup isu-isu seperti hak asasi manusia dan pembangunan berkelanjutan.
Dengan 193 negara anggota saat ini, PBB terus menjadi platform utama bagi negara-
negara di seluruh dunia untuk bekerja sama dalam menghadapi masalah bersama.

Tujuan Perserikatan Bangsa – Bangsa adalah sebagai berikut:

1.Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.

2.Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan


derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara
lain.

3.Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah


ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.

4.Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan.

5.Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan
fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.

6.Menjadi pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis
untuk mencapai tujuan PBB.

13
KESIMPULAN
Hukum Internasional memperlajari rangkaian aturan-aturan yang berkaitan dengan hubungan
yang melintasi batas negara. Dalam Hukum Internasional akan dipaparkan bagaimana subjek-
subjek hukum internasional dapat terkoneksi satu dengan lainnya, bagaimana hubungan dan
kegiatan apa saja yang dapat terjalin antara subjek satu dengan lainnya.

CONTOH KASUS:

1. Kasus Pertambangan Freeport


Kasus pelanggaran hukum perdata yang pertama ini terjadi
pada tahun 2006, PT Freeport Indonesia, anak perusahaan dari
Freeport-McMoRan, perusahaan tambang asal Amerika
Serikat, terlibat dalam sengketa dengan pemerintah Indonesia
terkait perjanjian kontrak tambang yang mengatur
pengelolaan tambang emas dan tembaga di Papua. Sengketa
ini melibatkan permasalahan terkait pembagian keuntungan,
lingkungan hidup, dan kewajiban perusahaan dalam
menjalankan operasinya. Kasus ini merupakan contoh
pelanggaran hukum perdata internasional yang melibatkan
perusahaan asing dan pemerintah Indonesia.

2. Kasus Chevron vs. Lembaga Lingkungan Ecuador


Kasus pelanggaran hukum perdata yang kelima ini terjadi di
luar Indonesia pada tahun 2011, Chevron, perusahaan minyak
Amerika Serikat, terlibat dalam sengketa dengan Lembaga
Lingkungan Ecuador terkait kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh aktivitas pengeboran minyak di Amazon.
Chevron menuduh bahwa Lembaga Lingkungan Ecuador
terlibat dalam pemalsuan bukti dan korupsi dalam proses
hukum yang berlangsung di Ecuador. Kasus ini melibatkan
sengketa perdata internasional antara perusahaan asing dan
lembaga non-pemerintah.

14

Anda mungkin juga menyukai