Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HUKUM INTERNASIONAL DAN SISTEM PERADILAN INTERNASIONAL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PPKn SD 2

Dosen Pengampu: Rian Nurizka, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Eliza Deviana Putri 19144600138


2. Desti Handayani 19144600153
3. Asif Barkhiya 19144600154
4. Ardi Cahyasetiaji 19144600160

Kelompok 6, Kelas A4-19

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya makalah tentang “Hukum Internasional dan Sistem Peradilan
Internasional” ini dapat di selesaikan dengan tepat waktu.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan mengenai “Hukum Internasional dan Sistem Peradilan
Internasional”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu


terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Yogyakarta, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan Makalah........................................................................ 5
D. Manfaat Makalah...................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum Internasional................................................... 7


B. Ruang Lingkup Hukum Internasional...................................... 8
C. Asas Hukum Internasional........................................................ 10
D. Sumber Hukum Internasional................................................... 13
E. Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional...... 14
F. Definisi Sistem Peradilan Internasional.................................... 16
G. Lembaga Sistem Peradilan Internasional.................................. 17
H. Faktor Penyebab Sengketa Internasional.................................. 17
I. Penyelesaian Sengketa Internasional........................................ 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................. 22
B. Saran........................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 23

GLOSARIUM.................................................................................... 24

KONTRIBUSI DAN DESKRIPSI DIRI.......................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan mengenai hukum internasional selalu memberikan kesan yang
menarik untuk dibahas. Topik ini senantiasa memberikan daya tarik yang tinggi
pada setiap orang. Secara teori hukum internasional mengacu pada peraturan-
peraturan dan norma-norma yang mengatur tindakan negara-negara dan kesatuan
lain yang pada suatu saat akan diakui mempunyai kepribadian internasional,
misalnya organisasi internasional dan individu dalam hal hubungan satu dengan
yang lainnya.
Negara-negara perlu hidup bersama-sama. Hukum internasional disusun
dan lahir karena kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban dan
perdamaian dunia. Suatu sistem yang bertujuan untuk mencapai suatu negara
sebagai “bersalah” dan negara lain sebagai “tidak bersalah” dan partisipasi utama
dari sistem hukum internasional yaitu negara-negara yang semuanya diperlukan
sebagai pemilik kedaulatan yang sama.
Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antar negara tidak
selamanya terjalin dengan baik. Sering kali hubungan itu menimbulkan sengketa
di antara mereka. Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa.
Sumber potensi sengketa antar negara dapat berupa perbatasan, sumber daya
alam, kerusakan lingkungan, perdagangan, dll. Manakala hal tersebut terjadi,
hukum internasional memainkan peranan yang tidak kecil dalam
menyelesaikannya.
Seiring perkembangan zaman, hukum internasional juga terus mengalami
perkembangan. Sejak pergaulan internasional semakin meningkat menjelang abad
ke-19 hukum nasional telah menjadi suatu sistem universal dan pada abad ke-20
telah merupakan suatu perluasan yang tidak ada tandingannya.

4
Upaya-upaya terhadapnya telah menjadi perhatian yang cukup penting di
masyarakat internasional sejak awal abad ke-20. Upaya-upaya ini ditujukan untuk
menciptakan hubungan-hubungan antar negara yang lebih baik berdasarkan
prinsip perdamaian dan keamanan internasional.
Sistem peradilan nasional merupakan sistem yang berkaitan dengan
peradilan internasional yaitu unsur-unsur atau komponen-komponen lembaga
pengadilan internasional yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk kesatuan dalam mencapai keadilan internasional.
Hal ini yang sangat menarik untuk kita amati, bagaimana peranan yang
seharusnya dilakukan oleh hukum internasional dalam menegakkan keadilan demi
terciptanya kedamaian dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum internasional?
2. Bagaimana ruang linkup hukum internasional?
3. Apa saja asas hukum internasional?
4. Apa saja sumber hukum internasional?
5. Apa dan bagaimana hubungan hukum internasional dan hukum nasional?
6. Apa yang dimaksud dengan sistem peradilan internasional?
7. Apa saja lembaga sistem internasional?
8. Apa faktor penyebab sengketa internasional?
9. Bagaimana penyelesaian sengketa internasional?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mendeskripsikan maksud dari hukum internasional.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup hukum internasional.
3. Untuk mengetahui asas-asas hukum internasional.
4. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum internasional.

5
5. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan hukum internasional dan
hukum nasional.
6. Untuk mendeskripsikan sistem peradilan internasional.
7. Untuk mengetahui Lembaga-lembaga sistem internasional.
8. Untuk mengetahui faktor penyebab sengketa internasional.
9. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa internasional.

