Anda di halaman 1dari 20

“Hukum Internasional”

Makalah ini untuk memenuhi mata kuliah

Hubungan Internasional Dan hubungan Antar Negara

Dosen Pengampu: Dr.Robin Fernando Putra, S.H.,MH

Disusun Oleh: Kelompok 1

Jefri Cahyadi ( 20.24.428)

Gama fikran syuhada

Wasini

Gusti rahayu

Nilam Sari

Jurusan: HTN V/B

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH KUALA TUNGKAL

PRODI HUKUM TATA NEGARA (HTN)

TAHUN AKADEMIK 2022-2023


KATA PEGANTAR

Assalamualaikum,wr,wb.

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat allah swt,


karna atas berkahan rahmat dan limpahan nikmat serta hidayah-nya, maka tugas
makalah tentang “Hukum Internasional” dapat kami selesaikan. Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen yang bersifat membangun agar makalah
selanjut nya bisa lebih baik.

Sholawat dan salam semoga allah melimpahkan kepada nabi muhammad saw,
sebagai pembawa syari’at islam untuk diimani, dipelajari, serta di amalkan oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dan semoga kita mendapatkan syafaatNya di
akhirat nanti.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
orang khususnya bagi kami pribadi, aamiin.

Wassalamualaikum,wr,wb

Kuala Tungkal, oktober 2022

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................ ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan Penuisan........................................................................................... 1

Bab II Pembasan

A. Hakikat Hukum internasional...................................................................... 2


B. Sejarah dan Perkembangan Hukum Internasional....................................... 3
C. Sumber-sumber Hukum Internasional......................................................... 5
D. Peranan Hukum Internasional terhadap ketertiban Dunia........................... 6

Bab III Penutup

A. Kesimpulan.................................................................................................. 16

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persoalan mengenai hukum internasional selalu memberikan kesan


yangmenarik untuk di bahas. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang
tinggi pada setiap orang. Secara teori hukum internasional mengacu pada peraturan- p
eraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan Negara-negara dan kesatuanlain
yang pada suatu saat akan diakui mempunyai kepribadian internasional,seperti
misalnya organisasi internasional dan individu, dalam hal hubungan satudengan yang
lainnya.

Negara-negara perlu hidup bersama-sama. Hukum internasional disusun dan
lahir karena kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban
dan perdamaian dunia. Suatu sistem yang bertujuan untuk mencapi suatu negara
sebagai “bersalah” dan negara lain sebagai “tidak bersalah” dan partisiapasi utama
dari sistem hukum internasional yaitu negara-negara yang semuanya
diperlakukansebagai pemilik kedaulatan yang sama

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pegetian dari hukum internasional?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk memenuhi tugas hubungan iternasional dan hubungan antar negara


2. Untuk memahami apa itu hukum internasonal

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Hukum internasional


Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan
peraturan-peraturan dan ketetntuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan antara negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam
kehidupan masyarakat internasional. Definisi hukum internasional yang diberikan
oleh para pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti oppenheim dan
brierly,terbatas pada negara sebagi satu-satunya pelaku hukum dan tidak
memasukkan subjek hukum lainnya. Namun dengan perkembangan pesat ilmu
pengetahuan dan teknologi pada paruh kedua abad 20 dan pola hubungan
internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga
hukum internasional juga mengurusistruktur dan perilaku organisasi internasional,
kelompok-kelompok supranasional, dan gerakan-pembebasan pembebasan
nasional. Bahkan, dalam hal tertentu, hukum internasional juga diberlakukan
terhadap individu-individu dalam hubungannya dengan negara-negara.
Sedangkan menurut pendapat Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja,
S.H.Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hokum
dan mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara yaitu
hubungan internasional yang tidak bersifat perdata.Selain itu hukum Internasional
dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang untuk sebagian besar terdiri
dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara
merasa dirinya terikat untuk menaati dan karenanya benar-benar ditaati secara
umum dalam hubungan-hubungan mereka satu sama lain, dan meliputi juga:
1. Kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan berfungsinya lembaga-lembaga
atau organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan antara mereka
satusama lain, dan hubungan mereka dengan negara-negara dan individu-
individu,

