Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM


INTERNASIONAL, SUMBER HUKUM INTERNASIONAL, SUBYEK
DARI HUKUM INTERNASIONAL, SERTA HUBUNGAN ANTARA
HUKUM INTERNASIONAL DENGAN HUKUM NASIONAL
Disusun guna memeniuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia
Dosen Pengampu : Elva Imeldatur Rohmah, S.H.I, M.H

Disusun oleh :

Muhammad Hilmy (C91218127)

Yasmin Izdihar (050401211154)

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL SURABAY

2022
KATA PENGANTAR

Rasa syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT  atas karunia dan  nikmatnya yang telah
memberi kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikankan   makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongannya tentunya penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah dengan baik.tidak
lupa, penulis mengucapkan syukur atas limpahan nikmat sehat fisik dan akal pikiran sehingga penulis
dapat menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Studi Hukum Islam dengan judul
“Hukum Internasional".

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. karena itu penulis mengharapkan kritik  serta saran dari pembaca makalah
ini supaya makalah ini kedepannya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

 Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yaitu khususnya Dosen Pengantar Hukum
Indonesia yang telah membimbing dalam menulis makalah. Demikian semoga makalah ini berguna
untuk penulis dan pembaca serta diberkahi oleh Allah swt.

Surabaya, 12 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Hukum Internasional

B. Sumber-Sumber Hukum Internasional

C. Subjek-Subjek Hukum Internasional

D. Hubungan antara Hukum Internasional dengan Hukum Nasional

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Internasional, sebgaimana kita ketahui saat ini, merupakan


keseluruhan kaidah yang sangat diperlukan untuk mengatur sebagian besar hubungan-
hubungan antar negara-negara, tanpa adanya kaidah-kaidah ini sungguh tidak
mungkin bagi mereka untuk melakukan tetap dan terus menerus. Sesungguhnya
hukum internasional merupakan persoalan dengan keperluan hubungan timbal balik
antar negara-negara.
Pengertian hukum internasional sendiri menurut Mochtar Kusumaatmadja
adalah keseluruhan kaedah-kaedah dan azas-azas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas Negara-negara antara Negara dengan Negara,
Negara dengan subjek hukum lain bukan Negara atau subjek hukum bukan Negara
satu sama lain.1 Pada umumnya hukum internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan
antara Negara-negara dan subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat
internasional.2
Definisi hukum internasional yang diberikan oleh pakar-pakar hukum terkenal
di masa lalu seperti Opperheim dan Brierly terbatas pada Negara sebagai satu-satunya
pelaku hukum internasional dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya.3
Dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh ke-2
abad XX, meningkatnya hubungan, kerjasama dan kesalingtergantungan antar
Negara, menjamurnya Negara-negara baru dalam jumlah yang banyak sebagai akibat
dekolonisasi, munculnya organisasi-organisasi internasional dalam jumlah yang
sangat banyak telah menyebabkan ruang lingkup hukum internasional menjadi lebih

1
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: Binacipta, 1997, Hlm. 3-4
2
Boer Mauna, Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Bandung:
Alumni, 2005, Hlm. 1
3
Ibid.
luas. Selanjutnya hukum internasional tidak saja mengatur hubungan antar Negara
tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya.4
Dalam hal tidak adanya suatu system hukum internasional, maka masyarakat
internasional negara-negara tidak dapat menikmati keuntungan-keuntungan
perdagangan dan komersial, saling pertukaran gagasan dan komunikasi rutin yang
sewajarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan Bagaimana sejarah hukum Internasional?

2 Apa saja sumber-sumber hukum Internasional?

3. Apa saja subjek-subjek hukum Internasional?

4. Jelaskan hubungan antara hukum Internasional dengan hukum Nasional!

C. Tujuan

Makalah ini ditujukan untuk memahami pengertian, sejarah, sumber-sumber, subjek-


subjek hukum Internasional. Dan juga untuk mengetahui hubungan antara hukum
Internasional dengan Hukum Nasional.

4
Ibid.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Hukum Internasional


Para ahli hukum internasional memiliki pendapat yang berbeda tentang pengertian
hukum internasional. Beragamnya pendapat tentang hukum internasional dapat dikatakan
sama dengan beragamnya pemahaman tentang definisi hukum sebagai sebuah kajian.
Pandangannya bergantung pada sudut pandang tentang hukum internasional dioptik.