D. Manfaat Makalah
1. Mendapatkan teori baru tentang hukum internasional dan peradilan
internasional.
2. Menambah wawasan dan pemahaman mengenai lembaga sistem internasional
dan juga sengketa internasional.
3. Dapat dijadikan acuhan dalam makalah selanjutnya.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hukum Internasional
Hukum internasional merupakan istilah pertama yang disampaikan
oleh Jeremi Bentham. Hukum internasional dimaknai sebagai public
international law atau de droit international public, yang mempunyai
pengertian berbeda dengan hukum perdata internasional disebut private
internasional law atau disebut juga the conflict of law.
Hukum perdata internasional merupakan keseluruhan atau kaidah dan asas
hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara.
Sementara hukum internasional publik atau public international law ialah
keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara dan bukan masalah perdata.
Hukum Internasional, juga disebut hukum bangsa-bangsa, hukum
antar bangsa, atau hukum antar negara, yang merupakan terjemahan dari
bahasa asing, seperti law of nation (Inggris) droit de gens (Perancis) atau
Voelkerrecht (Belanda). Hukum-hukum bangsa tersebut berasal dari hukum
Romawi, “ius gentium”. Utrecht (1961) menyatakan, bahwa dalam hukum
romawi istilah tersebut dipakai untuk menyebutkan dua pengertian yang
berbeda, yaitu : (a) ius gentium itu hukum yang digunakan untuk mengatur
hubungan antara orang warga kota Roma dengan orang asing atau orang
bukan warga kota Roma. (b) Ius gentium merupakan hukumyang diturunkan
dari tata tertib alam yang mengatur masyarakat segala bangsa (Hukum alam).
J.G Strake, menyatakan bahwa hukum internasional adalah
sekumpulan hukum (body oflaw) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas,
oleh sebab itu ditaati dalam hubungan negara satu dengan yang lainnya.
Kemudian, Charles Cheney Hyde, menyatakan bahwa hukum
internasional meliputi : (a) Peraturan-peraturan hukum mengenai pelaksanaan
fungsi lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi internasional, hubungan

7
lembaga-lembaga, dan organisasi itu masing-masing, serta hubungan dengan
negara dan individu; (b) peraturan-peraturan hukum yang mengenai individu
dan kesatuan bukan negara, sejauh hak dan kewajiban individu dan kesatuan
itu masalah persekutuan internasional. Hukum Internasional merupakan suatu
kaidah atau norma yang mengatur hak dan kewajiban subyek hukum
internasional, yaitu negara, lembaga dan organisasi, serta individu dalam hal
tertentu.
Mochtar Kusumaatmadja (1982), menyatakan : hukum internasional
Publik, yang sering disebut hukum bangsa-bangsa atau hukum antar negara,
adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas-batas negara yang bukan perdata, antara negara dan
negara, negara dengan subyek lain yang bukan negara, atau subyek hukum
bukan negara.
Sementara itu Schwarzenberger, membagi hukum internasional dalam
tiga bagian, yaitu : (1) hukum internasional sebagai law of power merupakan
alat yang dapat digunakan untuk merumuskan kekuasaan suatu negara yang
telah mencapai tujuannya dengan cara memaksa negara lain untuk tunduk; (2)
hukum internasional sebagai law of reciprocity, yaitu hukum internasioanl
yang memberikan perumusan bagi setiap negara di seluruh dunia dalam
anggota PBB, baik negara besar maupun kecil, mempunyai hak yang sama
besar; (3) hukum internasional sebagai law of coordination merumuskan kerja
sama antar negara di dunia untuk menyelenggarakan kepentingan bersama
dalam bidang kebudayaan, ilmiah, kesehatan, pendidikan, dan sebagianya.
B. Ruang Lingkup Hukum Internasional
Secara garis besar, hukum internasional dibagi menjadi dua, yaitu
hukum perdata internasional dan hukum publik internasional.
Hukum perdata internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintas batas-batas negara. Dengan
perkataan lain hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara pelaku