2
2. Kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan individu-individu dan
badan-badan non-negara sejauh hak-hak dan kewajiban individu dan badan
non-negara tersebut penting bagi masyarakat internasional. Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hokum internasional
adalah bagian hukumyang mengatur aktivitas entitas berskala internasional
atau merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara antara negara dengan Negara serta
negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan
negara satu sama lain.
B. Sejarah dan Perkembangan Hukum Internasional
Hukum internasional sebenarnya sudah sejak lama dikenal eksisitensinya,
yaitu pada zaman Romawi Kuno. Orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis
hukum, yaitu Ius Ceville dan Ius Gentium, Ius Ceville adalah hukum nasional
yang berlaku bagi masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan
IusGentium adalah hukum yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan
berkebangsaan Romawi.
Dalam perkembangannya, Ius Gentium berubah menjadi Ius Inter
Gentium yang lebih dikenal juga denganVolkenrecth (Jerman),Droit de Gens
(Perancis)dan kemudian juga dikenal sebagai Law of Nations (Inggris).
Sesungguhnya, hukum internasional modern mulai berkembang pesat
pada abad XVI, yaitu sejak di tandatanganinya Perjanjian Westphalia 1648, yang
mengakhiri perang 30 tahun (thirty years war ) di Eropa. Sejak saat itulah, mulai
muncul negara-negara yang bercirikan kebangsaan, kewilayahan atau territorial,
kedaulatan, kemerdekaan dan persamaan derajat. Dalam kondisi semacam inilah
sangat dimungkinkan tumbuh dan berkembangnya prinsip-prinsip dan kaidah-
kaidah hukum internasional.
Perkembangan hukum internasional modern ini, juga dipengaruhi
olehkarya-karya tokoh kenamaan Eropa, yang terbagi menjadi dua aliran utama,
yaitu golongan Naturalis dan golongan Positivis.

3
Menurut golongan Naturalis, prinsip-prinsip hukum dalam semua
sistemhukum bukan berasal dari buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-
prinsip yang berlaku secara universal, sepanjang masa dan yang dapat ditemui
oleh akal sehat.Hukum harus dicari, dan bukan dibuat. Golongan Naturalis
mendasarkan prinsip- prinsip atas dasar hukum alam yang bersumber dari ajaran
Tuhan. Tokohterkemuka dari golongan ini adalah Hugo de Groot atau Grotius,
Fransisco deVittoria, Fransisco Suarez dan Alberico Gentillis.
Sementara itu, menurut golongan Positivis, hukum yang mengatur
hubunganantar negara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan
ataskemauan mereka sendiri. Dasar hukum internasional adalah kesepakatan
bersamaantara negara-negara yang diwujudkan dalam perjanjian-perjanjian dan
kebiasaan-kebiasaan internasional. Seperti yang dinyatakan oleh Jean-Jacques
Rousseaudalam bukunya Du Contract Social, La loi c’est l’expression de la
Volonte Generale, bahwa hukum adalah pernyataan kehendak bersama. Tokoh
lain yangmenganut aliran Positivis ini, antara lain Cornelius van Bynkershoek,
Prof. RicardZouche dan Emerich de Vattel
Pada abad 19, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena
adanya faktor-faktor penunjang, antara lain :
1. Setelah Kongres Wina 1815,negara-negara Eropa berjanji untuk selalu
menggunakan prinsip-prinsip hukuminternasional dalam hubungannya satu
sama lain.
2. Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian (law-making treaties) di bidang
perang, netralitas, peradilandan arbitrase.
3. Berkembangnya perundingan-perundingan multilateral yang juga melahirkan
ketentuan-ketentuan hukum baru.
Di abad 20, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat
pesat, karena dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
1. Banyaknya negara-negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan
meningkatnya hubunganantar negara.

4
2. Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yangmengharuskan
dibuatnya ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasamaantar negara di
berbagai bidang.
3. Banyaknya perjanjian-perjanjianinternasional yang dibuat, baik bersifat
bilateral, regional maupun bersifat global.
4. Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti
PerserikatanBangsa Bangsa dan berbagai organ subsidernya, serta Badan-
badan Khusus dalamkerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyiapkan
ketentuan-ketentuan barudalam berbagai bidang. Hukum internasional telah
merupakan satu perluasan yangtidak ada tandingannya.