Hukum internasional merupakan istilah pertama yang disampaikan oleh Jeremy


Bentham. Hukum internasional dimaknai sebagai public international law atau de droit
international public, yang mempunyai ppengertian berbeda dengan hukum perdata
internasional (private international law) atau disebut juga the conflict of law.

Menurut Sudargo Gautama, hukum perdata internasional dirumuskan sebagai “…


keseluruhan peraturan dan keputusan yang menunjukkan stelsel hukum mana yang berlaku
atau apa yang merupakan hukum jika hubungan-hubungan dan peristiwaperistiwa antara
warga negara pada satu waktu tertentumemperlihatkan titik pertalian dengan stelsel-stelsel
dan kaidahkaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dengan lingkungan-
lingkungan kuasa tempat (pribadi), dan soal-soal”.5

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional. Pada awalnya, hukum internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan
hubung antar Negara namun dalam perkembangan pola hubungan internaional yang semakin
kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi

5
Setyo Widagdo, dkk, Hukum Internasional dalam Dinamika Hubungan Internasional,(Malang: UB Press, 2019),
hlm.1
struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan
multinasional dan individu.6

Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa,


hukum antarbangsa atau hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk
menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-
raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada
kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-
bangsa atau negara.7

Sarjana hukum internasional kenamaan berkebangsaan Indonesia Mochtar


Kusumaatmadja mendefinisikan hukum internasional sebagai keseluruhan kaidah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara : 1). negara
dengan negara, 2). negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan
negara satu sama lain.

Definisi hukum internasional yang disampaikan Mochtar Kusumaatmadja


sesungguhnya merupakan definisi yang komprehensif karena mengandung dua aspek penting
dari hukum internasional yaitu , pertama, sumber hukum internasional. Hukum internasional
tidak saja terdiri kaidah yang tertuang dalam berbagai perjanjian dan kebiasaan internasional
tetapi juga asas hukum sebagai norma hukum yang abstrak yang menjadi landasan
berlakunya berbagai kaidah perjanjian internasional. Sumber hukum internasional yang
menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional (International Court of Justice)
yaitu perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan sumber hukum tambahan yaitu
putusan pengadilan dan pendapat ahli hukum. Kedua, subjek hukum internasional.

Maksudnya bahwa dalam definisi hukum internasional tersebut tersirat bahwa yang
diatur oleh hukum internasional adalah hubungan hukum yang dilakukan subyek hukum
internasional yaitu hubungan negara dengan negara, negara dengan subyek hukum lain yaitu
negara dengan organisasi internasional, negara dengan individu, negara dengan palang merah
internasional, dan negara dengan pemberontak (belligerent).

6
Ibid, 3
7
Hasanuddi Hasin, Hubungan Hukum Ineternasional dan Hukum Nasional Prespektif Teori Monism dan Teori
Dualisme, (Jurnal Perbandingan Mazhab, 2019), Vol.1 No.2, hlm. 170
Salah satu definisi hukum internasional yang dapat diandalkan adalah definisi dari
CHARLES CHENY HYDE, seperti yang dikutip oleh J.G. STARKE, yang dalam
terjemahannya sebagai berikut:8

“Hukum Internasional dapat didefinisikan sebagaisekumpulan hukum yang bagian


terbesarnya terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan tingkah laku dimana negara
itu sendiri merasa terikat dan menghormatinya, dan oleh karena itu juga harus menghormati
dalam hubungan antara mereka satu dengan yang lainnya, dan yang juga mencakup:

a) Peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau


organisasi internasional; hubungan antara organisasi internasional itu satu dengan
lainnya; hubungan antara organisasi internasional itu dengan negara/ negara-negara;
dan hubungan antara organisasi internasional dengan individu/ individu-individu.

b) Peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu dan


subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepanjang hak-hak dan
kewajiban-keajiban individu dan subyek-subyek hukum bukan negara itu bersangkut
–paut dengan masalah masyarakat internasional.”