8
hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang
berlainan.
Menurut Sudargi Gautama, hukum perdata internasional dirumuskan
sebagai, “...keseluruhan hukum peraturan dan keputusan yang menunjukan
stelsel hukum mana yang berlaku atau apa yang merupakan hukum jika
hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga (warga) negara
pada satu waktu tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel-stesel
dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dengan
lingkungan-lingkungan kuasa tempat (pribadi) , dan soal-soal.”1
Selanjutnya Prof R.H Groveson dalam bukunya, Conflict of Laws,
berpendapat bahwa, .. “Conflict of Law atau hukum perdata internasional
adalah bidang hukum yang berkenaan dengan perkara-perkara yang dalamnya
mengandung aspek subjek hukumnya dan karena itu menimbulkan pertanyaan
tentang penerapan hukum sendiri atau hukum lain (yang biasanya asing), atau
masalah pelaksanaan yuridiksi badan pengadilan sendiri atau badan
pengadilan asing”2
Secara lebih jelas Van Brakel (Sunaryati Hartono, 1976), mengatakan :
“International Privaatrecht is national recht voor international
rechtsverhoudingen geschreven” yang berarti Hukum Perdata Internasional
adalah hukum nasional yang diadakan untuk hubungan-hubungan
internasional. Gou Giok Siong (1961) mengatakan bahwa Hukum Perdata
Internasional bukanlah hukum internasiona, tetapi hukum nasional. Jadi
hukum perdata internasional bukan sumbernya hukum intenasional, tetapi
materinya ialah hubungan atau peristiwa yang obyeknya internasional.

1
Sudarmo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional, (Bandung:Bina
Cipta, 1977), hlm 21
2
Bayu, Seto, Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu,
(Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2001), hlm 6

9
Sementara ruang lingkup hukum internasional yang kedua ialah
Hukum Publik Internasional, seperti yang terdapat dalam pengertian di atas
dalam definisi hukum internasinal. Hukum Internasional merupakan asas,
kaidah, aturan hukum yang mengatur hubungan antarnegara, badan
internasional dan bangsa (gejala perkembangan hukum internasional sedang
berproses seperti contoh : hukum diplomatik, hukum laut, hukum ruang
angkasa, hukum humaniter, dan hukum HAM atau Hak Asasi Manusia).
Selain istilah hukum internasional, ada pula yang mepergunakan istilah
hukum bangsa-bangsa, hukum antar bangsa atau hukum antar negara. Hukum
bangsa-bangsa akan dipergunakan untuk menunjukan pada kebiasaan dan
aturan hukum yang berlaku pada zaman kerajaan dahulu.
C. Asas Hukum Internasional

Setiap hukum dalam suatu negara pastinya memiliki asas-asas baik itu
memuat prinsip yang tegas dan jelas ataupun bersifat perdata maupun publik.

Berikut asas-asas yang terdapat dalam hukum internasional ialah :

1. Asas Teritorial
Asas teritorial didasarkan pada kedaulatan atau kekuasaan negara atas
daerah atau wilayahnya. Jadi suatu negara memiliki hak untuk
menerapkan hukum yang berlaku di wilayahnya terhadap semua orang
dengan sepenuhnya dan tanpa suatu tekanan dari negara lain. Oleh karena
itu, setiap subjek hukum harus menghormatinya. Siapapun yang
melakukan kesalahan di wilayah negara tersebut, maka negara berhak
untuk menindak lanjuti dengan seadil-adilnya sesuai dengan sistem hukum
yang berlaku.
2. Asas Kepentingan Umum
Asas kepentingan hukum diciptakan untuk kehidupan atau
kepentingan bersama, bukan hanya untuk negara besar atau kaya, tetapi

10
harus benar-benar mengabdi pada kepentingan umum masyarakat
internasional.
3. Ne Bis In Idem,
Ne Bis In Idem merupakan salah satu asas dalam hukum pidana
internasional yang dimaksud ialah :
a. Tidak seorang pun dapat diadili sehubungan dengan perbuatan
yang mereka lakukan. Kejahatan untuk itu yang bersangkutan telah
diputus bersalah atau dibebaskan, kecuali apabila dalam statuta
karena keadaan tertentu akan memungkinkan suatu ketentuan
untuk itu.
b. Tidak seorang pun dapat diadili di pengadilan lain untuk kejahatan
yang dirumuskan dalam Pasal 5 di mana orang tersebut telah
dihukum atau dibebaskan oleh pengadilan pidana internasional.
c. Tidak seorang pun yang telah diadili oleh suatu pengadilan di
suatu negara mengenai perbuatan yang dilarang berdasar Pasal 6,
7, dan 8 boleh diadili berkenaan dengan perbuatan yang sama,
kecuali kalau proses perkara dalam pengadilan negara tertentu :
1) Adalah bertujuan untuk melindungi orang yang
bersangkutan dari pertanggunjawaban pidana untuk
kejahatanyang berbeda dalam yuridiksi Mahkamah Pidana
Internasional
2) Perbuatan tidak dilakukan mandiri dan dilakukan dengan
cara yang tidak sesuai dengan alasan yang diajukannya
yang bersangkutan ke depan pengadilan dan tidak sesuai
dengan kaidah hukum internasional.
4. Pacta Sunt Servanda
Pacta Sunt Servanda ialah asas yang dikenal dalam perjanjian
Internasional. Asas ini menjadi sutu kekuatan hukum dan moral
bagisemua negara yang terikat dalam perjanjian internasional. Asas ini