C. Sumber-sumber Hukum Internasional


Pada dasarnya, sumber hukum terbagi menjadi dua, yaitu: sumber
hukumdalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum
dalam arti materiil adalah sumber hukum yang membahas materi dasar yang
menjadi substansi dari pembuatan hukum itu sendiri. Sumber hukum dalam arti
formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk atau wujud nyata dari
hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu tampak dan
berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah dapat ditemukan hukum yang mengatur
suatu masalah tertentu.Sumber hukum internasional dapat diartikan sebagai:
1. Dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional.
2. Metode penciptaan hukum internasional.
3. Tempat diketemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang dapat
diterapkan pada suatu persoalan konkrit.

Menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-


sumber hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili
perkara, adalah:

5
1. Perjanjian internasional (international conventions),baik yang bersifat
umum,maupun khusus.
2. Kebiasaan internasional (international custom).
3. Prinsip-prinsip hukum umum ( general principles of law) yang diakui
olehnegara-negara beradab.
4. Keputusan pengadilan (judicial decision) dan pendapat para ahli yang telah
diakuikepakarannya, yang merupakan sumber hukum internasional tambahan.

D. Peranan Hukum Internasional terhadap ketertiban Dunia


Pada dasarnya peran hukum internasional lebih banyak tertuju pada
cara-cara untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam ruang
lingkup internasional. Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antar
negara tidak selamanya terjalin dengan baik. Seringkali hubungan itu
menimbulkan sengketa diantara mereka. Sengketa dapat bermula dari berbagai
sumber potensi sengketa. Sumber potensi sengketa antar negara dapat berupa
perbatasan, sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perdagangan, dll.
Manakala hal demikian itu terjadi,hukum internasional memainkan peranan, yang
tidak kecil dalam penyelesaiannya.
Upaya-upaya penyelesaian terhadapnya telah menjadi perhatian
yangcukup penting di masyarakat internasional sejak awal abad ke- 20. Upaya-
upayaini ditujukan untuk menciptakan hubungan-hubungan antara negara yang
lebih baik berdasarkan prinsip perdamaian dan keamanan internasional.
Dibawah ini ada beberapa peran yang hukum internasional dapat
mainkan dalam menyelesaikan sengketa:
1. Pada prinsipnya hukum internasional berupaya agar hubungan-hubungan
antar negara terjalin dengan persahabatan (friendly relations among States)
dan tidak mengharapkan adanya persengketaan.
2. Hukum internasional memberikan aturan-aturan pokok kepada negara-negara
yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya.

6
3. Hukum internasional memberikan pilihan-pilihan yang bebas kepada para
pihak tentang cara-cara, prosedur atau upaya yang seyogyanya ditempuh
untuk menyelesaikan sengketanya.
4. Hukum internasional modern semata-mata hanya menganjurkan cara
penyelesaian secara damai; apakah sengketa itu sifatnya antar negara atau
antar negara dengan subyek hukum internasional  lainnya. Hukum
internasional tidak menganjurkan sama sekali cara kekerasan atau
peperangan.

Perang telah digunakan negara-negara untuk memaksakan hak-hak dan


pemahaman mereka mengenai aturan-aturan hukum internasional. Perang bahkan
telah telah pula dijadikan sebagai salah satu wujud dari tindakan negara yang
berdaulat. Bahkan para sarjana masih menyadari adanya praktek negara yang
masih menggunakan kekerasan atau perang untuk menyelesaikan sengketa
dewasa ini. Sebaliknya, cara damai belum dipandang sebagai aturan yang
dipatuhi dalam kehidupan atau hubungan antar negara. Pada umumnya metode
penyelesaian sengketa internasional digolongkan dalam dua kategori yaitu :

1. Cara-cara Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai atau


Bersahabat.
a. Negoisasi
Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar
dan yang paling tua digunakan oleh umat manusia. Penyelesaian melalui
negosiasi merupakan cara yang paling penting. Banyak sengketa
diselesaikan setiap hari oleh negosiasi ini tanpa adanya publisitas atau
menarik perhatian publik.  Alasan utamanya adalah karena dengan cara
ini, para pihak dapat mengawasi prosedur penyelesaian sengketanya dan
setiap penyelesaiannya didasarkan pada kesepakatan atau konsensus
para pihak.