Berdasarkan pada definisi tersebut diatas, kita sudah mendapat gambaram umum
tentang isi dan ruang lingkup hukum internasional itu sendiri. Didalamnya terkandung unsur
subyek atau pelaku-pelaku yang berparan, hubungan-hubungan hukum antara subyek tersebut
serta kaedah-kaedah maupun prinsip-prinsip hukum yang lahir dari hubungan antara subyek
tersebut yang keseluruhannya itu merupakan suatu kesatuan yang saling terjalin satu dengan
lainnya.9

Perkembangan Hukum Internasional

1. Masa tahun 1899 -1907

Perkembangan masayarakat internasional khususnya negara negara pada fase ini


mulai merumuskan penyelsaian sengketa dengan cara cara damai, misalanya mulalui
perundingan perundingan, baik lanagsung maupun dengan perantraan pihak ketiga, dengan
menyelenggarakan konpresnsi konspresnsi ataupun kongres internasional. Dalam
perkembangan sekanjutnya , konspirasi atau kongres internasional itu tidak lagi hanya
sebagai sarana penyelsaian sengketa, melainakan berkembang menjadi sarana membentuk
8
Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Mandar Maju, 1990) hlm.3
9
Ibid, 4
atau merumuskan prinsip prinsip dan kaidah kaidah hukum internasional dalan bentuk
perjanjian perjanjian atau konvensi konvensi internasioanal mengenai suatu bidang tertentu,
sebagai contoh adalah kofrensi perdamaian denhaag I tahun 1889 dan II tahun 1907 yang
menghasilkan prinsip prinsip dan kaidah hukum perang internasioal yang dalam
perkembangannya sekrang ini disebut hukum humaniter.10

2. Masa Antara 1907-1945

Keberhasilan mebangun masayarakat internasional baru selama masa 1648 –


1907yang ditandai dengan keberhasilan mempertahankan hak hidup dan eksistensi negara
negara nasional sebagai kesatuan kesatuan politik yang merdeka, berdaulat, dan sama derajat,
pasca 1907 perjalan konsulidasi negara ahirnya runtuh dengan melutusnya Perang Dunia I
( 1914-1918) yang hampir meruntuhkan dasar dasar tata kehidupan masyarakat internasional
yang pada ahirnya setelah berahirnya Perang Dunia I berdirilah liga bangsa bangsa pada
tahun 1919, sebagai oraganisasi internsioanal yang bergerak dalam ruang lingkup dan tujuan
global, dalam rangka mewujudkan ketertiban, keamanan.dan perdamaian dunia, secara
tersimpul dapat pula dipandang sebgai usaha usaha untuk mengatur masayarakat
internasional. Pada perkembangannya liga bangsa bangsa berfungsi sebgai pembentuk hukum
internsioanl, keputusan atau resolusi yang dikeluarkannya, berlaku dan mengikat sebagai
hukum terhdap negara negara anggotanya, barulah tahun 1921 berdirilah badan peradilan
internasional (permanent court of internasional justice) sebagai peneyelsain sengketa yang
terjadi antara negara yang tergabung dalam liga bangsa bangsa.11

Pada atahun 1930 terjadi satu peritiwa yang luar biasa dalam pekembangan hukum
internasional yakni terselenggaranya konfrensi kodofikasi hukum internasional di den hag
(belanda) sesuai denngan namannya konfrensi yang terselenggara di den hag ini berusaha
mengkodifikasi pelbagai bidang bidang hukum internasional seperti lahirnya, konvensi
tentang wesel, cek, dan askep, konvesni tentang orang orang yang berkedwinegaraan dan
tanpa kewarganegaraan,

Meletusnya Perang Dunia II pada tahun 1939 dan diperluas dengan perang asia timur
raya yang meletus ketika jepang membom pangkalan angkatan laut amtika serikat, pearl
harbor dihawai pada tanggal 7 desember 1941, meruntuhkan bangunan struktur masyarakat
internasional yang sebelumya telah dikonsulidasikan oleh liga bangsa bangsa, namun sama
10
http://generasibiru9.blogspot.com/2015/04/sejarah-dan-perkembangan-hukum.html diakses pada tanggal
11 Juni 2022
11
Ibid
seperti sebelumnya inisiasi dari semua negara untuk berkumpul pasca Perang Dunia II berahir
lahirlah perserikatan bangsa bangsa pada tanggal 24 oktober 1945 yang maksud tujuannya
tidak jauh berbeda dengan liga bangsa bangsa

3. Masa Setelah Pasca Perdang Dunia II

Terbentuknya perserikatan bangsa bangsa sebgai hasil dari konsensus pasca Perang
Dunia II berpengaruh besar dalam masyarakat hukum internasional, banyak sekali
perkembangan dan kemajuan yang dicapai, secara ringakas sebgai berikut :

a. Lahirnya negara negara baru (perubahan peta politik dunia, polarisasi masayarakat
internasioanal)
khusunya setelah Perang Dunia II tampak adanya perbedaan yang mencolok
dibandingkan dengan masa sebelumnya, jika sebelumnya peta bumi politik dunia
terpolarisasi menjadi kelompok negara atau bangsa bangsa penjajah dan bangsa
kelompok tejajah.

b. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi


Pada lain pihak kemajuan ilmu dan teknologi semakin tak terkendali hingga
menimbulkan banyak masalah, yang kemudian dinamika ini mendorong lahirnya kaidah
kiadah baru hukum nasional maupun internsianola contoh bidang hukum yang tumbuh
dan berkembang sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolgi yang
sangat pesat adalah dibidang laut, hukum angkasa, hukum humaniter dala sebgainya,

c. Perkembangan penghormatan atas hak asasi manusia


Munculnya instrument instrumentmengenai hak hak asasi manusia baik yang berbentuk
deklarasi, chartermkonvenan maupun konvensi, baik dalam sekala global maupun dalam
sekala regional menjadi satu indikasi dari laju perkembangan hukum internasional,
munculnya aturan aturan perlindungan terhadap HAM didoroang oleh anggapan atau
menempatan hak asasi manusia segagai subjek hukum internasional, adanyanya konvensi
eropa tentang hak hak asasi manusia (eoropean convention on human right) adalah satu
yang memperkarsai sendi sendi kaidah hukum tentang perlindungan terhadap HAM.

Dalam perkembangannya kemudian HAM menjadi isu global sehingga tidak ada lagi
perlindungan negara yang dapat berlindung di balik kedaulatan teortynya atas pelanggaran,
dengan dibentuknya komisaris tinggi PBB UNHCHR masalah HAM mendapat penanganan
secara lebih konsepsional dan strukturalakda dalam tubuh PBB, dibentuk pulalah mahakamah
pidana internasioanal (ICC) yang berkedudukan di dan haagh belanda dan juga mahakamah
kejahatan perang seperti kasus bekas yugoslavia.12

B. Sumber-sumber Hukum Internasional


Sumber sumber hukum Internasional

Sumber hukum dipakai pertama kali pada arti dasar berlakunya hukum dalam hal ini
yang dipersoalkan adalah apa sebabnya suatu hukum mengikat, yakni sebagai sumber hukum
material yang menerangkan apa yang menjadi hakikat dasar kekuatan mengikatnya hukum
internasional.

Sumber hukum internasional dapat diartikan sebagai:

a. Dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional;

b. Metode penciptaan hukum internasional;2

c. Tempat diketemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang dapat


diterapkan pada suatu persoalaan konkrit

Sumber hukum internasional ada 2 jenis yaitu:13

1. Sumber hukum materil: dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang


dipergunakan oleh seorang ahli hukum internasional untuk menentukan kaidah hukum
yang berlaku terhadap suatu peristiwa atau situasi tertentu.

2. Sumber hukum formil: pasal 7 konvensi den haag XII tanggal 18 Oktober 1907, yang
mendirikan Mahkama Internasional Perampasan Kapal di Laut (International Prize
Court) dan pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional

Pada pasal 8 ayat 1 menyatakan bahwa, dalam mengadili perkara yang diajukan
kepadanya, mahkama internasional akan mepergunakan

(1) Perjanjian Internasional

(2) Kebiasaan Internasional


12
Ibid
13
Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Cetakan pertama,(Bandung: PT.
Alumni, 2003), hlm.1132
(3) Prinsip-prinsip hukum umum

(4) Sumber hukum tambahan: putusan-putusan pengadilan dan perdapat para sarjana
terkemuka di dunia

(5) Keputusan badan perlengkapan organisasi dan lembaga internasional

C. Subjek-Subjek Hukum Internasional

Dalam arti yang sebenarnya subyek hukum internasional dalah pemegang(segala) hak
dan kewajiban menurut hukum internasiona. Di samping itu dalamarti yang lebih luas
dank arena itu lebih luwes (flexible) pengertian subyek hukum internasional adalah
mencakup pula keadaan-keadaan dimana yang dimiliki ituhanya hak-hak dan kewajiban
yang terbatas misalnya kewenangan untukmengadakan penuntutan hak yang diberikan
oelh hukum internasional di muka pengadilan berdasarkan suatu konvensi.14

Hukum internasional mengenal subyek-subyek sebagai berikut:

1. Negara
Negara adalah subyek hukum internasional dalam arti yang klasik, dan
telahdemikian halnya sejak lahirnya hukum internasional. Bahkan hingga
sekarangpunmasih ada anggapan bahwa hukum internasional itu pada hakekatnya
adalahhukum antar negara.Beberapa penulis berpendapat bahwa negaralah yang
menjadi subyek utama hukum internasional. Secara teoritis dapat dikemukakan
bahwa subyek hukuminternasional sesunggguhnya adalah Negara. Contohnya,
apabila suatu Negaraterikat pada suatu perjanjian misalnya Konvensi-konvensi
Palang Merah (1949), di mana Konvensi itu memberikan hak dan kewajiban
tertentu, maka hak dankewajiban tersebut tidak diberikan oleh Konvensi secara
langsung kepada perorangan (individu), akan tetapi harus melalui lebi dahulu
negaranya yangmenjadi peserta konvensi.
2. Tahta Suci
Tahta suci merupakan suatu contoh dari pada suatu subyek
hukuminternasional yang telah ada sejak dahulu di samping negara-negar. Hal
inimerupkan peninggalan berkelanjutan sejak zaman dahulu ketika Paus
bukanhanya merupakan kepala Gereja Roma tetapi memiliki pula kekuasaan
duniawi.Hingga sekarang Tahta suci mempunyai perwakilan-perwakilan
14
Idem, Hlm. 92-105
diplomatic di banyak ibu kota terpenting di dunia yang sejajar kedudukannya
dengan wakil-wakil diplomatic negara-negara lain.

3. Palang Merah Internasional


Palang Merah Internasional yang berkedudukan di Jenewa mempunyaitempat
tersendiri (unik) dalam sejarah hukum internasional. Boleh dikatakan bahwa
organisasi ini sebagai suatu subyek hukum yang lahir karena sejarahwalaupun
kemudian kedudukannya itu diperkuat dalam perjanjian-perjanjian dankemudia
Konvensi-Konvensi perang Merah. Sekarang Palang Merah Internasionalsecata
umum diakui sebagai organisasi internasional yang memiliki kedudukansebagi
subyek hukum internasional.
4. Organisasi Internasional
Kedudukan Organisasi Internasional sebagai subyek hukum
internasionalsekarang tidak diragukan lagi, walaupun pada mulanya belum ada
kepastianmengenai hal ini.
Organisasi internasional dalam arti yang luas pada hakikatnya meliputitidak
saja organisasi internasional public ( Public International Organization) tetapi
juga organisasi privat ( Privat International Organization). Organisasi semacam
itu meliputi juga organisasi regional dan organisasi sub-regional. Ada pula
organisasi yang bersifat universal (organization of universal character).15
Organisasi internasional untuk membuat perjanjian internasional harus
memenuhi beberapa syarat, yaitu: Harus jelas bahwa Organisasi Internasional
itudidirikan oleh Negara dengan didasarkan pada perjanjian internasional;
Organisasiinternasional itu harus mempunyai suatu organ atau organ-organ
yangmengidentifikasikan terpisah dari kemauan Negara-negara anggota secara
individual; dan Organisasi itu harus bekerja sesuai dengan fungsi dari
bidangOrganisasi Internasional tersebut dalam mengadakan hubungan dengan
pihak lain.16
Implikasi hukum dari keterlibatan Indonesia dalam organisasi
perdaganganinternasional dalam globalisasi dibidang kontrak-kontrak bisnis
internasional,harus dapat member kesadaran hukum bagi pelaku bisnis bahwa