11
dapat diartikan bahwa setiap perjanjian internasional yang sudah
disepakati harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak tanpa
pengingkaran (Pasal 26 Konvensi Wina 1969). Hal ini dilakukan dengan
tujuan agar tidak menimbulkan kerugian bagi negara yang mengkatkan
diri.
5. Jus Cogens
Jus Cogens ialah suatu perjanjian internasional dimana dapat batal
demi hukum jika pembentukannya bertentangan dengan kaidah hukum
internasional umum (Pasal 53 Konvensi Wina 1969). Hal ini sesuai
dengan asas jus cogens yaitu suatu kaidah yang telah diterima dan diakui
oleh masyrakat internasional secara keseluruhan sebagai suatu norma yang
tak boleh dilanggar dan hanya bisa diubah oleh norma dasar hukum
internasional yang baru dan memiliki sifat sama (Pasal 64 Konvensi Wina
1969). Jika nantinya muncul jus cogens yang baru, maka perjanjian
internasional yang mengandung jus cogens tak berlaku lagi dan para
negara dibebaskan dari kewajiban untuk melaksankaan ketentuan tersebut.
6. Inviolability dan Immunity
Dalam pedoman tertib diplomatik dan protokoler, “inviobility”
merupakan terjemahan dari istilah “inviolable” yang berarti seorang
pejabat diplomatik tidak dapat ditangkapatau ditahan oleh alat
perlengkapan negara penerima maupun sebaliknya. Negara penerima
berkewajiban untuk mengambil langkah demi mencegah serangan
kehormatan dan kekebalan dari pribadi pejabat diplomatik yang
bersangkutan.
Dengan asas immunity, hal ini berarti bahwa pejabat diplomatik kebal
terhadap yuridiksi dari hukum negara penerima atau bertugas, baik itu
hukum pidana, perdata, dan administrasi. Asas imunitas ini memrupakan
pedoman tertib diplomatik dan protokoler yang diperinci menjadi tiga
bagian yaitu kekebalan pribadi pejabat diplomatik, kekebalan kantor

12
perwakilan dan rumah kediaman, serta kekbalan terhadap korespondesnsi
perwakilan diplomatik.
D. Sumber Hukum Internasional

Sumber hukum internasional dibedakan menjadi dua, yaitu sumber hukum


material dan sumber hukum formal. Sumber hukum material berusaha untuk
menjelaskan apa yang menjadi dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional
sesuai dengan hakikatnya. Sedangkan, sumber hukum formal akan memberi jawaban
dari pertanyaan di manakah kita mendapat ketentuan-ketentuan hukum yang dapat
diterapkan sebagai kaidah dalam suatu persoalan yang konkret.

1. Sumber Hukum Material

Sumber hukum material membahas mengenai dasar berlakunya hukum, dan


mengapa hukum itu mengikat. Dalam sumber hukum material terdapat dua aliran,
yaitu aliran naturalis dan aliran positivism.

a. Aliran naturalis berpandangan bahwa prinsip-prinsip hukum yang terdapat


dalam semua sistem hukum berasal dari prinsip-prinsip hukum alam
(hukum Tuhan) yang berlaku universal. Menurut aliran ini, Tuhan
mengajarkan bahwa umat manusia dilarang berbuat jahat dan sebaliknya
harus berbuat baik antara yang satu dengan yang lainnya demi
keselamatan bersama.3
b. Aliran positivism berpandangan bahwa hukum yang mengatur hubungan-
hubungan antarnegara merupakan prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-
negara atas kemauan mereka sendiri. Aliran ini mendasarkan berlakunya
hukum internasional pada persetujuan negara-negara untuk mengikatkan
diri pada kaidah-kaidah hukum internasional tersebut. 4

3
Astawa Diara. 2014. Sistem Hukum Internasional dan Peradilan Internasional. Jurnal Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. 27(1):2. Hal 30.
4
Astawa Diara. 2014. Sistem Hukum Internasional dan Peradilan Internasional. Jurnal Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. 27(1):2. Hal 30.

13
2. Sumber Hukum Formal

Sumber hukum formal membahas asal ketentuan-ketentuan hukum yang


diterapkan sebagai kaidah dalam suatu persoalan yang konkret. Sumber hukum
internasional dalam arti formal adalah sumber dari mana kita mendapatkan atau
menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional5.