7
Negosiasi dapat dilangsungkan melalui saluran-saluran
diplomatik pada konperensi-konperensi internasional atau dalam suatu
lembaga atau organisasi internasional.
b. Pencarian Fakta (fact finding).
Metode penyelesaian sengketa ini digunakan untuk mencapai
penyelesaian sebuah sengketa dengan cara mendirikan sebuah komisi
atau badan untuk mencari dan mendengarkan semua bukti-bukti yang
bersifat internasional, yang relevan dengan permasalahan.
Tujuan dari pencari fakta (Fact Finding) yang paling utama
adalah memberikan laporan kepada para pihak mengenai fakta yang ada.
Sedangkan tujuan lain dari penyelesaian sengketa internasional dengan
cara pencari fakta yaitu :Membetuk suatu dasar bagi penyelesaian
semgketa antar dua negara, Mengawasi pelaksanaan suatu perjanijian
internasional, Memberikan informasi guna membuat putusan ditingkat
internasional.
Dasar hukum yang dipakai dalam fact finding adalah pasal 9
sampai dengan 36 haque convention on the pacific settlement of
disputes tahun 1899 dan 1907..
c. Good Offices (Jasa-jasa Baik).
Jasa-jasa baik adalah suatu cara penyelesaian sengketa melalui
pihak bantuan pihak yang ketiga. Pihak ketiga ini berupaya agar para
pihak menyelesaikan sengketanya dengan negoisasi. Fungsi dari jasa-
jasa baik yang paling utama adalah memperemukan para pihak agar
mereka mau bertemu, duduk bersama dan bernegoisasi atau dikenal
dengan nama fasilisator.
Keikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian sengketa dapat
dua macam yaitu atas permintaan para pihak atau inisiatif pihak ketiga
sendiri yang menawarkan jasa-jasa baiknya guna menyelesaiakan

8
sengketa. Dalam kedua cara ini, syarat mutlak yang harus ada adalah
kesepakatan para pihak.
d. Mediasi
Yang menjadi pihak ketiga ini organisasi internasional, negara
ataupun individu. Pihak ketiga ini dalam sengketa ini dinamakan
mediator.  Biasanya ia dengan kapasitasnya sebagai pihak yang netral
berupa mendamaikan para pihak dengan memberikan saran
penyelesaian sengketa.
Fungsi utamanya adalah mencari solusi (penyelesaian)
mengidentifikasi, hal-hal yang dapat disepakati para pihak serta
membuat usulan-usulan yang dapat mengakhiri sengketa, informal, dan
bersifat aktif. Dalam proses negoisasi sesuai dengan pasal  3 dan 4
haque convention on the pacific settlement of disputes (1907) yang
menyatakan bahwa usulan-usulan yang diberikan mediator janganlah
dianggap sebagai suatu tindakan yang bersahabat terhadap suatu pihak
(yang merasa merugikan).
e. Konsiliasi
Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa yang sifatnya
lebih formal dibandingkan mediasi. Biasanya konsiliasi ini berbentuk
badan konsiliasi yang dibentuk oleh para pihak melalui perjanjian.
Komisi ini berfungsi untuk menetapkan persyaratan-persyaratan
penyelesaian yang diterima oleh para pihak, sehingga lebih formal atau
luas karena ada aturan dan ada lembaga atau lembaganya.
Para pihak mendengarkan keterangan lisan para pihak dan dapat
diwakkili oleh kuasanya. Hasil fakta-fakta yang diperoleh konsilator
(sebutan dari konsiliasi) menyerahkan laporannya kepada para pihak
dengan kesimpulan dan usulan-usulannya, dan putusannya tidak
mengikat karena diterima atau tidaknya usulan tersebut tergantung
sepenuhnya kepada para pihak.