15
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju, 1990, Hlm. 60
16
Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung, “PerjanjianInternasional
yang dibuat oleh Organisasi Internasional”, Jurnal Hukum Internasional, Volume 3 Nomor 4 Juli 2006, Hlm.
497, 2006
asas kebebasan berkontrak tidaklah diartikan bahwa para pihak bebas membuat
undang-undang bagi mereka, namun mereka hanya diberi kebebasan memilih
hukumnya dimanamereka bias mempergunakan sebagai dasar dari kontrak yang
dibuatnya.17
5. Orang Perseorangan (Individu)
Dalam arti yang terbatas orang perseorangan sudah agak lama dapatdianggap
sebagai subyek hukum internasional. Dalam perjanjian perdamaianVersailles
tauhun 1919 yang mengakhiri Perang Dunia I antara Jerman denganInggris dan
Perancis, dengan masing-masing sekutunya, sudah terdapat pasal- pasal yang
memnugkinkan orang perseorangan mengajukan perkara kehadapan mahkamah-
mahkamah arbitrase internasional, sehingga dengan demikian sudah ditinggalkan
dalil lama bahwa hanya negara yang bias menjadi pihak dihadapansuatu peradilan
internasional.
6. Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa
Pihak-pihak yang bersengketa yang telah mencapai tingkat perang
dapatmemperoleh kedudukan sebagai pihak dalam sengketa perang (belligerent)
dankepada mereka dapat diberikan hak-hak dan kewajiban Negara dalam keadaan
perang. Kepada pihak dalam sengketa tersebut dapat pula diberikan
kedudukansebagai subjek hukum internasional. Pihak-pihak yang bersengketa ini
biasanyamewakili kekuatan-keuatan politik yang ditujukan untuk kemerdekaan
dan pemisahan.
timbulnya suatu pihak berperang (belligerent) dalam suatu negara
didahuluidengan adanya insurrection (pemberontakan dengan scoup yang kecil) ,
yang kemudian meluas menjadi rebellion (rebelli) selanjutnya rebelli ini untuk
dapat berubah statusnya menjadi pihak berperang harus memenuhi syarat-syarat
(obyektif).18
7. Perusahaan sebagai Badan Hukum Otorita
perusahaan sebagai badan hukum internasional Otorita merupakan
subjekhukum internasional. Sebab ia memiliki status hukum (pribadi
hukumInternasional), memiliki hak-hak istimewa dan kekebalan-kekebalan
didalamwilayah negara-negara peserta otorita, memiliki kapasitas membuat
17
Universitas Warmadewa Fakultas Hukum, “Implikasi yuridis keterlibatan Indonesia dalamorganisasi
perdagangan internasional”, Kertha wicaksana : majalah ilmu hokum, Volume 18 Nomor 1, Hlm.30, 2012. E-
Journal Online,(http://isjd.pdii.lipi.go.id/) diunduh pada tanggal 15 November 2012
18
Abdul Muthalib, Op.cit, hlm. 44-45
kontrak-kontrak dan perjanjian-perjanjian dengan negara-negara dan organisasi-
organisasiinternasional, serta ia dapat menjadi pihak dalam proses hukum.
Mengenai perusahaan multinasional, pada hakikatnya
perusahaanmultinasional itu merupakan badan hukum (nasional) yang terdaftar di
suatunegara, maka sebenarnya perusahaan multinasional hanya merupakan
subyekhukum nasional, dan bukan subyek hukum internasional.19
Maka suatu perusahaan merupakan badan hukum otorita internasionalapabila
Perusahaan bertindak sesuai dengan konvensi ini dan ketentuan-ketentuan,
peraturan-peraturan dan prosedur Otorita maupun kebijaksanaan-
kiebijaksanaanumum yang ditetapkan oleh Majelis dan tunduk pada pengarahan
dan pengawasandewan. Dimana suatu Perusahaan otorita memiliki kantor pusat
yang berada ditempat kedudukan Otorita.

D. Hubungan antara Hukum Internasional dengan Hukum Nasional

Di dalam teori ada 2 (dua) pandangan tentang hukum Internasional ini yaitu
pandangan yang dinamakan voluntarism, yang mendasarkan berlakunya hukum
Internasionaal dan bahkan persoalan ada atau tidaknya hukum Internasional ini pada
kemauan negara dan pandangan obyektif yang menganggap ada dan berlakunya hukum
Internasional ini lepas dari kemauan negara.

Faham dualisme, yang bersumber pada teori bahwa daya ikat hukum Internasional
bersumberkan pada kemauan negara, maka hukum Internasional dan hukum Nasional
merupakan dua sistem atau perangkat hukum yang terpisah satu dari yang lainnya.
Akibat-akibat dari pandangan dari faham dualisme ini bahwa menurut pandangan ini
kaedah-kaedah dari perangkat hukum yang satu tidak mungkin bersumberkan atau
berdasarkan pada perangkat hukum yang lain.

Akibat kedua adalah bahwa menurut pandangan ini tidak mungkin ada pertentangan
antara kedua perangkat hukum itu, yang mungkin hanya penunjukan (renvoi) saja. Akibat
lain yang yang penting pula dari pandangan dualisme ini bahwa ketentuan hukum
Internasional memerlukan transformasi menjadi hukum nasional sebelum dapat berlaku di
dalam lingkungan hukum nasional.