Sumber hukum internasional dalam arti formal merupakan sumber hukum


internasional yang paling utama dan memiliki otoritas tertinggi serta otentik yang
nantinya akan dipergunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan
suatu sengketa internasional. Seperti yang sudah tercantum dalam Pasal 38 ayat
(1) Statuta Mahkamah Internasional, yaitu:

a. Perjanjian-perjanjian internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus,


yang mengandung ketentuan-ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh
negara-negara yang bersangkutan;
b. Kebiasaan-kebiasaan internasional sebagai bukti dari suatu kebiasaan umum
yang telah diterima sebagai hukum;
c. Asas-asas hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab;
d. Keputusan pengadilan dan ajaran sarjana-sarjana yang paling terkemuka dari
berbagai negara sebagai sumber hukum tambahan alam menetapkan kaidah-
kaidah hukum.
E. Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional

Dari segi teoritis, masalah hubungan hukum internasional dengan hukum nasional
sangat tergantung pada dari mana kita memandang persoalan itu atau sangat
tergantung dari sudut pandang pembahas6. Menurut teori terdapat dua pandangan
tentang hukum internasional, yaitu pandangan voluntarisme dan obyektivis.
Pandangan voluntarisme mendasarkan berlakunya hukum internasional pada

5
Kusumaatmadja, Mochtar. 1982. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Binacipta.
6
Kusumaatmadja, Mochtar. 1982. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Binacipta. Hal 42-50.

14
kemauan negara, sedangkan pandangan obyektivis menganggap ada dan berlakunya
hukum internasional ini lepas dari kemauan negara.

Pandangan yang berbeda tersebut akan membawa akibat yang berbeda pula.
Menurut pandangan voluntarisme, bahwa ketentuan hukum internasional memerlukan
transformasi menjadi hukum nasional sebelum dapat berlaku di dalam lingkungan
hukum nasional, yang mengakibatkan adanya hukum internasional dan hukum
nasional sebagai dua perangkat hukum yang hidup berdampingan dan terpisah.
Sedangkan pandangan obyektivis menganggap hukum nasional dan hukum
internasional sebagai dua bagian dari satu kesatuan perangkat hukum.

Dua aliran besar telah terbentuk akibat adanya pandangan yang berbeda mengenai
dasar pengikat berlakunya hukum internasional7, yaitu:

1. Aliran Dualisme

Aliran ini menganggap bahwa hukum nasional dan hukum internasional


adalah dua sistem hukum yang berbeda. Perbedaan mendasar dari kedua sistem
hukum tersebut, yaitu:

a. Subyek hukum nasional adalah individu, sedangkan subyek hukum


internasional adalah negara;
b. Sumber dari hukum nasional adalah kehendak negara masing-masing,
sedangkan hukum internasional adalah kehendak bersama negara;
c. Prinsip dasar yang melandasi hukum nasional adalah prinsip dasar/norma
dasar dari konstitusi negara, sedangkan hukum internasional dilandasi oleh
prinsip “perjanjian adalah mengikat”.

Akibat yang penting dari teori ini adalah bahwa kaidah-kaidah dari perangkat
hukum yang satu tidak mungkin bersumber berdasarkan perangkat hukum yang
lain. Oleh karena itu, ketentuan hukum internasional memerlukan transformasi
7
Ariadno, Melda Kamil. 2008. Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Nasional. Jurnal
Hukum Internasional. Vol 5(3):4. Hal 508-511

15
menjadi hukum nasional sebelum dapat berlaku dalam lingkungan hukum
nasional. Namun hal ini tidak dapat diterima dengan memuaskan, karena dalam
praktiknya seringkali hukum nasional harus memperhatikan hukum internasional
ataupun sebaliknya.

2. Aliran Monisme

Aliran ini berpendapat bahwa hukum nasional dan hukum internasional


merupakan bagian dari satu kesatuan ilmu hukum yang mengatur kehidupan
manusia. Akibat dari aliran ini adalah dimungkinkannya suatu hubungan
‘hierarki’ antara hukum nasional dan hukum internasional.

Kusumaatmadja (1982) menyimpulkan, bahwa apabila kita menghendaki adanya


masyarakat internasional yang aman dan sejahtera, maka kita harus mengakui adanya
hukum internasional yang mnegatur masyarakat internasional. Konsekuensinya
adalah hukum nasional mau tidak mau harus tunduk pada hukum internasional.
Dengan demikian, berlakunya hukum internasional tergantung pada kemauan negara.