9
f. Arbitrasi
Biasanya arbitase menunjukkan pada prosedur yang persis sama
sebagaimana dalam hukum nasional yaitu menyerahkana sengketa
kepada orang-orang tertentu yang dinamakan arbitrator, yang dipilih
bebas oleh para pihak. Arbitasi adalah suatu institusi  yang sudah cukup
tua tetapi sejarah baru mencatatat pada tahun 1797, pada kasus jay
treaty antara inggris dan amerika. Yang mengatur joint mixed
commission. Yang menyesaikan sengketa beberapa peerselisihan
tertentu yang tidak dapat diselesaikan selama perundingan di traktat
tersebut.suatu langkah penting telah diambil dalam pada tahun 1899
ketika konferensi the haque tidak hanya mengkodifikasi hukum
arbitatrase tetapi menjadikan landasan bagi pembentukan permanent
court arbitration.
Lembaga PCA tidak bersifat “tetap” pun bukan sebuah
pengadilan. Permanent court of arbitration sendiri tidak memiliki
yurisdiksi yang spesifik. Sehingga hanya 20 kasus yang ditangani abtara
lain muscat dhowe case 1905 antara inggris dan perancis danNorth
Atlantic Coast fisheries case 1910 antar inggris dan amerika serikat.
Meskipun ada kekurangan yang nyata menurut Hakim Manly O.
Hudson, permanent court arbitration merupakan suatu metode dan suatu
prosedur. Arbitrasi pada haikaknnya adalah suatu prosedur konsensus,
artinya negara-negara tidak dapat dipaksa untuk dibawa dimuka
arbitrase kecuali mereka setuju untuk melakukan hal tersebut.
Pada tahun 1966 bank dunia mendirikan badan ICSID
(international Centre for the Settlement of Investment Disputes).
Terbentuknya Konvensi adalah sebagai akibat dari situasi perekonomian
dunia pada waktu1950-1960-an yaitu Khususnya dikala beberapa
negara berkembang menasionalisasi atau mengekspropriasi perusahaan-
perusahaan asing yang berada di dalam wilayahnya.

10
Di antara kasus-kasus nasionalisasi yang langsung
mempengaruhi dan menggerakkan Bank Dunia membentuk Konvensi
ini adalah kasus nasionalisasi perusahaan-perusahaan Perancis di
Tunisia. Kasus ini bermula dengan tindakan DPR Tunisia (the Tunisian
National Assembly) yang mengeluarkan UU Nasionalisasi tanahtanah
milik orang asing (khususnya Perancis) pada tanggal 10 Mei 1964.
Negara-negara yang bisa menjadi anggota konvensi ICSID
adalah setiap anggota Bank Dunia. Namun negara-negara bukan
anggota Bank Dunia dapat menjadi anggota konvensi asal negara
tersebut adalah anggota pada Statuta Mahkamah Internasional. Sampai
1993, 105 negara telah menjadi anggota pada konvensi ini. ICSID
dikelola oleh suatu administrative Council (Dewan Administratif).
Setiap negara peserta konvensi memiliki seorang wakil dan memiliki
satu suara. Dewan ini memiliki ketua ex officio, yaitu Presiden Bank
Dunia. Badan utama struktur organisasi ICSID adalah Secretary General
(Sekjen). Ia berfungsi sebagai registrar (pendaftar atau panitera). ICSID
menyimpan daftar nama untuk dicantumkan ke dalam suatu panel
arbitrase atau konsiliasi. Setiap negara peserta konvensi dapat menunjuk
4 orang arbitrator atau konsiliator ke dalam masing-masing daftar panel
tersebut. Mereka dapat warganegaranya atau orang asing. Ketua Dewan
Admintratif dapat menunjuk 10 orang pada masing-masing panel.
Contoh lain dalam sengketa di ICSID ini adalah sengketa antara
KPC dan pemerintah Kaltim, Pemprov Kaltim telah mencabut gugatan
sengketa divestasi melalui ICSID pada 2008 saat era Gubernur Kaltim
Yurnalis Ngayoh. Dampak pencabutan itu, Pemprov Kaltim bakal
menerima kompensasi senilai Rp 285 miliar, tetapi hingga kini belum
dibayar KPC.