19
Abdul Muthalib Tahar, Hukum Internasional, Lampung: Percetakan Unila, 2010, hlm.32
Faham monisme didasarkan atas pemikiran kesatuan dari pada seluruh hukum yang
mengatur hidup manausia. Dalam rangka pemikiran ini, hukum Internasional dan hukum
Nasional merupakan merupakan dua bagian daripada satu kesatuan yang lebih besar yaitu
hukum yang mengatur kehidupan manusia. Akibat daripada pandangan monisme ini
adalah bahwa antara dua perangkat ketentuan hukum ini mungkin ada hubungan hierarki.
Persoalan hierarki antara hukum nasional dan hukum Internasional inilah yang
melahirkan beberapa sudut pandangan yang berbeda dalam aliran monisme mengenai
masalah hukum manakah yang utama dalam hubungan antara hukum Nasional dan
hukum Internasional ini. Ada pihak yang menganggap bahwa dalam hubungan antara
hukum Nasional dan hukum Internasional yang utama adalah hukum Nasional.

Faham ini adalah faham monisme dengan primat hukum Nasional. Faham lain yang
berpendapat bahwa dalam hubungan antara hukum Nasional dan hukum Internasional
yang utama adalah hukum Internasional. Pandangan ini disebut faham monisme dengan
primat hukum Internasional.

Pandangan yang melihat kesatuan antara hukum Nasional dan hukum Internasional
dengan primat hukum Nasional ini pada hakikatnya menganggap bahwa hukum
Internasional itu bersumberkan kepada hukum nasional. Alasan utama daripada anggapan
ini adalah: (1) bahwa tidak ada satu organisasi di ataas negara-negara yang mengatur
kehidupan negara-negara di dunia ini; (2) dasar daripada hukum Internasional yang
mengatur hubungan Internasional adalah terletak di dalam wewenang negara-negara
untuk mengadakan perjanjian-perjanjian Internasional, jadi wewenang konstitusional.

Paham monisme dengan primat hukum Internasional, maka hukum nasional itu
bersumber pada hukum Internasional yang menurut pandangan ini merupakan suatu
perangkat ketentauan hukum yang hierarkis lebih tinggi. Menurut faham ini hukum
Nasional tunduk pada hukum Internasional pada hakikatnya berkekuatan mengikatnya
berdasarakan suatu “pendelegasian” wewenang daripada hukum Internasional.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam sejarah perkembangan hukum internasional,Berkembangnya system


Negara kota di Yunani serta peranan dari hukum Romawidi Eropa pada abad keenam
belas telah memberikan dorongan yang pentingterhadap perkembangan hukum
internasional.
Sumber materil hukum internasional terdiri dari Kebiasaan, Traktat-traktat,
Keputusan-keputusan pengadilan atau pengadilan arbitrasi, Karya-karyahukum,
Keputusan-keputusan atau penetapan-penetapan organ-olembagainternaisonal.Sedangkan
sumber formil hukum internasional terdiri dari Perjanianinternsional, Kebiasaan
internasional, Prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab,
Keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana yangterkemuka dari berbagai Negara
sebagai sumber tambahan bagi penetapan kaidah hukum.

Subjek dari hukum internasional tidak hanya Negara melainkan juga tahta suci
(Vatican), palang merah internasional,organisasi internasional, orang perorangan
(individu), dan belligerent.

DAFTAR PUSTAKA

Burhantsani, Muhammad, 1990; Hukum dan hubungan Internasional, Liberty Yogyakarta,


1990).

Anwar, Chairul. Hukum Internasional Pengantar Hukum Bangsa-Bangsa, Jakarta:


Djambatan. 1988.
Universitas Warmadewa Fakultas Hukum, “Implikasi yuridis keterlibatan Indonesia dalam
organisasi perdagangan internasiona ” Kertha wicaksana: majalah ilmu hukum,Volume 18
Nomor 1, Hlm.30, 2012. E-JournalOnline,(http://isjd.pdii.lipi.go.id/) diunduh pada tanggal 15
November 2012

Lembaga Pengkajian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Lampung,


“Perjanjian Internasional yang dibuat oleh OrganisasiInternasional”, Jurnal Hukum
Internasional,Volume 3 Nomor 4 Juli 2006,Hlm. 497, 2006

Anda mungkin juga menyukai