Dalam hubungan antarnegara secara empiris, apabila ada perkembangan hukum


baru, negara-negara diharapkan melakukan ratifikasi hukum baru tersebut ke dalam
hukum nasionalnya masing-masing. Sebaliknya, hukum internasional dalam
pelaksanaannya bersifat komplementer, artinya untuk menangani masalah tertentu
mengutamakan berlakunya hukum nasional. Pada umumnya setiap hukum nasional
mengandung dimensi hubungan hukum internasional, demikian juga hukum
internasional memberi peluang berlakunya hukum nasional. Dalam hal ini nampak
ada hubungan yang sangat erat antara hukum internasional dengan hukum nasional.

F. Definisi Sistem Peradilan Internasional

Sistem peradilan internasional adalah salah satu proses yang menjelaskan


mengenai hubungan peradilan yang bekerja sama secara luas dengan bangsa lain
(inter-nasional). Sistem peradilan merupakan unsur-unsur atau komponen-komponen

16
lembaga peradilan internasional yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu kesatuan dalam rangka mencapai keadilan internasional.

G. Lembaga Sistem Peradilan Internasional


Secara yiuridis-historis, lembaga peradilan internasional dibentuk setelah perang
dunia pertama. Lembaga peradilan internasional dibentuk oleh dan atas nama Liga
Bangsa-Bangsa (LBB), yang terdiri dari :
1. Arbitrase Internasional
2. Internasional Court of Justice (Mahkamah Internasional)
3. Internasional Military Tribunal Nuremberg
4. Internasional Military Tribunal for the Far East di Tokyo, Jepang

Sedangkan lembaga peradilan yang dibentuk oleh PBB antara lain :

1. Internasional Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia, dibentuk


pada tanggal 25 Mei 1993 bertempat di Den Haag, berdasar relsolusi No.
827
2. Internasional Tribunal for Rwanda, dibentuk pada tanggal 8 November
1994 bertempat di Arusha, Tanzania, berdasar resolusi No. 995
3. Internasional Criminal Court of Justice berdasar statuta Roma 1998.
H. Faktor Penyebab Sengketa Internasional

Pada dasarnya sengketa internasional merupakan sengketa yang terjadi antar


negara. Munculnya sengketa ini, bukan karena masalah yang baru, karena sengketa
ini telah ada sejak jauh sebelum lahir negara-negara modern. Mengamati sengketa
internasional yang pernah terjadi, sumber masalah yang menyebabkan terjadinya
sengketa internasional antara lain :

1. Faktor ideologi, yaitu pertentangan atau sengketa internasional yang


dipicu karena perbedaan ideologi. Masing-masing piak inginagar
ideologinya dapat berpengaruh dan berlaku di dunia. Misalnya

17
pertentangan antara negara pendukung ideologi liberal dan negara
pendukung sosial-komunis.
2. Faktor politik, yaitu pertentangan atau sengketa antarnegara yang dipicu
karena adanya kepentingan untuk menguasai suatu wilayah atau
perbatasan wilayah negara. Misalnya sengketa antara Malasyia dan
Indonesia mengenai masalah pulau Sipandan dan Ligitan, antara Jepang
dan Rusia tentang status kepulauan Kuril, Israel ingin menguasai wilayah
Palestina, dan Irak pernah menduduki Kuwait.
3. Faktor Ekonomi, yaitu pertentangan antarnegara yang dipicu oleh adanya
perebutan Sumber Daya Alam (SDA). Misalnya, Amerika Serikat
menyerang Irak banyak pengamat politik menduga disamping faktor
politik, juga faktor ekonomi menguasai minyak di kawasan Timur
Tengah.
4. Faktor Soisal Budaya, yaitu pertentangan karena perbedaan sosial-budaya.
Contohnya fanatisme budaya Arab terhadap non-Arab sehingga terjadinya
pemberontakan teror(Mesir, Iran, Aljazair, dan Libya)
5. Faktor pertahanan dan keamanan, sengketa yang terjadi karena masing-
masing ingin memperthanakan daerah atau kekuasannya. Contohnya saat
Irak menduduki dan mepertahankan wilayah Kuwait, kemudian diserang
oleh pasukan Amerika dengan pasukan multinasional dari berbagai
negara.
I. Penyelesaian Sengketa

Sengketa atau konflik antarbangsa atau antarnegara sering bersifat latens (semu,
terselubung dan manifest (terbuka). Konflik yang bersifat terbuka, yang paling
dahsyat adalah dalam bentuk perang.Penyelesaian sengketa antarnegara dapat
dilakukan dengan cara-cara damai ataupun perang. Perang merupakan upaya terakhir
untuk menyelesaikan konflik yang bersifat menang-kalah atau kalah-kalah.