11
g. Penyelesaian Yudisial.
Penyelesaiaan yudisial berarti suatu penyelesaian yang
dihasilkan melalui suatu yang penagdilan internasional yang dibentuk
sebagaimana mestinya, dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum.
Salah satunya “organ umum” untuk penyelesaian yudisial yang saat ini
tersedia dalam masyarakat  inetrnasional adalah International Court of
justice di the Haque yang menggantikan dan melanjutkan kontinuitas
Permanent Court of International Justice. Pengukuhan lembaga ini
dilaksanakan pada tanggal 18 april 1946 oleh dewan majelis PBB.
Intenational Court of justice dibentuk berdasarkan Bab IV
(pasal 92-96) Charter PBB yang dirumuskan di san fransisico pada
tahun 1945. Mahkamah Internasional terdiri dari 15 hakim, dua
merangkap ketua dan wakil ketua, masa jabatan 9 tahun. Anggotanya
direkrut dari warga Negara anggota yang dinilai cakap di bidang hukum
internasional. Lima berasal dari Negara anggota tetap Dewan Keamanan
PBB seperti Cina, Rusia, Amerika serikat, Inggris dan Prancis.
Fungsi Mahkamah Internasional Adalah menyelesaikan kasus-
kasus persengketaan internasional yang subyeknya adalah Negara. Ada
3 kategori Negara, yaitu :
a) Negara anggota PBB, otomatis dapat mengajukan kasusnya ke
Mahkamah Internasional.
b) Negara bukan anggota PBB yang menjadi wilayah kerja Mahkamah
intyernasional. Dan yang bukan wilayah kerja Mahkamah
Internasional boleh mengajukan kasusnya ke Mahkamah
internasional dengan syarat yang ditentukan dewan keamanan PBB
c) Negara bukan wilayah kerja (statute) Mahkamah internasional,
harus membuat deklarasi untuk tunduk pada ketentuan Mahjkamah
internasional dan Piagam PBB.

12
ICJ merupakan salah satu dari 6 organ utama PBB. Namun
badan ini memiliki kedudukan khusus dibandingkan 5 organ utama
lainnya. ICJ atau Mahkamah tidak memiliki hubungan hierarkhis
dengan badan-badan utama PBB lainnya. Ia benar-benar lembaga
hukum dalam sebagai suatu pengadilan. Ia bukan pula pengadilan
konstitutsi (Constitutional Court) yang memiliki kewenangan untuk
meninjau (mereview) putusan-putusan politis yang dibuat oleh Dewan
Keamanan. Ia menggunakan nama resmi ICJ dan tidak menggunakan
simbol atau nama PBB dalam putusannya.
kedudukan ICJ ini memang unik. Kedudukan seperti ini
memang perlu dipertahankan. Sebagai salah satu organ utama PBB, ia
harus benar-benar menunjukkan kemandiriannya sebagai suatu organ
atau badan pengadilan.
Jurisdiksi Mahkamah Internasional mencakup dua hal: 1
Jurisdiksi atas pokok sengketa yang diserahkannya (contentious
jurisdiction); dan 2. non-contentious jurisdiction atau jurisdiksi untuk
memberikan nasihat hukum (advisory jurisdiction). Tindakann
perlindungan sementara ini termasuk juga ke dalam jurisdiksi
Mahkamah, yakni berada dalam ruang lingkup jurisdiksi yang disebut
incidental jurisdiction. Berdasarkan jurisdiksi ini, Mahkamah memiliki
wewenang untuk menyatakan diberlakukannya suatu tindakan-tindakan
perlindungan sementara, membolehkan suatu intervensi dan
manafsirkan atau merubah suatu putusan.
Sesuai dengan namanya, tindakan perlindungan sementara ini
berkaitan dengan perlindungan hak-hak para pihak sementara
persidangan atas pokok sengketanya sendiri sedang berlangsung Dasar
hukum yang mendasari jurisdiksi seperti ini terdapat dalam Pasal 41
Statuta ICJ.