18
Masyrakat internasional telah membuat berbagai instrumen untuk menyelesaikan
sengketa yang terjadi.

Pasal 33 Piagam PBB telah menentukan berbagai cara menyelesaikan sengketa


meliputi pengadilan, arbitase, atau cara penyelesaian lain yang dipih sendiri oleh
pihak yang bersengketa. Pasal 95 Piagam PBB menetapkan bahwatidak ada hal dalam
piagam PBB yang menghalangi anggota PBB untuk mempercayakan terjadinya
penyelesaian mereka ke badan-badan peradilan.

Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penyelesaian sengketa dapat
melalui lembaga peradilan,maupun luar peradilan.

1. Penyelesaian Sengketa melalui Lembaga Peradilan


a. Mahkamah Arbitrase
Dalam hukum publik internasional, lembaga arbitase sebagai sarana
dan cara menyelesaian sengketa antar negara yang sudah dilakukan sejak
abad apertengahan hingga saat ini. Pihak yang bersepakat, bahwa
sengketanya akan diselesaikan melalui lembaga arbitrase dapat dituangkan
dalam perjanjian (Konvensi Den Haag: Pacifict Settlement of
Internasional Disfutest). Perjanjian Arbitase biasanya memuat masalah
yang bersengketa, syarat-syarat pengangkatan arbiter, dan kondisi khusus
yang disetujui para pihak.
Penunjukan Arbiter didasarkan oleh kesepakatan pihak yang
bersengketa. Seorang abritrator pada awal harus memastikan bahw
melakukan tugas sudah sesuai dengan prosedur yang sudah disepakati
bersama, dan hanya menjawab pertanyaan yang akan diajukan kepadanya
sesuai dengan kewenangannya. Demikian juga prosedur arbitrase dan
perumusan masalah ditentukan juga berdasarkan kesepakatan pihak yang
besengketa, guna menghindari sengketa dikemudian hari.

19
b. Mahkamah Internasional

Mahkamah Internasional merupakan salah satu organ hukum utama


PBB. Perannya dalam sengketa dapat dilihat dari :

1) Wewenang Mahkamah Internasional


a) Membuat peraturan tat tertib yang mengikat negara-negara yang
bersengketa.
b) Memberikan keputusan atas sengketa yang diajukan oleh para
pihak kepadanya.
c) Memberikan nasihat hukum (advisiory opinion) untuk persoalan
hukum.
c. Mahkamah Pidana Internasional
Mahkamah pidana Internasional ini didirikan berdasarkan Statuta
Roma tahun 1998, sebagai hasil konferensi diplomatik yang berlangsung
di Roma pada tahun 1998.Mahkamah ini memiliki pengertian bahwa
berkedudukan sebagai subyek hukum internasional dalam ruang dan
lingkup tugas dan wewenangnya dan tujuannya.
2. Penyelesaian Sengketa di luar Peradilan

Penyelesaian di luar peradilan yang dimaksudkan adalah penyelesaian


sengketa dengan cara damai dengan pihang yang besengketa dan cara damai
dengan perantaraan pihak ketiga.

a. Penyelesaian secara damai


Cara penyelesaian sengketa secara damai ini terdiri dari dua yaitu
negoisasi dan konsultasi.
Negoisasi merupakan cara penyelesaian secara langsung oleh para
pihak yang bersengketa melalui saluran diplomatik biasa. Pihak yang
bersengketa pun secara langsung dapat berhubungan dan memberikan
pengertian tentan apa yang dikehendaki sehingga dapat terselesaikan

20
secara bijaksana. Apabila para pihak yang bersengketa mtelah sepakat
mengenai fakta-fakta yang menjadi permaslahannya, maka kedua belah
pihak akan mudah untuk menyelesaikan sengketanya.
Konsultasi, jika suatu negara telah mengamil suatu kebijakan yang
memungkinkan mempunyai dampak negatif pada negara lain.
Perundingan dan diskusi dengan negara yang terkea dampak kebijakan
tersebut merupakan cara untuk menghindari terjadinya sengketa antara
kedua belah pihak. Sudah tentu nantinya akan ada perbaikan pada
kebijakan tersebut agar tidak merugikan negara lain.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Hukum internasional merupakan norma hukum yang mengatur hubungan antar


negar dan negara, negara dan subjek hukum lain bukan negara, atau subjek hukum
bukan negara satu sama lain. Secara garis besar hukum internasioanl dapat dibagi
menjadi dua, yaitu hukum perdata internasional dan hukum publik internasional.
Setiap hukum yang berlaku tentunya memiliki asas-asas dan prinsip-prinsip yang
jelas. Asas tersebut meliputi asas teritorial, asas kebangsaan, asas kepentingan
umum, Ne Bis In Idem, Pacta Sunt Servanda, Jus Cogens, Inviolability dan Imunnity.
Sumber hukum internasional terbagi menjadi dau yakni sumber hukum material dan
sumber hukum formal.

Kemudian sistem peradilan internasional adalah salah satu proses yang


menjelaskan mengenai hubungan peradilan yang bekerja sama secara luas dengan
bangsa lain (inter-nasional)sengketa atau konflik antar bangsa bersifat latens dan
manifes. Dalam hal itu banyak sekali yang menjadi faktor terjadinyanya sengketa
yaitu : faktor ideologi, faktor politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan
keamanan. Dalam menangani sengketa tersebut dapat melalui dua cara yaitu
menyelesaikan smelalui peradilan maupun secara damai baik negoisasi
maupunkonsultasi.

B. Saran

Setelah mempelajari ini diharapkan mampu memahami dan menjadikan pedoman


dalam bebangsa dan bernegara. Sebagai calon penerus bangsa hendaknya kita tetap
menjaga negara kita ini dengan damai tanpa harus bersengketa dengan negara lain.
Senantiasa kita juga harus berpegang teguh pada pilar bangsa Indonesia agar hidup
aman, tentram, damai, dan sejahtera.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ariadno, Melda Kamil. 2008. Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum
Nasional. Jurnal Hukum Internasional. Vol 5(3):4.
Astawa Diara. 2014. Sistem Hukum Internasional dan Peradilan Internasional. Jurnal
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. 27(1):2.
Bayu, Seto, Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional, Buku Kesatu, (Bandung:PT
Citra Aditya Bakti, 2001), hlm 6
http://www.kbbi.kemdikbud.go.id (di akses 29 Maret 2020)
Kt. Diara Astawa,2014, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,No 1, hal
26-27.
Kusumaatmadja, Mochtar. 1982. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Binacipta.
Sudarmo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional, (Bandung:Bina Cipta,
1977), hlm 21
Widagdo, Setyo, dkk.2019.Hukum Internasional dalam Dinamika Hubungan
Internasional. Malang : UB Pres.

23
GLOSARIUM

Empiris : Berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari


penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan)
Humaniter : Sering juga disebut dengan hukum konflik bersenjata
Kaidah : Rumusan asas yang menjadi hokum; aturan yang sudah
pasti; patokan; dalil (dalam matematika)
Konkret : Nyata; benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, diraba,
dan sebagainya)
Otentik : Dapat dipercaya; asli; sah
Protokoler : yakni keselurahan naskah yang isinya terdiri dari catatan,
dokumen persetujuan, perjanjian, dan lain-lain dalam
lingkup  secara nasional maupun internasional.
Ratifikasi : Pengesahan suatu dokumen negara oleh parlemen,
khususnya pengesahan undang-undang, perjanjian
antarnegara, dan persetujuan hukum internasional.
Statuta : Suatu undang-undang adalah pengesahan tertulis resmi dari
otoritas legislatif yang mengatur badan hukum kota, negara
bagian, atau negara dengan persetujuan.
Stelsel : Merupakan suatu kaidah, ajaran, asas, cara, dan kode etik
Universal : Umum (berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh
dunia); bersifat (melingkup) seluruh
Yuridiksi : Wilayah/ daerah tempat berlakunya suatu Undang-Undang
yang berdasarkan hukum

24
KONTRIBUSI DAN DESKRIPSI DIRI

Nama : Eliza Deviana Putri

NPM : 19144600138

TTL : Yogyakarta, 22 Januari 2000

Hobi : Membaca dan mendengarkan musik.

Kontribusi : Menyusun makalah, membuat


daftar isi, mengerjakan BAB II pembahasan materi
D, E, dan F.

Nama : Desti Handayani

NPM : 19144600153

TTL : Kulon Progo, 12 Desember 1999

Hobi : Membaca dan bersepeda

Kontribusi : Mengedit keseluruhan makalah,

mengerjakan BAB II pembahasan materi

A, B, dan C, dan BAB III.

25
Nama : Asif Barkhiya

NPM : 19144600154

TTL : Tanjung Ning Jaya, 23 Mei 2000

Hobi : Travelling

Kontribusi : mengerjakan BAB II pembahasan

materi G, H, dan I

Nama : Ardi Cahyasetiaji

NPM : 19144600160

TTL : Bantul, 19 Agustus 1999

Hobi : Sepakbola dan menggambar

Kontribusi : Membuat latar belakang, rumusan


masalah, tujuan, dan manfaat makalah.

26

Anda mungkin juga menyukai