13
Dasar pembenaran pemberian perlindungan ini berasal dari
prinsip hukum yang sudah mendasar yakni bahwa putusan suatu
pengadilan haruslah efektif. Karenanya, sangatlah penting bagi
pengadilan untuk mencegah salah satu atau kedua belah pihak untuk
mengganggu situasi atau mencoba untuk membuat pihak lainnya fait
accompli.
2. Cara-cara Penyelesaian Paksa atau Kekerasan
a. Perang dan Tindakan bersenjata Non perang
Keseluruhan tujuan perang adalah untuk menaklukan negara
lawan dan mebebankan syarat-syarat penyelesaiaan diamana negara
yang ditaklukan itu tidak memiliki alternative lain selain mematuhinya.
b. Retorsi (retorsion)
Retorsi adalah istilah teknik pembalasan dendam oleh suatu
negara terhadap tindakan-tindakan yang tidak pantas aatau tidak patut
dari negara lain, balas dendam tersebut dilakuakna dalam bentuk
tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat didalam konferensi negara
yang kehormatannya dihina: misalnya merenggangnya hubungan
diplomati anta 2 negara, pencabutan previllage diplomatic dan lain-lain.
c. Tindakan-tindakan Pembalasan (Repraisals)
Pembalasan adalah tindakan yang dipakai oleh negara-negara
untuk mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari negara-negara lain
dengan melakukan tindakan-tindakan yang besifat pembalasan. Saat ini
praktek pembalasan hanya dibenarkan, apabila negara yang dituju oleh
pembalasan ini bersalah melakukan tindakan yang sifatnya merupakan
pelanggaran internasional. Contoh nyata tindkan pembalsan, misalnya
pengusiran orang-orang hungaria dari Yugoslavia pada tahun 1935,
yang merupakan balas dendam dari pembunuhan raja Alexander dari
yugoslavia.

14
d. Blokade Secara Damai (pacific Blokade)
Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan
secara damai. Kadang-kadang dilakukan sebagi suatu pembalasan,
tindakan itu pada umumnya ditujukan untuk memaksa negara yang
pelabuhannya diblokade untuk mentaati permintaan ganti rugi kerugian
yang diderita oleh negara untuk meblokade.
Ada beberapa manfaat nyata dalam pengunaan blokade damai.
Tindakan ini merupakan cara yang jauh dari kekerasan dibanding
dengan perang dan blokade yang sifatnya fleksibel.

Berikut ini adalah beberapa contoh mengenai perana hukum


internasional (berdasarkan sumber-sumbernya) dalam menjaga perdamaian
dunia.
1. Perjanjian pemanfaatan Benua Antartika secara damai pada tahun 1959
2. Perjanjian pemanfaatan nuklir untuk kepentingan perdamaian pada tahun
1968
3. Perjanjian damai Dayton (Ochio-AS) pada tahun 1995 yang mengharuskan
Serbia, Muslim Bosnia, dan Krosia mematuhinya. Untuk mengatasi
prjanjiantersebut, NATO menempatkan pasukannya guna menegakkan
hukum intgernasional yang telah disepakati.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan
peraturan-peraturan dan ketetntuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur
hubungan antara negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam
kehidupan masyarakat internasional. Definisi hukum internasional yang diberikan
oleh para pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu seperti oppenheim dan brierly,
terbatas pada negara sebagi satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan
subjek hukum lainnya. Namun dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan
teknologi pada paruh kedua abad 20 dan pola hubungan internasional yang
semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional
juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional, kelompok-
kelompok supranasional, dan gerakan-pembebasan pembebasan nasional.
Bahkan, dalam hal tertentu, hukum internasional juga diberlakukan terhadap
individu-individu dalam hubungannya dengan negara-negara.

16
DAFTAR PUSTAKA

Starke,J.G. 2006. Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepeuluh. Jakarta: Sinar


Grafika
Wallace, Rebecca. 1986. Hukum Internasional Pengantar Untuk Mahasiswa.
Semarang : IKIP Semarang Press
Gutama, Sudargo. 1981. Hukum Perdata Internasional Indonesia jilid 1. Bandung:
Penerbit Alumni
Suryokusumo, Sumaryo. 1993. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional.
Badung : Penerbit Alumni
Hamid, Sulaiman. 2002. Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional. Jakarta: PT.
RajaGravindo
Barros, James. 1990. PBB Dulu Kini dan Esok. Jakarta: Bumi Aksara
http://khafidsociality.blogspot.com/2011/04/peranan-hukum-internasional-
dalam.html
http://www.belbuk.com/hukum-internasional-pengertian-peranan-dan-fungsi-dalam-
era-dinamika-global-p-9229.html

17

Anda mungkin juga menyukai